A. TINJAUAN TEORI HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg. Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang artinya tekanan darah. Menurut American society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progrestif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan. Dari pengertian di atasdapatdisimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah secara kronis dan persisten dimana tekanansistolik di atas 90 mmHg.
2. Etiologi Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab di tentukan (hipertensisekunder). Hipertensi berdasarkan penyebabnya di bagi menjadi 2 jenis : 1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh hipertensi) 2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, seperti :beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Jika penyebab diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 510% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu 1
(misalnya pil Kb). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormone epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder : 1. Penyakit Ginjal a. Stenosis arterirenalis b. Pielonefritis c. Glomerulonefritis d. Tumor-tumor ginjal e. Penyakit ginjal polikista (biasanya di turunkan) f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai\ ginjal) g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal 2. Kelainan Hormonal a. Hiperaldosteronisme b. Sindroma Cushing c. Feokromositoma 3. Obat-obatan a. Pil KB b. Kortikosteroid c. Siklosporin d. Eritropoientin e. Kokain f. Penyalahgunaan alcohol g. Kayumanis (dalam jumlah sangat besar) 4. Penyebablainnya a. Koartasion aorta b. Preeklamsi pada kehamilan c. Porfiriaintermitenakut d. Keracunan timbul akut Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
2
a. Peningkatan kecepatan denyut jantung b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama c. Peningkatan TPR yang berlangsung lama
3. Manifestasi Klinis Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala : meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhny tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal (Price,2005). Jika hipertensinya berat atau tidak diobati, bisa timbul gejala berikut : 1. Sakit kepala 2. Kelelahan 3. Mual 4. Muntah 5. Sesak nafas 6. Gelisah Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal (Prince,2005). Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. (Price,2005). 4. Faktor Predisposisi Berdasarkan faktor pemicu, hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi. Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan atau obesitas, stress, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga 3
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak setuju). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkaan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian dimasyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan dipedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Berdasarkaan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membutikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.
5. Patofisiologis Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke kordas spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepasnya norepinefrin mengakibatkan kostriksi pembuluh darah. Berbagai faktot seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
4
Vasokonstriktor.
Individu
dengan
hipertensi
sangan
sensitiv
terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smeltzer,2001). Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah sebagi respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respon
vasokontriktor
pembuluh
darah.
Vasokontriksi
yang
memngakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiontensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyababkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderun g mencetuskan keadaan hipertensi (Price, 2005).
5
6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang meliputi: 1.
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darag puasa, kolesteroltoal, HDL, LDL).
2.
Pemeriksaan EKG EKG
(pembesaran
mengidentifikasi
jantung,
hipertensi,
gangguan sebagai
konduksi),
tambahan
IVP
dapat
(dapat
dilakukan
pemeriksaan lain, seperti klirenskreatinin, protein, asamurat, TSH dan ekordiografi. 3.
Pemeriksaan diagnostic meliputi BUN/creatinine (fungsiginjal), glucose (DM)
kalium
serum
(meningkat
menunjukan
aldosterone
yang
meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesteroldan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkanva sokonstrisi), urin analisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asamurat (factor penyebab hipertensi). 4.
Pemeriksaan radiologi: foto dada dan CT scan.
7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan : Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas alibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemiliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmhg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 1. Terapi Tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
6
a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah: 1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hari menjadi 5gr/hari 2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh 3) Penurunan berat badan 4) Penurunan asupan etanol 5) Menghentikan merokok 2. Latihan Fisik Latihan fisikatau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai empat prinsip yaitu 1) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, joging, bersepeda, berenang dll 2) Intensitas olahraaga yang baik antara 60-80 %dari kapasitas aerobik atau 75-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan 3) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan 4) Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling baik 5x perminggu 3. Edukasi psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi: 1) Teknik biofeedback Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan pada subjek tanda tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh sebjek dianggap tidak normal, penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain juga gngguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan 2) Teknik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara 7
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks 4. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. b. Therapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh komite dokter ahli hipertensi.
