KLASIFIKASI TANAH Tanah merupakan material yang sangat bervariasi sifat-sifat teknisnya. Perbedaan sifatsifat inilah yang menjadi landasan dilakukannya klasifikasi tanah. Pengertian tanah menurut beberapa ahli adalah 1. Ramman (Jerman, 1917). Tanah sebagai bahan batuan yang sudah dirombak menjadi partikel-partikel kecil yang telah berubah secara kimiawi bersama-sama dengan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang hidup di dalam dan diatasnya. 2. E. Saifudin Sarief (1986). Tanah adalah benda alami yang terdapat dipermukaan bumi yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik (pelapukan sisa tumbuhan dan hewan), yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan. Sistem klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Sistem klasifikasi tanah dapat juga diartikan sebagai suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan subkelompok-subkelompok berdasarkan pemakaiannya. A. Sistem Klasifikasi Tanah Terdapat beberapa sistem klasifikasi tanah yang digunakan sebagai pedoman dalam mendeskripsi tanah. Sistem-sistem tersebut antara lain : 1. USDA (United States Department of Agriculture) 2. AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials) 3. USCS (Unified Soil Classification System) 4. Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Dudal & Soepraptohardjo, 1957; Soepraptohardjo, 1961) 5. Sistem FAO/UNESCO 6. BSCS (British Soil Classification System)
1
Sistem-sistem inilah yang sering digunakan dalam proses pendeskripsian tanah. 1. USDA (United States Department of Agriculture) Pada tahun 1960, United State Department of Agriculture (USDA) memperkenalkan sistem klasifikasi tanah yang baru yang disebut Comprehensive System atau Soil Taxonomy. Sistem klasifikasi tanah ini lebih banyak menekankan pada morfologi dan kurang menekankan pada faktor-faktor pembentuk tanah. Sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur tanah, distribusi ukuran butir dan plastisitas tanah menurut United State Department of Agriculture (USDA) adalah (Fatal, 2006) : a. Pasir : ukuran butiranantara 2,0 – 0,05 mm b. Lanau : ukuran butiran 0,05– 0,002 mm c. Lempung : ukuran butiran < 0,002 mm
Gambar 1. Segitiga Taksonomi Tanah Soil Taxonomy (USDA, 1975) menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan seri. a. Ordo, Ordo tanah dibedakan berdasarkan ada tidaknya horizon penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.
2
b. Sub Ordo Tanah, Sub-ordo tanah dibedakan berdasarkan perbedaan genetic tanah, misalnya: ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh: (1) air, (2) regim kelembaban, (3) bahan iduk utama, dan (4) vegetasi. Untuk tanah ordo histosol (tanah organik) yang digunakan adalah tingkat pelapukan dari bahan organic pembentuknya: fibris, hemis, dan safris. c. Great Group Tanah, great grup dibedakan berdasarkan perbedaan: (1) jenis, (2) tingkat perkembangan, (3) susunan horison, (4) kejenuhan basa, (5) regi suhu, dan (6) kelembaban, serta (7) ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain, seperti: plinthite, fragipan, dan duripan. d. Sub Group Tanah, sub grup dibedakan berdasarkan: (1) sifat inti dari great group dan diberi nama Typic, (2) sifat-sifat tanah peralihan ke: (a) great group lain, (b) sub ordo lain, dan (c) ordo lain, serta (d) ke bukan tanah. e. Famili Tanah, bagian famili tanah dibedakan berdasarkan sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian dan atau engineering, meliputi sifat tanah: (1) sebaran besar butir , (2) susunan mineral liat, (3) regim temperatur pada kedalaman 50 cm. f. Seri Tanah, bagian ini dibedakan berdasarkan: (1) jenis dan susunan horison, (2) warna, (3) tekstur , (4) struktur , (5) konsistensi, (6) reaksi tanah dari masing-masing horison, (7) sifat-sifat kimia tanah lainnya, dan (8) sifat-sifat mineral dari masing-masing horison. Penetapan pertama kali kategori Seri tanah dapat digunakan nama lokasi tersebut sebagai penciri seri. Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam Sistem Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu: 1. Alfisol Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.
3
2. Aridisol Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil. 3. Entisol Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol. 4. Histosol Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol. 5. Inceptisol Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll. 6. Mollisol Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dll. 7. Oxisol Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi 4
atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning. 8. Spodosol Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol. 9. Ultisol Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu. 10. Vertisol Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.
