KORAN TEMPO › Print Article
Page 1 of 1
Edisi 28 Maret 2009
New York Times Versus PT Newmont Minahasa Raya
Putusan Hakim Disambut Baik "Bukti kemerdekaan pers." JAKARTA -- Anggota Dewan Pers, Abdullah Alamudi, mengatakan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam gugatan PT Newmont Minahasa Raya terhadap harian New York Times membuktikan adanya kemerdekaan pers. "Pengadilan mulai menyadari pentingnya kemerdekaan pers dan hak publik untuk mendapat informasi akurat," kata Alamudi di Jakarta kemarin. Pada 25 Maret lalu, majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menolak gugatan Presiden Direktur PT Newmont Minahasa Raya Richard Bruce Ness terhadap New York Times. Harian tersebut dinilai tak terbukti melanggar hukum terkait dengan pemberitaan dugaa pencemaran lingkungan di Teluk Buyat, Sulawesi Utara. Majelis hakim yang diketuai Sugeng Riyono menyatakan pemberitaan New York Times memenuhi standar kode etik jurnalistik yang berlaku universal. Majelis menilai pemberitaan tak melanggar Undang-Undang Pers. "Majelis dalam pertimbangan hukum menyatakan berita diambil dari sumber kredibel, sudah cover both sides, dan sudah memenuhi kaidah jurnalistik internasional," kata Darwin Aritonan kuasa hukum New York Times. Alamudi menilai putusan majelis menandakan ada kemajuan pemahaman hakim untuk mempertahankan kemerdekaan pers di Indones "Putusan itu bukti kemerdekaan pers," kata dia. Ia berharap putusan itu menjadi yurisprudensi lembaga pengadilan dalam menyelesaikan sengketa dengan pers. Alamudi berharap lembaga pengadilan selalu menggunakan Undang-Undang Pers dalam memutuskan perkara sejenis. Kuasa hukum Ness, Harjon Sinaga, mengatakan, "Tanpa mengurangi rasa hormat kepada majelis, putusan itu tidak berkeadilan." Ness semula menggugat New York Times soal pemberitaan pencemaran Teluk Buyat, antara lain berita pada 9 September 2004 berjud "Spurred by Illness, Indonesia Lash Out at Mining Giant" dan berita pada 24 September 2004 berjudul "Indonesia Detains from US Minin Over Pollution". PT Newmont menganggap berita tersebut bertujuan memojokkan Ness dan menyesatkan. Ness juga menggugat jurnalis Jane Perlez, Evelyn Rusli, dan Muktita Suhartono. Mereka diminta memuat berita utama selama 15 hari berturut-turut. Isinya menyatakan Teluk Buyat tak pernah tercemar tailing Newmont, pernyataan permohonan maaf, dan pernyataan bahwa pemberitaan itu tak benar. Ketiganya juga diminta membayar ganti kerugian materiil sebesar US$ 894 ribu dan imaterial sebesar US$ 63,93 juta secara tanggung renteng. Dalam sengketa pers, Dewan Pers paling banyak menerima pengaduan pencemaran nama baik. Sisanya bervariasi, dari dugaan tak cover both sides sampai wawancara fiktif. Pada 2007, pengaduan rata-rata 20 kasus per bulan. Setahun kemudian jumlahnya meningka 14 kasus menjadi 34 per bulan. SUTARTO | REH ATEMALEM SUSANTI
http://korantempo.com/korantempo/cetak/2009/03/28/Nasional/krn.20090328.160801.id.html 4/2/2009