Klasifikasi Cekungan.docx

  • Uploaded by: fenny alvionita
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Klasifikasi Cekungan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,699
  • Pages: 7
Fenny Alvionita 072.015.039 Cekungan (basin) adalah secara topografi atau batimetri merupakan sebuah rendahan (depresi), namun secara geologi mempunyai arti yang lebih signifikan yaitu tempat terbentuknya suksesi batuan sedimen yang tebal (Dickinson, 1974). Kemudian serign dikenal sebagai cekungan sedimen. Cekungan awalnya merupakan define induktif dari konsep geosinklin, namun penggunaan konsep tektonik lempeng menjadi definisi basin menjadi deduktif (Dicknison, 1974). Cekungan mempunyai skala yang sangat bervariasi dari cekungan samudera sampai cekungan – cekungan kecil. Ahli geologi secara umum membatasi bahwa terminology cekungan adalah rendahan berskala regional (100 km lebih) dengan deformasi kerak yang signifikan dan terisi endapan (Helwig, 1985). Cekungan dibatasi lebih lanjut dengan rendahan yang memiliki batas yang diketahui tebal endapan mulai 1 -3 km dengan luas ratusan kilometer. Agar konsisten dengan konsep tektonik lempeng dan berdasarkan beberapa definisi tersebut makan cekungan mempunyai arti yang sangat khas dari sudut tektonik / deformasi kerak, sehingga penyebutan cekungan adalah sama dengan menyebut cekungan tektoahli kebumian seperti nik. Pada perkembangannya klasifikasi dan pendefinisian cekungan tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan eksplorasi migas dengan system petroleumnya. Hal ini sangat logis karena sumbangsih pembelajaran cekungan sangat dibutuhkan di dunia migas dan juga data – data lebih lengkap di industry migas. Penyebaran cekungan di Asia Tenggara terutama cekungan Tersier banyak dibahas salah satunya oleh Doust dan Sumner (2007). Penyebaran cekungan dari Thailand, Malaysia, Indonesia Barat dan Indonesia bagian Timur. Lokasi cekungan di Indonesia telah banyak dipublikasikan baik oleh penulis perorangan ataupun lembaga, sebagai contoh Peta Cekungan Indonesia oleh IAGI, IPA, atau rijen Migas. Pembahasan peta penyebaran cekungan yang terakhir dibahas oleh IAGI dan BPMIGAS tahun 2008 namun belum dipublikasikan. Peta penyebaran cekungan Indonesia dibuat oleh Howes dan Tisnawijaya (1995) dan dimodifikasikan oleh Doust et al (2008) memberi gambaran ringkas system migas di Indonesia dengan pendekatan praktis, mengelompokkan berdasarkan besaran sumber daya cekungan.

Klasifikasi cekungan sudah dibahas sejak sebelum tektonik lempeng berkembang. Sebut saja Klasifikasi Kay, 1951 (di dalam Helwig, 1985) yang mengelompokkan cekungan berdasarkan

