A. Klasifikasi Massa Batuan Sifat massa batuan tergantung dari sifat atuan utuh (intact rock) dan keadaan massa batuan berupa pelapukan, kandungan air tanah serta keadaan rekahan dan retakan (joint dan fissure). Pada pegklasifikasian massa batuan, data-data kekuatan serta perilaku massa batuan andesit sangat diperlukan. Namun untuk mengetahui tepatnya data-data massa batuan andesit diseluruh daerah penelitian adalah suatu hal yang sulit. Maka yang mugkin adalah mengetahuui secara umum, dengan membagi batuan ke dalam beberapa kelas. Tujuan klasifikasi massa batuan adalah : 1. Membagi massa batuan kedalam kelompok yang mempunyai perilaku sama 2. Memberikan dasar yang baik untuk mengerti karakteristik dari massa batuan 3. Memudahkan perencanaan dan perancangan struktur di dalam batuan dengan memberikan data kuantitatif yang diperlukan untuk pemecahan persoalan teknik 4. Memberikan dasar umum untuk komunikasi yang efektif pada semua pihak yang terlibat dengan persolan geomekanik. Untuk mencapai tujuan, klasifikasi tersebut antara lain : a. Sederhana dan mudah dimengerti b. Parameter dapat diukur dan dapat ditentukan dengan cepat dan mudah dilapangan Terdapat dua klasifikasi massa batuan yang paling sering digunakan, yaitu klasifikasi geomekanika atau Rock Mass Rating Systrm (RMRS) yang dikembangkan oleh Bieniawski (1973) dan klasifikasi massa batuan Q-Systrm yang dikembangkan di Norwegia oleh Barton, Lien dan Lunde dan Norwegian Geotechnical Institute pada tahun 1974. Kedua klasifikasi ini disarankan untuk digunakan bersama-sama untuk suatu proyek mengingat masing-masig istem mempunyai kelebihan tersendiri. Sistem RMR lebih sederhana dibandingkan dengan system-Q, tetapi karena system RMR ini dikembangkan untuk terowongan yang tidak begitu dalam pada hard jointed rock dan factor tegangan insitu tidak dimasukkan, maka pada batuan yang sangat lemah dimana dihasilkan kondisi squeenzing, swelling atau flowing, system RMR sangat sulit digunakan. Dalam rekayasa batuan, system klasifikasi utama yang pertama diusulkan oleh Terzaghi (1946) untuk penerowongan dengan penyangga baja. Ini merupakan system klasifikasi praktis pertama yang digunakan di Amerika Utara dan dominan selama lebih dari 35 tahun. Setelah itu mulai banyak system klasifikasi baru yang diusulkan dan dimodifikasi. Sampai saat ini terdapat tidak kurang dari 11 sistem klasifikasi utama dan 18 perluasannya. Dari system klasifikasi yang ada terssebut, delapan diantaranya yang cukup dikenal dan sering dibahas dari aspek penerapannya, yaitu : 1. Rock Load (Terzaghi, USA, 1946), untuk penerowongan dengan penyangga baja (sekarang hanya sebagai topic bahasan teoritis saja) 2. Stand-up time (Lauffer, Austria, 1958), untuk penerowongan 3. New Austrian Tunneling Method (NATM, Pacher et. al., Austria, 1964), untuk penerowongan 4. Rock Quality Designation (Deere et, al., USA, 1967), untuk core logging dan penerowongan 5. Rock Structure Rating (Wickham et, al., USA, 1972) untuk penerowongan 6. Rock Mass Rating System (Bieniawski, Afrika Selatan, 1973), untuk penerowongan, tambang, lereng fondasi beton)
7. Q-system (Barton, Lien, Norway, 1974), untuk penerowongan, ruang bawah tanah 8. Rock Mass Index (Palmstrom Norway 1995) untuk rock engineering, evaluasi penyangga, masukan dalam mekanika batuan, komunikasi dan pembangunan berat. B. Rock Mass Rating System (RMRS) Rock Mass Rating System dikembangkan oleh Bieniawski mempunyai nama lain yaitu CSIR (Commonwealt Scientific and Industrial Research). Rock Mass Rating System merupakan suatu siste pengelompokan massa batuan berdasarkan enam parameter yaitu kekuatan batuan utuh, Rock Quality Designation (RQD), spasi bidang kekar, kondisi bidang kekar, pelapukan (weathering), kondisi air tanah. Parameter ini sering digunakan karena mencakup secara luas dan mudah dalam pencariannya dilokasi penelitian. Parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan menurut RMRS ada 6 parameter yang dapat di lapangan dan data dari bor inti yang kesemua bobot dari parameter tersebut akan dijumlah. C. Kekuatan Batuan Utuh (Instact Rock Strenght)