JAM’AN MARHUMAN INDONESIA Masyarakat Indonesia yang penuh limpahan karunia rahmat Allah swt.
KHUTBAH ‘IDUL FITRI 1 SYAWAL 1426 H
UKHUWAH ISLAMIYAH oleh : Halaqoh Jam’an Marhuman Indonesia
Khutbah 'Idul Fitri 1426 H.
halaman 01
Saudara kaum muslimin yang berbahagia, Islam adalah agama yang fitrah. Agama yang mengajarkan umatnya selalu memiliki jiwa saling menghargai, saling menghormati, saling memberi, saling membutuhkan, saling mengayomi dan saling melindungi dengan perasaan tanggung jawab yang paling dalam, bahkan menganggap bahwa dirinya dengan saudaranya seiman dan seaqidah adalah satu. Satu perasaan, satu hati dan satu jiwa. Apabila yang lain sakit, kita ikut sakit. Apabila yang lain sengsara kita ikut menderita. Apabila yang lain dihina, kita ikut marah.
Jama’ah Sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah SWT. Tadhamun Islami (Solidaritas Islam) adalah suatu konsekwensi wajar dari Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam). Baik "Tadhamun" maupun "Ukhuwah" keduanya merupakan realisasi dari Firman Allah SWT :
"Dan berpeganglah kalian semua kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai" (QS. Al-Imran 103)
"Sesungguhnya mereka yang memecah belah agamanya dan mereka terpecah menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka." (QS. AlAn'am 159)
"Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu." (QS. Al-Hujurat 10)
Saudara kaum muslimin yang berbahagia, Siapa saja memahami ajaran Islam, pasti dia akan mengatakan kaum muslimin, apapun keadaannya, apapun jenis dan warna kulitnya, dimanapun dia berada, adalah satu. Satu rasa, perasaan bahwa kaum muslimin adalah saudara yang dapat menepis semua bentuk perbedaan. Satu rasa dalam cinta dan benci. Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah. Mencintai kebenaran dan membenci kebatilan. Mencintai kebaikan dan membenci kejahatan. Satu bahasa, bahasa Al-Quran. Bahasa perjuangan menuju kepada Khutbah Idul Fitri 1426 H.
halaman 02
Allah yang Haq, Allah yang Ahad. Perasaan bahwa kita semua saudara. Karena kita membaca kitab yang sama. Karena kita pengikut Rasul yang sama. Karena kita menghadap pada kiblat yang sama. Satu kiblat, satu kehendak dan satu suri tauladan, yaitu Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam. Satu pandangan, satu fokus, yaitu Islam. Islam menyatukan akidah, syareat (tata cara hidup dan kehidupan lahir batin berdasarkan maunya Allah), satu kiblat, suri tauladan, pemahaman dan syiar (gaya hidup Islam). Umat ini adalah umat yang satu dilihat dari segala segi. Umat yang satu yang berhimpun pada satu aqidah La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah, yang berhimpun pada syariat Islam, berhimpun pada hukum yang satu dalam urusan agama maupun dunia. Berangkat dari dunia yang sempit, lalu meluas meliputi seluruh dunia. Cukup sudah kelengahan kita selama ini. Karena kita tidak perduli. Islam yang selalu mengajarkan kebersamaan. Menekankan pentingnya keseimbangan dan keteraturan, justru dibuat sebaliknya. Banyak masyarakat muslim menunjukkan tanda-tanda konfrontasi terhadap sesama. Konsep Ukhuwah Islamiyah sudah dirubah menjadi program-program kepentingan kelompok-kelompok dan partai. Kemudian mereka saling menyalahkan, saling menghujat, saling menghina bahkan saling membunuh satu sama lainnya hanya karena sekedar untuk mencapai kursi politik terbanyak. Mereka lupa bahwa ini semua adalah rekayasa sekularisme, komunisme, imperialisme dan kolonisme yang semuanya adalah kafir (haram kalau kita menyebut non-muslim). Yang terus menerus menggerogoti tubuh umat ini. Agar umat ini lemah, tidak memiliki kekuatan. Kemudian dengan leluasa mereka dapat