4.11.etika penelitian Menurut hidayat(2007) dalam melakukan penelitian harus memperhatikan etika penelitian antara lain sebagai berikut: 1. self determinasi responden diberi kebebasan untuk memilih apakah bersedia atau tidak mengikuti kegiatan ini secara sukarela,setelah peneliti menjelaskan maksud,tujuan serta prosedur penelitian ,kalau responden setuju maka langsung menandatangani persetujuan responden. 2. Privacy respondent Privasi responden dijaga dengan ketat dengan cara merahasiakan informasi yang didapat hanya untuk kepentingan penelitian.seluruh dat responden yang telah didapat dari kuisioner dan observasi disimpan dan dirahasiakan sepenuhnya oleh peneliti,data tersebut hanya peneliti gunakan dalam proses penelitian. 3. Anonimity Dalam pengisian data penelitian nama responden tidak disebutkan,diganti dengan inisial.hal ini untuk menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dari responden 4. Confidentiality Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi ang diberikan.selama penelitian,peneliti tidak membuka dan menyebarluaskan identitas responden dan informasi dari hasil kuisioner dan observasi.hal ini untuk menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang didapat dari hasil penelitian 5. Protection from discomfort Dalam penelitian,wawancara dilakukan dalam suasana yang nyaman agar responden lebih terbuka.responden berhak untuk menolah melanjutkan perlakuan atau membatalkan menjadi responden apabila dianggapnya intervensi yang dilakukan tidak ada pengaruhnya atau mengakibatkan kerugian.
28
Bab V Hasil Penelitian Dan Pembahasan bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang efektifitas terapi core stability exercise dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan kemandirian activity daily living penderita pasca stroke di wilayah kota singkawang.penelitian ini menguji coba terapi core stability exercise dan terapi rom dalam menigkatkan kognitif dan kemandirian activity daily living penderita pasca stroke.pengukuran tingkat kognitif dengan mmse dan kemandirian adl penderita pasca stroke dengan indeks barthel dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum intervensi dan sesudah intervensi.efektifitas terapi core stability dan terapi rom pada penderita pasca stroke terhadap peningkatan kognitif dan kemampuan adl ditentukan dengan membandingkan perbedaan peningkatan kemampuan kognitif dan kemampuan adl antara kelompok intervesi dan kontrol sebelum dan sesudah perlakuan.sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 20 orang yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 10 sampel kelompok intervensi core stability exercise dan 10 sampel kelompok terapi rom.penjelasan hasil penelitian mencakup karakteristik responden serta hasil penelitian berupa perbandingan terapi core stability exercise dan terapi range of motion sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok.
5.1.
Hasil Penelitian 5.1.1
Hasil Univariat
5.1.1.1 Karakteristik Responden Sub bab ini menjelaskan tentang karakteristik responden dan uji kesetaraan karakteristik responden antara kelompok intervensi core stability exercise dan kelompok terapi range of motion .penjelasan karakteristik responden meliputi jenis kelamin an usia.penjelasan tentang kesetaraan karakteristik menunjukkan homogenitas antar kelompok yang membuktikan bahwa perbedaan kognitif dan kemandirian activity daily living penderita tidak dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik antar kelompok.tabel berikut menjelaskan tentang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia pada kelompok intervensi care stabikity exercise dan kelompok range of motion:
29
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Usia Di Wilayah Kota Singkawang Tahun 2016(N=20) kelompok Karakteristik responden
Intervensi I n %
Intervensi II n %
a.laki-laki
6
60
4
40
b.perempuan
4
40
6
60
Nilai p*
Jenis kelamin 0,655
*uji chi square Tabel 5.1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada kelompok I adalah laki-laki,yaitu 60% pada kelompok intervensi II sebanyak 60% adalah perempuan. Tabel berikut menjelaskan karakteristik responden berdasarkan usia pada kelompok intervensi dan kontrol: Tabel 5.2: karakteristik responden berdasarkan usia pada kelompok intervensi I dan kelompok intervensi II di kota singkawang Tahun 2016(n=20) Kelompok Intervensi I(N=10) MinMean SD 95%Cl Mak 51,58Usia 56,20 6,460 45-46 60,82 *uji chi square Variabel
Kelompok Intervensi II(N=10) MinMean SD 95%Cl Mak 52,1857,10 6,871 47-65 62,02
Nilai P* 0,565
Tabel 5.2: menunjukkan rerata usia responden kelompok intervensi I yaitu 56,2 tahun (SD 6,460) hampir sama dengan kelompok intervensi II yaitu 57,1 tahun (SD 6,871). 5.1.1.2 uji kesetaraan karakteristik responden antara kelompok intervensi dan kontrol uji kesetaraan dilakukan dengan membandingkan kesamaan karakteristik jenis kelamin dan usia pada kedua kelompok.uji kesetaraan untuk variabel berskalan kategorik (jenis kelamin)dilakukan dengan uji chi square.berikut ini hasil uji kesetaraan karakteristik responden pada kedua kelompok:
30
Tabel 5.3: uji kesetaraan karakteristik responden kelompok intervensi dan kontrol(n=20) No
Karakteristik Responden
1.
