Konseling Islam Suci.docx

  • Uploaded by: Suci Prastya
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konseling Islam Suci.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,344
  • Pages: 25
“Konseling Islam” Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan

DISUSUN OLEH:

Rahmi Fatiha

11160700000031

Suci Prastya Ningrum

11160700000032

Fitra Annisa Sasty

11160700000033

Dosen Pembimbing : Arif Zamhari

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan karunianya kepada kami sehingga kami bisa melengkapi laporan penulis makalah Islam dan Ilmu Pengetahuan dengan judul Konseling Islam. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi besar Muhammad SAW serta para keluarganya, para sahabatnya dan pada pengikutnya hingga sampai saat ini. Dalam penyusunan makalah ini banyak hambatan yang telah kami alami tetapi berkat dukungan dan tekad yang kuat demi kami dapat meyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tentunya penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran dari pembaca diharapkan dapat menyempurnakan laporan ini. Penulis juga berharap agar laporan ini berguna untuk memperluas pembaca tentang Psikodinamika Freud.

Ciputat, Mei 2018

Penyusun

2

DAFTAR ISI

Halaman judul .......................................................................................................

i

Kata pengantar ......................................................................................................

ii

Daftar isi................................................................................................................

iii

Bab I pendahuluan 1. 1 latar belakang masalah .............................................................................

1

1. 2 rumusan masalah ......................................................................................

1

1. 3 tujuan penulisan ........................................................................................

2

Bab II pembahasan 2.1 Pentingnya konsep konseling islami ........................................................

4

2.2 Dasar-dasar pengembangan konseling islami ..........................................

9

2.3 Konseling dalam prespektif Barat………………………………………

10

2.4 Konseling dalam prespektif Islam………………………………………

11

2.5 Karakteristik konselor ..............................................................................

11

2.6 Karakteristik Klien ...................................................................................

13

2.7 Pendekatan konseling islami ....................................................................

15

2.8 Asumsi-asumsi pokok konseling islami ..................................................

15

2.9 Tujuan konseling islami........................................................................ ... 2.10 Langkah-langkah melaksanakan konseling islami ................................ Bab III penutup

18 19

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................

21

3.2 Kritik dan Saran .......................................................................................

22

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan didunia dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan. Dengan bekal itulah manusia disebut sebagai makluk yang paling sempurna dan diamanati oleh sang pencipta sebagai pemimpin di bumi ini. Akan tetapi seiring dengan bekal akal, pikiran dan perasaan itu pula manusia diselimuti oleh berbagai macam masalah, bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk dengan segudang masalah (human with multiproblem). Dengan berbagai masalah itu ada yang bisa mereka atasi dengan sendirinya atau mereka memerlukan bantuan orang lain (konselor) untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Dan pemberian bantuan dari orang yang ahli (konselor) kepada individu yang membutuhkan (klien) itulah yang dinamakan “konseling”. Dalam memecahkan masalahnya, manusia memiliki banyak pilihan cara, salah satunya adalah dengan cara islam. Mengapa islam? Karena islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia tak terkecuali berkenaan dengan bimbingan dan konseling. Keberadaan bimbingan dan konseling Islami dalam proses perbaikan ahklak sangatlah signifikan. Dengan memberikan dorongan, motivasi dan solusi terhadap permasalahan individu secara tidak langsung akan melakukan perbaikan terhadap akhlak individu itu sendiri. Bimbingan konseling Islami juga harus mengedepankan aspek keagamaan sebagai proses utama dalam melakukan pelayanan terhadap klien, sebagai bekal utama dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi terutama dalam proses perbaikan akhlak individu. Aspek keagamaan apabila dijalankan sebaik-baiknya akan mampu mengangkat moral yang sehat dan hidup bahagia melainkan kearah hubungan manusia dengan Allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini adalah: A. Apa pentingnya konsep konseling islami B. Bagaimana Dasar-Dasar pengembangan konseling islami C. Bagaimana Konseling perspektif barat D. Bagaimana Konseling dalam perspektif islam E. Apa saja Karakteristik konselor F. Apa saja Karakteristik klien 4

G. Bagaimana Pendekatan konseling islami H. Apa saja Asumsi-asumsi pokok konseling islami I. Apa Tujuan konseling islami J. Bagaimana Langkah-langkah melaksanakan konseling islami K. Apa saja pertimbangan konselor dalam memilih pendekatan konseling

1.3 Tujuan Penulisan Dan tujuan penulisan dari pembuatan makalah ini adalah: A. Untuk mengetahui apa pentingnya konsep konseling islami B. Untuk mengetahui bagaimana Dasar-Dasar pengembangan konseling islami C. Untuk mengetahui bagaimana Konseling perspektif barat D. Untuk mengetahui bagaimana Konseling dalam perspektif islam E. Untuk mengetahui apa saja Karakteristik konselor F. Untuk mengetahui apa saja Karakteristik klien G. Untuk mengetahui bagaimana Pendekatan konseling islami H. Untuk mengetahui pa saja Asumsi-asumsi pokok konseling islami I. Untuk mengetahui apa Tujuan konseling islami J. . Untuk mengetahui bagaimana Langkah-langkah melaksanakan konseling islami K. Untuk mengetahui apa saja pertimbangan konselor dalam memilih pendekatan konseling