melumatkannya. Kita lihat di daratan Asia, tercium bau amis darah lebih dari tiga puluh juta kaum muslimin. Mereka adalah korban-korban revolusi komunisme yang menjajaki dunia Islam antara semenanjung Rusia dan Cina. Ketika Islam menjadi mayoritas mereka dimusnahkan. Ketika menjadi minoritas mereka dibinasakan. Inilah pertunjukkan penjagalan manusia yang paling sadis. Di daratan Afrika, para revolusioner dan reformis menginjak-nginjak darah kaum muslimin, mengikat ribuan leher di tiang gantungan, dan menguburkannya dalam ribuan kanal. Kita pernah dengar tentang Poso, Ambon, Manado, Timor-Timur, Checnya, sampai Palestina yang entah, kapan akan berakhir. Mereka semua dibantai. Dan tidak ada seorang umat Islampun yang bangkit membela saudaranya. Partai diam, karena takut kehilangan simpatik, kehilangan suara. Politik Iblis! Lain lagi ceritanya dengan keadaan harta benda mereka (masyarakat Islam). Tatkala standar income per kapita individu meningkat sampai $ 6000 per tahun di Amerika Serikat, income per kapita di sebagian besar masyarakat Islam tertahan pada nilai ratarata $ 500 per tahunnya. Hal ini sama dengan 1 : 12, perbedaan yang sangat menakutkan. Berkurangnya persediaan bahan pangan di sebagian besar negeri yang dihuni oleh masyarakat Islam. Meskipun Negara-negara tersebut terkenal memiliki lahan pertanian Khutbah Idul Fitri 1426 H.
halaman 03
yang luas, tetapi masih mengonsumsi makanan import termasuk Indonesia. Tercatat lebih dari 40 % masyarakat Islam mengimport persedian bahan pangan dari luar. Dari sisi sosial, mayoritas kaum muslimin yang berdomisili dan belajar di Negara-negara Kafir menunjuk pemimpin mereka bukan dari orang-orang Islam. Bahkan, mereka dibesarkan dalam buaian gereja yang menebarkan dendam dan permusuhan terhadap kaum muslimin. Hilang karisma Islam dalam diri mereka, terganti dengan kebudayaan Barat kafir, dan tenggelam dalam kesenangan sesaat yang tidak berharga. Masyarakat Islam sudah kehilangan arah dan kebingungan di antara beragam ideologi, baik yang mengatasnamakan agama ataupun partai, yang membuat masyarakat Islam terpecah ke dalam banyak kelompok (firqoh) yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bukan nama Islam yang diangkat dan dibesarkan, tapi nama kelompok. Di dalam pendidikan dan kebudayaan, penyimpangan tidak terelakkan lagi. Semua mengarah ke dalam dekadensi moral dan hilangnya identitas Islam. Dari mulai sekedar nama sampai kerangka berpikir mereka adalah Barat. Mesjid mereka tinggalkan, AlQur'an sekedar menjadi pajangan. Mereka yang dekat dengan pendidikan Islam dianggap sebagai orang yang fanatik bahkan teroris. Pengajian, dakwah, ceramah, mubaligh, ustadz hanya sampai di mode, mencari popularitas, tidak Li’ilai Kalimatillahi Hiyal Ulya. Inilah rangkuman realitas yang ada. Siapa yang mau perduli selain kita. Sementara kita yang mengerti tentang Islam, justru terlena dengan perbedaan pendapat yang dibesarbesarkan, sambil merasa "Aku Lebih Baik darinya" padahal itu kata-kata iblis. Bangkit! Kita rubah sekarang. Habis tenaga dan pikiran dipakai untuk saling menghujat, saling menyalahkan, bahkan membenci sambil mencaci-maki, hanya karena pura-pura memelihara aqidah yang benar dari kemusyrikan dan bid’ah padahal lupa, semua itu tidak dicontohkan oleh Kanjeng Rasul Muhammad saw. Sementara hal-hal yang krusial dalam membangun umat yang semakin buruk ini kita abaikan. Sangat jauh berbeda antara yang terjadi dahulu dan sekarang. Ukhuwah yang dibangun oleh Rasulullah Saw begitu kokoh. Itsar (mengorbankan kepentingan lahir batin pribadi demi kemaslahatan kepentingan orang lain) yang ditanam pada benak dan jiwa para sahabat-sahabat Rasul begitu kuat.
“Dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas diri mereka sendiri, walaupun mereka dalam kesusahan.” (Q.S.59 : 9) Mereka rela mengorbankan jiwa dan harta karena cinta. Cintanya kepada Allah, Rasulullah dan kaum Muslimin seluruhnya. Mereka saling menghargai, saling menghormati dan saling menjaga perasaan satu dengan lainnya. Mereka memahami betul setiap pesan Ukhuwah dalam Al-Quran dan Sunnah. Khutbah Idul Fitri 1426 H.
halaman 04
"Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung." (QS Ali Imran : 103-104)
Saudara kaum muslimin yang berbahagia, Harus kita yakini, dengan memahami pesan Al-Quran, kita dapat menantang fenomenafenomena tersebut. Al-Quran dapat mengubah yang lemah menjadi kuat. Perpecahan menjadi persatuan, dan primitive menjadi peradaban. Al-Quran juga menyebutkan bahwa Allah telah mengidentifikasi umat Islam sebagai umat yang sebaik-baiknya, dan diciptakan untuk kebaikan manusia. Shalahuddin Al-Ayyubi pernah ditanya tentang rahasia kemenangannya. Kemudian ia mengambil Al-Quran dari sakunya seraya berkata : "Dengan Al-Quran ini aku menang, aku menghimpun umat dia bawah naungannya. Aku menghalalkan apa yang dihalalkannya, dan mengharamkan apa yang diharamkannya. Maka Allah memberikan kemenangan seperti yang pernah di berikan-Nya kepada umat Islam periode pertama." Ingat sejarah! 300 tahun perang salib, tidak bisa menghancurkan umat Islam.
Saudara kaum muslimin yang berbahagia, Kembalilah kepada manhaj (cara hidup) yang sudah dibangun oleh Junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. kemudian kita perbaiki kerangka berpikir kita, dengan mengedepankan Islam sebagai pegangan dan Umat Islam sebagai saudara, kemudian Khutbah Idul Fitri 1426 H.
halaman 05
(Aing urang Islam, samemeh nanaon Islamna heula ku aing ditonjolkeun) dan katakanlah : “Engkau adalah saudaraku. Darimanpun asalmu, apapun bangsamu, bahasamu, dan apapun warna kulitmu. Engkau adalah saudaraku. Sekalipun engkau tidak mengenalku, tidak juga ayah dan ibuku. Engkau tidak pernah berkumpul bersamaku dalam satu rumah. Bahkan, tidak pernah kita hidup di bawah langit yang sama. Engkau adalah saudaraku. Karena engkau seorang muslim. Setelah itu aku tidak perduli lagi apakah engkau bangsa Arab, India, Persia, Turki atau Cina, atau orang Barat, atau orang Timur atau apa saja keadaanmu. Semua itu adalah perbedaan-perbedaan yang membentang yang nilainya tiada berarti bagiku. Engkau adalah saudaraku. Karena kita beribadah pada Tuhan yang satu (Allahu Rabbul Alamin), karena kita membaca kitab yang sama, karena kita pengikut Rasul yang sama, karena kita menghadap pada kiblat yang sama yaitu Ka’bah. Kemarilah wahai saudaraku yang kucintai, duduklah disampingku seperti duduknya saudara di samping saudaranya dan seperti seorang sahabat di samping