Konjungtivitis Vernalis Rev 1.docx

  • Uploaded by: Aletha Ayu Merpati
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Konjungtivitis Vernalis Rev 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,766
  • Pages: 27
BAB I LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN Nama

: An. D

Umur

: 9 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Pekerjaan

: Pelajar

Alamat

: Tanjung Pinang

Tanggal anamnesa

: Senin, 16 Februari 2015

2.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis) 2.2.1 Keluhan Utama Kedua mata merah dan gatal ± sejak 1 bulan terakhir.

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan kedua mata merah dan gatal ± sejak 1 bulan terakhir. Menurut ibu pasien, awalnya pasien bermain di lapangan pada siang hari, kemudian pasien mulai merasakan keluhan-keluhan tersebut. Keluhan ini sudah sering dirasakan jika pasien bermain di bawah terik matahari. Sebelumnya pasien sudah tiga kali berobat ke puskesmas, diberi obat tetes mata dan obat minum namun ibu pasien tidak tahu nama obat yang diberikan dari puskesmas. Namun, walaupun sudah menggunakan obat-obat tersebut, keluhan tidak hilang. Gejala ini pun sudah sering dirasa hilang timbul. Penglihatan kabur disangkal. Adanya penglihatan ganda disangkal, keluhan sakit kepala disertai rasa sakit pada daerah mata juga disangkal,

1

terasa ada yang mengganjal (-), kotoran mata yang kental (-), bengkak (-), mata berair terus menerus (-), sulit membuka mata (-), demam (-). 2.2.3 Riwayat Pengobatan Sebelumnya Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke puskesmas untuk keluhan mata merah dan gatal pada kedua matanya. Kemudian oleh dokter puskesmas ia diberi obat tetes mata dan obat minum, namun ibu pasien tidak tahu obat apa yang diberikan oleh dokter tersebut. Karena sejak 3x berobat ulang ke puskesmas namun keluhan tidak hilang akan ibu pasien membawa pasien untuk kembali berobat ke dokter spesialis mata.

2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu ‐ Pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya ‐ Riwayat operasi disangkal ‐ Riwayat trauma (-) ‐ Riwayat sering terpapar dengan matahari pada kedua mata (+) ‐ Riwayat alergi makanan (+) ‐ Riwayat Asma (-)

2.2.5 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama. Riwayat keluarga dengan alergi (+), asma (-)

2.2.6 Riwayat gizi : BB

: 38 kg

TB

: 143 cm

IMT

: 18, 58 (baik)

2.2.7 Keadaan Sosial Ekonomi Ekonomi pasien tergolong dalam ekonomi yang cukup, dimana ibu dan ayah pasien bekerja sebagai seorang pedagang.

2

2.3 PEMERIKSAAN FISIK 2.3.1 Status Generalis Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital

:

TD

: 100/80 mmHg

Nadi

: 72 x/menit

RR

: 21 x/menit

Suhu

: Afebris

‐ Kepala

: Normocephal

‐ Mata

: Status Oftalmologi

‐ THT

: Tidak ada keluhan

‐ Mulut

: Tidak ada keluhan

‐ Leher

: Tidak ada keluhan

‐ Thoraks

: Tidak ada keluhan

‐ Abdomen

: Tidak ada keluhan

‐ Endokrin

: Tidak ada keluhan

‐ Ekstremitas : Tidak ada keluhan

2.3.2 Status Oftalmologikus Pemeriksaan Visus SC

OD

OS

6/6

6/6

CC

Kedudukan Bola Mata Posisi

Ortoforia

3

Ortoforia

Pergerakan bola mata

- Duksi

Baik

Baik

- Versi

Baik

Baik

Inj. konjungtiva

Inj. konjungtiva

Jernih

jernih

Penebalan bag. Konj. bulbi

Jernih,

jernih

Penebalan bag. Konj. bulbi

Palpebra Superior

Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-), laserasi (-), benjolan (-)

Inferior

Silia

laserasi (-), benjolan (-)

Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-), laserasi (-), benjolan (-)

laserasi (-), benjolan (-)

Trikiasis (-), madarosis (-)

Trikiasis (-), madarosis (-)

