Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang,rumputrumputan,dedakpadi,batangjagung,sulur,carang-carang serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman. Sisa tanaman, hewan, atau kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil yang berupa bakteri jamur, ganggang, hewan satu sel, maupun banyak sel merupakan sumber bahan organik yang sangat potensial bagi tanah, karena perannya yang sangat penting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, namun bila sisa hasil tanaman tidak dikelola dengan baik maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti mengakibatkan rendahnya keberhasilan pertumbuhan benih karena imobilisasi hara, allelopati, atau sebagai tempat berkembangbiaknya patogen tanaman. Bahan-bahan ini menjadi lapuk dan busuk bila berada dalam keadaan basah dan lembap, seperti halnya daundaun menjadi lapuk bila jatuh ke tanah dan menyatu dengan tanah. Selama proses perubahan dan peruraian bahan organik, unsur hara akan bebas menjadi bentuk yang larut dan dapat diserap tanaman. Sebelum mengalami proses perubahan, sisa hewan dan tumbuhan ini tidak berguna bagi tanaman, karena unsur hara masih dalam bentuk terikat yang tidak dapat diserap oleh tanaman. Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat proses alami, rumput, daun-daunan dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena adanya kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik. Sifat dan karakterisasikompos Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan menambah kesuburan tanah pertanian. Karakteristik umum dimiliki kompos antara lain: (1) mengandung unsur hara dalam jenis Pupuk Organik dan Pupuk Hayati dan jumlah bervariasi tergantung bahan asal; (2) menyediakan unsur hara secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas; dan (3) mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah. Berikut ini diuraikan fungsi kompos dalam memperbaiki kualitas kesuburan fisik,kimia, dan biologitanah.
Prinsip prosespengomposan Bahan organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman karena perbandingan kandungan C/N dalam bahan tersebut tidak sesuai dengan C/N tanah. Rasio C/N merupakan perbandingan antara karbohidrat (C) dannitrogen(N).RasioC/Ntanahberkisarantara1012.Apabilabahanorganik mempunyai rasio C/N mendekati atau sama dengan rasio C/N tanah, maka bahan tersebut dapat digunakan tanaman. Namun pada umumnya bahan organik segar mempunyai rasio C/N tinggi (jerami 50-70; dedaunan tanaman 50-60;kayu-kayuan>400;danlain-lain). Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (<20). Semakin tinggi rasio C/N bahan organik maka proses pengomposan atau perombakan bahan semakin lama. Waktu yang dibutuhkan bervariasi dari satu bulan hingga beberapa tahun tergantung bahan dasar. Proses perombakan bahan organik terjadi secara biofisiko-kimia, melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna. Secara alami proses peruraian tersebut bisa dalam keadaan aerob (dengan O2) maupun anaerob (tanpa O2). Proses penguraian aerob dan anaerob secara garis besar sebagaiberikut: Mikroba aerob Bahanorganik + O2 ----------------------------> H2O + CO2 + hara + humus + enersi N, P, K Mikrobaanaerob Bahanorganik -----------------------------> CH4 + hara +humus N, P, K Proses perombakan
tersebut, baik secara aerob maupun anaerob akan menghasilkan hara dan humus, proses bisa berlangsung jika tersedia N, P, dan K. Penguraian bisa berlangsung cepat apabila perbandingan antara kadar C (C-organik):N:P:K dalam bahan yang terurai setara 30:1:0,1:0,5. Hal ini disebabkan N, P, dan K dibutuhkan untuk aktivitas metabolisme sel mikroba dekomposer (Gaur, 1980a). Oleh karena itu penggunaan bahan organik segar (belum mengalami proses dekomposisi) Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (nilai C/N >25) secara langsung yang dicampur/dibenam di dalam tanah akan mengalami proses penguraian secara aerob (pemberian bahan organik di lahan kering) atau anaerob (pemberian bahan organik di lahan sawah) lebih dahulu. Hal ini menyebabkan ketersediaan hara N, P, dan K tanah menurun, karena diserap dan digunakan oleh mikroba dekomposer untuk aktivitas peruraian bahan organik. Akibatnya terjadi persaingan antara tanaman dengan mikroba dekomposer dalam pengambilan unsur N, P, dan K. Selain terjadi persaingan dalam pengambilan hara, proses peruraian aerob juga menghasilkan enersi/suhu sehingga suhu tanah meningkat. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan tanaman kekurangan hara (pertumbuhan tanaman terhambat) atau bahkan tanaman mati, oleh karena itu penggunaan bahan organik yang mempunyai kadar C tinggi tetapi kadar N, P, dan K rendah, sebaiknya sebelum digunakan diproses lebih dahulu sampai bahan organik tersebut menjadi kompos. Pada bahan organik yang telah terdekomposisi (menjadi kompos) telah terjadi proses mineralisasi unsur hara dan terbentuk humus yang sangat bermanfaat bagi kesuburan dan kesehatan tanah.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku%20pupuk%20hayatipupuk%20or ganik/02kompos_diahrasti.pdf?secure=true
Komposting adalah proses pengendalian penguraian secara biologi dari bahan organik, menjadi produk seperti humus yang dikenal sebagai kompos. Penguraian bahan organik itu (disebut juga dekomposisi) dilakukan oleh mikro-organisme menghasilkan senyawa yang lebih sederhana. Pada saat komposting terjadi proses-proses perubahan secara kimia, fisika dan biologi. Untuk wilayah perkotaan, metoda komposting aerobik adalah yang banyak disarankan karena beberapa keunggulan. Pengendalian proses penguraian pada saat komposting yang terpenting mencakup empat hal, yaitu:
Udara (oksigen), Air (kelembaban), Bahan organik, Temperatur.
