Kmb Media Supuratif Kronik.docx

  • Uploaded by: Chen
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kmb Media Supuratif Kronik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,757
  • Pages: 16
Tugas Keperawatan Medikal Bedah “Otitis Media Supurativa Kronik”

Dosen Mata Kuliah : Tintin Sumarni SK.p.M.Kep

Oleh : 1. 2. 3. 4.

Nindy Sabrina.A Rizka Farhaty Sentot Eko Hadiyatmo Sonya Adisthy II B

Poltekkes Kemenkes RI Padang Prodi D-III Keperawatan Solok Tp 2018/2019

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami ucapkan puji dan syukur atas kehadiran nYa, yang melimpahkan rahmat dan hidayah nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan semaksimal mungkin, mengenai “OMSK”. Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal mungkin denga bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas daripada itu, kami menyadari seutuh nya bahwa kami masih jauh dari kata yang sempurna, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.. Akhir kata kami meminta semoga makalah ini bisa bermanfaat ataupun inspirasi bagi pembaca

Solok, 9 November 2018

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronik pada mukosa telinga tengah dan kavum mastoid yang ditandai dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya cairan dari liang telinga (otore) lebih dari dua bulan, baik terus menerus atau hilang timbul, bening atau berupa nanah. Otitis media supuratif kronik (OMSK) di dalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah congek, teleran atau telinga berair. Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan penyakit biasa yang nantinya akan sembuh dengan sendirinya. (Nursiah, 2001) OMSK dapat dibagi atas dua jenis, yaitu OMSK tipe jinak (tipe mukosa atau benigna) dan OMSK tipe ganas (tipe tulang atau maligna). Pada OMSK tipe jinak jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Sedangkan pada OMSK tipe ganas selalu terdapat kolesteatom dan dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. (Edward dan Mulyani, 2011) OMSK dapat terjadi karena adanya infeksi akut pada telinga tengah yang gagal mengalami penyembuhan sempurna. Menurut WHO (2004), OMSK dapat dibedakan dengan otitis media akut (OMA) melalui pemeriksaan bakteriologi. Pada OMA dapat disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, dan Micrococcus catarrhalis. Pada OMSK menunjukkan etiologi yang berasal dari infeksi campuran bakteri Gram-negatif, Gram-positif, aerob, dan bakteri anaerob. Beberapa penelitian di seluruh dunia telah Australia dan bangsa Indian di Amerika Utara (Edward dan Mulyani, 2011). Angka kejadian OMSK di negara berkembang sangat tinggi dibandingkan dengan negara maju. Hal ini disebabkan oleh faktor higiene yang kurang, faktor sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk, serta masih adanya kesalahpahaman masyarakat terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai tuntas. (Dewi N. P. Dan Zahara D., 2013) Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden otitis media supuratif kronik sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. (Kurniadi, 2011). Prevalensi OMSK di Indonesia (2002) secara umum adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia. Penderita OMSK di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sebanyak 90 pasien pada Oktober-Desember 2004, di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 30 pasien pada Maret-Juni 2008, dan penderita OMSK di RS Dr. Sardjito Yogyakarta sebanyak 460 pasien pada tahun 2002. (Arvina, 2011) Sampai saat ini masih sedikit data mengenai penderita OMSK di RSUP Sanglah Denpasar selama kurun beberapa tahun terakhir dan penulis merasa perlu untuk dilakukan penelitian untuk mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu penyusun ingin melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita otitis media supuratif kronik di RSUP Sanglah pada periode Januari-Desember 2014.

BAB II KAJIAN TEORITIS

A.

PENGERTIAN

Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani, Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Penyakit ini dapat aktif maupun tak aktif. Pada otitis supurativa kronik aktif, telinga menderita kolesteatma ( dengan atau tanpa infeksi) atau perforasi membran timpani kronika dengan infeksi (tanpa kolesteatoma). Otore menjadi gejala primer otitis media supurativa kronika aktif. Telinga dengan otitis supurativa kronika tak aktif menderita perfforasi membran timpani kronika tanpa kolesteatoma atau infeksi. Tetapi telinga ini rentan terhadap infeksi hingga keadaan ini cendrung bolak balik antara keadaan aktif dan tak aktif. Gejala primer otitis media supurativa kronika tak aktif adalah gangguan pendengaran. (Andrianto, 1986)

B. ETIOLOGI

Otitis terjadi hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa . faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rhinitis, sinusitis) mencapai telinga tegah melalui tuba elustachius. Fungsi tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan down sindrome. Adanya tuba patulous, menyebab refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di amerika serikat. Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah difisiensi imun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cellmediated ( seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit ) dapat bermanifestasi sebagai sekresi telinga kronis ( Nursiah, 2003.)