Konjungtiva Konjungtiva superior

tarsus Licin (+), Hiperemis (-), Licin (+), Hiperemis (-), Anemis (-), Papil (-), folikel Anemis (-), Papil (-), (-), lytiasis (-)

Konjungtiva inferior

folikel (-), lytiasis (-)

tarsus Licin (+), Hiperemis (-), Licin (+), Hiperemis (-), Anemis (-), Papil (-), folikel Anemis (-), Papil (-),

4

(-), lytiasis (-) Konjungtiva bulbi

folikel (-), lytiasis (-)

Injeksi

konjungtiva

(+), Injeksi konjungtiva (+),

Injeksi

Silier

jar. Injeksi

(-),

Fibrovascular

Silier

(-), Fibrovaskular

(-),

jar. (-),

penebalan di dekat limbus penebalan di dekat limbus (+)

(+) Kornea

Jernih

+

+

Edema

-

-

Ulkus

-

-

Perforasi

-

-

Makula

-

-

Leukoria

-

-

Pigmen iris

-

-

Laserasi

-

-

Bekas jahitan

-

-

Jaringan fibrovaskuler

-

-

Limbus Kornea Penebalan

berwarna

+

+

Arcus sinilis

-

-

Bekas jahitan

-

-

Jaringan fibrovaskuler

-

-

putih kemerahan

Sklera Sklera biru

-

-

Ikterik

-

-

Hiperemis

-

-

COA Volume

Sedang Iris

5

Sedang

Warna

Cokelat

Cokelat

Kripta

Normal

Normal

Prolaps

-

-

Pupil Bentuk

Bulat

Bulat

Isokoria

Isokor

Isokor

Ukuran

3 mm

3 mm

RCL

+

+

RCTL

+

+

Lensa Kejernihan

Jernih

Jernih

Tampak penebalan di

Tampak penebalan di

konjungtiva bulbi ke daerah

konjungtiva bulbi ke

sekitar limbus berwarna

daerah sekitar limbus

putih susu kemerahan

berwarna putih susu

PEMERIKSAAN SLIT LAMP

kemerahan Tekanan Intra Okuler Palpasi Tonometer Schiotz

Normal

Normal

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

VISUAL FIELD

TIDAK DILAKUKAN

FUNDUSKOPI

TIDAK DILAKUKAN

2.4 DIAGNOSIS KERJA Konjungtivitis Vernal Tipe Limbus ODS

2.5 DIAGNOSIS BANDING - Konjungtivitis kataral sub akut - Konjungtivitis flikten - Konjungtivitis atopi

6

2.6 ANJURAN PEMERIKSAAN ‐ Darah rutin ‐ Kultur

2.7 PENATALAKSANAAN 

Medikamentosa ‐ Anti hitamin topical ED (Cendo conver) ‐ Kortikosteroid topikal ED (Cendo P-Pred) ‐ Anti histamin sistemik: Cetirizin 2 x 1 tab

2.8 PROGNOSIS Quo ad vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad fungtionam

: Dubia ad bonam

7

BAB III TINJAUAN KEPUSTAKAAN

3. 1 ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA Konjungtiva adalah mukosa yang melapisi bagian dalam palpebra dan permukaan anterior mata. Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal kelopak menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kornea. 1 Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian : 1. Konjungtiva palpebra 2. Konjungtiva forniks 3. Konjungtiva bulbi

8

Gambar 1. Anatomi Konjungtiva Yang melapisi bagian palpebra disebut konjungtiva palpebra, di forniks disebut konjuntiva fornicis dan yang di bola mata disebut konjuntiva bulbi. Secara histologis lapisan konjuntiva dimulai dari epitel konjuntiva yang terdiri atas epitel superficial mengandung sel goblet yang memproduksi mucin dan epitel basal, di dekat limbus dan epitel ini mengandung pigmen. Dibawah epitel terdapat stroma konjuntiva yang terdiri atas lapisan adenoid yang mengandung jaringan limfoid dan lapisan fibrosa yang mengandung jaringan ikat. Kelenjar yang ada di konjuntiva terdiri dari kelenjar Krause (ditepi atas tarsus) yang menyerupai kelenjar air mata. Arteri- arteri konjungtiva berasal dari a.ciliaris anterior dan a. palpebralis yang keduanya beranastomosis. Yang berasal dari a. ciliaris anterior berjalan ke depan mengikuti m. rectus menembus sclera dekat limbus untuk mencapai bagian dalam mata dan cabang- cabang yang mengelilingi kornea.