Jenis Kelamin
Uji Statistik
Nilai P 0,655
Chi Square 2.
Usia
0,565
Uji kesetaraan karakteristik jenis kelamin antara kelompok intervensi dan kontrol menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,628(p value > 0,05) yang menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin yang bermakna diantara kelompok intervensi I dan intervensi II .hasil analisis ini menunjukkan bahwa karakteristik jenis kelamin homogen pada kedua kelompok.sedangkan uji kesetaraan usia antara kelompok intervensi I dan intervensi II menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,553 ( p value > 0,05) yang menunjukkan tidak ada perbedaan usia yang bermakna diantara kedua kelompok.hal ini menunjukkan bahwa usia responden homogen pada kedua kelompok. 5.1.2 hasil bivariat 5.1.2.1 gambaran kemampuan kognitif dan kemandirian activity daily living sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan Tabel berikut menjelaskan kemampuan kognitif dan kemandirian adl sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi I (terapi core stability) dan kelompok intervensi II (terapi ROM): Tabel 5.4:gambaran kognitif sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi I dan kelompok intervensi II (n=20)
Kemampuan kognitif adl kognitif adl
kelompok Intervensi I
Intervensi II
n(kelompok I/CORE)=10 n(kelompok II/ROM)=10 uji Mc.Nemar
31
Mean
Nilai p*
Pre test
Post test
1,50
1,90
0,016
1,40
2,10
0,031
1,30
2,10
0,031
1,40
2,10
0,016
tabel 5.4 menunjukkan bahwa hasil pre test dan post test pada masing-masing kelompok dimana adanya perbedaan hasil penelitian pada saat sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan dilakukan terapi intervensi I (terapi core stability) maupun intervensi II (terapi ROM). 5.1.2.2 uji perbedaan kemampuan kognitif sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan antara kelompok intervensi I dan kelompok intervensi II tabel berikut ini menjelaskan hasil uji perbedaan kemampuan kognitif dan kemampuan activity daily living sebelum perlakuan (pre test) dan sesudah perlakuan (post test) antara kelompok intervensi I dan kelompok intervensi II: tabel 5.5:uji perbedaan kemampuan kognitif dan kemampuan activity daily living sebelum dan sesudah perlakuan pada responden kelompok intervensi I dan kelompok intervensi II(n=20) Fase Test
Kemampuan
Pre Test Kognitif Post Test Pre test ADL Post test
Kelompok Intervensi I Intervensi II Intervensi I Intervensi II Intervensi I Intervensi II Intervensi I Intervensi II
Mean 1,50 1,30 1,90 2,10 1,40 1,40 2,10 2,10
Nilai P* 0,584 0,129 0,655 1,000
n(kelompok I/CORE)=10 n(kelompok II/ROM)=10 Uji Chi Square
Tabel 5.5 menunjukkan kemampuan kognitif dan ADL masing-masing antar kelompok intervensi I dan kelompok intervensi II .uji statistik dengan chi square menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,584(p value>0,05) ,untuk hasil pre test kemampuan kognitif antar kelompok dimana berarti menunjukkan tidak ada perbedaan kemampuan kognitif yang bermakna sebelum perlakuan pada kedua kelompok. Uji ini membuktikan bahwa kemampuan kognitif sebelum perlakuan setara antara kelompok intervensi I dan intervensi II.demikian juga dengan hasil uji stratistik untuk post test kemampuan kognitif antar kelompok dengan nilai probabilitas sebesar 0,129 (p value>0,05),pre test dan post test untuk menilai kemampuan kognitif dan activity daily living antar kelompok nilai probabilitas 0,655(p value>0,05),dan nilai probabilitas 1,000 (p value 0,05).hal ini
32
membuktikan bahwa semua uji statistik di atas baik pre test maupun post test pada masing masing antar kelompok tidak ada perbedaan dalam pemberianterapi I (terapi core stability)maupun terapi II (terapi ROM)dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan kemandirian activity daily living penderita pasca stroke.
