Keterbatasan Sintesis.docx

  • Uploaded by: ratuurizky
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Keterbatasan Sintesis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,120
  • Pages: 13
IV. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan Learning Issues

Pengaturan suhu tubuh

Demam

What I know

Definisi, jalurjalur utama Pengaturan Suhu,

Definisi, mekanisme

What I don’t

What I Have

know

to prove

Mekanisme pengaturan suhu, Hipotalamus pusat

anamnesis

Definisi

-

termostat Etiologi, Tipe-tipe demam,

Damak

-

demam Cara

Teknik

Anamnesis,

wawancara

yang

sistematik

dengan

Jurnal, -

pemeriksaan

Kedokteran

Cara pemeriksaan, Definisi

fisik

internet, Kamus Saku

pasien Teknik

How I learn

batas-batas normal

-

Dorland Edisi 29,

dalam tubuh

Textbook Teknik pemeriksaan

Cara pemeriksaan, Definisi

penunjang

batas-batas normal dalam tubuh Morfologi,

Salmonella thyphi

virulensi, Bakteri

faktor antigen,

epidemiologi, patogenesis, media tumbuh

V. Kerangka Konsep

sifat,

VI. Sintesis 1. Pengaturan suhu tubuh Pengaturan suhu tubuh (regulasi termal) adalah pengaturan dari fisiologis tubuh sehingga terjadi keseimbangan antara pembentukan panas dan pengeluaran panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan konstan. Suhu tubuh manusia diatur secara homeostatic. Kontrol otonom pengaturan suhu tubuh umunya dianggap sebagai suatu fungsi pusat termoregulator di hipotalamus. Neuron sensorik yang disebut termoreseptor berlokasi di perifer, yaitu kulit dan di sentral,yaitu di hipotalamus anterior. Sensor-sensor ini masing-masing memonitor suhu kulit dan suhu inti tubuh dan mengirim informasinya ke pusat termoregulator. “Termostat” hipotalamus kemudian membandingkan masukan sinyal dengan suhu setpoint yang diinginkan dan mengoordinasi respon fisiologis yang cocok untuk menaikkan atau menurunkan suhu inti. -

-

Suhu inti (core temperature) : Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37°C. Suhu kulit (shell temperature) : Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu tubuh rata-rata (mean body temperature) : Suhu rata-rata gabungan suhu inti dan suhu kulit.

Hipotalamus : Termostat Tubuh Hipotalamus merupakan termostat tubuh. sebagai pusat integrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen tentang suhu di berbagai bagian terkoordinasi dalam mekanisme penerimaan panas dan pembuangan panas sesuai kebutuhan untuk mengoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari patokan normal. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral, yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di organ abdomen dan tempat lainnya. Termoreseptor perifer memantau suhu kulit di seluruh tubuh. Di hipotalamus terdapat dua pusat regulasi suhu. Regio posterior, diaktifkan oleh dingin, memicu refleks-refleks yang memerantarai produksi dan penghematan panas. Regio anterior, diaktifkan oleh panas, memicu refleks-refleks yang memerantarai pengeluaran panas. Mekanisme Penurunan-Suhu Bila Tubuh Terlalu Panas Sistem pengatur suhu menggunakan dua mekanisme penting untuk menurunkan panas tubuh ketika suhu tubuh menjadi sangat tinggi, yaitu sebagai berikut. 1. Vasodilatasi pembuluh darah kulit. Pada hampir semua area di dalam tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan pusat simpatis di hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokonstriksi. Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit sebanyak delapan kali lipat. 2. Berkeringat. Efek peningkatan suhu tubuh yang menyebabkan berkeringat digambarkan oleh kurva abu-abu terang pada Gambar 73-7, yang memperlihatkan peningkatan yang tajam pada kecepatan pengeluaran panas melalui evaporasi, yang dihasilkan dari berkeringat ketika suhu inti tubuh meningkat di atas nilai kritis 37°C (98,6°F). Peningkatan suhu tubuh tambahan sebesar 1°C, menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak untuk membuang 10 kali kecepatan pembentukan panas tubuh.