5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Konsep Konseling Islami Konseling merupakan suatu aktivitas dalam mengubah sikap dan perilaku individu, yang prosesnya harus dilaksanakan oleh seorang konselor yang profesional. Sampai saat ini teori-teori konseling yang banyak dikembangkan dan dipakai para konselor indonesia umumnya diambil dari teori-teori Barat, seperti pendekatan psikoanalitik dari pandangan S. Freud dan pengikutnya, pendekatan eksisential-humanistik dari Bugental, Rogers,dkk pendekatan gestalt yang dikembangkan oleh Fredick Perls, pendekatan analisis trasaksional yang dikembangkan Eric Berne, dan pendekatan lainya. Bangsa Indonesia yang mayoritas mestinya dalam konseling dilayani dengan pendekatan dan teknik konseling yang islami. Untuk itu pendekatan dan teori-teori konseling yang ada perlu dimodifikasi agar tidak melanggar aturan norma-norma islam. Dasar pokok Islam yaitu Al-Qur'an dan Hadist yang harus digali secara kritis, agar konsep-konsep dasar konseling yang sudah pasti ada di dalam Al-Qur'an dan Hadist dapat diaplikasikan secara profesional. Upaya mengembangkan pendekatan dan konseling Islami perlu secara terus menerus dilakukan, karena Bangsa Indonesia mayoritas beragama Islam dan jika konseling dilakukan dengan pendekatan yang sama dengan barat, maka secara sadar atau tidak pada proses konseling tersebut telah menjadi transfer nilai-nilai budaya barat.

2.2 Dasar-Dasar Pengembangan Teori Islami Untuk Mengembangkan konsep-konsep tentang pendekatan atau teknik konseling islami yang didasarkan terutama pada Al-Qur'an dan Hadist serta pemikiran tokoh idlam yang berkaitan dengan: 1. Hakekat manusia 2. Individu dan masalah-masalah individu 3. Perkembangan kepribadian individu 6

4. Membantu individu yang bermasalah Pandangan islam tersebut selanjutnya menjadi landasan dalam menganalisis teori dan pendekatan konseling barat tentang: 1. Makna konseling 2. Beberapa pendekatan dan teknik konseling 3. Proses Konseling, tujuan dan peran konselor 4. Hasil konseling yang diharapkan Berdasarkan perbandingan keduanya disusun bentuk aplikasi pendekatan dan teknik konseling islami 2.3 Pengertian Konseling dari prespektif Barat Konseling berasal dari kata inggris "counseling" yang kemudian diindonesiakan menjadi konseling. Istilah "counseling" di indonesia selama beberapa dekade awal perkembangan bimbingan konseling, diterjemahkan menjadi penyuluhan, namun kemudian karena pengertian penyuluhan dalam bahasa Indonesia identik dengan penerangan, pemberian informasi atau penagrahan, sementara konseling lebih dalam maknanya, maka kata "counseling" di Indonesiakan menjadi Konseling. Konseling merupakan layanan inti dalam kegiatan layanan bimbingan konseling di sekolah bahkan konseling disebut juga sebagai "the heart of guidance" jantungnya Bimbingan. Sejalan dengan perkembangan bimbingan konseling, inilah pengertian Konseling menurut Herbert M.burks, Jr & Bufford Steffle pada tahun 1979 yang menyatakan: "konseling adalah sebuah proses yang berorientasi belajar, dilaksanakan dalam suatu suasana yang sederhana, seseorang kepada seseorang kepada lingkungan sosial, dimana konselor sebagai seorang yang profesional dan kompeten dengan skill dan pengetahuan psikologis. Konselor berusaha membantu klien dengan metode yang sesuai atau cocok dengan kebutuhan klien dan sesuai dengan keseluruhan program hidupnya, untuk mempelajari lebih baik dirinya sendiri, untuk mempelajari bagaimana memanfaatkan pemahamanya tentang dirinya untuk memperoleh tujuan hidup. Berbagai teori dan praktik konseling prespektif Barat

7

Dalam psikologi barat berkembang berbagai teori dan praktik konseling dan psikoterapi, yang sampai saat ini terus dirujuk para konselor sebagai model-model konseling. Gerald Corey mengemukakan bahwa ada delapan model konseling dan psikoterapi yang bisa dimasukan dalam tiga kategori: a. Pendekatan psikodinamika yang berlandaskan terutama pada pemahaman, motivasi tak sadar, serta rekonstruksi kepribadian. Model-model ini merupakan kategori terapi psikoanalitik. b. Terapi berorientasi pengalaman, dan relasi yang berlandaskan psikologi humanistik. Model-model ini mengikuti terapi eksistensial, terapi cliendcentered, dan terapi gelstalt. c. Terapi -terapi yang berorientasi tingkah laku, rasional kognitif dan tindakan. Model-model terapi ini meliputi: terapi transaksional, terapi-terapi tingkah laku, rasional emotif therapi, dan terapi realitas. Pada masing-masing model konseling dan psikoterapi para ahlinya berangkat dari padangan atau temuan tentang struktur kepribadian, sifat manusia, perkembangan kepribadian, tujuan terapi, peran konselor dan perubahan sikap/perilaku klien yang harus dilakukan, serta teknik-teknik terapi. a) Struktur Kepribadian Struktur kepribadian terdiri dati tiga yaitu id, ego dan superego ketiganya merupakan fungsi-fungsi kepribadian yang terpadu dan terkait satu sama lainya. Id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis, dan superego adalah komponen sosial. 1) Id Id adalah sistem kepribadian yang orisinil, kepribadian ketika seorang individu dilahirkan.didalam Id terdapat naluri-naluri, dan Id kurang terorganisasi, buta, menuntut dan mendesak, id tidak bisa memberikan toleransipada tegangan, dan bekerja untuk meredakan tegangan itu sesegera mungkin untuk mencapai keadaan yang seimbang, prinsip kerja Id adalah memperoleh kesenangan untuk mengurangi tegangan. Id bersifat tidak logis, amoral dan didorong oleh suatu kepentingan yaitu memuaskan kebutuhan naluriah dengan azas kesenangan. Id tidak pernah matang 8

