PERCOBAAN 5 PENENTUAN KOEFISIEN PARTISI ASAM BORAT DAN ASAM BENZOAT
DISUSUN OLEH : DEFANY SATRIA PURNAMA (1717819/2C)
POLITEKNIK AKA BOGOR
PENENTUAN KOEFISIEN PARTISI ASAM BORAT DAN ASAM BENZOAT
A. TUJUAN 1. Menentukan koefisien partisi asam borat dalam pelarut air terhadap air dan minyak. 2. Menentukan koefisien partisi asam benzoat dalam pelarut air terhadap eter dan minyak. 3. Menentukan kadar asam benzoat dan asam borat. 4. Mengetahui dan memahami cara penentuan koefisien partisi suatu zat di dalam dua pelarut yang saling tidak saling campur.
B. PRINSIP Penentuan koefisien distribusi atau koefisien partisi dari asam borat dan asam benzoat berdasarkan pada perbandingan kelarutan suatu zat dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur berdasarkan reaksi
netralisasi di mana sampel dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,05 N dengan menggunakan indikator phenolptaelin hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.
C. DASAR TEORI Asam Benzoat merupakan asam yang senyawa dari asam karboksilat. Asam ini sangat sedikit larut dalam air dingin, tapi lebih larut dalam air panas dimana ia akan mengkristal setelah didinginkan. Larut dalam alkohol dan eter. (6) (G Svehla,1985;402) Asam borat, juga disebut hidrogen borat, asam boraks, asam ortoborat dan acidum boricum, adalah monobasa asam Lewis boron lemah yang sering digunakan sebagai antiseptik, insektisida, penghambat nyala, penyerap neutron, atau prekursor untuk senyawa kimia lainnya. Senyawa ini memiliki rumus kimia H3BO3 dan ada dalam bentuk kristal tidak berwarna atau serbuk putih yang larut dalam air. Ketika berbentuk mineral, senyawa ini disebut sasolit.(8) (anonim 2014). Koefisien partisi (KD) merupakan tetapan kesetimbangan yang menunjukkan distribusi (perbandingan) suatu kelarutan zat terlarut (solut) diantara dua fase yang tidak bercampur dan hanya memperhatikan spesi tunggal dalam masing-masing fase. Koefisien partisi dapat ditentukan dengan secara eksperimen. Tetapan kesetimbangan K dikenal sebagai perbandingan distribusi atau koefisien pasrtisi. Persamaan tersebut dikenal sebagai hukum distribusi, jelas hanya dapat digunakan pada larutan encer di mana koefisien keaktifan dapat diabaikan (Martin, dkk, 1990). Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur dengan sempurna satu sama lain. Faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi adalah jeniz zat pelarut, konsentrasi, jenis zat terlarut dan suhu. Koefisien partisi bisa didapatkan pada konsentrasi yang menggantikan tekanan parsial dan fraksi mol pada alat kromatografi gas (DAY & UNDERWOOD, 2002).
Praktikum koefisien distribusi bertujuan untuk menentukan harga koefisien distribusi. Suatu zat dapat larut ke dalam dua macam pelarut ke dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling bercampur. Analisis larutan sebelum dan sesudah eksperimen memberikan koefisien distribusi (KHOPKAR, 1983). Ektraksi pelarut adalah suatu metode pemisahan berdasarkan transfer suatu zat terlarut dari suatu pelarut kedalam pelarut lain yang tidak saling bercampur.