Mekanisme Peningkatan-Suhu Saat Tubuh Terlalu Dingin Ketika tubuh terlalu dingin, sistem pengaturan suhu mengadakan prosedur yang tepat berlawanan. Yaitu sebagai berikut. 1. Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh. Hal ini disebabkan oleh rangsangan dari pusat simpatis hipotalamus posterior. 2. Piloereksi. Piloereksi berarti rambut "berdiri pada akarnya:" Rangsang-simpatis menyebabkan otot arektor pili yang melekat ke folikel rambut berkontraksi, yang menyebabkan rambut berdiri tegak. Hal ini tidak penting pada manusia, tetapi pada hewan yang lebih rendah, berdirinya rambut memungkinkan hewan tersebut untuk membentuk lapisan tebal "isolator udara" yang bersebelahan dengan kulit, sehingga pemindahan panas ke lingkungan sangat ditekan. 3. Peningkatan termogenesis (pembentukan panas). Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat dengan memicu terjadinya menggigil, rangsang simpatis untuk pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.

Pembentukan Panas Pembentukan panas adalah produk utama metabolisme. Faktor-faktor yang menentukan kecepatan pembentukan panas, yang disebut kecepatan metabolisme tubuh yaitu (1) kecepatan metabolisme basal semua sel tubuh; (2) kecepatan metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktivitas otot, termasuk kontraksi otot yang disebabkan oleh menggigil; (3) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin (dan sebagian kecil hormon lain, seperti hormon pertumbuhan dan testosteron) terhadap sel;(4) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh epinefrin, norepinefrin, dan perangsangan simpatis terhadap sel; dan (5) metabolisme tambahan yang disebabkan oleh meningkatnya aktivitas kimiawi di dalam sel sendiri, terutama bila suhu di dalam sel meningkat; (6) metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan, absorpsi, dan penyimpanan makanan (efek termogenik makanan).

Pengeluaran Panas Sebagian besar pembentukan panas di dalam tubuh dihasilkan di organ dalam, terutama di hati, otak, jantung, dan otot rangka selama bekerja. Kemudian panas ini dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang kemudian dibuang ke udara dan lingkungan sekitarnya. Kecepatan pengeluaran panas ditentukan oleh dua factor, yaitu: (1) seberapa cepat panas yang dapat dikonduksi dari tempat asal panas dihasilkan, yakni dari dalam inti tubuh ke kulit dan (2) seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke lingkungan. 4 mekanisme, yaitu : (1) Radiasi (2) Konduksi (3) Konveksi (4) Evaporasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh: - Variasi diurnal Suhu tubuh bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah manusia yang tidur pada malam hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan tertinggi pada awal malam. - Kerja jasmani/ aktivitas fisik Setelah latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait dengan kerja yang dilakukan oleh otot rangka. Setelah latihan berat, suhu tubuh dapat mencapai 40°C. - Jenis kelamin

Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita. Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada pagi hari saat bangun meningkat 0,3-0,5°C. - Lingkungan Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh. Udara lingkungan yang lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh karena menyebabkan hambatan penguapan keringat, sehingga panas tertahan di dalam tubuh.

Pengukuran suhu tubuh Ada beberapa macam thermometer untuk mengukur suhu tubuh:

-

The mercury-in-glass thermometer The electrical digital reading thermometer A radiometer attached to an auriscope-like head (untuk pengukuran suhu timfani)

