KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar, 25 Maret 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Malah ............................................................................................... 2 1.3 Tujuan .............................................................................................................. 2 BAB II ISI 2.1 Mineral ............................................................................................................. 3 2.2 Peranan Mineral Mikro (Mangan, Kobalt, dan Molibdenum) ......................... 6 2.3 Aspek Kerusakan dan Penanggulangan (Mangan, Kobalt, dan Molibdenum) pada Bahan Makanan ............................................................................................. 9 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perhatian masyarakat akan pentingnya pemenuhan kebutuhan mineral bagi tubuh, terutama kebutuhan akan kalsium semakin meningkat. Akan tetapi, masyarakat kurang menyadari keberadaan mikromineral lainnya yang juga memegang
peran
penting
dalam
proses
metabolisme
tubuh
manusia.
Mikromineral memang diperlukan dalam jumlah yang mikro atau sangat sedikit bagi tubuh manusia. Namun, pengertian mikro ini sering diartikan oleh masyarakat menjadi suatu hal yang tidak terlalu penting bagi tubuh. Padahal, sebagian besar organ tubuh kita ditunjukan oleh mikromineral dalam menjalankan fungsinya. Unsur mineral mikro merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak, sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N). Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar individu atau dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik Mineral merupakan salah satu unsur makanan yang dibutuhkan oleh tubuh karena berperan dalam berbagai macam kegiatan tubuh. Umumnya mineral diserap dengan mudah melalui dinding usus halus, dengan cara difusi atau transpor aktif. Unsur mikro adalah unsur yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit (kurang dari 100 mg per hari). Mineral mikro adalah dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Mineral mikro sangatlah penting dan jumlahnya yang sangat kecil di dalam tubuh, namun mempunyai peranan esensial untuk kehidupan, kesehatan, dan reproduksi. Kandungan mineral mikro dalam bahan makanan sangat bergantung pada
konsentrasi mental mikro tanah asal bahan makanan tersebut. Tapi jika mengalami kekurangan mineral mikro ini, akibatnya bisa mempengaruhi kesehatan kita seluruhnya. Mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Maka dari itu, untuk meningkatkan pemahaman kita mengenai mineral mikro terkhusus mangan, selenium, molibdenum, dan iodium disusunlah makalah ini 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana peranan mineral mikro (mangan, selenium) ?
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui peranan mineral mikro (mangan, selenium).
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Mineral Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Berbagai unsur anorganik (mineral)
terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial adalah mineral yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk proses fisiologis, dan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar, yang terdiri atas kalsium, klorin, magnesium, kalium, fosforus, natrium, dan sulfur. Mineral mikro diperlukan tubuh dalam jumlah kecil, seperti kobalt, tembaga, iodin, besi, mangan, selenium, dan seng. Keperluan optimum akan berbagai mineral tersebut belum banyak diketahui dengan pasti, sedangkan mineral mikro dapat ditemukan pada berbagai bagian tubuh walaupun dalam jumlah sedikit. Kekurangan (defisiensi) mineral, baik pada manusia maupun hewan, dapat menyebabkan penyakit. Sebaliknya pemberian mineral esensial yang berlebihan dapat menimbulkan gejala keracunan (Arifin, 2008). Mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh kurang dari 100mg sehari. Mineral mikro sangatlah penting untuk menopang hidup,walaupun jumlah yang dibutuhkan sedikit.Tapi, jika mengalami kekurangan mineral mikro ini, akibatnya
bisa
mempengaruhi
kesehatan
seluruhnya.Mineral
merupakan
komponen anorganik yang terdapat dalam tubuh manusia. Mineral-mineral yang dibutuhkan tubuh akan memiliki fungsi khas-nya masing-masing seperti kalsium yang berperan dalam pembentukan struktur tulang & gigi, natrium berfungsi dalam menjaga kesimbangan cairan tubuh atau juga kalsium yang berfungsi untuk memperlancar kontraksi otot. Dalam proses metabolisme energi tubuh, mineral-mineral yang diperoleh melalui konsumsi bahan pangan dalam keseharian ini akan terlibat dalam proses pengambilan energi dari simpanan glukosa (glycolysis), pengambilan energi dari simpanan lemak (lipolysis), pengambilan energi dari simpanan protein (proteolysis) serta juga terlibat dalam pengambilan energi dari phosphocreatine (PCr). Yang termasuk dalam mineral mikro antara lain: Besi, (Fe) Seng, (Zn) Iodium, (I) Selenium, (Se) Tembaga, Mangan, Flour, Kobal, Kromium, Timah, Nikel, Molibdenum, Vanadium, dan Silikon. Mineral mikro terdapat dalam jumlah sangat kecil di dalam tubuh, namun mempunyai
peranan
esensial
untuk
kehidupan,
kesehatan,
dan
reproduksi.Kandungan mineral mikro dalam bahan makanan sangat bergantung pada konsentrasi mental mikro tanah asal bahan makanan tersebut.