bentuk da nasal usul batuan di dalam cekungan yang dikembangkan dalam teori geosinklin. Klasifikasi cekungan berdasarkan tektonik lempeng banyak dikembangkan oleh ahli kebumian. Dickinson (1974) menyebutkan bahwa ahli kebumian seperti Morgan (1968), Le Pichon (1968), Isak et al (1968), telah memberikan pemahaman dasar tentang pengelompokkan tatanan tektonik cekungan yang menggunakan elemen dasar dari batas lempeng di konsep tektonik lempeng seperti tumbukan (convergent), pemekaran (divergent), pergeseran (transform). Pemahaman pergerakan lateral dari tektonik lempeng yang mengakibatkan pergerakan vertical untuk membentuk cekungan akan memberikan kerangka berfikir yag benar untuk mendefinisikan jenis cekungan dan klasifikasinya. Beberapa klasifikasi Klemme (1980), Bally dan Snalson (1980) yang dimodifikasi oleh John (1984), Kingston et al (1983), Helwig (1985). Divergen 1. Terestrial rift valley: Rift di dalam kerak benua yang berasosiasi dengan vulkanisme bimodal. Contoh modern: Rio Grand Rift(New Mexico) 2. Proto-ocean rift troughs: Bentuk evolusi awal dari cekungan samudra yang dialasi oleh lempeng samudra baru dan di diapit di kedua sisinya oleh rifted continental margin yang masih muda. Contoh modern: Laut Merah. Intraplate 1. Continental rises dan terraces: Rifted continental margin yang sudah matur dalam suatu seting intraplate pada pertemuan kontinen-samudra. Contoh modern: Pesisir timur USA. 2. Continental embankment: Progadasi wedge sedimen yang terbentuk di tepian suatu rifted continental margin. Contoh modern: Pesisir Teluk Missisipi. 3. Cekungan Intrakratonik: Cekungan kratonik luas yang dialasi rift fossil pada zona axialnya. Contoh modern: Cekungan Chad(Africa). 4. Platform Kontinental: Kraton stabil yang dilapisi oleh strata sedimen tipis dan secara lateral melampar luas. Contoh modern: Laut Barents(Aisa). 5. Cekungan samudra aktif: Cekungan yang dialasi oleh lempeng samudra yang terbentuk pada batas lempeng divergen, tidak berhubungan dengan sistem arch-trench(spreading masih aktif). Contoh modern: Laut Pasifik. 6. Kepulauan Oseanik, aseismic ridge and plateu: Apron sedimen dan dataran yang dibentuk pada seting intraoseanik selain tipe busur magmatic. Contoh modern: gunung bawah laut Emperor-Hawaii. 7. Cekungan samudra dorman: cekungan yang dialasi oleh lempeng samudra, yang tidak mengalami spreading atau subduksi(tidak terdapat plate boundaries aktif di dalam atau di bagian cekungan lain yang berdampingan). Contoh modern: Teluk Meksiko. Konvergen 1. Trenches: Palung yang sangat dalam, dibentuk oleh proses subduksi dari litosfer samudra. Contoh modern: Palung Chile. 2. Cekungan Trench-Slope: Struktur depresi local yang berkembang pada kompleks subduksi. Contoh modern: Trench Amerika Tengah. 3. Cekungan For-arc: Cekungan yang berada pada gap antara arc dan trench. Contoh modern: Sumatra. 4. Cekungan Intra-arc: Cekungan di sepanjang platform arc yang termasuk gunung api superposed dan overlapping. Contoh modern: Lago de Nikaragua.

