Latar Belakang Kitab suci Al-Qur’an menguraikan tentang makna ilmu dan pendidikan, yang pada garis besarnya mencakup semua ilmu yang berhubungan dengan alam semesta, benda, energi, system-sistem, dan kehidupan. Ini semua merupakan ilmu-ilmu yang dipergunakan manusia untuk mencapai kekuatan, kekuasaan, keimanan, dan takut pada AllahSwt. yang merupakan tujuan utama dari kehidupan. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa kebangkitan kembali ilmu pengetahuan (scientific renaissance) yang timbul di dunia Barat disebabkan karena pengamatan serta eksperimen yang cermat terhadap gejala-gejala yang terdapat pada alam. Meskipun kita tidak mengakui otentisitas mutlak dari hukum-hukum itu, namun dapat dibenarkan bahwa hukum-hukum tersebut memberikan otentisitas dan ketepatan maksimum yang mungkin diperoleh. Hukum-hukum ini berangsur-angsur bergerak menuju kesempurnaan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Dengan berkembangnya waktu dan meluasnya wawasan pengetahuan manusia, serta dengan semakin berkembangnya kecermatan dibidang pengamatan (observasi), maka ilmuwan dari waktu ke waktu memperkenalkan perubahan dan modifikasi dalam berbagai hukum ilmiah itu untuk lebih mendekatkannya kepada kenyataan, atau agar ia lebih memberikan manfaat. Ini berarti bahwa para ilmuwan teus melakukan riset tentang alam semesta. Dalam upaya ini mereka menggunakan berbagai jenis materi untuk riset, terutama yang berkaitan dengan teori. Kemudian dilanjutkan dengan eksperimen di laboratorium, lapangan pertanian/peternakan. Inilah yang diperintahkan oleh AlQur’an dalam memahami kenyatan-kenyataan, yang tertera dalam ayat Al-Qur’an. Ini menunjukkan bahwa tidaklah bijaksana orang yang hanya menggunakan khayalan sebagai dasar dari keyakinan agama atau teori ilmiahnya yang tidak ditunjang dengan pengalaman atau bukti: “Katakanlah: Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan dari permulaannya…..” (Surah Al-Ankabut:20) “(Maka apakah mereka tidak memperhatikan awan bagaiman ia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?” (Surah Al-Ghasyiah:17-18)
“dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi, dan segala sesuatu yang diciptakan Allah….?” (Surah Al-A’raf:185)
1. Apa yang dimaksud dengan atom hidrogen sebagai gas alam semesta?
Atom terdiri dari partikel-partikel nonbenda yang terkecil yang hanya dapat dijelaskan sifatnya dari setiap zat atau unsure (element) dengan mengetahui jumlah dari partikel-partikel yang ada dalam setiap atom. Dari semua atom, yang paling sederhana susunannya adalah atom hidrogen. Atom ini dikenal sebagai gas alam semesta (universal gas) atau gas yang membangun zat-zat lain yang dapat dikenali. Atom hidrogen ini terdiri dari satu inti atom (nucleus), yaitu suatu proton yang mempunyai sifat positif, dan disekelilingnya berputar elektron yang bersifat ngatif. 2. Penemuan dua zat berlainan yang membentuk alam semsta Ditemukannya proton negative( kebalikan dari proton yang kita kenal) dan electron positif( kebalikan dari electron yang telah diketahui). Ini berarti bahwa ada dua jenis zat yang berlainan yang membentuk bintang-bintang, matahari, planet-planet, dan berbagai benda langit lainnya. Jika salah satu diantara kedua jenis ini bertemu dengan yang lain, atau berbenturan satu sama lain, terjadilah penghancuran atom yang mengakibatkan lenyapnya keseluruhan dari wujudnya semula serta pembebasan energy yang sangat besar.