2. Demam 3. Teknik Anamnesis 4. Teknik Pemeriksaan Fisik Teknik Utama Pemeriksaan Inspeksi Amati dengan cermat penampilan pasien, perilaku, dan gerakan seperti ekspresi wajah, suasana hati, perawa- kan dan kondisi tubuh, kondisi kulit misalnya petekia atau ekimosis, gerakan mata, warna faring, simetri toraks, ketinggian denyut vena jugularis, kontur abdomen, edema ekstremitas bawah, dan ayunan langkah. Palpasi Tekanan taktil dari jari tangan atau bantalan jari tangan untuk menilai bagianbagian elevasi kulit, depresi, kehangatan, atau nyeri tekan, kelenjar limfe, pulsasi, kontur dan ukuran organ dan massa, dan krepitus sendi. Perkusi Gunakan jari pengetuk (plexor finger), biasanya jari ketiga, untuk memberikan ketukan atau pukulan cepat terhadap jari pleximeter, biasanya jari ketiga distal tangan kiri yang diletakkan di atas permukaan dada atau abdomen, untuk memicu gelombang suara misalnya sonor atau redup dari jaringan atau organ di bawahnya. Gelombang suara ini juga menghasilkan getaran taktil terhadap jari pleximeter. Auskultasi Gunakan bagian diafragma dan bel pada stetoskop untuk mendeteksi karakteristik bunyi jantung, paru, dan intestinal, termasuk lokasi, waktu, durasi, nada, dan intensitas. Untuk jantung, ini mencakup bunyi dari penutupan keempat katup dan aliran ke dalam ventrikel serta murmur (bising jantung). Auskultasi juga memungkinkan kita mendeteksi bruit atau turbulensi di atas pembuluh arteri. Tanda-Tanda Vital Kesadaran 1) Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.

2) Apatis, yaitu keadaan dimana pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya 3) Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta. 4) Somnolen (letargia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti, pasien akan tertidur kembali. 5) Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rasa nyeri, tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik. 6) Koma, yaitu penurunan keadaranyang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respons terhadap nyeri Mengukur Tingkat Kesadaran Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, maka dikatakan seseorang mengalami cedera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.

Tekanan Darah Metode klasik memeriksa tekanan ialah dengan menentukan tinggi kolom cairan yang memproduksi tekanan yang setara dengan tekanan yang diukur. Alat yang mengukur tekanan dengan metode ini disebut manometer. Alat klinis yang biasa digunakan dalam mengukur tekanan adalah sphygmomanometer, yang mengukur tekanan darah. Dua tipe tekanan gauge dipergunakan dalam sphygmomanometer. Pada manometermerkuri, tekanan diindikasikan dengan tinggi kolom merkuri dalam tabung kaca. Pada manometer aneroid, tekanan mengubah bentuk tabung fleksibel tertutup, yang mengakibatkan jarum bergerak ke angka.

Gambar 1. Manometer merkuri dan manometer aneroid Prosedur pemeriksaan : a. Pemilihan sphymomanometer (blood pressure cuff) Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk pengukuran tekanan darah, yang terdiri dari cuff, bladderdanalat ukur air raksa. Dalam melakukan pemeriksaan ini harus diperhatikan : - Lebar dari bladder kira-kira 40 % lingkar lengan atas (12 - 14 cm pada dewasa). - Panjang bladder kira-kira 80 % lingkar lengan atas.