sahabatnya, dan tidak boleh ada cela yang kulihat dalam dadamu yang tersimpan di dalam tulang-tulang rusukmu seperti perasaan takut, harapan, kepedihan, kelezatan, gembira dan kebingungan. Demi Allah aku berada seperti yang engkau rasakan. Kemarilah wahai saudaraku tercinta, kita bekerjasama untuk menjunjung tinggi tekad yang disucikan dan agung ini. Sehingga dapat dipandang dari ujung timur sampai ujung barat dunia ini. Dengan dada yang berdebar di ruang langit ini, maka bergabunglah orang yang telah ditentukan oleh Allah SWT baginya kebahagiaan di dunia dan akhirat dan berpaling darinya bagi siapa saja yang telah ditentukan baginya kecelakaan, dan keadaannya termasuk golongan orang yang hancur. Dalam kesamaan kata diantara kita, dari hubungan ruh, kita berkumpul untuk bermusyawarah dalam urusan yang kita tentukan dan tujuan cita-cita yang kita sepakati, maka kita setuju terhadap kewajiban yang harus kita buat untuk mengembalikan kemulyaan dan memperbaiki kembali bangunan yang tinggi yang telah hancur. Engkau adalah saudaraku………..(dikutip dari tulisan Mama Abdullah bin Muhammad Nuh bin Muhammad Idris)"
KHUTBAH II
Khutbah Idul Fitri 1426 H.
halaman 07
Khutbah Idul Fitri 1426 H.
halaman 08
JAM'AN MARHUMAN INDONESIA Masyarakat Indonesia yang penuh limpahan karunia rahmat Allah swt.
Jam'an Marhuman Indonesia, Benteng Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah 'alaa Mazahibil Arba'ah, bercita-cita mewujudkan : 1. 2. 3. 4.
Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan Ekonomi Kesejahteraan Pendidikan Kesejahteraan Kesehatan Tanpa muatan politik
”Ya Allah jadikanlah kami, bangsa Indonesia, Jaman Marhuman, jamaah yang mendapatkan limpahan karunia rohmat dari Allah SWT.”
”Dan perpisahan kami setelah berkumpul, berpisah yang selalu mendapatkan pemeliharaan, penjagaan, diismat oleh Allah SWT.” Semoga niat yang suci, yang baik ini, Allah berkenan mewujudkannya.
Segala bentuk pertolongan hanya dari Allah SWT akan segera kita peroleh dan kita nikmati. Aamin yaa robbal ’aalamiin............
Jam’an Marhuman Indonesia
MAJLIS AL-IHYA BOGOR ~ INSAN KAMIL Jl. Batutapak, Pasir Jaya, Kota Bogor Barat, Bogor 16619 Telp. (0251) 632109 – 639930 Fax. (0251) 7520272 HP. (0818) 177857 Http://www.al-ihyainsankamil.com E-Mail:
[email protected]
Tiada Hari Tanpa Mengaji – Mengejar Ridlo Ilahi Robbi
JAM’AN MARHUMAN INDONESIA Masyarakat Indonesia yang penuh limpahan karunia rahmat Allah swt.
KHUTBAH ‘IDUL FITRI 1 SYAWAL 1426 H
UKHUWAH ISLAMIYAH oleh : Halaqoh Jam’an Marhuman Indonesia
MAJLIS AL-IHYA BOGOR ~ INSAN KAMIL Jl. Batutapak, Pasir Jaya, Kota Bogor Barat, Bogor 16619 Telp. (0251) 632109 – 639930 Fax. (0251) 7520272 HP. (0818) 177857 Http://www.al-ihyainsankamil.com E-Mail:
[email protected]
Tiada Hari Tanpa Mengaji – Mengejar Ridlo Ilahi Robbi