Keu Inter.docx

  • Uploaded by: redy
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Keu Inter.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,136
  • Pages: 5
Kerangka Pikir Untuk Evaluasi Kinerja Portofolio Seperti layaknya evaluasi terhadap kinerja suatu perusahaan, portofolio yang telah dibentuk juga perlu dievaluasi kinerjanya. Evaluasi kinerja portofolio akan terkait dengan dua isu utama, yaitu : a. Mengevaluasi apakah return portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan return yang melebihi (di atas) return portofolio lainnya yang dijadikan patok duga (benchmark) b. Mengevaluasi apakah return yang diperoleh sudah sesuai dengan tingkat risiko yang harus ditanggung Dalam mengevaluasi kinerja suatu portofolio ada beberapa faktor yang perlu kita perhatikan, yaitu : 1. Tingkat Risiko Seperti telah dijelaskan pada bab – bab sebelumnya tentang adanya trade – off antara risiko dan return, dimana semakin tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi pula tingkat return yang diharapkan. Dengan demikian, dalam mengevaluasi kinerja portofolio kita juga harus memperhatikan apakah tingkat return portofolio yang diperoleh sudah cukup memadai untuk menutup risiko yang harus ditanggung. Dengan kata lain, evaluasi kinerja portofolio harus didasarkan pada ukuran yang bersifat risk – adjusted. 2. Periode Waktu Seperti halnya tingkat risiko, faktor waktu juga akan mempengaruhi tingkat return portofolio. Oleh karena itu, pada saat mengevaluasi kinerja suatu portofolio kita juga perlu memperhatikan faktor periode waktu yang digunakan. Misalnya, dalam penilaian kinerja dari dua jenis portofolio A dan B yang menawarkan tingkat return yang sama (misalnya masing – masing 15%), kita juga perlu memperhatikan berapa lama periode waktu untuk masing – masing portofolio tersebut (misalkan portofolio A selama 10 tahun, sedangkan portofolio B ternyata hanya 5 tahun). 3. Penggunaan Patok Duga (benchmark) yang Sesuai Dalam melakukan evaluasi kinerja suatu portofolio, kita perlu membandingkan return portofolio tersebut dengan return yang bisa dihasilkan oleh alternatif portofolio lain yang sebanding. Dengan demikian, proses evaluasi kinerja investasi juga harus melibatkan

perbandingan kinerja portofolio dengan suatu alternatif portofolio lain yang relevan. Portofolio yang terpilih sebagai patok duga (benchmark) tersebut harus bisa secara akurat mencerminkan tujuan yang di inginkan oleh investor. 4. Tujuan Investasi Evaluasi kinerja suatu portofolio juga perlu memperhatikan tujuan yang ditetpakan oleh investor atau manajer investasi. Tujuan investasi yang berbeda akan mempengaruhi kinerja portofolio yang dikelolanya. Misalnya, jika tujuan investasi seorang investor adalah pertumbuhan jangka panjang, maka kinerja portofolio yang dibentuknya akan relatif lebih kecil dari kinerja portofolio yang dibentuk dengan tujuan mendapatkan keuntungan jangka pendek. Oleh karena itu, dalam mengevaluasi kinerja portofolio kita juga perlu mempertimbangkan tujuan dari investasi yang ingin dicapai. Beberapa faktor penting diatas tentu saja sangat perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi kinerja portofolio. Pengabaian terhadap beberapa faktor tersebut akan bisa mengakibatkan hasil evalausi terhadap kinerja portofolio yang kurang tepat. Hasil evaluasi kinerja portofolio yang kurang tepat tersebut selanjutnya akan bisa menyebabkan pengambilan keputusan yang merugikan investor. 2.2. Mengukur Tingkat Return dan Risiko Penilaian kinerja suatu portofolio umumnya dimulai dengan mengukur tingkat return dari portofolio tersebut. Salah satu cara untuk menghitung tingkat return suatu portofolio adalah dengan cara menjumlahkan semua aliran kas yang diterima (penjumlahan dividen atau pendapatan bunga selama periode investasi dengan selisih perubahan nilai pasar portofolio (capital gain /loss)), dan kemudian dibagi dengan nilai pasar portofolio pada awal periode. Metode penghitungan tingkat return portofolio tersebut memang terlihat cukup sederhana dan mudah untuk menghitungnya. Akan tetapi, metode yang sederhana tersebut sebenarnya tetap mengandung kelemahan, karena hanya sesuai untuk menghitung tingkat return portofolio yang bersifat "statis", yaitu portofolio yang tidak mempunyai aliran kas keluar maupun masuk dari investor. Besarnya tingkat return yang ditawarkan oleh portofolio yang dimiliki investor bisa diukur dengan metode time-weighted rate of return (TWR). Besarnya TWR ini tidak dipengaruhi