1.2 Peranan Mineral Mikro (Mangan, Kobalt, dan Molibdenum) a. Mangan Mangan adalah logam berwarna abu – abu keperakan, merupakan unsur pertama logam golongan VIIB, dengan berat atom 54,94 g/mol, nomor atom 25, berat jenis 7,43 g/cm3. Di dalam hubungannya dengan kualitas air yang sering dijumpai adalah senyawa mangan dengan valensi 2, valensi 4, valensi 6. Di dalam tubuh manusia, mangan dalam jumlah yang kecil tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi dalam jumlah yang besar dapat tertimbun di dalam hati dan ginjal. Ada berbagai pendapat tentang gangguan kesehatan akibat keracunan senyawa mangan, tetapi umumnya dalam keadaan kronis menimbulkan gangguan pada sistem syaraf dan menampakkan gejala seperti parkinson. Berdasarkan percobaan yang dilakukan terhadap kelinci, keracunan mangan menimbulkan gangguan pada pertumbuhan tulang (Hartini, 2012). Tabel 1. Kebutuhan Mn pada manusia No. Tahapan
Usia
Jumlah (µg/hari)
1
bayi
0-6 bulan
5,5
2
Bayi
7-11 bulan
600
3
Anak
1-3 tahun
1200
4
Dewasa
2000
5
Ibu hamil
2000
6
Ibu menyusui
2600 Sumber: wijayanti (2017)
Sumber makanan yang mengandung makanan Sumber makanan yang mengandung mangan ditemukan dalam jus nanas kalengan, dedek gandum, bibit gandum, biji-bijian, kacang-kacangan, kakao, teh, gandum, dan beras. Bentuk kimia sebagai bahan fungsional yaitu mangan klorida,
manganese glukonat, manganese gliserofosfat, mangan sulfat adalah garam mangan yang digunakan dalam mangan fungsional (Wijayanti, 2017). Efek yang ditimbulkan oleh mangan Kondisi kesehatan tubuh yang mengalami defisiensi mangan sangat langka ditemukan. Dalam kondisi kesehatan yang normal, manusia yang mengikuti pola makan yang tidak mengacuhanya pada satu atau dua tipe makanan, pasti bisa mencukupi kebutuhan akan mangan. Hanya saja, beberapa kondisi misalnya bagi pasien yang baru saja mendapatkan tindakan pembedahan abdominal biasanya rentan kekurangan mangan atau kondisi dimana seseorang mengalami kelebihan zat besi atau magnesium, bisa menyebabkan menurunnya penyerapan mangan oleh tubuh. Beberapa kondisi bisa menyebabkan terjadinya defisiensi, namun jarang sekali bisa ditemukan gangguan yang khusus disebabkan oleh kekurangan mangan yang membahayakan dan tidak dapat diatasi dengan asupan suplemen mengandung mangan. Namun, kekurangan asupan mangan juga bisa memicu berbagai masalah kesehatan. Berikut adalah diantaranya: Kegemukan, Intoleransi glukosa, Pembekuan darah, Masalah kulit, Gangguan rangka, Janin lahir cacat, Perubahan warna rambut, Gejala neurologis (Suprayudi dan Abdi, 2017). Penanggulangan bahaya Mangan dalam bahan makanan Bahan makanan memiliki kadar Mn yang lebih tinggi biasa juga disebebkan oleh lingkungan. Masalah yang paling sering terjadi yaitu terkontaminasinya makanan dengan air yang mengandung Mn terlebih jika