- Sphygmomanometer harus dikalibrasi secara rutin. b. Persiapan pengukuran tekanan darah Pada saat akan memulai pemeriksaan, sebaiknya : - Pasien dalam kondisi tenang. - Pasien diminta untuk tidak merokok atau minum yang mengandung kafein minimal 30 menit sebelum pemeriksaan. - Istirahat sekitar 5 menit setelah melakukan aktifitas fisik ringan - Lengan yang diperiksa harus bebas dari pakaian. - Raba arteri brachialis dan pastikan bahwa pulsasinya cukup. - Pemeriksaan tekanan darah bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk, maupun berdiri tergantung dari tujuan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan tersebut dipengaruhi oleh posisi pasien. - Posisikan lengan sedemikian sehingga arteri brachialis kurang lebih pada level setinggi jantung. - Jika pasien duduk, letakkan lengan pada meja sedikit diatas pinggangdan kedua kaki menapak di lantai. - Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi manometer selalu vertikal, dan pada waktu membaca hasilnya, mata harus berada segaris horisontal dengan level air raksa. - Pengulangan pengukuran dilakukan beberapa menit setelah pengukuran pertama. c. Pengukuran tekanan darah Tekanan sistolik, ditentukan berdasarkan bunyi Korotkoff1, sedangkan diastolik pada Korotkoff 5. Pada saat cuff dinaikkan tekanannya, selama manset menekan lengan dengansedikit sekali tekanan sehingga arteri tetap terdistensi dengan darah, tidak ada bunyi yang terdengar melalui stetoskop. Kemudian tekanan dalam cuff dikurangi secara perlahan. Begitu tekanan dalam cuff turun di bawah tekanan sistolik, akan ada darah yang mengalir melalui arteri yang terletak di bawah cuff selama puncak tekanan sistolik dan kita mulai mendengar bunyi berdetak dalam arteri yang sinkron dengan denyut jantung. Bunyi-bunyi pada setiap denyutan tersebut disebut bunyi korotkoff. Ada 5 fase bunyi korotkoff - Fase 1 Bunyi pertama yang terdengar setelah tekanan cuff diturunkan perlahan. Begitu bunyi ini terdengar, nilai tekanan yang ditunjukkan pada manometer dinilai sebagai tekanan sistolik. - Fase 2 Perubahan kualitas bunyi menjadi bunyi berdesir - Fase 3 Bunyi semakin jelas dan keras - Fase 4 Bunyi menjadi merendam - Fase 5 Bunyi menghilang seluruhnya setelah tekanan dalam cuff turun lagi sebanyak 5-6 mmHg. Nilai tekanan yang ditunjukkan manometer pada fase ini dinilai sebagai tekanan diastolik d. Prosedur Pengukuran Tekanan Darah terdiri dari 2 teknik : Palpatoir - Siapkan tensimeter dan stetoskop.

-

Posisi pasien boleh berbaring, duduk atau berdiri tergantung tujuan pemeriksaan Lengan dalam keadaan bebas dan rileks, bebas dari pakaian. Pasang bladdersedemikian rupa sehinggamelingkari bagian tengah lengan atas dengan rapi, tidak terlalu ketat atau terlalu longgar. Bagian bladderyang paling bawah berada 2 cm/ 2 jari diatas fossa cubiti. Posisikan lengan sehingga membentuk sedikit sudut (fleksi) pada siku.

Gambar 5. Memasang bladder/manset -

-

-

Carilah arteri brachialis/arteri radialis, biasanya terletak di sebelah medial tendo muskulus biceps brachii. Untuk menentukan seberapa besar menaikkan tekanan pada cuff, perkirakan tekanan sistolik palpatoirdengan meraba arteri brachialis/arteri radialis dengan satu jari tangan sambil menaikkan tekanan pada cuff sampai nadi menjadi tak teraba, kemudian tambahkan 30 mmHg dari angka tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari ketidaknyamanan pasien dan untuk menghindari auscultatory gap. Setelah menaikkan tekanan cuff 30 mmHg tadi, longgarkan cuff sampai teraba denyutan arteri brachialis (tekanan sistolik palpatoir).Kemudian kendorkan tekanan secara komplit (deflate). Hasil pemeriksaan tekanan darah secara palpatoir akan didapatkan tekanan darah sistolik dan tidak bisa untuk mengukur tekanan darah diastolik. Auskultatoir Pastikan membran stetoskop terdengar suara saat diketuk dengan jari. Letakkan membran stetoskop pada fossa cubiti tepat di atas arteri brachialis.

Gambar 6. Memompa bladder/ manset -

Naikkan tekanan dalam bladder dengan memompa bulb sampai tekanan sistolik palpatoir ditambah 30 mmHg.

