KETERAMPILAN MENYIMAK MAKALAH
Disajikan untuk Melengkapi Tugas Perkuliahan Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa dan Sastra Indonesia yang diampu oleh Bapak Jumani, M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 1: Ine Yolanda
: 150141576
Lia Ardi
: 150141594
Widia
: 150141559
Sawindri
: 150141573
Fina Safira
: 150141564
Sri Maryati
: 150141584
Nurul Padiyah
: 150141566
Umi Kalsum
: 150141581
Hafizah Walidaini
: 150141578
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya, serta segala syukur atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan semestinya. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah “Keterampilan Berbahasa dan Sastra Indonesia” dengan pokok bahasan “Keterampilan Menyimak”. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Jumani, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Microteaching. 2. Kepada kedua orang tua tercinta atas segala do’a nya, 3. Rekan-rekan mahasiswa dari kelompok 1 atas kerja samanya dalam penyusunan makalah ini. Penyusun telah mengoptimalkan sebaik mungkin kemampuan yang dimiliki dalam pengerjaan makalah ini, apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini penyusun sangat mengharapkan segala kritik dan saran demi perbaikan makalah ini. Harapan penyusun semoga makalah ini bermanfaat bagi kita. Aamin Yaa Rabbal ‘alamiin.
Pangkalpinang, 11 Oktober 2017
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR.........................................................................................
ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
iii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................
1
B. Rumusah Masalah ..........................................................................
1
C. Tujuan.............................................................................................
2
PEMBAHASAN A. Materi Pembelajaran Menyimak ....................................................
3
B. Strategi Pembelajaran Menyimak ..................................................
9
C. Cara Penilaian Pembelajaran Menyimak ....................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.....................................................................................
16
B. Saran ...............................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
17
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif dan apresiataif. Reseptif berarti bahwa dalam menyimak pelibat harus mampu memahami apa yang terkandung dalam bahan simakan. Bersifat apresiatif artinya bahwa menyimak menuntut pelibat untuk tidak mampu memahami pesan apa yang terkandung dalam bahan simakan tetapi lebih jauh memberi respon atas bahan simak tersebut. Di dalam berkomunikasi, sebagian besar manusia melakukan tatap muka langsung dalam bahasa lisan. Dalam kegiatan tersebut, para peserta komunikasi saling bergantiaan. Artinya kegiatan berkomunikasi tersebut suatu saat seseorang menjadi pembicara dan pada saat yang lain seseorang tersebut menjadi pendengar atau penyimak. Dalam hal ini betapa pentingnya keterampilan menyimak dalam kehidupan manusia untuk berkomunikasi sehari-hari. Terlepas adari kenyataan bahwa kita setiap hari kita tidak terlepas dari kegiatan menyimak. Namun, kegiatan menyimak yang efektif, yaitu menjadi penyimak yang baik. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja materi pembelajaran menyimak? 2. Apa strategi pembelajaran menyimak? 3. Bagaimana cara penilaian pembelajaran menyimak? C. Tujuan 1. Dapat mengetahui materi pembelajaran menyimak. 2. Dapat mengetahui strategi pembelajaran menyimak di kelas rendah. 3. Dapat mengetahui cara penilaian pembelajaran di kelas rendah.