sumber air baku yang digunakan berasal dari air tanah. Ada beberapa cara oksidasi mangan yang sering digunakan di dalam industri pengolahan air minum antara lain yakni proses aerasifiltrasi, proses klorinasi-filtrasi, dan proses oksidasi kalium permanganat-filtrasi dengan mangan zeolit (manganese greensand) (Hartini, 2012). Proses aerasi-filtrasi biasanya terdiri dari aerator, bak pengendap serta filter atau penyaring. Aerator adalah alat untuk mengontakkan oksigen dari udara dengan air agar zat besi atau mangan yang ada di dalam air baku bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa ferri (Fe valensi 3) serta mangan oksida yang relatif tidak larut di dalam air. Kecepatan oksidasi besi atau mangan dipengaruhi oleh pH air. Umumnya makin tinggi pH air kecepatan reaksi oksidasinya makin cepat (Hartini, 2012)..
Konsentrasi mangan di dalam sistem air alami umumnya kurang dari 0,1 mg/l, jika konsentrasinya melebihi 1 mg/l maka dengan cara pengolahan biasa akan sulit untuk menurunkan konsentrasinya sampai derajat yang diijinkan sebagai air minum, oleh karena itu perlu pengolahan yang khusus. Untuk menghilangkan mangan di dalam air yang paling sering digunakan adalah dengan cara oksidasi yang diikuti proses pemisahan padatan (suspended solids). Salah satu teknologi tepat guna yang mudah untuk diaplikasi di masyarakat adalah penggunaan cascade aerator dan bubble aerator untuk menurunkan kadar Mn dalam air sumur gali (Hartini, 2012).. b. Selenium Pada tahun 1957 Dr. Klaus Schwarz dan Fultz melaporkan bahwa selenium dapat mencegah nekrosis hepar pada tikus yang mengalami defisiensi vitamin E.Pada manusia, fungsi selenium baru ditemukan pada tahun 1973. Dr. John Rottuckdari Universitas Wisconsin menemukan bahwa selenium dapat bergabung dalam molekul suatu enzim yang disebut glutathione peroksidase (GPx). Sejak itu,terutama tahun 1980-an informasi mengenai selenium meningkat dengan cepat. Selenium adalah elemen kimia non metalik pada group VI A, pada table periodik dengan simbol Se, nomor atom 34, berat atom 78,96 A. Titik beku 217,0 oC, titik didih 684,9oC. Ada 4 tingkat oksidasi, yaitu elemental Se (0), selenate (+6),selenite (+4) dan selenide (-2). Selenium memiliki 3 bentuk, yaitu kristal berwarna merah, bubuk berwarna merah dan kristal heksagonal warna abu-abu. Di alam, terdapat berbagai senyawa yang mengandung selenium, yaitu elemental
selenium,
garam
inorganik
(selenite
dan
selenate),
organic
(selemomethionine, selenocystein dan selenocystine), gas (hydrogen selenide) dancair (selenium oksiklorid, selenium dioksid dan asam selenius). Dalam kehidupan sehari-hari, kita mendapat asupan selenium dari makanan dalam bentuk organik dan dari minuman dalam bentuk garam inorganik. Rumus kimia selenomethioine dan selenocystein dapat dilihat pada gambar 1 .