dan selalu menjadi anak manja didalam kepribadian, tidak berfikir, dan hanya ingin dipuaskan. Id bersifat tidak sadar 2) Ego Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dan kenyataan. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Ego berlaku realistis dan berfikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Didalam ego lah intelegensi dan rasionalitas letaknya. Ego berfungsi mengendalikan dorongan-dorongan Id yang implisifsesuai situasi eksternal. 3) Super ego Super ego adalah cabang moral atau hokum kepribadian. Super ego mempertimbangkan suatu pemenuhan kebutuhandengan nilai moral. Apakah tindakan yang dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan Id baik atau buruk, benar atau salah. Super ego merepresentasikan hal-hal yang ideal mendorong bukan pada kesenangan tetapi kesempurnaan. Super ego merepresntasikan nilai-nilai tradisional, dan nilai-nilai ideal masyarakat yang diajarkan orang tua. Super ego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman. Imbalan-imbalanya adalah perasaan-perasaan bangga dan mencintai diri sedangkan hukumanya adalah perasaan berdosa dan rendah diri. b) Perkembangan kepribadian Freud akan menekankan pentingnya perkembangan masa awal (lima tahun pertama).

Dalam

proses

konseling

seorang

konselor

perlu

memahami

perkembangan klienya secara mendalam. Freud

membagi

tahap-tahap

perkembangan

kepribadian

berdasarkan

perkembangan psikososial dan psikoseksual.

a) Tahap perkembangan pertama adalah fase oral (umur 0-1 tahun) Tugas perkembangan fase oral adalah memperoleh rasa kepercayaan kepada orang lain, kepada dunia, dan kepada diri sendiri. Cinta adalah perlindungan terbaik terhadap kekuatan dan ketidaknyamanan. Anak dicintai oleh orang lain, hanya akan mendapat sedikit kesulitan dalam menerima dirinya, sedangkan anak-anak yang 9

merasa tidak diinginkan, tidak terima, tidak dicintai, cenderung mengalami kesulitan yang besar dalam menerima dirinya sendiri. Anak-anak yang ditolak akan belajar untuk tidak mempercayai dunia, mereka menganggap dunia sebagai tempat yang mengancam. Efek perkembangan pada fase ini selanjutnya adalah kecenderungandi masa anak-anak untuk menjadi penakut, tidak aman, haus akan perhatian, iri, agresif, benci, dan kesepian. b) Fade anal (1-3 tahun) Tugas perkembangan yang harus diselesaikan selama fase ini adalah belajar mandiri, memiliki kekuatan pribadi otonomi, serta belajar mengakui dan menangani perasaan-perasaan yang negative. Selama fase ini menurut Freud, anak-anak mengalami perassan negative seperti: benci, hasrat merusak, marah, dan sebagainya. Penting bagi anak untuk belajar bahwa perasaan-perasaan yang negative itu bisa diterima adanya. Hal yang penting pada fase ini adalah anakmemperoleh rasa memililiki kekuatan, kemandirian dan otonomi jika orang tua berbuat banyak terhadap anaknya, ini artinya orang tua mengajari anaknya untuk tidak memiliki kesanggupan menjalankan fungsi diri. Pada fase ini anak perlu bereksperimen, berbuat salah dan merasa bahwa ia tetap diterima untuk kesalahanya itu, menyadari dirinya sebagai pribadi berbeda dan mandiri. Banyak klienyang sudah dewasa merasa kehilangan potensinya sendiri untuk berkuasa, dan mereka berada dalam pergulatan untuk memastikan siapa diri mereka dan apa yang mereka bisa lakukan. c) Fase falik (3-5 tahun) Pada fase ini anak membentuk sikap-sikap mengenai kesenangan fisik, mengenai apa yang “benar” dan apa yang “salah” serta mengenai apa yang “maskulin” dan feminim”. Ketidak jelasan peran menurut jenis kelaminpada fase ini berdampak pada perkembangan kepribadian di masa selanjutnya. Banyak klien pada masa dewasa yang tidak sepenuhnya mampu memahami perasaan-perasaan seksualnya sendiri mereka memiliki perasaan-perasaan yang membingungkan sehubungan dengan identifikasi peran seksual, dan mereka beada 10

dalam pergulatan untik menerima perasaan-perasaan dan tingkah laku seksualnya sendiri. c) Tujuan terapi Pada dasarnya tujuan terapi/konseling adalah mengubah tingkah laku yang tidak diharapkan/maladaptif, menjadi perilaku baru yang adaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diharapkan. Perilaku akan diubah dan dirumuskan secara spesifik dan rinci. Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi baru bagi proses belajar. Behaviorisme memandang semua perilaku adalah hasil belajar, termasuk perilaku yang maladaptif. Jika perilaku neuritik dipelajari, maka ia bisa dihapus dari ingatan dan tingkah laku lebih efektif bisa diperoleh. Krumboltz dan Thorensen (yang dikutip Huber dan Milman, 1972, dikemukakan G. Corey, 1988) telah mengembangkan tiga kriteria bagi perumusan tujuan yang bisa diterima dalam konseling tingkah laku: "(1) tujuan yang harus dirumuskan haruslah tujuan yang diinginkan klien. (2). Konselor harus bersedia membantu klien untuk mencapai tujuan, dan (3). Harus terdapat kemungkinan untuk menaksir sejauh mana klien bisa mencapai tujuanya (h347)".