2. AASHTO American Association of State Highway and Transportation Officials
Gambar 2. Tahapan Deskripsi Dengan Sistem AASHTO 5
Klasifikasi tanah dengan cara AASHTO ini mempunyai tujuan agar kita dapat dengan mudah memilih material tanah untuk konstruksi subgrade. Pemilihan tanah tersebut, tentunya didasarkan atas hasil uji tanah dan apabila kita telah mempunyai pengalaman lapangan dalam pembuatan konstruksi subgrade maka pemilihan tanah sangat mudah dilakukan. Menurut sistim ini tanah dibagi menjadi 7 kelompok, dan diberi nama dari A-1 sampai A-7. Semakin kecil angkanya, semakin baik untuk subgrade sebaliknya semakin besar angkanya semakin jelek untuk subgrade. Kecuali pada tanah dalam group A-3, lebih baik dari pada tanah dalam group A-2 sebagai subgrade. 3. USCS (Unified Soil Classification System) Klasifikasi tanah sistem ini diajukan pertama kali oleh Casagrande dan selanjutnya dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation (USBR) dan United State Army Corps of Engineer (USACE). Kemudian American Society for Testing and Materials (ASTM) telah memakai USCS sebagai metode standar guna mengklasifikasikan tanah.
Gambar 3. Tahapan Pendeskripsian Tanah Sistem USCS Dalam USCS , suatu tanah diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama yaitu: a. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soils) yang terdiri atas kerikil dan pasir yang mana kurang dari 50% tanah yang lolos saringan No. 200 (F200 < 50). Simbol kelompok diawali 6
dengan G untuk kerikil (gravel ) atau tanah berkerikil (gravelly soil ) atau S untuk pasir (sand ) atau tanah berpasir (sandy soil ). b. Tanah berbutir halus ( fine-grained soils) yang mana lebih dari 50% tanah lolos saringan No. 200 (F200 ≥ 50). Simbol kelompok diawali dengan M untuk lanau anorganik (anorganic silt), atau C untuk lempung anorganik (anorganic clay), atau O untuk lanau dan lempung organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut (peat), dan tanah dengan kandungan organik tinggi. Simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi adalah W untuk gradasi baik (well graded), P gradasi buruk (poorly graded), L plastisitas rendah (low plasticity) dan H plastisitas tinggi (high plasticity).
4. Sistem FAO/UNESCO Sistem klasifikasi tanah ini dibuat dalam rangka pembuatan peta tanah dunia dengan skala 1 : 5.000.000. Peta tanah ini terdiri dari 12 peta tanah. Sistem ini terdiri dari 2 kategori. Kategori pertama setara dengan great soil group, dan kategori kedua setara dengan sub group dalam Taksonomi Tanah (USDA). Untuk pengklasifikasian, digunakan horison-horison penciri yang sebagian diambil dari kriteria-kriteria horison penciri pada Taksonomi Tanah dan sebagian dari sistem klasifikasi tanah ini. Adapun beberapa nama dan sifat tanah dalam kategori Great Group menurut sistem FAO/UNESCO sebagai berikut : Fluvisol , Gleysol , Regosol , Lithosol, Arenosol, Rendzina, Ranker, Andosol, Solonet, Yermosol, Xerolsol, Kastanozem, Chernozem, Phaeozem, Greyzem, Cambisol, Luvisol, Podzoluvisol, Podsol, Planosol, Acrisol, Nitosol, Ferrasol, dan Histosol. B. BSCS (British Soil Classification System) Selain sistem USCS, USDA, AASHTO, dan FAO/Unesco, terdapat pula salah satu sistem pendeskripsian tanah yang sering digunakan, yaitu British Standard atau British Soil Classification System. Ada beberapa hal yang menjadi tolak ukur atau dasar-dasar dalam mendeskripsi tanah dengan BS (British Standart ), antara lain : a. Rapat Massa Relatif Rapat massa relative suatu tanah diperoleh dari pengujian di lapangan. Jika tidak dilakukan pengujian terhadap sampel, maka deskripsi rapat massa tidak dapat dicantumkan. Pengujian yang sederhana terhadap tanah adalah tanah yang mudah disekop 7
