Kliping Keanekaragaman Budaya Daerah.docx

  • Uploaded by: feronica brillian
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kliping Keanekaragaman Budaya Daerah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,969
  • Pages: 26
KLIPING KEANEKARAGAMAN BUDAYA DAERAH KEPULAUAN RIAU

NAMA

: RAYHAN AINNUR RAFIQ

ABSEN

: 25

KELAS

: III. 1

SEKOLAH

: SD MUHAMMADIYAH MUTIHAN, WATES, KULON PROGO

KLIPING KEANEKARAGAMAN BUDAYA DAERAH KEPULAUAN RIAU

I. TARIAN ADAT a.) Tari Makyong

Tarian ini adalah jenis dramatari yang sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu. Tarian makyong diperkirakan telah ada di Riau hampir seabad yang lalu dan sering kali dipentaskan di pematang sawah selepas memanen padi. Tarian tersebut dipentaskan oleh penari-penari topeng dan diiringi alat musik seperti rebab, gendang, dan tetawak. Pada akhir abad lalu, Mak Yong bukan saja menjadi pertunjukan tarian, tetapi juga sebagai adat istiadat raja memerintah. Mak Yong juga digunakan untuk merawat orang yang sakit. Praktik ini tidak lagi dipraktikan termasuk pula di Indonesia. Di antara orang terakhir yang mempraktikan Mak Yong untuk merawat pasien adalah Tuk Atan di Bintan dan Pak Basri di Batam, keduanya telah meninggal.

b) Tari Tandak

Tarian tandak ini merupakan tarian dengan mengkombinasikan nyanyian. Bentuk tariannya berupa pantun yang saling bertimbal-balik antara kelompok pria dan wanita. Lagu atau pantun pada tarian ini berisi tentang hal-hal yang ada di bumi atau mengenai kehidupan sehari-hari manusia. Tari tandak adalah tarian pergaulan yang sangat digemari atau disukai di daerah Riau. Tari ini merupakan gabungan antara seni tari dan sastra, biasanya dipertunjukan pada malam hari. Tarian ini bertujuan agar pemuda dan pemudi mempunyai kesempatan untuk bertemu. Pertemuan itu kadang-kadang berakhir pada jatuh cinta. Tari Tandak menjadi media silaturahmi tempat bertemunya antara pemuda dan pemudi antar kampung.Banyak pasangan suami istri yang bermula dari pertemuan acara tari Tandak ini namun ada pula yang kisah cintanya tidak direstui pihak keluarga. Tarian ini juga melambangkan ikatan ikatan yang terjalin antara teman-teman yang berlainan kampung. serta menciptakan rasa aman antar kampung. Dalam tarian ini, semua peserta bebas memilih pasangan. Karena tarian ini merupaka hiburan sekaligus silaturahmi, acara ini banyak dihadiri oleh warga, dari anak kecil hingga orang dewasa. Secara rutin acara tari tandak ini dilaksanakan setiap bulan Juli-Oktober setiap tahunnya, di mana pada bulan-bulan tersebut para petani usai melaksanakan panen.

II.

RUMAH ADAT a) Rumah limas potong

Rumah panggung Melayu yang diberi nama Limas Potong adalah salah satu asset budaya yang terdapat di Kampung Melayu, Batu Besar. Pada sisi depan rumah Limas Potong ini terdapat balkon yang dihubungkan dengan tangga. Pada sisi atasnya terdapat profil “lebah bergayut” khas Melayu. Di atas pintu utama terdapat tarikh 11 – 1959 yang merupakan tahun pembuatannya. Limas Potong adalah salah satu bentuk rumah tradisional masyarakat melayu Riau Kepulauan. Jenis rumah adat melayu yang lain adalah rumah tradisional Belah Bubung. Kalau di Riau daratan, rumah tradisionalnya ada Rumah Lontik, dan Rumah Salaso Jatuh Kembar. Limas Potong memilik tinggi sekitar 1,5 meter dari atas permukaan tanah. Dinding rumah dibuat dari susunan papan warna coklat, sementara atapnya berupa seng warna merah. Kusen pintu, jendela serta pilar anjungan depan rumah dicat minyak warna putih.

b) Rumah Melayu Atap Lontik

Rumah adat Riau yang selanjutnya adalah Rumah Melayu Atap lontik atau disebut dengan rumah lancangn atau pancalang. Rumah ini berasal dari Kab. Kampar Provinsi Riau. Mengapa disebut dengan sebutan lancar atau pancalang? Karena rumah ini memiliki hiasan di dinding depan rumah dengan bentuk perahu. Apabila dilihat dari kejauhan rumah ini akan terlihat seperti rumah-rumah perahu yang biasa dibuat oleh penduduk. Selain disebut dengan sebutan dengan lancing dan pancalang rumah ini juga disebut dengan lontik. Mengapa demikian? karena rumah ini memiliki parabung atap yang meletik ke atas.

III. MAKANAN a) Otak-otak

Otak- otak adalah salah satu makanan khas dari Kepulauan Riau. Dimanapun kita makan di daerah kepulauan Riau, otak-otak selalu ada sebagai makanan pendamping.

b) Siput laut

Makanan khas masyarakat di Kepulauan Riau adalah Siput laut. Warga setempat menyebutnya sebagai gonggong. Hewan laut ini banyak terdapat di Desa Lobam, Tanjung Uban, Pulau Bintan, Kepulauan Riau.

c) Bolu Kumejo

Makanan khas Riau ini dinamakan bolu kemojo karena pada awalnya cetakan untuk membuat makanan ini berbentuk bunga kemboja meski pada perjalanannya hingga saat ini banyak bentuk-bentuk dan variasi baru yang bisa kita temukan termasuk dalam hal rasa dan aroma. Aroma khas asli dari bolu kemojo adalah buah pandan. Kini, pilihan rasanya menjadi beragam, durian, nangka, keju, dan rasa lainnya.

IV. ALAT MUSIK a) Gendang Panjang

Ditepuk dengan menggunakan telapak tangan

b) Rebana Ubi

Rebana ubi digunakan sebagai alat komunikasi sederhana pada zaman itu karena bunyinya yang cukup keras. Jumlah pukulan pada rebana ubi memiliki makna tersendiri yang telah dipahami oleh masyarakt saat itu

c) Kordeon

Kordeon adalah alat musik yang berasal dari Riau. Alat musik ini bisa dimainkan dengan cara dipompa. Alat musik ini termasuk sulit untuk dimainkan. Tidak banyak yang dapat memainkannya.

V.

SUKU-SUKU a) Suku Melayu

Pada masa dulu orang Melayu juga hidup mengelompok menurut asal keturunan yang mereka sebut suku. Kelompok keturunan ini memakai garis hubungan kekerabatan yang patrilineal sifatnya. Tetapi orang Melayu Riau yang tinggal di daratan Sumatera sebagian menganut paham suku yang matrilineal.

b) Suku Sawang

Suku sawang, yang juga disebut sebagai Suku Laut berasal dari Kepulauan Riau yang dahulu hidup secara nomaden di atas perahu.

c) Suku Sakai

Suku Sakai merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang hidup di pedalaman Riau, Sumatera. Suku Sakai merupakan keturunan Minangkabau yang melakukan migrasi ke tepi Sungai Gasib, di hulu Sungai Rokan, pedalaman Riau pada abad ke-14.

d) Suku kubu

Suku Kubu atau juga dikenal dengan Suku Anak Dalam atau Orang Rimba adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatra, tepatnya di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Mereka mayoritas hidup di provinsi Jambi, dengan perkiraan jumlah populasi sekitar 200.000 orang.

VI.

PAKAIAN ADAT a) Pakaian Adat Tradisional Belanga

Busana ini terdiri dari celana, kain sampin, dan songkok atau penutup kepala. Untuk perempuan, pakaian yang dipakai berupa baju kurung, kain, dan selendang. Selendang dipakai dengan cara disampirkan di bahu.

b) Pakaian Adat Khas Kepri

Pria: Pakaian pria yang digunakan pria disebut baju teluk belanga. Baju ini dipadankan dengan celana panjang yang disuji. Sehelai kain diikatkan ditengah badan hamper menyentuh lutut. Bagian kepala ditutup dengan destar atau tanjak. Pada hari pernikahan pengantin pria memakai jubah yang dilengkapi celana panjang, kain selempang dan ikat pinggang. Pengantin ini memakai tutup kepala yg disebut ketu. Wanita: Wanita memakai atasan berupa baju kurung dan kain selempang yang telah disuji. Bawahannya adalah kain songket dengan motif yang cantik. Pakaian ini dilengkapi dengan perhiasan berupa anting, gelang dan cincin. Pakaian pengantin dilengkapi baju telepuk dan kain cual. Sanggul kepala dihiasi tusuk cempaka emas dan penutup dahi atau pasiani. Perhiasan lain yang biasa digunakan adalah pending gelang dan cincin terbuat dari emas.

c) Pakaian kebaya labuh

Pakaian kebaya labuh adalah pakaian adat Kepulauan Riau yang hanya khusus dikenakan oleh para wanita dalam upacara adat atau kegiatan resmi lainnya. Bentuk pakaian ini sama seperti kebaya pada umumnya. Hal yang membedakannya hanya terletak pada ukurannya yang lebih panjang menjuntai hingga ke bawah lutut. Desain kebaya labuh sangat sederhana, bagian depan kebaya dikaitkan dengan peniti atau kancing sebanyak 3 buah. Jumlah kancing yang hanya sedikit membuat bagian bawahnya terlihat lebih melebar dan terbuka. Kebaya labuh umumnya dipadukan dengan bawahan berupa kain batik cual yang dibalutkan di pinggang. Selain itu, selendang dan beberapa aksesoris lainnya seperti kembang goyang untuk hiasan rambut yang disanggul serta kerudung. Selain sebagai simbol pakaian adat Kepulauan Riau, kebaya labuh hingga saat ini juga masih sering digunakan dalam upacara pernikahan adat oleh para mempelai atau pengantin wanita. Untuk pengantin, bahan pembuatan kebaya ini biasanya adalah kain sutra China atau kain dengan kualitas tinggi lainnya.

d) Pakaian Teluk Belanga

Pakaian Teluk Belanga untuk Pria Jika kebaya labuh dikenakan oleh para wanita melayu kepulauan Riau, maka pakaian teluk belanga berarti dikhususkan hanya untuk para pria. Pakaian teluk belanga sebetulnya adalah pakaian pria Melayu yang juga dijadikan ikon pakaian adat Riau, Jambi, dan sekitarnya. Namun, terlepas dari itu ada keunikan khas tersendiri dari pakaian teluk belanga dari kepulauan Riau. Teluk belanga khas kepulauan Riau umumnya memiliki bermotif polos dengan warna yang tidak mencolok seperti hitam atau abu-abu. Warna pakaian dan celana panjang sebagai bawahan lazimnya adalah sama. Sementara di antara keduanya, terdapat aksesoris berupa kain sarung yang dipakai sebatas lutut. Aksesoris yang digunakan untuk melengkapi pakaian adat Kepulauan Riau khas laki-laki tidaklah banyak, yaitu hanya penutup kepala bernama tanjak yang terbuat kain songket segi empat yang diikat sedemikian rupa atau sebuah peci (songkok). Penggunaan tanjak biasanya hanya saat ada upacara resmi seperti kenduri atau acara-acara adat yang lain. Sementara untuk keseharian, songkoklah yang dipilih.

e) Pakaian adat yang lainnya

Baju untuk laki-laki Melayu Riau adalah Baju Kurung Cekak Musang atau Baju Kurung Teluk Belanga. Selain Baju Kurung Cekak Musang, busana pengantin laki-laki adalah kain samping bermotif serupa dengan celana dan baju, distar berbentuk mahkota dipakai di kepala, sebai warna kuning di bahu kiri, rantai panjang berbelit dua yang dikalungkan di leher, canggai yang dipakai di kelingking, sepat runcing di bagian depan, dan keris hulu burung serindit pendek yang diselipkan di sebela kiri. Sementara busana yang dikenakan perempuan berbeda-beda, perempuan memakai Baju Kurung Kebaya atau Kebaya Pendek. Kepala hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan bunga-bunga. Pakaian pengantin perempuan pada Upacara Akad Nikah adalah Baju Kebaya Laboh atau Baju Kurung teluk. Kemudian, untuk pakaian pada waktu upacara Bersanding adalah Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk Belanga.