D. ALAT DAN BAHAN
a) Alat Erlenmeyer 250 mL Gelas Kimia 250 mL dan 500 mL Gelas Ukur 100 mL Pipet volumetrik 25 mL Pipet tetes Buret semimikro Corong pemisah Batang pengaduk Botol semprot Statif dan klem Neraca Analitik Kaca Arloji
b) Bahan
Asam borat Asam Benzoat Minyak Kelapa Air NaOH 0,5 N Indikator PP Aluminium Foil
E. REAKSI 1. Standardisasi NaOH (COOH)2 (aq) + 2 NaOH(aq)
(COONa)2(aq) + 2 H2O(l)
(Harjadi, 1985)
2. Asam Borat H3BO3(aq) + H2O(aq)
HBO2(aq) + 2 H2O(l)
H3BO3(aq) + NaOH(aq)
Na3BO3(aq) + 3 H2O(l)
H3BO3(aq) + ROR’
3H+(aq) + BO32-(aq)
(Irawan, 2009)
3. Asam Benzoat
(Irawan, 2009) F. CARA KERJA 1. Ditimbang 0,1 gram asam borat diatas kaca arloji. Kemudian dilarutkan di labu takar 100 mL 2. Dipipet 25 mL lalu dimasukkan ke corong pemisah dan ditambahkan 25 mL minyak kelapa. 3. Campuran dikocok selama beberapa menit, lalu didiamkan hingga kedua cairan memisah satu sama lain. 4. Tutup corong pemisah dibuka, cairan yang berada dibawah corong pemisah ditampung di erlenmeyer 250 mL sedangkan cairan yang lain dibuang. 5. Ditambahkan 3 tetes indikator PP ke cairan yang ditampung. 6. Cairan tersebut dititar dengan larutan standar NaOH 0,05 N hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.(Volume dicatat sebagai Va) 7. Dipipet 25 mL (larutan pada cara kerja nomor 2) lalu dimasukkan ke corong pemisah dan ditambahkan 25 mL eter.
8. Campuran dikocok selama beberapa menit, lalu didiamkan hingga kedua cairan memisah satu sama lain. 9. Tutup corong pemisah dibuka, cairan yang berada dibawah corong pemisah ditampung di erlenmeyer 250 mL sedangkan cairan yang lain dibuang. 10. Ditambahkan 3 tetes indikator PP ke cairan yang ditampung. 11. Cairan tersebut dititar dengan larutan standar NaOH 0,05 N hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.(Volume dicatat sebagai Vb) 12. Dipipet 25 mL (larutan pada cara kerja nomor 2), dimasukkan ke erlenmeyer, ditambahkan 3 tetes indikator PP, kemudian dititar dengan larutan stabdar NaOH 0,05 N sampai perubahan dari tidak berwarna menjadi merah muda. (Volume dicatat sebagai Vc) 13. Diulangi cara kerja nomor 1 hingga 12 untuk sampel asam benzoat sebanyak 0,1 gram.
G. DATA PENGAMATAN Nama Praktikan
: Defany Satria Purnama
Kelas
: 2C
Tanggal Praktik
:
Nama Contoh Uji
: Asam Borat dan Asam Benzoat
Identifikasi Contoh
:
NO
NAMA BAHAN
RUMUS MOLEKUL
1
Asam Borat
H3BO3
SIFAT -Berbentuk Kristal Putih padat -Tidak berbau
-Rasa Pahit 2
Asam Benzoat
-Padatan -Berwarna putih -Iritan
3
Minyak Kelapa
-Cairan -Tidak Berwarna -Bau khas buah kelapa
4
Air
H2O
-Tidak berwarna -Tidak berbau
5
NaOH 0,5 N
NaOH
-Cairan -Tidak Berwarna -Tidak berbau -Larut dalam air -Higroskopis
6
Indikator phenolptaelin
C20H14O4
-Cairan -Tidak berwarna -Tidak Berbau -Tidak larut dalam benzena -Larut di eter
7
Aluminium Foil
Al
-Padatan -Kedap udara -Tahan
terhadap
bahan kimia
Standardisasi NaOH 0,05 N : Baku Primer
Bobot Baku Primer
Volume NaOH
Perhitungan
(gram)
(mL)
Konsentrasi NaOH Hasil Standardisasi (N)
Tabel Data : NO
Bobot Sampel
Volume (mL) NaOH …N pada lapisan (bawah) Va
1
….……….g Asam Borat
2
….……….g Asam Benzoat
Va : Setelah Penambahan Minyak Kelapa Vb : Setelah Penambahan Eter Vc : Setelah Penambahan Minyak Kelapa dan Eter
Vb
Vc
Perubahan warna indicator pp pada titik akhir titrasi : ………..
H. PERHITUNGAN
I. PEMBAHASAN
J. KESIMPULAN
K. DAFTAR PUSTAKA Day, R.A & Underwood, A.L . 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Ed. Ke-6. Penerbit Erlangga. Jakarta Harjadi, W. 1985. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta Khopkar, S.M . 1983. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta Shevla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Ed. Ke-5. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta