Buletin Pembangkit Intelektual, Spiritual dan Moral
Salam Redaksi Buletin IPNUIPPNU lahir kembali… Untuk kali pertama dalam kepengurusan organisasi Ikatatan Pelajar Nahdhotul Ulama’ (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdhotul Ulama’ (IPPNU) yang baru pada periode 2008/2009 telah menerbitkan sebuah buletin. IPNUIPPNU komisariat UNNES ini melakukan sebuah revolusi sistem dalam bidang pers dan jurnalistik. Bidang ini merupakan salah satu departemen dalam kepengurusan IPNUIPPNU yang memiliki sifat otonom dan berperan sebagai media penyambung antara IPNUIPPNU dengan masyarakat luas, tak terkecuali mahasiswa. Pada edisi pertama dalam periode ini redaksi ingin menegaskan dan menunjukkan eksistensinya kembali dalam dunia pers dan jurnalistik. Buletin yang pernah terbentuk pada periode tahun lalu ini kembali dirombak ulang dan dituangi kembali dengan bumbu bumbu yang lebih segar sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu bentuk buletin yang mampu memberikan informasi, petunjuk, wacana maupun solusi kepada pembaca. Mulai dari seputar kegiatan IPNUIPPNU, sekaligus sebagai media kajian islam dalam menjelaskan permasalahan di masyarakat. Buletin yang telah lahir kembali ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua khalayak ramai dan meimbulkan semangat baru dalam pergerakan dunia pers dan jurnalistik saat ini.
RAK VII IPNUIPPNU KOMISARIAT UNNES
Minggu 09/08 di Universitas Wahid Hasyim Semarang merupakan awal dari terbentuknya kepengurusan organisasi ekstra kampus Ikatan Pelajar Nahdhotul Ulama’ (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdhotul Ulama’ (IPPNU) periode 2008/ 2009. Kepengurusan baru ini terbentuk setelah para anggota IPNUIPPNU pada periode tahun lalu melakukan Rapat Anggota Komisariat (RAK) ke VII. Pada kesempatan RAK ini membahas segala bentuk kegiatan IPNU IPPNU yang telah dilaksanakan selama masa khidmad satu tahun kepengurusan. Pada saat itu ketua dari IPNU rekan Muthoif dan ketua IPPNU rekanita Lulu Mathofani mempertanggung jawabkan amanatnya selama satu periode. LPJ yang disampaikan oleh ketua masa khidmad 2007/2008 ini dihadiri oleh sebagian anggota pengurus IPNUIPPNU lama dan anggota dari luar pengurus. Acara ini berlangsung lancar dan selesai pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah LPJ selesai disampaikan kepada peserta RAK, didapatkan hasil bahwa LPJ dapat diterima. Dengan demikian secara resmi masa khidmad pengurus IPNUIPPNU 20072008 telah selesai dan harus diganti dengan kepengurusan yang baru. Dalam proses pemilihan ketua yang baru ini berjalan dengan lancar dan menghasilkan ketua yang baru untuk masa khidmad tahun 2008/2009. Dari hasil penghitungan suara dari panitia, jabatan ketua IPNU dimenangkan oleh rekan Awalia Arfan sedangkan untuk ketua IPPNU dimenangkan oleh Rekanita Maghfiroh. Dengan demikian, masa khidmad yang baru dari IPNUIPPNU telah dimulai. Selamat belajar, berjuang dan bertaqwa (M2n).
Diterbitkan Oleh:
Kritik dan Saran
Lembaga Pers & Jurnalistik IPNU – IPPNU Komisariat UNNES. Pembina: Drs. H. Budiono. Penanggung Jawab: Ketua IPNUIPPNU Komisariat UNNES. Pemimpin Redaksi: Muntohar. Sekretaris: Hanifah. Redaktur: Lina, Irma, Mas’udah, Sayful Anam. Sirkulasi &Distribusi: Sem dan Abi.