VII. ALAT SENJATA a) Tumbuk Lada

Tumbuk lada digunakan secara menikam, mengiris dan menusuk dalam pertempuran jarak dekat. Ia boleh dipegang dengan dua jenis genggaman yaitu dengan mata keatas ataupun mata ke bawah. Senjata lainnya adalah kelewang, digunakan prajurit tempo dulu.

b) Pedang jenawi

Pedang “Jenawi” merupakan sejenis senjata tradisional berupa pedang yang digunakan oleh para panglima perang tempo dulu. Panjang pedang ini bisa mencapai 1 meter.

c) Beladau

Beladu adalah sejenis belati yang merupakan senjata tradisional yang dikenal di Sumatra dari Riau sampai Mentawai.baladau memiliki bermata pisay tunggal atau bermata dua, bentuk pisau melengkung. Pisau dari gagang ke ujung semakin runcing dan melengkung ke suatu titik.

d) Bidik Tumbuk Lada

Bidik tumbuk lada adalah senjata tradisional suku adat melayu yang ada di Sumatra dan Kepulauan Riau serta Semenanjung Melayu. Senjata tradisional ini bentuknya seperti badik khas Sulawesi hanya saja pada sarung Tumbuk Lada terdapat benjolan bundar yang dihias dengan ukiran pahat. Sarung senjata ini dilapisis dengan kepingan perak yang diukir dengan pola yang rumit. Bentuk badik tumbuk ladak juga menyerupai keris akan tetapi tidak bergelombang. Senjata tradisional ini pada zaman dahulu dipergunkan untuk berburu dan berperang. Namun, selain utuk berperang Tumbuk Lada pada zaman dahulu juga menjadi salah satu kelengkapan pakaian adat di Jambi, Kepulauan Riau, Deli, Siak dan Semenanjung Tanah Melayu.

VIII. LAGU DAERAH a) Segantang Lada Segantang lada namanya kepulauan Riau Segantang lada namanya kepulauan Riau Ibukotanya di pulau Bintan Ibukotanya di pulau Bintan Hati gelisah nan risau Hati gelisah nan risau Bila dikenang wajahmu tuan Lagu Segantang Lada adalah lagu daerah yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau yang diciptakan oleh budayawan terkenal Kepulauan Riau yaitu Drs. Daud Kadir. Dari lirik lagu Segantang Lada mencerminkan secara geografis bahwa Ibukota Kepulauan Riau terletak di Pulau Bintan. Lebih tepatnya lagi di Kota Tanjungpinang yang terletak di dalam Pulau Bintan. Lirik ini bisa kita temui pada bait Pertama sampai keempat. Sedangkan pada lirik selanjutnya dijelaskan kerinduan seorang pria/wanita kepada pujaan hatinya. Lagu ini relatif sederhana dari segi lirik karena ringkas dan mudah dihafal. Dengan sekali mendengarnya pun kita sudah bisa menghafal lirik yang terdapat dalam lagu Segantang Lada ini. Bila dikenang wajahmu tuan

b) Lagu Pulau Bintan

c) Lagu Pantai Solop Terkuak indah alam membentang di rantau bumi sri gemilang pulau Cawan aduhai negeri Mandah Pantai Solop berbilang pesona Pasirnye... kilau kemilau serpihan kulit satwa lautnye Bermain ombak aduhai tercerlah bakau Terhampar putih eloknye bagai permate... Nuanse alamnye bagai surgawi... membawe teduh suasane hati... Kicauan burung nyanyian sunyi Pantai soloooop... rahmat ilahi Penduduknye ramah juge berbudi... Pancaran budaya khasanah negri... Lestarikanlah... warisan ini... Pantai solooop...., solooop....,solooop.... Pantai sejati... Nuanse alamnye bagai surgawi... membawe teduh suasane hati... Kicauan burung nyanyian sunyi Pantai soloooop... rahmat ilahi Penduduknye ramah juge berbudi... Pancaran budaya khasanah negri... Lestarikanlah... warisan ini... Pantai solooop...., solooop....,solooop.... Pantai sejati...

Related Documents


More Documents from "yogi dheoksa falma"