9

Konjungtiva menerima persyarafan dari percabangan pertama n. trigeminus yang berakhir sebagai ujung- ujung yang lepas terutama di bagian palpebra. Konjuntiva mengandung sangat banyak pembuluh limfe. Konjungtiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara di forniks atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan tertahan pada bangunan lekukan di belakang kelopak mata tertahan di belakang tepi kelopak. Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks dan mengalir ke tepi nasal menuju punctum lakrimalis. Dengan demikian konjuntiva dan kornea selalu basah. Kedudukan konjungtiva mempunyai resiko mudah terkena mikroorganisme atau benda lain. Air mata akan melarutkan materi infektius atau mendorong debu keluar. Alat pertahanan ini menyebabkan peradangan menjadi self-limited disease. Selain air mata, alat pertahanan berupa elemen limfoid, mekanisme eksfoliasi epitel dan gerakan memompa kantong air mata. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan mikroorganisme patogen untuk saluran genitourinaria yang dapat tumbuh di daerah hidung tetapi tidak berkembang di daerah mata.1,2,3

10

3. 2 PENDAHULUAN Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput

lendir yang

Konjungtivitis

dapat

menutupi

belakang

disebabkan

kelopak

dan

bola

mata.

oleh bakteri, virus, klamidia, alergi

toksik seperti konjungtivitis vernal, dan moluscum contangiosum. Konjungtivitis vernalis dikenal juga sebagai “konjungtivitis musiman” atau “konjungtivitis musim kemarau” biasanya berlangsung dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5-10 tahun. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Penyakit ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Hal ini karena penyakit ini sering kambuh dan menyerang anak-anak, dengan demikian memerlukan pengobatan jangka panjang dengan obat yang aman. Penyebaran konjungtivitis vernal merata di dunia, terdapat sekitar 0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian Amerika Selatan) daripada iklim dingin (seperti Amerika Serikat, Swedia, Rusia dan Jerman). Penyakit ini tergolong penyakit pada anak, jarang terjadi pada pasien usia di bawah 3 tahun atau di atas 25 tahun. Dari 1000 kasus yang tercatat di literatur, 750 kasus terjadi pada pasien dengan usia 5 hingga 20 tahun. Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik (turunan). Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa 65% penderita konjungtivitis vernal memiliki satu atau lebih sanak keluarga yang memiliki

11

penyakit turunan (misalnya asma, demam rumput, iritasi kulit turunan atau alergi selaput lendir hidung permanen). Penyakit-penyakit turunan ini umumnya ditemukan pada pasien itu sendiri. Kurun waktu konjungtivitis vernal rata-rata berkisar 4 sampai 10 tahun. Semua penelitian tentang penyakit ini melaporkan bahwa biasanya kondisi akan memburuk pada musim semi dan musim panas di belahan bumi utara, itulah mengapa dinamakan konjungtivitis ”vernal” (atau musim semi). Di belahan bumi selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim dingin. Akan tetapi, banyak pasien mengalami gejala sepanjang tahun, mungkin disebabkan berbagai sumber alergi yang silih berganti sepanjang tahun.1,2 Alergen sulit dilacak, namun pasien konjungtivitis vernalis kada ng-kadang menampakkan manifestasi alergi lainnya yang berhubungan dengan sensitivitas tepung sari rumput. 4

3. 3 DEFINISI Konjungtivitis

vernalis

adalah

konjungtivitis

akibat

reaksi

hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. 5

3. 4 KLASIFIKASI Terdapat dua bentuk utama konjungtivitis vernalis (yang dapat berjalan bersamaan), yaitu: 1. Bentuk palpebra  terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekr 12

et yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edem, dengan kelainan

kornea

lebih berat dari tipe limbal. Secara klinik, papil besar

ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata dan dengan kapiler ditengahnya.