berarti tanah tersebut memiliki rongga-rongga sehingga tidak padat atau longgar dan demikian pula sebaliknya. Adapaun ukuran-ukuran deskripsi rapat massa relative antara lain, very soft, soft, firm, stiff, very stiff, dan hard. b. Fabric atau fissuring (Hubungan antara butir-butir penyusun tanah) Kemas atau fabric adalah hubungan antara butir-butir penyusun tanah. Terdapat 2 kemungkinan, yaitu kemas tertutup dan kemas terbuka. Kemas tertutup berarti butir-butir penyusun saling bersentuhan atau bersinggungan karena ukuran butir yang relative sama. Kemas terbuka berarti diantara butir-butir penyusun tanah, masih terdapat ukuran butir yang lebih halus dari yang lainnya sehingga tidak saling bersentuhan. Untuk melihat kemas ini, dapat dilakukan dengan memotong secara vertikal dan tegak lurus terhadap bidang datar tanah. Celah-celah tersebut harus diperiksa untuk memastikan adanya butiran-butiran yang berbeda ukuran atau lebih halus. c. Warna Warna menunjukkan tingkatan pelapukan dari tanah. Warna tanah yang diamati dapat memberikan informasi mengenai ciri-ciri tanah. Warna ini dapat dilihat dengan mata telanjang. Selain itu, dalam menentukan warna tanah, harus menggunakan standar tertentu. Salah satunya, berdasarkan sistem klasifikasi warna Munsell adalah Geological Society of America 'Rock-warna Bagan' d. Subsidiary Constituents Dalam prakteknya sangat sulit untuk memperkirakan konstituen sekunder tanah dengan mata dan dengan perasaan, dan terutama di tanah kohesif. Presentasi materi sekunder ini tidak lebih dari 10%. Dalam tanah granular, materi sekunder ini penting untuk diketahui karena permeabilitas tanah granular didominasi oleh materimateri sekunder yang halus ini. e. Bentuk Butir Bentuk butir dalam mendeskripsi tanah sangat mudah pada ukuran butir kerikil dan pasir. Bentuk butir ini didasarkan pada kebundaran butir yang terkandung pada tanah.
Terdapat
beberapa
ukuran
dalam
bentuk
butir,
yaitu
rounded, subrounded, subangular, dan angular. f. PRINCIPAL SOIL TYPE Kebanyakan tanah akan terdiri dari berbagai ukuran partikel yang berbeda, beberapa di antaranya mungkin kohesif. Jenis penyusun butiran tanah yang utama adalah batu-batu, berbatu, kerikil, pasir atau lumpur yang dianggap mewakili secara umum tipe-tipe tanah.
8
Adapun ukuran-ukuran dalam tipe-tipe tanah antara lain: clay, boulders, cobbles, gravel, sand, silt. g. Keterangan Rinci Tentang Kemas (Fabric) dan Materi Tambahan Keterangan yang lebih detail mengenai kemas dan materi-metri penyusun tambahan dapat ditambahkan dalam klasifikasi jika terdeteksi pada saat melakukan pengujian sampel di lapangan maupun di laboratorium. h. Sumber Geologi Tanah Dalam klasifikasi BS, juga diberikan salah satu keterangan mengenai asal mula tanah yang ditemukan atau jenis tanah pertama kali ditemukan. Jika sumber geologi tanah tidak diketahui, maka tidak akan menjadi masalah. i. Simbol Klasifikasi Tanah Sebagai opsi tambahan, dalam mendeskripsi tanah juga dapat diberikan symbol-simbol klasifikasi tanah yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
C. Klasifikasi dan Deskripsi Sampel Tanah
No. Sampel : 27/KJ/SB Tanggal : 16 November 2018 Cuaca : Cerah Berawan Lokasi : Tanggo Rajo, Sungai Batanghari, Kota Jambi Deskripsi : British Standard atau BSCS (British Soil Classification System) Klasifikasi : Firm (a) dark brown (c) subrounded (e) SAND and SILT (f) 9
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. 2. Soil Survey Staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah Edisi Kedua Bahasa Indonesia. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Jakarta. 3. Foth. 1994. Klasifikasi Tanah Pertanian. Grafindo: Jakarta. 4. Kurnia. 2004. Klasifikasi Tanah Pertanian. Bumi Aksara: Jakarta.
10