d) Peran konselor dan perubahan sikap atau perilaku klien yang harus dilakukan Klien mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, sera memperoleh kendali atas tingkah lakunya yang implusif dan irasional. Konselor menjadi seorang analis terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja dengan klien, kemudian perlu banyak mendengar dan menafsirkan. Konselor memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan kien. Konselor mendengarkan kesenjangan- kesenjangan dan pertentangan-pertentangan pada cerita klien. Selanjutnya konselor mengamati klien secara cermat selama pertemuan berlangsung. e) Teknik-teknik dan prosedur konseling/terapi Krumboltz dan Thorensen (yang dikutip Huber dan Milman, 1972, dikemukakan G. Corey, 1988) menyatakan bahwa "konseling tingkah laku adalah suatu sistem yang mengkoreksi dirinya sendiri". Lebih jauh dikemukakan bahwa tidak ada pembatasan-pembatasan atas teknik-teknik spesifik beragam bisa digunakan secara 11

sistematis, dan hasilnya bisa dievaluasi. Beberapa teknik utama konseling perilaku antara lain; (1) Desensititansi semantik, digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan pemunculan perilaku atau respon berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapus. (2). Terapi implosif dan pembanjiran. Teknik ini terdiri dari atas permunculan berkondisi secara berulangulang tanpa memberinya penguatan. (3). Latihan asertif yaitu digunakan untuk membantu orang-orang yang (a). tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, (b). menunjukan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, (c). memiliki kesulitan untuk mengatakan "tidak", (d). mengalami kesulitan untuk mengungkapkan perasaan lainya, (e). merasa tidak mempunyai hak untuk memilih perasaan dan latihan sendiri. Latihan ini menggunakan prosedur-prosedur permainan peran. Layanan ini biasanya dilakukan dalam situasi kelompok (8-10 orang), (4). Terapi aversi, digunakan untuk meredahkan gangguan-gangguan tingkah laku yang spesifik untuk menghilangkan simpton-simton tertentu dengan cara penarikan penguatan positif atau

penggunaan

berbagai

humungan,

contohnya:

penarikan

penguatan

positifadalah mengabaikan ledakan amarah anak guna menghapus kebiasaanya mengungkapkan ledakan amarah. 2.4 Konseling dalam perspektif islam Konseling dalam perspektif islam pada prinsipnya bukanlah teori baru, karena ajaran islam yang tertuang dalam Al-quran yang disampaikan melalui Rasulullah Saw merupakan ajaran agar manusia memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kebahagiaan yang dimaksud bukanlah hanya bersifat materialistik tapi lebih kepada ketentraman jiwa, ketenangan hidup dan kembalinya jiwa itu pada yang maha kuasa dalam keadaan suci dan tenang juga. Rasulullah Saw adalah konselor yang berhasil dan unggul, karena dalam berbagai hadits Rasul dapat dibaca berbagai kisah/peristiwa tentang bagaimana beliau melakukan bantuan pada orang yang sedang bermasalah, sehingga orang yang dibantu tersebut dapat menjalani hidupnya dengan wajar dan tenang. Persoalanya adalah pada kecenderungan untuk memisahkan agama dengan keilmuan. Padahal dalam ajaran agama sudah pasti ada Keilmuan, demikian halnya juga untuk konseling. Untuk itu masih perlu terus diupayakan bagaimana membumikan Al-quran dan hadist, 12

sehingga secara keilmuan khususnya untuk konseling dapat disusun langkah dan teknik-teknik yang operasional dalam membantu manusia menghadapi masalahnya. Hal senada telah diungkapkan juga oleh H. M arifin bahwa bimbingan dan penyuluhan agama telah dilaksanakan oleh para nabi dan rasul, para sahabat Nabi, para ulama dan juga para pendidik pengajar dari zaman ke zaman. 1. Pengertian Konseling Islami H.M. Arifin (tt:24) mengemukakan konseling islami adalah "segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain, yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniyah dalam lingkungan hidupnya agar supaya orang tersebut mampu mengatasinya sendiri, karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup saat sekarang dan masa depannya. Pada definisi diatas terlihat bahwa bimbingan penyuluhan yang dirumuskan masih sangat umum maknanya baik dilihat dari pelaksananya, sasarannya, maupun proses pelaksanaan. Disisi lain pekerjaan menjadi pembimbing dianggap sama dengan pekerjaan seorang ulama atau guru agama. Anwar Sutoyo (2007: 20-21) mengemukakan pengertian Bimbingan dan konseling Islami berdasarkan hasil seminar dan Lokakarya nasional (semiloknas) Bimbingan dan Konseling Islami II sebagai berikut. Pengertian bimbingan dibedakan dengan pengertian konseling. (a). Bimbingan Islami didefinisikan sebagai proses bantuan yang diberikan secara ikhlas kepada individu atau sekelompok individu untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, dan untuk menemukan serta mengembangkan potensi-potensi mereka melalui usaha mereka sendiri, baik untuk kebahagiaan pribadi maupun kemaslahatan sosial. (b). Konseling islami didefinisikan sebagai proses bantuan yang berbentuk kontak pribadi antara individu atau sekelompok individu yang mendapat kesulitan dalam suatu masalah dengan seorang petugas profesional dalam hal pemecahan masalah, pengenalan diri, penyesuaian diri, dan pengarahan diri, untuk mencapai realisasi diri secara optimal sesuai ajaran islam. Pada definisi hasil semiloknas tampak bahwa konseling tidaklah sama dengan bimbingan. Sasaran konseling adalah individu atau kelompok individu yang sedang bermasalah. Selanjutnya pelaksanaan konseling bukanlah semua orang yang bergerak di bidang agama tapi ia adalah orang yang profesional dalam Bimbingan dan Konseling. Eksplisit juga dalam 13