Gambar 1. Rumus kimia selenomethionine dan selenocystein Selenomethionine adalah selenium murni yang berikatan dengan asamamino methionine. Selenomethionine terdapat secara alami pada makanan. Selenomethionine mempunyai 2 bentuk, yaitu selenomethionine dengan isomer L dan isomer D. Bentuk yang digunakan tubuh adalah selenomethionine denganisomer L. Kandungan selenium dalam tubuh manusia bervariasi antara 3 mg sampai 20,3 mg, tergantung dari kandungan selenium pada tanah di daerah tersebut. Tanah dengan kandungan selenium rendah menyebabkan kandungan selenium pada tanaman juga rendah sehingga ambilan selenium juga rendah, begitu pula sebaliknya. Di Amerika Serikat kadar selenium pada orang dewasa berkisar antara13 mg sampai 20,3 mg tetapi di German berkisar 6,6 mg, di Polandia 5,2 mg dan 3mg sampai 6,1 mg di New Zealand. Sedangkan konsentrasi selenium pada air susuberkisar antara 15 sampai 20 mcg/L. Selenium merupakan salah satu trace elemen esensial bagi tubuh. Mikronutrien ini menjadi bagian yang penting dari enzim yang tergantung selenium, yang disebut selenoprotein. Terdapat 11 selenoprotein yang telah teridentifikasi, yaitu enzim glutathione peroksidase (4 jenis), iodothyronine deiodinase (3 jenis), thioredoksin reduktase, selenofosfat sintetase, selenoprotein P dan selenoprotein W. Peranan Mineral Mikro Selenium Selenium berada dalam makanan dalam bentuk selenometionin dan selenosistein. Biasanya dapat ditemukan di bahan pangan ikan laut, kerangkerangan, susu, telur. Kadarnya dalam pangan nabati tergantung pada kandungan selenium dalam tanah tempat tanaman tersebut tumbuh (pada jenis serealia). Kandungan
selenium pada sayur dan buah tergolong rendah. Fungsi enzim
selenium peroksidase berperan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida yang terbentuk di dalam tubuh menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik. Peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas yang dapat mengoksidasi asam lemak tidak jenuh yang ada pada membran sel, sehingga merusak membran sel tersebut. Selenium berperan serta dalam sistem enzim yang mencegah terjadinya radikal bebas dengan menurunkan konsentrasi peroksida dalam sel, sedangkan vitamin E menghalangi bekerjanya radikal bebas setelah terbentuk. Dengan demikian konsumsi selenium dalam jumlah cukup dapat menghemat penggunaan vitamin E. Selenium dan vitamin E melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif, membantu reaksi oksigen dan hidrogen pada akhir rantai metabolisme, memindahkan ion melalui membran sel dan membantu sintesa immunonglobulin dan ubikinon. Glutation peroksidase berpesan di dalam sitosol dan mitokondria sel, sedangkan vitamin E di dalam membran sel karena selenium mengurangi produksi radikal bebas di dalam tubuh, mineral mikro ini mempunyai potensi untuk mencegah penyakit kanker dan penyakit degenaratif lainnya.Bukti tentang hal ini belum cukup untuk menganjurkan penggunaan selenium sebagai suplemen. Enzim tergantung-selenium lain adalah glisin reduktase yang ditemukan di dalam sistem bakteri. Selenium juga merupakan bagian dari kompleks asam amino RNA. Dampak Kelebihan Dosis tinggi selenium (=1 mg sehari) menyebabkan muntah-muntah, diare, rambut dan kuku rontok, serta luka-luka pada kulit dan sistem saraf. Kecendrungan menggunakan suplemen selenium untuk mencegah kanker harus dilakukan secara hati-hati, jangan sampai dosis berlebihan. Dampak Kekurangan Kekurangan selenium pada manusia karena makanan yang dikonsumsi belum banyak diketahui. Pada tahun 1979 para ahli dari Cina melaporkan hubungan antara status selenium tubuh dengan kesban, dimana terjadi kardiomiopati atau degenerasi otot jantung yang terutama terlihat pada anak-anak dan perempun dewasa (Keshan adalah sebuah propinsi di Cina). Penyakit Keshan-Beck pada anak remaja menyebabkan rasa kaku, pembengkakan dan rasa sakit pada sendi jari-jari yang diikuti osteoartritis secara umum, yang terutama