5. Cekungan Back-arc: Lempeng samudra di belakang busur magmatic intraoseanik(termasuk cekungan intra-arc di antara busur aktif dan remnant), dan cekungan kontinen di belakang busur magmatic continental-margin tanpa forelanf fold-thrust belts. Contoh modern: Marianas. 6. Cekungan Samudra Remnan: cekungan samudra yang mengecil akibat terperangkap antara continental margin dan atau sistem arc-trench yang saling bertabrakan, dan pada akhirnya mengalami subduksi dan terdeformasi di dalam suatu suture belts. Contoh modern: Pesisir Bengal. 7. Cekungan Peripheral Foreland: Cekungan foreland yang terletak di atas rifted continental margin yang telah ditarik ke dalam zona subduksi selama proses tabrakan krustal(tipe utama dari tumbukan yang berhubungan dengan foreland). Contoh modern: Teluk Persia. 8. Cekungan Piggyback: Cekungan yang terbentuk dan terbawa di atas suatu thrust sheet yang bergerak. Contoh modern: Cekungan Peshawar(Pakistan). 9. Cekungan Foreland Intermontane: Cekungan yang terbentuk di antara pengangkatan basement-cored di suatu seting foreland. Contoh modern: Cekungan Sierra Pampeanas(Argentina). Transform 1. Cekungan Transtensional: Cekungan yang terbentuk oleh proses ektensi di sepanjang sistem patahan Strike-slip. Contoh modern: Laut Salton California. 2. Cekungan Transpressional: Cekungan yang dibentuk oleh kompresi di sepanjang sistem patahan strike-slip. Contoh modern: Cekungan Santa Barbara California(foreland). 3. Cekungan Transrotasional: Cekungan yang terbentuk oleh proses rotasi dari suatu blok krustal pada axis yang mendekati vertikal pada suatu sistem patahan strike-slip. Contoh modern: fore-arc Western Aleutian. Hybrid 1. Cekungan Intrakontinental wrench: Bermacam cekungan yang terbentuk di dalam kerak benua yang dipengaruhi oleh proses collision. Contoh modern: Cekungan Quaidam(China). 2. Aulacogen: Bekas Rifting yang gagal terbentuk pada sudut tinggi terhadap margin kontinen, yang telah mengalami reaktivasi selama proses tektonik konvergensi, sehingga berada pada bagian sudut tinggi terhadap sabuk orogenik. Contoh modern: Teluk Missisipi. 3. Impactogen: Rift yang terbentuk pada sudut tinggi terhadap sabuk orogeni, tanpa adanya sejarah preorogeni sebelumnya(kontras dengan aulacogen). Contoh modern: Rift Baikal bagian distal(Siberia). 4. Cekungan Succesor: Cekungan yang terbentuk pada seting intermontane diikuti oleh proses jeda istirahat kegiatan orogeni local atau aktivitas taphrogenik. Contoh modern: Barisan punggungan dan cekungan Arizona. Klasifikasi cekungan dimodifikasi dari Dickinson, 1974, 1976, dan Ingersoll, 1988. Sumber: Ingersoll, R. V., dan C. J. Busby, 1995 Tectonic of sedimentary basin, dalam Busby, C. J., dan R. V. Ingersoll(eds.), Tectonic of sedimentary basin: Blackwell Science.

Gambar 1.3. Representasi skematik dari beberapa cekungan yang terbentuk secara tektonik.(Dickinson dan Yarborough, 1976; Kingston, Dishroon, dan William, 1983; Mitchel dan Reading, 1986; Einsele, 1992; Ingersoll dan Busby, 1995.)

Cekungan pada Seting Divergen Seting tektonik divergen adalah suatu region di Bumi dimana lempeng tektonik mengalami proses pemekaran atau pemisahan. Area ini memiliki karakteristik berupa fitur-fitur ekstensional (stretching). Contoh dari ekstensi yang terjadi antara lain pemekaran lantai samudra di sepanjang mid-oceanic ridge , proses peregangan, dan downfaulting dari kerak benua untuk membentuk suatu struktur graben. Cekungan yang terbentuk pada suatu seting divergen sangat dipengaruhi oleh mekanisme penipisan kerak, pembebanan sedimenter dan vulkanik, dan proses densifikasi krustal Tahap awal dari suatu rifting dicirikan oleh proses pemecahan kerak dan pergerakan blok ke bawah untuk membentuk sesar graben yang disebut terrestrial rift valley. Rift (gambar 1.3) adalah suatu bentuk sempit, berbentuk lembah yang dibatasi patahan dengan ukuran bervariasi mulai dari graben dengan ukuran beberapa kilometer hingga rift gigantik seperti yang ada di sistem rift Afrika Timur, yang memiliki ukuran panjang 3000 km dan lebar 30-40 km. Rift terbentuk akibat semacam fenomena thermal yang menyebabkan ekstensi atau pemekaran di dalam suatu kerak benua. Sistem Rift Afrika Timur (Gambar 1.4A) adalah contoh dari zona rift yang masih muda. Fase berbeda dalam perkembangan dari suatu rift diilustrasikan pada gambar 1.4B. Rift Afrika Timur secara umum diisi oleh batuan vulkanik, kendati demikian, bermacam-macam lingkungan pengendapan sedimen dapat dijumpai di dalam rift ini, mulai dari darat (fluvial, lakustrin, dan gurun), transisi (Delta, estuary, tidal flat) dan laut (shelf, submarine fan). Oleh karena itu, endapan dari suatu cekungan rift dapat bervariasi mencakup konglomerat, batupasir, serpih, turbidit, batubara, evaporit, dan karbonat. Banyak sistem rift purba dapat dijumpai di Asia,

Eropa, Afrika, Arab, Australia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan (Sengor, 1995; Leeder, 1995; Ravnas dan Steel, 1998). Mereka dapat dijumpai pada beberapa seting tektonik(Sengor, 1995) namun terutama sangat berhubungan dengan seting divergen.