definisi

konseling

tersebut

bahwa

tujuan

konseling

adalah

membantu

individu

mengembangkan potensi secara optimal sesuai dengan ajaran islam. Hamdani Bakran Adz- Dzaky menyimpulkan berdasarkan beberapa pandangan para ahli konseling Barat bahwa : konseling adalah suatu aktivitas pemberian nasihat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dengan konseli/klien, yang mana konseling datang dari pihak klien yang disebabkan karena ketidaktahuan sehingga ia memohon pertolongan kepada konselor agar dapat memberikan bimbingan dengan metode-metode psikologis agar klien dapat : - Mengembangkan kualitas kepribadian yang tangguh - Mengembangkan kualitas kesehatan mental - Mengembangkan perilaku-perilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya - Menanggulangi problema hidup dan kehidupan secara mandiri Lebih lanjut Hamdani Bakran Adz- Dzaky (2006: 181) menjelaskan bahwa islam dan ajaran nya berisi tuntunan untuk membantu dan membimbing manusia membangun kepribadiannya supaya tangguh, sehat mental, tenang jiwa, sehingga dapat menanggulangi berbagai problem hidupnya dan dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sosial dan kehidupan transedental. Ada beberapa landasan utama yang menjadi alasan bagi dijadikannya ajaran islam sebagai sandaran utama bimbingan konseling yaitu: A. Allah meridhai islam sebagai filsafat hidup (QS. Ali Imran, 3:19,85, QS. al-maidah, 5:3, QS. Ar-rumm, 30:30, QS. shaff, 61:7) Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2006:183) menjelaskan : hidayah islam mengandung petunjukpetunjum tentang berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat dalam sumber ajarannya, Al-Qur'an dan Hadits, amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual,

senantiasa

mengembangkan kepedulian sosjal, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamkan persaudaraan, berakhlak mulia, dan sikap-sikap positif lainnya.

14

B. Al-Qur'an adalah sumber ajaran islam yang utama (QS. Al-Baqaran,2:2, 185) dan hadits Rasulullah yang berbunyi : "rawatlah dengan sungguh-sungguh Al-Qur'an ini, maka demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sungguh Al-Qur'an itu lebuh cepat terlepaskan daripada unta dari tali ikatannya. " (H. R bukhari Muslim dan Abu Musa RA) C. al-Qur'an adalah sumber bimbingan, nasehat dan obat untuk menanggulangi permasalahanpermasalahan Allah SWT berfirman : "wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamh suafu pelajaran dari Tuhanmu dan obat terhadap masalah-masalah yang ada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman". (QS. yunus, 10:57) D. Para Rasul, Nabi, Auliya-Nya atau para ahli waris mereka adalah konselor dan terapis yang diutus Allah swt. (QS. Al-Jumu'ah, 62:2 & QS.Al-Baqarah, 2:151) E. Allah SWT adalah Maha Konselor dan Maha Terapis (tidak ada kemampuan siapapun dan apapun dalam membantu manusia lain memecahkan masalahnya yang akan melebihi bantuan yang diberikan Allah kepada Qalbu manusia yang diberi-Nya petunjuk). Allah swt berfirman dalam Q.S yunus, 10:108-109): "katakanlah wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu: seban itu barang siapa yang mendapat petunjuk: maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikannya Sendiri : dan barang siapa yang sesat: maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu. Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberikan keputusan dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya. F. Adanya kewajiban mencari jalan menuju kepada perbaikan dan perubahan dengan cara : 1. Adanya kesungguhan dan perjuangan, Allah berfirman (dalam Q.S Al-Maidah, 5:35) 2. Bertanya kepada ahlinya. Allah SWT berfirman (dalam Q.S.An-Nahl, 16:43) G. Manusia akan bermasalah akibat meninggalkan ketentuan dan hukum-hukum Allah sebagaimana tertera dalam Al-Qur'an. Allah swt berfirman (dalam Q. S al-Maidah, 5:44-45 & 47)

15

"Dan siapa saja tidak memutuskan suatu hal dengan apa yang Allah telah turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang yang ingkar". Dan siapa saja tidak memutuskan suatu hal dengan apa yang Allah telah turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang yang berbuat aniaya". Dan siapa saja tidak memutuskan suatu hal dengan apa yang Allah telah turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasiq". Dengan demikian bahwa konseling islma menurut Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2006:189) adalah: suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah saw. Pada definisi tersebut terlihat bahwa Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2006) tidak membedakan secara kongkrit antara konseling dengan bimbingan, namun menekankan pentingnya konselor mengembangkan potensi klien agar mampu memecahkan masalahnya sendiri dengan cara-cara yang sesuai dengan petunjuk Allah swt, yang tertera dalam Al-Qur'an dan Hadits. Kesimpulan nya bahwa konseling islami adalah bantuan yang diberikan kepada klien (orang bermasalah) oleh seorang yang ahli dalam konseling untuk membantu klien memecahkan permasalahannya sesuai tuntutan Al-Qur'an dan Hadits, sehingga klien mampu menggunakan potensi-potensinya untuk menghadapi hidup dan kenyataan hidup dengan wajar dan benar. 2. Teori dan praktik Konseling Islami Sejalan dengan kebutuhan akan bentuk aplikatif konseling Islami, perlu digali referensi islam tentang bagaimana cara menghadapi hidup supaya tentram dan bahagia. Pada prinsipnya referensi islam untuk membimbing manusia hidup bahagia amatlah banyak, bahkan bisa ditarik kesimpulan bahwa seluruh ajaran islam justru tujuannya agar manusia hidup bahagia/tentram di dunia dan akhirat. Di Indonesia telah berkembang berbagai pemikiran tentang bimbingan konseling Islami, antara lain yaitu : 1. H.M. Arifin (tt) mengemukakan beberapa metode bimbingan dan penyuluhan yang dapat diterapkan guru agama, meskipun belum menspesifikan untuk proses penyuluhan/konseling bagi praktik para konselor antara lain: 16