5.2 pembahasan hasil uji statistik dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil penelitian di kota singkawang pada penderita pasca stroke didapatkan hasil menunjukkan adanya perbedaan kemampuan kognitif dan kemampuan activity daily living yang bermakna diantara sebelum dan sesudah dilakukan terapi core stability dan terapi ROM (range of motion) pada kelompok intervensi .sedangkan antar kelompok menghasilkan nilai probabilitas rata-rata p value >0,05 yang menunjukkan tidak adanya perbedaan perlakuan terapi core stability exercise dan terapi ROM dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan ADL responden. Salah satu permasalahan yang kerap dihadapi seseorang pasca mengalami stroke adalah gangguan kemampuan bahasa,yaitu ketidakmampuan atau kesulitan dalam berbicara.sering disebut dengan afasia .gangguan ini kerap menimbulkan ‘gap’ antara apa yang diinginkan tidak sesuai dengan pikirannya karena selalu salah dalam pengucapannya.seseorang penderita stroke pada umumnya akan mengalami gangguan kelemahan pada satu sisi tubuh ,keseimbangan ,penglihatan,sensorik,motorik,kognitif.ia juga mengalami gangguan terkait dengan orientasi waktu dan tempat ,memori,konsentrasi,kemampuan ADL seperti makan,minum,berpakaian,menulis,emosi,bicara,bahasa dan menelan.gangguan terjadi pada lebih dari sepertiga orang yang bertahan hidup setelah stroke akan mengajarkan dan melatih kembali dalam mengembalikan fungsi menelan,berbicara dan berbahasa sehingga dapat kembali berkomunikasi semaksimal mungkin atau menemukan alternatif lainnya dalam berkomunikasi(irfan.2010) Hasil penelitian ini sesuai dengan riset yang dilakukan oleh akuthota,dkk,2008 dimana terapi core stability sangat membantu klien pasca stroke untuk meningkatkan motoriknya.kerja core stability memberikan suatu pola adanya stabilitas proksimal yang digunakan untuk mobilitas pada distal.pola proksimal ke distal merupakan gerakan berkesinambungan yang melindungi sendi pada distal
33
yang digunakan untuk mobilisasi saat bergerak. saat bergerak otot-otot core meliputi trunk dan pelvic,sehingga membantu dalam aktifitas,disertai perpindahan energi dari bagian tubuh yang besar hingga kecil selama aktifitas(kibler,2006) Duncan et al (1992),dalam penelitiannya melaporkan bahwa perbaikan fungsi motorik dan aktivitas sehari –hari terjadi paling cepat dalam 30 hari pertama pasca stroke.sedangkan hasil penelitian wade(1998),mendapatkan 50% pasien mengalami perbaikan fungsional paling cepat dalam 2 minggu pertama. Terapi core stability biasa disebut juga dengan terapi stabilisasi lumbar dan abdominal visera.ada 3 fase dalam pelaksanaan program core stability exercise
34