Kliping Rumah Dari Kayu.docx

  • Uploaded by: Vhenty Dhuge
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kliping Rumah Dari Kayu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,187
  • Pages: 7
KLIPING RUMAH DARI KAYU TEKNIK BANGUNAN I

OLEH : MARIA FEBRENTINA LOWA DHUGE

(22116087)

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG TAHUN 2017/2018

1. 한옥 (Hanok) ~ Rumah Tradisional Korea (Korean Traditional House)

Soseldêmun (솟을대문) adalah pintu gerbang utama hanok. Biasanya pintu gerbang yang seperti

ini

terdapat

di

rumah-rumah

bangsawan

atau

yangban

(양반).

Bagian-bagian lain yang terdapat di dalam area rumah tradisional korea adalah: 1. Madang (마당) atau halaman rumah. 2. Haengnangchae ~ hêngnangchê (행랑채) atau bangunan untuk tempat tinggal para pelayan yang berada di dekat pintu masuk. 3. Gwangchae ~ gwangchê (광채) atau bangunan untuk gudang.

2. Rumah Gadang

Rumah Gadang yang ada di Nagari Pandai Sikek dengan dua buah Rangkiang di depannya

Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang.[1]. Karena wilayah Minangkabau rawan gempa sejak dulunya karena berada di pegunungan Bukit Barisan, maka arsitektur Rumah Gadang juga memperhitungkan desain yang tahan gempa. Seluruh tiang Rumah Gadang tidak ditanamkan ke dalam tanah, tapi bertumpu ke atas batu datar yang kuat dan lebar. Seluruh sambungan setiap pertemuan tiang dan kasau (kaso) besar tidak memakai paku, tapi memakai pasak yang juga terbuat dari kayu. Ketika gempa terjadi Rumah Gadang akan bergeser secara fleksibel seperti menari di atas batu datar tempat tonggak atau tiang berdiri. Begitu pula setiap sambungan yang dihubungkan oleh pasak kayu juga bergerak secara fleksibel, sehingga Rumah Gadang yang dibangun secara benar akan tahan terhadap gempa. Batang pohon yang ditebang biasanya adalah pohon juha yang sudah tua dan lurus dengan diameter antara 40cm hingga 60cm. Pohon juha terkenal keras dan kuat. Setelah di bawa ke dalam nagari pohon tersebut tidak langsung di pakai, namun direndam dulu di kolam milik kaum atau keluarga besar selama bertahun-tahun.

3. Rumah Krong Bade

Dalam membangun Rumah Krong Bade dibutuhkan beberapa bahan bangunan.[5] Pertama, Kayu adalah bahan utama dari rumah aceh.[5] Kayu digunakan untuk membuat tiang penyangga rumah.[5] Kedua, Papan yang digunakan untuk membuat dinding dan lantai rumah.[5] Ketiga, Bambu atau yang biasa disebut trieng digunakan untuk membuat alas lantai.[5] Keempat, Temor atau yang biasa disebut enau digunakan sebagai bahan cadangan untuk membuat dinding dan lantai selain bambu.[5] Kelima, Tali Pengikat atau yang biasa disebut dengan taloe meu-ikat digunakan untuk mengikat bahan-bahan bangunan.[5] Tali pengikat ini terbuat dari bahan rotan, tali ijuk, atau kulit pohon waru.[5] Keenam Daun Rumbia atau yang biasa disebut dengan oen meuria yang digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat atap rumah.[5] Ketujuh, Daun Enau digunakan sebagai bahan cadangan untuk membuat atap, apabila daun Rumbia tidak ada.[5] Kedelapan, Pelepah Rumbia atau biasa

disebut dengan peuleupeuk meuria adalah bahan dasar untuk membuat dinding rumah dan juga lemari.[5] 4. Rumah Tambi (RUMAH ADAT SULAWESI TENGAH)