a. Penjiwaan agama dalam setiap kegiatan membimbing anak dalam memecahkan problemaproblema hidupnya. Ini artinya guru agama membantu terbimbing (klien) ke arah penemuan kembali internal dan personal religius frame of reference (sumber pola hidup agama dalam pribadinya), yang mana segala problema yang dihadapi pada hakekatnya tidak ada yang tidak dapat diselesaikan bila pribadi yang bersangkutan bersedia kembali pada petunjuk Allah. b. Mengintensifkan penjiwaan agama tersebut sampai pada pengamalan ajaran agama, dengan cara persuasif dan stimulatif sehingga timbul kesadaran pribadi untuk mengamalkan ajaran agama. Untuk menumbuhkan jiwa keagamaan H.M. arifin mengemukakan pula beberapa metode yaitu: (1). Interview (wawancara) yang digunakan untuk mengetahui fakta-fakta psikologis, klien/pengumpulan data klien (2). Bimbingan kelompok, dimana pembimbing/penyuluh dapat mengembangkan sikap sosial, sikap memahami antar anggota kelompok, sikap kebersamaan secara psikologis. Adapun teknik bimbingan kelompok bisa berupa homeroom, diskusi kelompk, karyawisata, sosiodrama dan psikodrama. (3). Client Centered Methode (metode yang dipusatkan pada klien) Metode ini dikutip H.M.Arifin dari William E. Hulme & Wayne K.Clymer yang mengemukakan bahwa metode client centered sering digunakan oleh pastoral counselor. Pada proses bimbingannya konselor lebih dapat memahami kenyataan penderitaan klien yang biasanya bersumber pada perasaan berdosa yang banyak menimbulkan perasaan cemas, konflik kejiwaan, dan gangguan lainnya. Konselor harus bersikap sabar mendengarkan dengan penuh perhatian semua ungkapan batin yang diutarakan klien kepadanya. (4). Metode educative (metode pencerahan). Metode ini dikutip H.M.Arifin dari Seward Hiltner dalam bukunya "Pastoral Counseling". Dengan metode ini konswlor harus berusaha mencari sumber gejala masalah yang dirasa menjadi beban batin dan mengaktifkan kekuatan kejiwaan klien dengan memberi pengertian akan realitas situasi yang dialaminya. Dari beberapa metode yang diungkapkan H.M.Arifin ini, tampak belum secara tegas langkah dan teknik konseling dijelaskan, yang ada baru prinsip-prinsip umum, dan metodenya pun

17

masih sekedar mengulas pendekatan bimbingan konseling barat atau metode pemimpin agama lain dalam melakukan bimbingan. 2. Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2006) mengemukakan: "teori-teori konseling islam merupakan landasan berpijak yang benar tentang bagaimana proses konseling dapat berlangsung dengan baik, dan menghasilkan perubahan-perubahan positif pada klien. Perubahan-perubahan itu meliputi: cara dan paradigma berpikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara beriman/berkeyakinan, serta cara bertingkah laku berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Teori-teori menurut hamdani Bakran Adz-Dzaky sebagai berikut: a. Teori Al-Hikmah Dengan metode ini pembimbing berusaha untuk mampu mengungkapkan dan menyampaikan kata-kata yang mengandung hikmah. Untuk mampu mengungkapkan hikmah seseorang haruslah pribadi yang taat dan benar-benar mengembalikan segala sesuatu nya pada petunjuk Al-Qur'an dan Hadits. Al-Hikmah diberikan oleh Allah pada para Nabi, dan hamba-hambaNya yang soleh, yang dikehendakiNya, serta yang mendekatkan diri padaNya. b. Teori "Al-Mau'izhoh Al-Hasanah" Pembimbing atau konselor membimbing kliennya dengan cara mwngambil pelajaran-pelajaran atau i'tibar-i'tibar dari perjalanan kehidupan para Nabi, Rasul, dan para Auliya Allah. Dalam penggunaan teori ini seorang konselor harus benar-benar telah menguasai sejarah, riwayat hidup dan perjuangan para Nabi, Rasul dan kekasih-kekasihNya, khususnya Nabi Muhammad SAW. Materi Al-Mau'izhoh Al-Hasanah dapat diambil dari sumber-sumber pokok ajaran islam maupu. Dari pakar yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam. Sumber-sumber tersebut adalah : (1). Al-Qur'an Al Karim (2). As-Sunnah (perilaku Rasulullah), (3) Al-Atsar (perilaku para sahabat Nabi) (4). Pendapat atau ijtihad para ulama muslim (5). Pendapat atau penemuanpenemuan para pakar non muslim seperti : terapi psikoanalitis Freud, terapi eksistensial humanistik dari May, Maslow, terapi realitas dari William Glasser, client-centered dari Carl Rogers, terapi gestalt, dan sebagainya. 2.5 Karakteristik Konselor