-

-

Turunkan tekanan perlahan, ± 2-3 mmHg/detik. Dengarkan menggunakan stetoskop dan catat dimana bunyi KorotkoffIterdengar pertama kali. Ini merupakan hasil tekanan darah sistolik. Terus turunkan tekanan bladder sampai bunyi Korotkoff V (bunyi terakhir terdengar). Ini merupakan hasil tekanan darah diastolik. Untuk validitas pemeriksaan tekanan darah minimal diulang 3 kali. Hasilnya diambil rata-rata dari hasil pemeriksaan tersebut. Klasifikasi Normal Pre-Hipertensi Hipertensi Stage 1 Hipertensi Stage 2

Tekanan Sistolik(mmHg) <120 120-139 140-159 >160

Tekanan Distolik(mmHg) <80 80-89 90-99 >100

Frekuensi Nadi Jantung bekerja memompa darah ke sirkulasi tubuh (dari ventrikel kiri) dan ke paru (dari ventrikel kanan). Melalui ventrikel kiri, darah disemburkan melalui aorta dan kemudian diteruskan ke arteri di seluruh tubuh. Sebagai akibatnya, timbullah suatu gelombang tekanan yang bergerak cepat pada arteri dan dapat dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut nadi, dapat diketahui frekuensi denyut jantung dalam 1 menit. Jika iramanya teratur dan kecepatannya kira-kira normal, hitung kecepatannya selama 30 detik dan kalikan 2. Jika kecepatannya terlalu tinggi atau lambat, hitunglah selama 60 detik. Kisaran normal adalah 50-90 denyut per menit.

Frekuensi Napas Bernafas adalah suatu tindakan involunter (tidak disadari), diatur oleh batang otak dan dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan. Saat inspirasi, diafragma dan otot-otot interkostalis berkontraksi, memperluas kavum thoraks dan mengembangkan paru-paru. Dinding dada akan bergerak ke atas, ke depan dan ke lateral, sedangkan diafragma terdorong ke bawah. Saat inspirasi berhenti, paru-paru kembali mengempis, diafragma naik secara pasif dan dinding dada kembali ke posisi semula. Persiapan pemeriksaan : - Pasien dalam keadaan tenang, posisi tidur terlentang. Lldmclmdc kdcll - Dokter Dokter meminta ijin kepada pasien untuk membuka baju bagian atas. Cara pemeriksaan frekuensi pernapasan: Pemeriksaan inspeksi : perhatikan gerakan nafas pasien secara menyeluruh tanpa pasien mengetahui saat kita menghitung frekuensi nafasnya. Posisi pemeriksa ada di bottom penderita di dekat telapak kaki pasien atau di samping kanan. Pada inspirasi, perhatikan : gerakan iga ke lateral, pelebaran sudut epigastrium, adanya retraksi dinding dada (supraklavikuler, suprasternal, interkostal, epigastrium), penggunaan otototot pernafasan aksesoria serta penambahan ukuran anteroposterior rongga dada. Pada ekspirasi, perhatikan : masuknya kembali iga, menyempitnya sudut epigastrium dan pengurangan diameter anteroposterior rongga dada.

Pemeriksaan palpasi : pemeriksa meletakkan telapak tangan untuk merasakan naik turunnya gerakan dinding dada. Pemeriksaan auskultasi : menggunakan membran stetoskop diletakkan pada dinding dada di luar lokasi bunyi jantung. Pemeriksaan ini digunakan sebagai konfirmasi dari inspeksi yang telah dilakukan.

-

-

Interpretasi pemeriksaan frekuensi dan irama pernapasan : Frekuensi : Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit dengan inspeksi. Pemeriksa juga dapat melakukan konfirmasi pemeriksaan dengan cara palpasi atau menggunakan stetoskop. Gerakan naik (inhalasi) dan turun (ekshalasi) dihitung 1 frekuensi napas. Normalnya frekuensi nafas orang dewasa sekitar 14 – 20 kali per menit dengan pola nafas yang teratur dan tenang. Irama pernapasan : reguler atau ireguler RR per menit