Jika ada kritik dan saran serta permasalahan kehidupan, buletin IPNUIPPNU memberikan layanan melalui situs di http://ipnuunnes.blog spot.com atau email:
[email protected]. Atau melalui via telpon dan SMS ke No. 085226417645
WACANA
TASLIYAH
NU, Lahir Untuk Masyarakat
KHUTBAH
Nahdlatul Ulama didirikan atas kesadaran dan keinsyafan bahwa setiap manusia hanya bisa memenuhi kebutuhannya bila bersedia untuk hidup bermasyarakat, manusia berusaha mewujudkan kebahagiaan dan menolak bahaya terhadapnya. Persatuan, ikatan batin, saling bantu membantu, dan kesatuan merupakan prasyarat dari tumbuhnya tali persaudaraan (Al Ukhuwah) dan kasih sayang yang menjadi landasan bagi terciptanya tata kemaysarakatan yang baik dan harmonis. Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyah diniyah adalah wadah bagi ulama dan pengikut pengikutnya yang didirikan pada 16 Rajab 1344 H /31 Januari 1926 M. dengan tujuan untuk memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran islam yang berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah dan menganut salah satu madzhab 4, masingmasing Abu Hanifah an Nu’man, Imam Malik bin anas, Imam Muhammad bin Idris Asysyafi’i dan Imam ahmad bin Hanbal, serta mempersatukan langkah para ulama dan pengikutpengikutnya dalam melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat dan martabat manusia. Nahdlatul Ulama dengan demikian merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, berakhlak mulia, bertentram, adil, dan sejahtera. Nahdlatul ulama mewujudkan citacita dan tujuannya malalui serangkaian ikhtiar dan didasari oleh dasardasar keagamaan, yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama. Inilah yang disebut Khitthah Nahdlatul Ulama.
Karena tak tahan dengan khatib dan penceramah, Mullah, ketika diminta untuk memberikan khutbah, naik ke mimbar lalu berkata: “Tahukah kalian apa yang akan aku bicarakan??” “Tidak,” sahut hadirin. “Kalau memang tidak tahu, aku pun tak mau membuangbuang waktu berbicara kepada kalian”, kata Mullah dan turun dari mimbar. Hari berikutnya dia memberikan pertanyaan yang serupa. Kali ini jawaban hadirin adalah. ”Ya, kami tahu.” ”Kalau kalian memang sudah tahu, ”Sahut Mullah, ”buat apa aku di sini??”. Kemudian dia pun pergi meninggalkan masjid. Hari ketiga separuh dari hadirin berkata, ”Kami tidak tahu.” ”Maka yang sudah tahu harus memberitahu yang belum tahu,”kata Mullah (Humorhumor Sufi, Massud Farzan).
DOA Doa memasuki kuburan: Assalamu`alaikum ya ahlal qubuuri yaghfirullahu lanaa walakum antum salafunaa wanahnu bil atsari Semoga keselamatan terlimpah kepada kalian, hai ahli qubur, semoga Allah mengampuni kami dan kalian, kamu sekalian adalah pendahulu kami, dan kami menyusul kalian. ( H. R. Turmudzi)
SEJARAH SELAYANG PANDANG NU DAN ASWAJA Secara semantik arti Ahlussunnah wal jama’ah adalah sebagai berikut. Ahl berarti pemeluk, jika dikaitkan dengan aliran atau madzhab maka artinya adalah pengikut aliran atau pengikut madzhab (ashab almadzhab). AlSunnah mempunyai arti jalan, di samping memiliki arti alHadist. Disambungkan dengan ahl keduanya bermakna pengikut jalan Nabi, para Shahabat dan tabi’in. AlJamaah berarti sekumpulan orang yang memiliki tujuan. Bila dimaknai secara kebahasaan, Ahlusunnah wal Jama’ah berarti segolongan orang yang mengikuti jalan Nabi, Para Shahabat dan tabi’in. Oleh karena itu, Nabi Muhammad pernah berpesan kepada para ummatnya bahwa kelak sepeninggal beliau, umatnya akan terpecahpecah menjadi 73 bagian. Namun, dari 73 bagian tersebut hanya ada satu ajaran yang diterima oleh Allah SWT dan selamat dari segala bencana, yaitu Ahlussunnah wal Jama’ah (ASWAJA). Nahdlatul ‘Ulama merupakan ormas Islam pertama di Indonesia yang menegaskan diri berfaham Aswaja. Dalam Qanun Asasi (konstitusi dasar) yang dirumuskan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari juga tidak disebutkan definisi Aswaja. Namun tertulis di dalam Qanun tersebut bahwa Aswaja merupakan sebuah faham keagamaan dimana dalam bidang akidah menganut pendapat Abu Hasan AlAsy’ari dan Al Maturidi, dalam bidang fiqh menganut pendapat dari salah satu madzhab empat (madzahibul arba’ah – Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali), dan dalam bidang tasawuf/akhlak menganut Imam Junaid alBaghdadi dan Abu Hamid AlGhazali. Selama kurun waktu berdirinya (1926) hingga sekitar tahun 1994, pengertian Aswaja tersebut bertahan di tubuh Nahdlatul Ulama. Baru pada sekitar pertengahan dekade 1990 tersebut, muncul gugatan yang mempertanyakan, tepatkah Aswaja dianut sebagai madzhab, atau lebih tepat dipergunakan dengan cara lain?. Aswaja sebagai madzhab artinya seluruh penganut Ahlussunnah wal Jama’ah menggunakan produk hukum atau pandangan para Ulama dimaksud. Pengertian ini dipandang sudah tidak lagi relevan lagi dengan perkembangan zaman mengingat perkembangan situasi yang berjalan dengan sangat cepat dan membutuhkan inovasi baru untuk menghadapinya. Selain itu, pertanyaan epistimologis terhadap pengertian itu adalah, bagaimana mungkin terdapat madzhab di dalam madzhab? Dua gugatan tersebut dan banyak lagi yang lain, baik dari tinjauan sejarah, doktrin maupun metodologi, yang menghasilkan kesimpulan bahwa Aswaja tidak lagi dapat diikuti sebagai madzhab. Lebih dari itu, Aswaja harus diperlakukan sebagai manhaj alfikr atau metode berpikir.