18

Berdasarkan kajian terhadap beberapa referensi konseling islami diatas dapat dikemukakan beberapa karakteristik konselor yang diaharapkan bisa melaksanakan konseling islami adalah : 1. Seorang yang sudah mendalami dan mendapatkan keahlian khusus dalam bidang bimbingan konseling dan atau pendidikan profesi konselor. 2. Seorang yang punya pemahaman ajaran agama yang cukup memadai dan hidupnya sendiri ditandai dengan ketundukan akan ajaran agama islam. Ia adalah orang terus menerus secara istiqomah menjalankan rukun iman dan rukun islam. 3. Seorang yang cara hidupnya layak diteladani. Karena konselor harus sekaligus berfungsi sebagai model. 4. Seorang yang punya keinginan kuat dan ikhlas untuk membantu orang lain agar bisa berperilaku sesuai petunjuk al-qur'an dan Hadist. 5. Seorang yang yakin bahwa apa yang dia lakukan untuk klien nya adalah sebatas usaha, sedangkan hasilnya akan ditentukan oleh individu itu sendiri serta petunjuk/hidayah dari Allah swt. 6. Seorang yang tidak mudah berputus asa dalam menegakkan amar ma'ruf, nahi mungkar. 7. Seorang yang bisa memegang rahasia orang lain, atau mampu menjaga aib orang lain. 2.6 Karakteristik klien 1. Klien yang dibantu melalui konseling Islami adalah klien yang bergama islam atau non muslim yang bersedia diberi namtuan melalui pendekatan yang menggunakan nilai-nilai islam. 2. Klien adalah individu yang sedang mengalami hambatan atau masalah untuk mendapatkan kebahagiaan hidup (ketentraman) 3. Klien secara sukarela didorong untuk mengikuti proses konseling. 4. Klien adalah seorang yang berhak menentukan jalan hidupnya sendiri, dan akan bertanggung jawab atas dirinya setelah baligh/dewasa untuk kehidupan dunia maupun akhiratnya.

19

5. Pada dasarnya setiap klien adalah baik, karena Allah swt telah membekali setiap individu dengan potensi berupa fitrah yang suci untuk tunduk pada aturan dan petunjuk Allah yang Maha Esa 6. Klien yang bermasalah pada hakekatnya orang yang membutuhkan bantuan untuk memfungsikan jasmani, qolb, a'qal, dan basyirohnya dalam mengendalikan dorongan hawa nafsunya. 2.7 Pendekatan Konseling Islami Konseling islami dalam pelaksanaannya lebih bersifat elektrik atau tidak terikat pada satu pendekatan saja. Penggunaan pendekatan konseling akan disesuaikan dengan karakter klien dan masalahnya. Suatu saat konselor dapat menggunakan pendekatan direktif, dimana konselor lebih banyak berperan sebagai orang yang memberikan pelajaran dan konselor aktif menunjukan pada klien cara dan langkah penyelesaian masalah yang bisa ditempuh klien. Dalam hal ini konselor harus menguasai ayat-ayat dan hadits-hadits yang berhubungan dengan masalah klien kemudian menunjukan jalan sesuai tuntunan Al-Qur'an dan Hadits. Sementara dilain situasi konselor dapat menggunakan pemdekatan non direktif, dimana klien didorong melakukan muhasabah (mengevaluasi, merenungkan akan hakekat dirinya dan sikal serta perilakunya saat sekarang, mana yang sejalan dengan nilai islam dan mana yang terlanjur melanggar), klien didorong untuk memikirkan yang terbaik bagi dirinya, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat, bukan sekedar kesenangan sementara belaka. Dalam menggunakan pendekatan direktif maupun non direktif konselor menjadikan al-qur'an dan Hadits sebagai rujukan atau dengan kata lain materi dan metode konseling yang dipilih konselor tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai islam. 2.8 Asumsi-asumsi Pokok Dalam Pelaksanaan Konseling Islami 1. Individu akan memperoleh kebahagian hidup dunia akhirat jika ia taat pada tuntunan hidup ketika yang telah diwahyukan Allah SWT, dan dijelaskan melalui utusanNya Rasulullah saw. 2. Kebahagiaan individu pada dasarnya adalah diperolehnya ketentraman hidup yang ditandai dengan ketenangan jiwa, keihklasan, ketaatan dan ketundukan akan aturan yang dibuat Allah Yang Maha Mencipta dan Maha Mengetahui Rahasia seluruh 20