Gambar 2. Konjungtivitis Vernal Palpebra dengan Tanda cobble stone

2. Bentuk Limbal  hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan

degenarasi

epitel

kornea atau eosinofil di bagian epitel

limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil. (2,4)

13

Gambar 3. Konjungtivitis Vernal Limbal dengan Tanda Trantas Dot

3. 5 ETIOLOGI Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20. 2

3. 6 PATOFISIOLOGI Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang insterstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasia akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini

akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan

deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone.

14

Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu

kebiruan

sehingga

konjungtiva

tampak

buram

dan

tidak

berkilau. Proliferasi yang spesifik padakonjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat akan disertai keratitis serta erosi epitel kornea. Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun kuantitas stem cell limbus. Kondisi yang terakhir ini mungkin

berkaitan

dengan

konjungtivalisasi

pada

penderita

keratokonjungtivitis dan dikemudian hari berisiko timbulnya pterigium pada usia muda. Di samping itu, jugaterdapat kista-kista kecil yang dengan cepat akan mengalami degenerasi. 1,2,4

3. 7 GAMBARAN HISTOPATOLOGIK Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta diantara papil serta pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN, eosinofil, basofil, dan sel mast. Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 pasien dengan konjungtivitis vernalis mata yang dilakukan

15

oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel plasma pada konjungtiva. Proliferasi limfosit akan membentuk beberapa nodul limfoid. Sementara itu, beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel eosinofil, menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan dalam kekambuhan konjungtivitis. Dalam

penelitian

tersebut juga

ditemukan

adanya

reaksi

hipersensitivitas. Tidak hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal, tetapi juga di fornix, serta pada beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar. Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen, hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok,

serta

Deposisi kolagen dan

reduksi

sel

substansi dasar

radang

secara

keseluruhan.

maupun seluler mengakibatkan

terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan klinis. Hiperplasia jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas. Kolagen maupun pembuluh darah akan mengalami hialinisasi. Epiteliumnya berproliferasi menjadi 5–10 lapis sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. Seiring dengan bertambah besarnya papil, lapisan epitel akan mengalami atrofi di apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian akan mengalami keratinisasi.6,7 Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa pertumbuhan epitel yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis sel (acanthosis). Horner-Trantas dot’s yang terdapat di daerah ini sebagian

16

besar terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan limfosit. 6,7

Gambar 4. Histologi konjungtivitis vernal terlihat banyak sel radang terutama eosinofil

3. 8 GEJALA Pasien umumnya mengeluh gatal yang berlebihan dan bertahi mata berserat,

terutama

bila berada

dilapangan

terbuka

yang

panas

terik. Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi. Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering terdapat papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler. Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling mencolok terdapat di

17

limbus,

yaitu

pembengkakan

gelatinosa

(papillae).

Sebuah pseudogerontoxon (arcus) sering terlihat pada kornea dekat papilla limbus. Trantas dot adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan konjungtivitis vernalis selama fase aktif dari penyakit ini. Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal palpebra dan limbus, namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul

parut

pada

konjungtiva

kecuali jika pasien telah menjalani

krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur lain yang dapat merusak konjungtiva.1,2 Gambaran klinis konjungtivitis vernal: 

Keluhan utama: gatal Pasien pada umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat. Keluhan gatal ini menurun pada musim dingin.



Ptosis Terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan dibandingkan yang lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam sel-sel konjungtiva palpebra dan infiltrasi sel-sel limfosit plasma, eosinofil, juga adanya degenerasi hyalin pada stroma konjungtiva.



Kotoran mata Keluhan gatal umumnya disertai dengan bertahi mata yang berserat-serat. Konsistensi kotoran mata/tahi mata elastis ( bila ditarik molor).

18



Kelainan pada palpebra Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Konjungtiva tarsalis pucat, putih keabu-abuan disertai papil-papil yang besar (papil raksasa). Inilah yang disebut “cobble stone appearance”. Susunan papil ini rapat dari samping tampak menonjol. Seringkali dikacaukan dengan trakoma. Di permukaannya kadang-kadang seperti ada lapisan susu, terdiri dari sekret yang mukoid. Papil ini permukaannya rata dengan kapiler di tengahnya. Kadang-kadang konjungtiva palpebra menjadi hiperemi, bila terkena infeksi sekunder.