Gambar 1.4 Peta (A) menunjukkan konfigurasi permukaan dari sistem Rift Afrika Timur dan penampangnya (B) ilustrasi fase dari suatu evolusi rift dari akhir Miosen hingga Kuaterneri. Rift ini dialasi oleh batuan vulkanik dan detritus vulkanik.(Dari Einsele, G. 1992, Sedimentary Basin, Gambar 12.4, hal. 434).

Seiring dengan proses bukaan samudra berlangsung, ekstensi yang berlanjut di dalam kerak benua menyebabkan meningkatnya intensitas pada proses penipisan kerak dan pada akhirnya menyebabkan terjadinya keretakan, mengizinkan magma basaltik untuk naik ke atas menuju axis dari suatu rift dan dimulailah proses pembentukan kerak samudra baru. Oleh karena itu, terrestrial rift valley akan berevolusi menjadi proto-oceanic rift through. Proto-oceanic rift dialasi(setidaknya sebagian) oleh lempeng samudra dan di kedua sisinya diapit oleh margin kontinen rift. Laut Merah(Gambar 1.5) adalah analog modern terbaik dari proto-oceanic rift. Laut Merah, yang terletak di antara Afirka Tenggara dan Arab Saudi, memiliki panjang 2000 km, dan lebar lebih dari 200 km, dengan zona axial yang memiliki lebar sekitar 50 km dengan beberapa kedalaman axial mencapai hingga 3 km.

Gambar 1.5 Citra Satelit Dari Laut Merah.

Area axial dialasi oleh lempeng samudra (umur kurang dari 5 juta tahun) pada bagian selatan dari Laut Merah. Bagian samping dari Laut Merah dialasi oleh kerak benua yang telah mengalami stretching pada area pusat namun pada bagian utara terdapat transisi medadak dari lempeng samudra ke benua (Leeder, 1999, hal. 511). Ke arah selatan, Laut Merah memotong pemekaran lamban dari rift Teluk Aden. Proses ekstensional yang membentuk Laut Merah dimulai pada Tersier Tengah. Sedimentasi awal yang mengikuti proses rifting dicirikan oleh perkembangan kipas alluvial marginal dan fan delta, sedangkan pada dearah pesisir dicirikan oleh pengendapan campuran karbonat dan silisiklastik. Selama Miosen, endapan evaporit dengan ketebalan signifikan diendapkan sebagai hasil dari periode isolasi dari palung yang ada. Kondisi di area ini kembali ke salinitas normal pada Pliosen. Sedimentasi Holosen pada umumnya dicirikan dengan berkembangan endapan Foram-pteropod oozes.

Gambar 1.6 Peta Geografi area di sekitat Laut Merah

DAFTAR PUSTAKA

https://gprgindonesia.wordpress.com/2014/04/22/ringkasan-cekungan-sedimen-based-on-sam-boggsjr-2nd-vol/ https://www.pdfcoke.com/doc/195433264/Evolusi-Tektonik-Dalam-Klasifikasi-Jenis-Cekungan-TektonikIndonesia

Related Documents

Klasifikasi
August 2019 82
Klasifikasi Batuan
October 2019 46
Klasifikasi Ilmiah
December 2019 41
Klasifikasi Usahatani.docx
November 2019 42
Klasifikasi Iklim
August 2019 52
Klasifikasi Lampu.docx
June 2020 27

More Documents from "Fahmi Syarofi"