Keunikan rumah panggung ini adalah atapnya yang juga berfungsi sebagai dinding. Alas rumah tersebut terdiri dari susunan balok kayu, sedangkan pondasinya terbuat dari batu alam. Akses masuk ke rumah ini melalui tangga, jumlahnya berbeda sesuai tinggi rumahnya. Tambi yang digunakan masyarakat biasa memiliki anak tangga berjumlah ganjil dan untuk ketua adat berjumlah genap. Tiang-tiang penopang rumah ini terbuat dari kayu bonati. Di dalamnya hanya terdapat satu lobona (ruangan utama) yang dibagi tanpa sekat dan memiliki kamar-kamar, hanya pada bagian tengah lobona terdapat rapu (dapur) yang sekaligus menjadi penghangat ruangan ketika cuaca dingin. Penghuninya tidur menggunakan tempat tidur yang terbuat dari kulit kayu nunu (beringin). Sebagai hiasan, biasanya rumah ini memiliki ukiran di bagian pintu dan dindingnya. Motif ukiran tersebut terutama berbentuk binatang atau tumbuh-tumbuhan. Terdiri atas ukiran pebaula (kepala kerbau) dan bati (ukiran berbentuk kepala kerbau, ayam dan babi). Pebaula meurpakan simbol kekayaan, dan bati merupakan simbol kesejahteraan dan kesuburan. Pada motif tumbuhan (pompininie) biasanya terbuat dari beragam kain kulit kayu berwarnawarni, dibentuk menjadi motif bunga-bunga yang kemudian diikat dengan rotan. Kain kulit kayu ini merupakan hasil tenunan tradisional dari kulit kayu nunu dan ivo. Konon, pompeninie ini memiliki kekuatan magis yang dapat menangkal gangguan roh jahat. Karena Tambi hanya memiliki satu ruang utama, maka ia memiliki bangunan tambahan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu Buho (terkadang disebut gampiri). Bangunan yang memiliki dua lantai ini, berfungsi sebagai tempat musyawarah atau menerima tamu (lantai bawah), dan sebagai lumbung padi (lantai atas). Karena fungsinya sebagai tempat menerimatamu, maka letaknya tak jauh dari Tambi. Bangunan lainnya yang sangat sederhana disebut Pointua, yaitu tempat menumbuk padi, dimana terdapat lesung yang disebut iso berbentuk segi empat panjang bertiang 4 buah dan kadang-kadang terdapat pula lesung bundar yang disebut iso busa.

5. RUMAH BOLON (Sumatra Utara)

Rumah Bolon, rumah Bolon merupakan rumah adat yang ada di suku Batak. Rumah adat ini sendiri terdapat 6 jenis rumah Bolon sesuai dengan jumlah dari suku Batak sendiri. Dan berikut merupakan nama rumah dari masing-masing suku batak tersebut rumah Bolon Toba, rumah adat Simalungun atau Rumah Bolon Simalungun, rumah Bolon Karo, rumah Bolon Mandailing, rumah Bolon Pakpak, rumah Bolon Angkola. bahan bangunan yang digunakan pada rumah Bolon diantaranya ialah, untuk lantai pada rumah ini menggunakan papan kayu dan untuk atapnya menggunakan bahan ijuk atau daun rumbia sedangkan untuk menyatukan bahan-bahan rumah tidak menggunakan bahan dari paku melainkan menggunakan bahan dari tali untuk menyatukan bahan-bahan rumah

6. Rumah Selaso Jatuh Kembar (RIAU)

Bahan utama atap adalah daun nipah dan dau rumbia, tetapi pada perkembangannya sering dipergunakan atap seng. Tiang dalam rumah tersebut, terbagi atas, tiang seri, tiang panjang, tiang serambi, tiang tongkat, tiang tambah, dan tiang penyongkong dan semuanya dari bahan kayu. Rasuk adalah bahan binaan rumah kayu yang berfungsi sebagai pengikat rangka rumah. 7. Rumah Kejang Lako (Jambi)

Rumah Panggung Kajang Lako memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran kurang lebih 12 meter x 9 meter. Konstruksi bubungan atap rumah dinamakan “gajah mabuk” diambil dari cerita nama si pembuat rumah yang mebuk cinta namun tidak disetujui. Bubungan tersebut dibuat melengkung ke atas menyerupai perahu dinamakan “jerambah” atau “lipat kajang” dengan atap bagian atas dinamakan kasau. Sedangkan struktur yang digunakan ialah struktur rumah panggung dengan memiliki 30 tiang yang terdiri dari 24 tiang utama dan 6 tiang palamban Bahan rumah adat kajang lako menggunakan material kayu bulian yang asli langsung dari jambi.

8. Rumah Bubungan Lima (Bengkulu)

Bahan utama rumah adat ini adalah kayu medang kemuning atau surian balam, yang berkarakter lembut namun tahan lama. Untuk lantainya terbuat dari papan dan atapnya terbuat dari ijuk enau atau sirap. Pada bagian depan rumah, terdapat tangga untuk naik-turun

rumah, yang jumlahnya biasanya ganjil. Nilai ganjil ini berkaitan dengan nilai adat bengkulu. Rumah Bubungan Lima, merupakan salah satu rumah adat tahan banjir, yang merepresentasikan nilai-nilai kearifan lokal pada masyarakat Bengkulu.

9. Rumah Adat Limas (Sumatra Selatan)

Kebanyakan rumah limas luasnya mencapai 400 sampai 1000 meter persegi atau lebih, yang didirikan diatas tiang-tiang dari kayu unglen atau ulin yang kuat dan tahan air. Dinding, pintu dan lantai umumnya terbuat dari kayu tembesu. Sedang untuk rangka digunakan kayu seru. Setiap rumah, terutama dinding dan pintu diberi ukiran. 10. Rumah Adat Nuwo Sesat (Lampung)

Susunan papan kayu dijadikan sebagai lantai, begitu juga dengan dindingnya. sebagian besar materialnya terbuat dari kayu. Dahulu rumah sesat beratap anyaman ilalang, namun sekarang sudah menggunakan genting.

Related Documents


More Documents from "Warsa"