dirasakan pada siku, lutut dan pergelangan kaki. Plenteral total yang pada umumnya tidak mengandung selenium menunjukkan aktivitas glutation peroksidase rendah dan kadar selenium dalam plasma dan sel darah merah yang rendah. Beberapa pasien menjadi lemah, sakit pada otot-otot dan terjadi kardiomiopati pasien kanker menpunyai taraf selenium plasma yang rendah. Kekurangan selenium dan vitamin E juga dihubungkan dengan penyakit jantung.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam tubuh manusia, mangan dalam jumlah yang kecil tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi dalam jumlah yang besar dapat tertimbun di dalam hati dan ginjal. Ada berbagai pendapat tentang gangguan
kesehatan akibat keracunan senyawa mangan, tetapi umumnya dalam keadaan kronis menimbulkan gangguan pada sistem syaraf dan menampakkan gejala seperti Parkinson. Pada tahun 1957 Dr. Klaus Schwarz dan Fultz melaporkan bahwa selenium dapat mencegah nekrosis hepar pada tikus yang mengalami defisiensi vitamin E.Pada manusia, fungsi selenium baru ditemukan pada tahun 1973. Dr. John Rottuckdari Universitas Wisconsin menemukan bahwa selenium dapat bergabung dalam molekul suatu enzim yang disebut glutathione peroksidase (GPx). Sejak itu,terutama tahun 1980-an informasi mengenai selenium meningkat dengan cepat. Molibdenum adalah mineral mikro yang ditemukan pada semua jaringan tubuh, terutama di tulang, gigi, ginjal, dan hati. Hal ini penting karena membantu tubuh membuat enzim xanthine oxidase, yang membantu tubuh menggunakan cadangan besi, dan membakar lemak. Peran yodium bagi tubuh, yaitu yodium tergolong sebagai mikro mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Di dalam tubuh, yodium sangat dibutuhkan oleh kelenjar tiroid (kelenjar yang agak besar dan berada di leher depan bagian bawah).Iodium dalam tubuh sangat sedikit yaitu sebanyak lebih kurang 0,00004% dari berat badan/15-23 mg.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z., 2008, Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro, dalam Sistem Biologi dan Metode Analisisnya, Jurnal Litbang Pertanian, 27(3): 99-105. Hartini, E., 2012, Efektivitas Cascade Aerator dan Bubble Aerator dalam Menurunkan Kadar Mangan Air Sumur Gali, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1): 44-52. Lidiawati, 2016, Mineral Mikro, ://dewilidiawati.blogspot.co.id/2016/01/mineralmikro.html, diakses pada tanggal 6 Februari 2018 Mulyadi, 2014, Fungsi dan Manfaat Molibdenum Dalam Tubuh, http://www.sridianti.com/fungsi-dan-manfaat-molibdenum-dalamtubuh.html, diakses pada tanggal 6 Februari 2018. Palar,
1994, http://www.pdfcoke.com/doc/51287797/44814870-Makalahnikel diakses pada tanggal 6 Februari 2018.
Rosida,
2012, Gizi Mineral Molibdenum dan Mineral Lain, https://www.pdfcoke.com/doc/113899467/GIZI-Mineral-MOLIBDENUMDan-Mineral-Lain, diakses pada tanggal 6 Februari 2018.
Perez-Espinosa, 2004, Kimia Medisinal, Airlangga University Press, Surabaya. US Department of Health and Human Services,2005, http://library.um.ac.id/freecontents/index.php/pub/detail/penetapan.html, diakses pada tanggal 6 Februari 2018. Suprayudi, M., dan Abdi, M. F., 2017, Analisa Kadar Mangan (Mn) pada Air Sumurdi Daerah Cipto Mulyo Kecamatan Sukun Kota Malang, AkademiAnalisKesehatan Malang, 15-22. Wijayanti, N., 2017, Fisiologi Manusia dan Metabolisme Zat Gizi, Tim UB Press, Malang.