POJOK “Sang pemenang tidak pernah menyerah, dan orang yang menyerah tidak akan pernah menang”. ” Sang pemenang tidak melakukan sesuatu yang beda, Pemenang hanya melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda”. ”Tidak penting berapa kali Anda jatuh dan gagal. Yang lebih penting adalah apakah Anda bisa senantiasa bangkit kembali”.
WACANA Memaknai Aswaja dalam Perspektif Pelajar Secara terminologi Aswaja dapat diartikan sebagai metode berfikir (Manhaj al fikr) keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berlandaskan atas dasar dasar tawasut (Moderat), tasamuh (toleransi), tawazun (keseimbangan) dan I`tidal (keadilan). Selain itu Aswaja mempunyai rujukan yang kuat dalam mengambil keputusan terkait beberapa bidang keagamaan dari tokohtokoh islam kharismatik. Dalam bidang tauhid, Aswaja menganut ajaran Abu Hasan Al Asy`ari dan Abu Mansur alMaturidzi, dalam bidang Fiqih ajaran Imam Madzhabil Arba’ah (Abu Hanifah, imam Hambali, Imam Syafi`i dan Imam Maliki) di jadikan sebagai panutan, sedangkan dalam bidang Tasawuf Aswaja memegang teguh ajaran Imam Ghazali dan Junaidi al Baghdadi. Dalam perkembangan historis, Aswaja muncul sebagai upaya untuk menetralisir pahampaham yang mengalami friksi (perpecahan) keagamaan yang luar biasa, hal ini ditandai dengan munculnya sektesekte seperti Murji`ah, Qadariyah, Jabariyah, dsb. Aswaja mengambil peran dengan upaya mencoba mengembalikan masalah perpecahan keagamaan kepada AlQur`an dan AlHadits, serta mencari kebenaran dengan nalar dan logika (Awal). Fungsi Zakat Salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang Muslim adalah mengeluarkan sebagian harta yang digunakan untuk membantu golongan ekonomi lemah. Paradigma ini dibangun dari keberadaan syariat Islam yang menempatkan basis teosentris humanisme meminjam istilah Kuntowijoyo – dalam setiap menentukan formulasi hukumnya. Hal ini telah mempertegas bahwa penunaian zakat tidak semata wujud ketaatan seorang muslim terhadap perintah Allah SWT, tapi juga secara inhern terkandung misi pengentasan kemiskinan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Zakat dalam terminologi agama adalah bagian tertentu dari harta benda yang diwajibkan Allah untuk sejumlah orang yang berhak menerimanya. Allah SWT berfirman: “Ambillah (himpunlah, kelola) dari sebagian harta mereka sadaqah/zakat; dengan sadaqah itu kamu membesihkan mereka dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka karena sesungguhnya doa kamu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui” (QS attaubah/9:103).
Implikasi dari ayat tersebut memberikan deskripsi bahwa harta yang kita miliki tidaklah absolut, ada bagian yang merupakan hak fakir miskin. Sebagai bagian dari rukun Islam, zakat mempunyai fungsi strategis, salah satunya hasil perolehan zakat dapat digunakan untuk perbaikan dan peningkatan ekonomi umat Islam dalam rangka mengikis kesenjangan sosial, meratakan kesejahteraan, dan memberdayakan ekonomi rakyat bawah. Dengan menunaikan zakat, tentunya masalah ekonomi yang sedang dihadapi oleh bangsa ini sedikit akan terangkat.
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH HAJI Kepada seluruh Jama’ah Haji se kecamatan Gunung Pati Kota Semarang. Semoga diberi kesehatan dan keselamatan serta menjadi Haji yang Mabrur. Amin. . IPNUIPPNU Komisariat UNNES