Dalam prakteknya, terdapat beberapa faktor yang diantaranya saling berkaitan yang mempengaruhi keberhasilan “program komposting perkotaan”. Beberapa metoda komposting secara ekonomis dapat diterapkan pada kondisi tertentu di suatu wilayah, tapi tidak untuk wilayah lain.
Namun demikian, berdasarkan pengalaman seringkali metoda yang tepat untuk menumbukan insiatif warga kota justru sering lebih berpengaruh ketimbang memilih teknik komposting. http://screamerphan.blogspot.com/2012/01/pengertian-komposting.html
Tujuan Komposting : 1. Mengubah bahan organik yang biodegradable menjadi bahan yang stabil 2. Membunuh mikroba pathogen, telur insect & organisme lain 3. Menyediakan nutrient yang cukup untuk menunjang kesuburan tanah / tanaman 4. Merupakan upaya pengurangan sampah organik melalui proses/ pengolahan Tahapan 1. Pra processing : sortasi, perajangan
Siapkan wadah berbenutup. Kumpulkan sampah organik yang akan dipakai sebagai bahan komposting. Cacah/potong sampai berukuran kecil (untuk mempercepat proses penguraiaan).
2. Dekomposisi bahan organik (mikroba) pengeraman, pembalikan
Taburkan starter merata pada sampah (250 gram starter untuk Aduk supaya tercampur rata. Tutup wadah dan tempatkan di tempat teduh (terlindung dari matahari dan hujan) Beri label tanggal mulai pembutan kompos di luar wadah. Dibalik/diaduk setiap minggu. Perhatikan kadar air bahan kompos, pertahankan kurang lebih 50%-60%, tanpa menggenangi wadah kompos. Dalam jangka waktu 3-4 minggu, kompos siap digunakan.
3. Packing, marketing Manfaat kompos ditinjau dari: 1. Aspek Ekonomi:
Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah Mengurangi volume/ukuran limbah Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
2. Aspek Lingkungan:
Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
3. Aspek bagi tanah/tanaman:
Meningkatkan kesuburan tanah Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah Meningkatkan kapasitas serap air tanah Meningkatkan aktivitas mikroba tanah Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
http://warung-kuku.blogspot.com/2014/04/komposting.html
PENDAHULUAN
Pengertian kompos Kompos merupakan hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroorganisme dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Wikipedia.org).
Manfaat kompos Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Rachman Sutanto (2002) mengemukakan bahwa dengan pupuk organik sifat fisik, kimia dan biologi tanah menjadi lebih baik. Selain itu Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: Aspek Ekonomi : Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah. - Mengurangi volume/ukuran limbah Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan : - Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman: - Meningkatkan kesuburan tanah - Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah - Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah - Meningkatkan aktivitas mikroba tanah - Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen). - Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman - Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman - Meningkatkan retensi/ketersediaan hara.
Bahan kompos Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat dikomposkan, diantaranya: - Seresah - Daun-daunan - Pangkasan rumput - Ranting - Sisa kayu dapat dikomposkan. - Kotoran ternak - Binatang - Dll.
Mengapa harus dikomposkan terlebih dahulu Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah, apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005)
Prinsip Pembuatan kompos - Menjaga kelembaban (50 – 60 %.) - Pembalikan diperlukan agar kompos tidak kekurangan udara - Peneduhan Agar terlindung dari hujan dan sinar matahari secara langsung.
https://andyjalur.files.wordpress.com/2010/08/buku-kompos.pdf
Kompos untuk dapat digunakan dengan aman dan memiliki kandungan unsur hara yang maksimal dapat ditentukan oleh tingkat kematangan kompos tersebut. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat kematangan suatu kompos diantaranya: 1. Temperatur kompos yang menurun/rendah pada akhir pengomposan 2. Nisbah C/N < 20 3. Tidak ada aktivitas serangga atau larva pada akhir pengomposan 4. Hilangnya bau tidak sedap 5. Muncul warna putih atau abu-abu karena berkembangnya antinomicetes 6. Perubahan warna menjadi coklat sampai hitam 7. Tekstur kompos remah dan apabila digunakan pada tanah memberikan efek positif untuk pertumbuhan tanaman. Selain beberapa pendekatan tersebut beberapa pihak seperti perusahaan memiliki standar kualitas kompos sendiri.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6471/BAB%20II.pdf?sequence=5&isAllowed= y
https://media.neliti.com/media/publications/169841-ID-pemanfaatan-komposter-sederhanasebagai.pdf