8
B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesia pada pasien. Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi : 1) Identitas Pasien Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, staus perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab 2) Status Kesehatan a. Keluhan Utama Keluhan utama merupakan factor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan Hipertensi klien masuk dengan keluhan sakit kepala, kelelahan, gelisah. b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dengan masalah Hipertensi biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti Sakit kepala Kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut. c. Riwayat Penyakit Dahulu Sebelumnya pasien sudah pernah masuk Rumah Sakit sebanyak 1x dengan keluhan sakit kepala. d. Riwayat Penyakit Keluarga Anggota keluarga pasien ada yang mengalami penyakit keturunan atau penyakit Hipertensi. 3) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual a. Pola Manajemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan Kaji pasien mengenai arti sehat dan sakit bagi pasien, pengetahuan status kesehatan pasien saat ini. 9
b. Pola Metabolik-Nutrisi Kaji pasien mengenai kebiasaan jumlah makanan dan kehidupan, jenis dan jumlah (makanan dan minum), pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan c. Pola Eliminasi Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain. Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna , bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain. d. Gerak dan Aktifitas Kaji pasien mengenai aktifitas kehidupan sehari-hari, kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar mandi), Mandiri bergantung atau perlu bantuan, penggunaan alat bantu (kruk,kaki tiga) e. Pola Istirahat –Tidur Kaji pasien mengenai kebiasaan tidar sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum, mengantuk f. Pola Persepsi-Kognitif Kaji pasien mengenai Gambaran
tentang
indra
khusus
(penglihatan,
penciuman,
pendengaran, perasaan, peraba). Penggunaan alat bantu indra Persepsi
ketidak
nyamanan
nyeri
komprahensif) Keyakinan budaya terhadap nyeri
10
(pengkajian
nyeri
secara
Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk mengontrol dan mengatasi nyeri Data
pemeriksaan
fisik
yang
berhubungan
(neurologis,
ketidaknyamanan) g. Pola Konsep Diri-Persepsi Diri Kaji pasien mengenai : Keadaan social : pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dari kelemahan yang dimiliki Keadaan fisik : segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh ( yang disukai dan tidak) Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran) Riwayat berhubungan dengan masalah fisik atau psikologi Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurangi diri, murung, tidak mau berinteraksi) h. Pola Hubungan-Peran Kaji pasien menganai: Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman kerja Kepuasan atau ketidak puasan menjalankan peran Efek terhadap status kesehatan Pentingnya keluarga Struktur dan dukungan keluarga Pola membesarkan anak Hubungan dengan orang lain Orang terdekat dengan klien Data pemeriksaan fisik yang berkaitan i. Pola Reproduksi-seksualitas Kaji pasien mengenai : Masalah atau perhatian seksual 11
Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami atau istri Gambaran perilaku seksual (perilaku seksual yang aman, pelukan, sentukan dll) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi Efek terhadap kesehatan Riwayat yang berhungan dengan masalah fisik dan atau psikologi Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudarah, rectum) j. Pola Toleransi Terhadap Stres-Koping Kaji pasien mengenai : Sifat pencetus stress yang di rasakan baru-baru ini Tingkat stress yang dirasakan Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress Strategi mengatasi mengatasi stress yang biasanya digunakan dan keefektifannya Strategi koping yang biasa digunakan Pengetahuan dan penggunaan tehnik manajemen stress Hubungan antara manajemen strees dengan keluarga k. Pola Keyakinan-Nilai Kajian pasien mengenai : Latar belakang budaya atau etnik Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya atau etnik 4) Pengkajian Fisik Pemerikasaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar. Teknik inspeksi , palpasi , auskultasi, dan perkusi digunakan dalam pemeriksaan fisik ini. a. Inspeksi, saat melakukan teknik inpeksi, perawat melakukan observasi dari kepala sanpai ke ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membrane mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sistemik, pola pernafasan dan gerakan dinding dada. 12
b. Palpasi, dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi jenis dan jumlah kerja thoraks , daerah nyeri tekan dapat diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi taktil fremitus, getaran pada dada ( thrill) ,angkatan dada (heaves) dan titik implus jantung maksimal. Palpasi juga memungkinkan untuk meraba adanya massa atau tonkolan diaksila dan jaringan payudara. Palpasi pada ekstremitas menghasilkan data tentang sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatr kulit, warna dan pengisiankapiler. c. Perkusi, tindakan mengetuk–ngetuk suatu objek untuk mengetahui adanya udara, cairan atau benda padat yang berada di bawah jaringan tersebut.Perkusi menimbulkan getaran dari daerah di bawah area yang diketuk dengan kedalaman 4-6 cm. lima nada perkusi yaitu, resonansi, hiperesonansi, redup datar dan timpani. d. Auskultasi, untuk mengidentifikasi bunyi paru, dan jantung yang normal maupun tidak normal. Auskultasi sistem kardiovaskuler harus meliputi pengkajian, dalam menditeksi bunyi, S1 dan S2 normal, menditeksi adanya suara S3 dan S4 yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, pemeriksaan harus mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas bunyi murmur. Auskultasi bunyi paru dilakukan untuk mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru. Suara nafas tambahan, terdapatnya cairan di suatu lapangan paru, atau terjadinya obstruksi. Auskultasi juga untuk mengevaluasi meningkatnya status pernafasan (Potter & Perry, 2006). 2. Analisa Data Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahanperubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta halhal yang mencangkup tindakan yang di laksanakan terhadap klien.
13
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang di hadapi klien.
3. Diagnosa Keperawatan 4. Intervensi 5. Implementasi Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di buat 6. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencanakan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan di lakukan dengan cara melibatkan pasien
14
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah volume 2. Jakarta:EGC Elseiver.2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Yogyakarta : Mucumedia Elseiver.2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Yogyakarta : Mucumedia Potter & Perry.2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta EGC Price,S,A. 2005. Patofisiologi: Konsep Proses-proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakart: EGC Smaltzer,C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.Jakarta:EGC
15