Horner Trantas dots Gambaran seperti renda pada limbus, dimana konjungtiva bulbi menebal, berwarna Merupakan

putih

penumpukan

susu,

kemerah-merahan,

eosinofil

dan

seperti

merupakan

hal

lilin. yang

patognomosis pada konjungtivitis vernal yang berlangsung selama fase aktif. 

Kelainan di kornea Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial difus khas ini sering dijumpai. Kadang-kadang didapatkan ulkus kornea yang berbentuk bulat lonjong vertikal pada superfisial sentral atau para sentral, yang dapat diikuti dengan pembentukan jaringan sikatrik yang ringan. Kadang juga didapatkan panus, yang tidak menutupi seluruh permukaan kornea, sering berupa mikropannus. Penyakit ini mungkin juga disertai keratokonus. Kelainan di kornea ini tidak membutuhkan pengobatan khusus, karena tidak satu pun lesi kornea ini berespon baik terhadap terapi standar.

19

3. 9 DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.

Pemeriksaan

laboratorium

yang

dilakukan

berupa

kerokan

konjungtiva untuk mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula-granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas. 6

3. 10 PENGOBATAN Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai jangka panjang.1,2 Pilihan perwatan onjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya gejala yang muncul dan durasinya, yaitu: 1. Tindakan Umum Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan

konsultatif

yang

membantu mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapatindakan tersebut antara lain: o Menghindari tindakan menggosok-gosok mata

dengan tangan

atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-mediator sel mast. o Pemakaian mesin pendingin ruangan o Menghindari daerah berangin kencang yang

biasanya

juga

membawa serbuk sari o Menggunakan kaca mata untuk mengurangi kontak dengan alergen di udara

terbuka.

20

Pemakaian lensa

kontak

justru

harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi allergen; o Kompres dingin di daerah mata; o Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi protektif karena membantu menghalau alergen

2. Terapi topikal o Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10%-20% tetes mata. Dosisnya tergnatung pada kuasntitias eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini,larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalin seperti 1-2% sodium karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun tidak efektif sepenuhnya. o Antihistamin o NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs) o Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid topikal prednisolon fosfat 1%, 6-8 kali sehari selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai ke dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Bila sudah terdapat ulkus kornea maka kombinasi antibiotik steroid terbukti sangat efektif. o Antibiotik broad-spectrum

3. Terapi Sistemik o Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik seperti prednisolone asetat, prednisolon fosfat, atau deksamethason fosfat 2-3 tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu. o Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang

dialami

pasien.

21

Apabila

dikombinasi

dengan

vasokonstriktor,

dapat

memberikan

kontrol yang memadai

pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis.

4. Tindakan Bedah Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada papil raksasa

konjungtiva

tarsal

kini sudah ditinggalkan

mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh lagi.

22

BAB IV ANALISA KASUS

Pada kasus ini, dilaporkan seorang anak laki-laki, usia 9 tahun, datang dengan keluhan kedua mata terasa merah dan gatal ± sejak 1 bulan terakhir. Mata merah ini bisa disebabkan adanya vasodilatasi dari pembuluh darah mata anak tersebut yang bisa diakibatkan karena inflamasi maupun trauma, sedangkan gatal yang dirasakan bisa disebabkan karena adanya mediator inflamasi seperti histamine yang menyebabkan mata anak tersebut menjadi gatal. Awalnya pasien bermain di lapangan pada siang hari, kemudian pasien mulai merasakan keluhankeluhan tersebut. Keluhan ini sudah sering dirasakan jika pasien bermain di bawah terik matahari. Bermain dilapangan pada siang hari dan saat matahari terik ini bisa menjadi salah satu faktor resiko terjadinya mata merah pada anak tersebut, Keluarga pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama tetapi memliki riwayat dengan alergi hal ini bisa menjadi faktor resiko yang menyebabkan kelainan pada anak tersebut seperti konjungtivitis alergi. Sebelumnya pasien sudah tiga kali berobat ke puskesmas, diberi obat tetes mata dan obat minum namun ibu pasien tidak tahu nama obat yang diberikan dari puskesmas. Namun, walaupun sudah menggunakan obat-obat tersebut, keluhan tidak hilang. Gejala ini pun sudah sering dirasa hilang timbul. Hal ini menandakan bahwa keluhan yang diderita pasien berulang atau bersifat khas musiman. Penglihatan kabur dan adanya penglihatan ganda disangkal hal ini menunjukkan bahwa kelainan mata yang dialami pasien bukan disebabkan karena kelainan refraksi, artinya bahwa keluhan pasien bukan merupakan kelainan mata visus turun,