oleh penambahan atau penarikan dana yang dilakukan oleh investor selama periode perhitungan return portofolio. Return yang benar-benar diterima oleh investor disebut sebagai dollar weighted rate of return (DWR). Berbeda dengan TWR, besarnya DWR ini ditentukan oleh besarnva arus kas masuk dan keluar dalam investasi portofolio akibat tambahan atau penarikan dana yang dilakukan investor selama periode perhitungan return portofolio tersebut. Dengan demikian, setiap terjadi aliran kas masuk dan keluar selama periode pengukuran akan dihitung tingkat return portofolionya dan kemudian perhitungan tersebut digunakan untuk menenrukan compound rate of return untuk keseluruh poriode pengukuran. Lalu, apa persamaan dan perbedaan di antara kedua metode tersebut? Persamaannva adalah bahwa kedua metode tersebut sama- sama bisa digunakan untuk menghitung return portofolio, dan sama-sama merupakan metode perhitungan yang valid. Perbedaannya terletak pada “pihak manakah yang paling sesuai menggunakan metode yang mana, dan apa yang akan dinilai?”. Seperti kita ketahui, dalam menghitung return porto folio, ada dua pihak yang biasanya paling berkepentingan, yaitu investor dan manajer investasi. Metode yang pertama, yaitu DWR Iebih sesuai digunakan oleh para investor, karena metode ini akan bisa menjawab pertanyaan “berapa besarkah return yang akan diterima investor?”. Sedangkan metode TWR, lebih cocok untuk digunakan oleh manajer investasi, karena bisa menjawab pertanyaan “berapa besarkan return yang ditawarkan portofolio?”. Bagaimana cara menghitung 1WR dan DWR? TWR bisa dhitung dengan membagi periode perhitungan return portofolio ke dalam beberapa subperiode perhitungan. Setiap subperiode dihitung terlebih dahulu masing-masing return-nya, dan selanjutnya return dan keseluruhan periode perhitungan portofolio bisa dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:

TWR = (1,0 + S1) (1,0 + S2)...........(1,0 + SN) -1,0

Di mana, S dalam persamaan di atas melambangkan return yang diperoleh dalam setiap subperiode perhitungan.

Sebagai contoh, misalnya suatu portofolio yang diamati selama 5 tahun terdiri dari 3 subperiode aliran kas yang masing-masing memberikan return berturut-turut sebesar 5%; 8%; dan 10%. Dari data tersebut maka kita bisa menghitung return portofolio berdasarkan metode TWR, sebagai berikut: TWR = (1,0 + 0,05) (1,0 + 0,08) (1,0 + 0,1) -1,0 = (1,05) (1,08) (1,1) -1,0 = 0,247 atau 24,7%. Metode perhitungan yang lainnya, yaitu DWR (dollar-weighted rate of return) bisa dihitung dengan mencari tingkat suku bunga yang bisa menyamakan nilai awal portofolio dengan semua aliran kas yang terjadi ditambah nilai akhir portofolio. Perhitungan dengan metode ini sudah memperhatikan aliran kas yang masuk dan keluar selama periode perhitungan return portofolio. Dengan demikian, setiap terjadi aliran kas masuk dan keluar selama periode pengukuran akan dihitung tingkat return portofolionya dan kemudian perhitungan tersebut digunakan untuk menentukan compound rate of return untuk keseluruhan pengukuran. Rumus untuk menghitung DWR adalah sebagai berikut :

Dimana : Dt

= penambahan dana pada saat t

Wt

= penarikan dana pada saat t

n

= jumlah penambahan dana selama periode perhitungan

m

= jumlah penarikan dana selama periode perhitungan.

r

= tingkat bunga yang menyamakan nilai awal portofolio dengan semua aliran kas (masuk

dan atau keluar) ditambah nilai akhir portofolio.

Sebagai contoh, anggap Ibu Haryati menginvestasikan Rp100 juta pada awal periode pertama ketika dia membeli suatu portofolio saham. Pada akhir periode pertama, Ibu Haryati mendapat deviden sebesar Rp7 juta. Pada akhir periode terakhir, Ibu Haryati menjual portofolio

sahamnya dan menerima Rp120 juta. Dengan demikian, Ibu Haryati mempunyai arus kas berikut:

Untuk menghitung DWR, Ibu Haryati mencari tingkat diskonto atau tingkat bunga yang akan menyamakan arus kas mendatang dengan nilai sekarangnya:

Tingkat bunga, r, dapat dicari dengan proses coba-coba atau dengan bantuan kalkulator finansial atau komputer. Pada kasus ini, tingkat bunga yang akan mendiskonto aruskas mendatang adalah 13,10 persen.

Related Documents

Keu
November 2019 24
Keu
November 2019 35
Keu
November 2019 26
Keu Inter.docx
April 2020 15
Keu Inter.docx
November 2019 28
Laporan Pokja Keu. Blud
August 2019 24

More Documents from "Ansil"