Penyebab OMSK antara lain: 1. Lingkungan Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memi liki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat. 2. Genetik Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder. 3. Otitis media sebelumnya. Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis 4. Infeksi Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mu kosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya. 5. Infeksi saluran nafas atas Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri. 6. Autoimun Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media kronis. 7. Alergi Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya. 8. Gangguan fungsi tuba eustachius. Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK:

 Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.  Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.  Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel.  Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi. Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis majemuk, antara lain : 1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang. a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang. b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total 2. Perforasi membran timpani yang menetap. 3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada telinga tengah. 4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi atau timpanosklerosis. 5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid. 6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.

C.

PATOGENESIS

Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tatapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis. Suatu teori tentang patogenesis dikemukan dalam buku modern yang umumnya telah diterima sebagai fakta. Hipotesis ini menyatakan bahwa terjadinya otitis media nekrotikans, terutama pada masa anak-anak, menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu, gendang telinga tetap berlubang, atau sembuh dengan membran yang atrofi yang kemudian dapat kolaps kedalam telinga tengah, memberi gambaran otitis atelektasis. Hipotesis ini mengabaikan beberapa kenyataan yang menimbulkan keraguan atas kebenarannya, antara lain : 1. Hampir seluruh kasus otitis media akut sembuh dengan perbaikan lengkap membran timpani. Pembentukan jaringan parut jarang terjadi, biasanya ditandai oleh penebalan dan bukannya atrofi.

2. Otitis media nekrotikans sangat jarang ditemukan sejak digunakannya antibiotik. Penulis (DFA) hanya menemukan kurang dari selusin kasus dalam 25 tahun terakhir. Dipihak lain, kejadian penyakit telinga kronis tidak berkurang dalam periode tersebut. 3. pasien dengan penyakit telinga kronis tidak mempunyai riwayat otitis akut pada permulaannya, melainkan lebih sering berlangsung tanpa gejala dan bertambah secara bertahap, sampai diperlukan pertolongan beberapa tahun kemudian setelah pasien menyadari adanya masalah. Anak-anak tidak dibawa berobat sampai terjadi gangguan pendengaran yang ditemukan pada pemeriksaan berkala disekolah atau merasa terganggu karena sekret yang selalu keluar dari telinga.

D.

PATOLOGI

Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kekambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah : 1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral. Ukurannya dapat bervariasi mulai kurang dari 20% luas membrana timpani sampai seluruh membrana dan terkenanya bagian-bagian dari anulus. Dalam proses penyembuhannya dapat terjadi penumbuhan epitel skuamosa kedalam ketelinga tengah. Pertumbuhan kedalam ini dapat menutupi tempat perforasi saja atau dapat mengisi seluruh rongga telinga tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan tengah ini kedaerah atik mengakibatan pembentukan kantong dan kolesteatom didapat sekunder. Kadang-kadang terjadi pembentukan membrana timpani atrifik dua lapis tanpa unsur jaringan ikat. Membrana ini cepat rusak pada periode infeksi aktif. 2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang, akan tampak normal kecuali bila infeksi telah menyebabkan penebalan atau metaplasia mukosa menjadi epitel transisional. Selama infeksi aktif, mukosa menjadi tebal dan hiperemis serta menghasilkan sekret mukoid atau mukopurulen. Setelah pengobatan, penebalan mukosa dan sekret mukoid menetap akibat disfungsi kronik tuba Eustachius. Faktor alergi dapat juga merupakan penyebab terjadinya perubahan mukosa menetap. Dalam berjalannya waktu, kristal-kristal kolesterin terkumpul dalam kantong mukus, membentuk granuloma kolesterol. Proses ini bersifat iritatif, menghasilkan granulasi pada membran mukosa dan infiltrasi sel datia pada cairan mukus kolesterin. 3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi sebelumnya. Biasanya prosesus longus inkus telah mengalami nekrosis karena penyakit trombotik pada pembuluh darah mukosa yang mendarahi inkus ini. Nekrosis lebih jarang mengenai maleus dan stapes, kecuali kalau terjadi pertumbuhan skuamosa secara sekunder kearah ke dalam, sehingga arkus stapes dan lengan maleus dapat rusak.