kehidupan makhluk yang ada baik untuk dunia maupun akhirat. 3. Individu dalam banyak situasi kadang-kadang membutuhkan bantuan orang lain / ahli untuk membangun kemampuan dirinya agar bersikap, berbuat yang mendatangkan ketentraman sesunggunhnya, serta bukan sekedar bersikap dan berbuat untuk mendapatkan kesenangan-kesenangan sementara. 4. Individu bermasalah adalah individu yang belum mampu memfungsikan semua potensinya baik fisik / jasmani dan psikis dan jiwanya (ruh / qalb-aqal, basyirahnya) sejalan dengan fitrah yang di gariskankan Allah SWT. 5. Individu bermasalah tidaklah identik dengan individu yang miskin secara materi tapi lebih identik dengan miskin secara psikologis dan kejiwaan yang ditandai dengan berbagai penyakit hatii seperti sering mengalami kegelisahan, kecemasan, mudah putus asa, rakus, kikir, sombong, iri-dengki, bohong, sering berpura-pura, malas/daya juang hidup yang lemah, tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas, egois dan kurang peduli terhadap lingkungan sosialnya, seerta mudah diajak untuk perbuatan yang sifatnya hura-hura, mencari kesenangan semata. 6. Individu bermasalah adalah individu yang tnduk pada hawa nafsunya dan belum mampu menggunakan potensi jasmani, qalb, dan aqalnya dalam mengendalikan hawa nafsunya. 7. Individu yang sehat pribadinya adalah individu yang mampu mengendalikan hawa nafsunya berdasarkan nilai-nilai islam atau dengan kata menyalurkan dorongan hawa nafsunya dengan cara yang tidak baik, sesuai fitrahnya. Dengan kata lain mampu menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan jasmani dan spiritualitasnya. 8. Individu yang sehat adalah individu yang selalu sadar akan hak tugas dan tanggung jawabnya sebagai : a. Insan yang menghambakan diri hanya kepada Allah (makhluk religius),

b.

Makhluk

individu

(unik,

berkembang

dinamis

diberi

Allah

berbagaipotensi/kemampuan, memiliki kelebihan disamping berbagai kelemahan, c. Makhluk sosial (yang harus selalu berhubungan dengan orang lain/bersosial)

2.9 Tujuan Konseling lslami Tujuan umum / jangka panjang konseling islami adalah: agar individu menjadi muslim yang bahagia dunia dan akhirat. Untuk mencapai tujuan umum dalam proses konseling. Perlu

21

dibangun kemampuan kemandirian individu sebagai pribadi muslim.adapun ciri pribadi muslim yang diharapkan terbentuk melalui konseling adalah : 1. Individu yang mampu mengenal dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah, makhluk individu yang unik dengan segala kelebihan dari kekurangannya, makhluk yang selalu berkembang dan makhluk sosial yang harus mengenal lingkungan sosialnya/keluarga, sekolah, masyarakatnya. 2. Individu menerima keberaaan diri dan lingkungannya secara positif dan dinamis (sebagai hamba Allah, sebagi makhluk individu, dan sebagai makhluk sosial) yang dituntut dengan sejumlah tugas dan tanggung jawab dalam hidup. 3. Individu mampu mengambil keputusan yang sesuai tuntunan nilai Ilahi dalam eksistensi dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah yang diberi fitrah dengan potensi hati/kalbu, akal, fisik, psikis dan hawa nafsu, sebagai makhluk individu yang unik, sebagai makhluk sosial yang terikat dengan lingkungan sosial/orang lain di luar dirinya. 4. Individu mampu mengarahkan dirinya sesuai keputusan yang diambilnya. 5. Individu mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai insan yang tunduk pada aturan Ilahi, menjadi dirinya sendiri yang bersikap dan bertindak sesuai fitrahnya, sebagai individu yang mampu menempatkan dirinya dalam lingkungan sosialnya sesuai nilai-nilai islam. Pemikiran tentang lima ciri kemandirian tersebut dikembangkan berdasarkan pandangan Prayitno (1999) tentang individu mandiri. Selanjutnya tujuan jangka pendek proses konseling adalah membantu klien mengatasi masalahnya dengan cara mengubah sikap dan perilaku klien yang melanggar tuntunan Islam menjadi sikap dan perilaku hidup yang sesuai dengan tuntunan Islam. 2.10 Langkah-langkah melaksanakan konseling Islami Untuk melaksanakan konseling islami dapat ditempuuh beberapa langkah berikut : 1. Menciptakan hubungan psikologis yang ramah, hangat, penuh penerimaan, keakraban, keterbukaan. 2. Meyakinkan klien akan terjaganya rahasia dari apapun yang dibicarakan dalam proses konseling sepanjang klien tidak menghendaki diketahui orang lain.

22

3. Wawancar awal

berupa pengumpulan data, sebagai proses mengenal klien,

masalahnya, lingkungannya dan sekaligus membantu klien mengenali dan menyadari dirinya. 4. Mengeksplorasi masalah dengan perspektif Islam (pada langkah ini konselor mencoba menelusuri tingkatpengetahuan dan pemahaman individu akan hakekat masalahnya dalam pandangan Islam) 5. Mendorong klien untuk melakukan muhasabah (mengevaluasi diri apakah ada kewajiban yang belum dilakukan, adakah sikap dan prilaku yang salah, sudah bersihkah jiwanya dari berbagai penyakit hati). 6. Mengeksplorasi tujuan hidup dan hakekat hidup menurut klien, selanjutnya merumuskan tujuan-tujuan jangka pendek yang ingin dicapai klien sehubungan dengan masalahnya. 7. Mendorong klien untuk menggunakan hati/qalb dalam melihat masalah, dan sekaligus mendorong klien menggunakan a’qalnya dan bertanya pada hati nuraninya. 8. Mendorong klien untuk menyadari dan menerima kehidupan yang diberikan Allah penuh keridhoan dan keihlasan.

BAB III PENUTUP 23

3.1 Kesimpulan 3.2 Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA Erhamwilda. 2009. KONSELING ISLAMI. Yogyakarta. GRAHA ILMU. 24

25

Related Documents

Konseling Islam
June 2020 15
Konseling Hiv.docx
June 2020 16
Ffq Konseling
August 2019 32
Konseling & Psikoterapi
August 2019 32
Konseling Kieee.docx
May 2020 22

More Documents from "Intan Purmala"