Keterangan

< 14

Bradipnea

14-20

Normal

>20

Takipnea

Suhu Suhu Oral. Untuk suhu oral , pilihlah termometer elektronik atau termometer kaca. Saat menggunakan termometer kaca , kocok termometer hingga turun ke 35°C(96°F) atau lebih rendah, masukkan di bawah lidah, minta pasien untuk menutup bibir, dan tunggu 3 sampai 5 menit. Lalu baca termometer, masukkan kembali selama semenit, dan baca kembali. Jika suhu masih meningkat, ulangi prosedur ini hingga pembacaan stabil. Perhatikan bahwa cairan panas atau dingin, dan bahkan merokok, dapat mengubah pembacaan suhu. Pada situasi ini, pengukuran suhu sebaiknya ditunda selama 10 sampai 15 menit. Karena kemungkinan pecah dan terpajan air raksa, termometer kaca kini mulai diganti dengan termometer elektronik. Jika menggunakan termometer elektronik , letakkan dengan hati-hati tutup sekali pakai di atas probe dan masukkan termometer di bawah lidah. Minta pasien untuk menutup kedua bibir, dan kemudian amati dengan cermat bacaan digitalnya. Pencatatan suhu akurat biasanya memerlukan waktu hanya 10 detik. Suhu Rektum. Untuk suhu rektum, minta pasien untuk berbaring di satu sisi dengan sendi panggul ditekuk. Pilih termometer rektum dengan ujung yang tumpul, beri pelumas, dan masukkan sekitar 3 sampai 4 cm (1,5 inci) ke dalam kanalis anus, dengan arah menunjuk ke umbilikus. Keluarkan setelah 3 menit lalu baca hasilnya. Cara lain, gunakan thermometer elektronik yang ujungnya telah diberi pelumas. Tunggu sekitar 10 detik hingga muncul pembacaan suhu digital. Suhu Membran Timpani. Mengukur suhu membran timpani semakin sering dilakukan serta cepat, aman, dan dapat diandalkan jika dilakukan dengan

benar. Pastikan kanalis auditori eksterna bebas dari serumen, yang dapat menurunkan pembacaan suhu. Letakkan probe di kanalis sehingga sinar inframerah mengarah ke membran timpani (jika tidak maka pengukuran akan tidak valid). Tunggu 2 sampai 3 detik hingga suhu digital terbaca. Metode ini mengukur suhu tubuh inti, yang lebih tinggi daripada suhu oral normal sekitar 0,8°C (1,4°F). Pengukuran pada timpani lebih bervariasi daripada pengukuran oral atau rektum, termasuk perbandingan kiri dan kanan pada orang yang sama. Suhu axilla. Termometer dimasukkan di axila kemudian lengan menutupnya.Tunggu selama kurang lebih 15 menit. Hasil biasanya lebih rendah dibanding suhu oral yakni sekitar 1 C.

Pemeriksaan Abdomen a) Inspeksi Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites. b) Auskultasi Auskultasi dilakukan pada keempat kuadran abdomen. Dengarkan peristaltik ususnya selama satu menit penuh. Bising usus normalnya 5-30 kali/menit. Jika kurang dari itu atau tidak ada sama sekali kemungkinan ada peristaltik ileus, konstipasi, peritonitis, atau obstruksi. Jika peristaltik usus terdengar lebih dari normal kemungkinan klien sedang mengalami diare. c) Perkusi Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika perkusi terdengar timpani berarti perkusi dilakukan di atas organ yang berisi udara. Jika terdengar pekak, berarti perkusi mengenai organ padat. d) Palpasi Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran. Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual/2 tangan - Cara kerja palpasi pada HEPAR

-

-

Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan, kira;kira pada interkosta ke 11-12. Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji hepatomegali. Cara kerja palpasi pada LIMPA Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar. Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa. Pada orang dewasa normal tidak teraba Cara kerja palpasi pada RENALIS Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4 dibawah kosta kanan. Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri. Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri.

5. Teknik Pemeriksaan Penunjang 6. Salmonella Thypi

Related Documents


More Documents from "Dinda Ayu Annisa"