Proses ini bukan disebabkan oleh osteomielitis tetapi disebabkan oleh terbentuknnya enzim osteolitik atau kolagenase dalam jaringa ikat subepitel. 4. Mastoid OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh otitis media yang terjadi paa usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terus berlanjut, mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang. Antrum menjadi lebih kecil dan pneumatisasi terbatas, hanya ada sedikit sel udara saja sekitar antrum.

E.

GEJALA KLINIS

1. Telinga berair (otorrhoe) Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis. 2. Gangguan pendengaran Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang-tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai

penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea. 3. Otalgia ( nyeri telinga) Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis. 4. Vertigo Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan “Otitis Media Supurativa Kronika” Pengkajian  Biodata Nama Umur Jenis kelamin Agama Pendidikan Pekerjaan Diagnosa medis Tanggal MRS Tanggal pengkajian

Anamnesa Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk didalam telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang. Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara pencegahannya. 1. Pemeriksaan Fisik : Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna dan media. Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah. Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya. Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop. 2. Riwayat Kesehatan : OMA lebih dari 2 bulan Pengobatan OMA yang tidak tuntas a. Data Subyektif : Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah neyeri serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan mengenai mulai serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul karena adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif dan kepada membran timpani oleh cairan getah

radang yang terbentuk didalam telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga tengah mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan pendengaran berkurang. Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya apakah ia mengerti tentang cara pencegahannya. Telinga terasa penuh Nyeri pada telinga yang sakit Vertigo

-

b. Data Obyektif : Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada harus diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis eksterna dan media. Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga (membran timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada telinga tengah. Membran timpani yang normal memperlihatkan warna yang sangat jelas, terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau terlihat batas-batasnya. Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga harus digunakan otoskop. Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih, termasuk para perawat. Terdapat abses atau kite retroaurikuler Terdapat polip Terlihat Kolesteatoma pada epitimpano Ottorhoe Sekret terbentuk nanah dan berbau

Diagnosa keperawatan 1. Gangguan pendengaran. Tujuan :

berkomunikasi Gangguan

berhubungan

dengan

komunikasi

berkurang

efek

kehilangan /

hilang.

Kriteria hasil :

 

Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai). Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.

Intervensi Keperawatan : 1. Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :

Tulisan, Berbicara, Bahasa 2. Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal. 







isyarat.

Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras). Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu. Dekati klien dari sisi telinga yang baik. Jika klien dapat membaca ucapan : Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas. Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda. Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien. Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis. Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya. Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.

3. Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.    

Bicara dengan jelas, menghadap individu. Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan. Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi. Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.

Rasional : 1. Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien. 2. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien. 3. Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat. 2. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran. Tujuan : Persepsi / sensoris baik.  

Kriteria hasil. Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran samapi pada tingkat fungsional.

Intervensi Keperawatan : 1. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat. 2. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh. 3. Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut. 4. Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal). Rasional : 1. Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat. 2. Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi. 3. Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen. 4. Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut. 3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi. Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang. Kriteria hasil :

 

Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya. Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Keperawatan

1. Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi. 2. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien. 3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien. Rasional : 1. Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.

2. Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. 3. Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya. 4. Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien. 5. Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani, Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Penyakit ini dapat aktif maupun tak aktif. Pada otitis supurativa kronik aktif, telinga menderita kolesteatma ( dengan atau tanpa infeksi) atau perforasi membran timpani kronika dengan infeksi (tanpa kolesteatoma). Otore menjadi gejala primer otitis media supurativa kronika aktif. Telinga dengan otitis supurativa kronika tak aktif menderita perfforasi membran timpani kronika tanpa kolesteatoma atau infeksi. Tetapi telinga ini rentan terhadap infeksi hingga keadaan ini cendrung bolak balik antara keadaan aktif dan tak aktif. Gejala primer otitis media supurativa kronika tak aktif adalah gangguan pendengaran. (Andrianto, 1986)

DAFTAR PUSTAKA

Related Documents

Kmb
November 2019 48
Kmb 2bulan.docx
April 2020 31
Kmb Ggk.docx
October 2019 44
Kmb Smp.docx
May 2020 31

More Documents from "mawar anjela"

November 2019 20
Nutrisi Untuk Lansia.pptx
November 2019 16
November 2019 24