keluhan sakit kepala disertai rasa sakit pada daerah mata juga

disangkal, terasa ada yang mengganjal (-), kotoran mata yang kental (-), bengkak (-), mata berair terus menerus (-), sulit membuka mata (-), demam (-), riwayat alergi (+). Konjungtivitis dapat disebabkan pula oleh alergi atau reaksi hipersensitivitas. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa pada anamnesis kasus konjungtivitis vernal didapatkan adanya keluhan seperti mata merah, gatal,

23

dan biasanya dipicu oleh kondisi kemarau, atau terik matahari, atau musiman. Dan tidak terddapat gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan visus pasien ini didapatkan VOD 6/6 dan VOS 6/6 hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami kelainan mata merah dengan visus normal. Dari pemeriksaan status oftalmologis, didapatkan adanya penebalan di konjungtiva bulbi ke daerah sekitar limbus berwarna putih susu kemerahan pada kedua mata. Hal ini mengarah kepada kelainan mata yang disebabkan oleh alergi seperti konjungtivitis vernalis yang sering terjadi pada anak-anak Tidak tampak kekeruhan pada kornea dan lensa hal ini menunjukkan bahwa kelainan mata yang dialami pasien bukan disebabkan oleh peradangan pada kornea selain itu tidak ada kekeruhan pada lensa juga menunjukkan bahwa pada pasien ini tidak terjadi kelainan refraksi. Refleks cahaya pada kedua pupil baik, pupil isokor. Menurut literatur inspeksi pada konjungtivitis vernal terlihat sebagai hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Horner Trantas dot. Kasus ini juga didukung dengan adanya faktor resiko yaitu paparan sinar matahari pada mata pasien. Adapun pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan pada kasus ini adalah pemeriksaan laboratorium, seperti kultur untuk menilai penyebab dan untuk menentukan pengobatan pasien. Terapi atau penatalaksanaan pada kasus ini adalah pemberian antihistamin topikal dan sistemik serta pemberian kortikosteroid topikal hal ini sesuai dengan literatur. Untuk prognosis pada kasus ini adalah baik walaupun dapat terjadi rekurensi jika pasien tidak menghindari faktor risiko terhadap peyakit ini.

24

BAB V KESIMPULAN Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipeI) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal terjadi akibatalergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia20.Gejala yang spesifik berupa rasa gatal yang hebat, sekret mukus yang kentaldan lengket, serta hipertropi papil konjungtiva. Tanda yang spesifik adalah Trantas dots dan coble stone. Terdapat dua bentuk dari konjungtivitis vernalis yaitu bentuk palbebradan bentuk limbal. Konjungtivitis vernalis

pada

umumnya

tidak

mengancam

penglihatan,

namun

dapat menimbulkan rasa tidak enak. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpadi obati. Namun tetap dibutuhkan perawatan agar tidak terjadi komplikasi dan menurunkan tingkat ketidaknyamanan dari pasien. Perawatan yang dapat diberikan menghindari menggosok-gosok mata, kompre dingin di daerah mata, memakai pengganti air mata, memakai obat tetes seperti asetil sistein, antihistamin,

NSAID,

steroid, stabilisator sel mast, dll; obat oral (seperti antihistamin dan steroid), dan pembedahan. 1,2,6

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika, 2000. Hal 268, 274-287. 2. Ilyas Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi ke tiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006. Hal 179-188. 3. A.K. Khurana. Comprehenship Opthalmology 4th Edition dalam Chapter 12-New Age International 2007. P 288-96. 4. Wijana Nana S,D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke 6, Abdi Tegal.Jakarta 1993.Hal 332-342. 5. Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC 6. Medicastore. Konjungtivitis Vernalis. Diunduh

dari

http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis. html. (Diakses 23 Februari 2015) 7. PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. (Diakses 23 Februari 2015)

26

8. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=428827&val=3947&t itle=KONJUNGTIVITIS%20VERNAL

27

Related Documents


More Documents from ""