4
BAB II PEMBAHASAN A. Materi Pembelajaran Menyimak 1. Hakekat Menyimak Kata menyimak dalam bahasa indonesia memiliki kemiripan makna dengan mendengar dan mendengarkan. Oleh karena itu, ketiga istilah itu sering menimbulkan kekacauan pemahaman, bahkan sering dianggap sama sehingga dipergunakan secara bergantian. Bahkan, Harimurti Kridalaksana menggunakan mendengar untuk istilah menyimak, sebagai terjemahan listening. Ketiga istilah tersebut memang agak berkaitan dengan makna. Namun, tetap berbeda dalam penerapan dan penggunaannya. Moeliono menjelaskan bahwa mendengar diartikan sebagai menangkap bunyi (suara) dengan telinga. Mendengarkan berarti menangkap suatu (bunyi) dengan sungguh-sungguh. Berbeda halnya dengan menyimak. Menyimak berarti memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang.1 Adapun pengertian menyimak menurut beberapa ahli sebagai berikut: Menurut Tarigan (1993) mengemukakan pengertian menyimak sebagai berikut: menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, argumentasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap serta, memahami makna komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui ucapan atau bahasa lisan. Menurut Poerwadarminta (1984) “Menyimak adalah mendengar atau memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang”. Menyimak merupakan proses pendengaran, mengenal dan menginterprestasikan lambang-lambang lisan, sedangkan mendengar adalah suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna itu.2 Menurut Burhan (1971), Menyimak adalah suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya. Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa, Menyimak adalah proses mendengarkan dan memperhatikan baik-baik apa yang dibacakan atau yang diucapkan
1
Kundharu Saddhono, dkk, 2012, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung, Karya Putra Darwati), hal 8 2 M Brata, 2010., Keterampilan Menyimak, (Online) diakses 14 maret 2017.
5
oleh si pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi yang tersirat di dalamnya. 2. Tujuan Menyimak3 a. Menyimak untuk belajar dimana orang tersebut bertujan agar ia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara. b. Menyimak untuk menikmati dimana orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau dipagelarkan (teruatama sekali dalam bidang seni) c. Menyimak untuk mengevaluasi dimana orang menyimak dengan maksud agar ia dapat menilai apa-apa yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logistidak logis, dan lain-lain) d. Menyimak untuk mengapresiasi dimana orang yang menyimak dapat menikmati seta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan berita, puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan pendebatan) e. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide dimana orang yang menyimak bermaksud agar ia dapat menkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. f. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dimana orang yang menyimak bermaksud agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedaskan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker) g. Menyimak untuk memecahkan masalah dimana orang yang menyimak bermaksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga. h. Menyimak untuk meyakinkan dimana orang yang menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan.
3
YurisHandcraft, 2013, Kemampuan Menyimak di SD, (Online). Diakses 14 maret 2017
6
3. Jenis Menyimak Jenis menyimak dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif.4 a. Menyimak ekstensif (extensive listening) Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru. Pelaksanaan tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara spintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif dibagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut: 1) Menyimak sekunder (secondary listening) Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya menyimak sambil mendengarkan sesuatu. Misalnya, menyimak pada musik yang mengirimi tarian-tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di rumah atau menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan menulis dengan tulisan tangan. 2) Menyimak estetik (aesthetic listening) Menyimak estetik penyimak terpaku dalam menikmati suatu pertunjukkan. Menyimak ekstensif, mencakup dua hal yaitu pertama menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar pada radio atau rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid. Jadi secara imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku. 3) Menyimak pasif (passive listening) Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu contoh seorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam kurun waktu dua atau tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapat berbahasa daerah tersebut.
4
Kundharu Saddhono, dkk, 2012, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung, Karya Putra Darwati), hal 17
7
4) Menyimak sosial (social listening) Menyimak sosial atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons-repons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan. b. Menyimak intensif (intensive listening) Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu dan dilakukan secara sungguhsungguh. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jenis menyimak intensif dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut: 1) Menyimak kritis (critical listening) Menyimak kritis adalah menyimak dengan tujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, dan informasi dari pembicara. 2) Menyimak konsentratif (consentrative listening) Menyimak konsentratif sering juga disebut study-type listening atau menyimak yang merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta menyimak urutanurutan ide, fakta-fakta penting, dan sebab akibat. Hal ini perlu konsentrasi penuh dari penyimak, agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik. 3) Menyimak kreatif (Creative listening) Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa didengarnya. 4) Menyimak introgatif (introgative litening) Menyimak introgatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena si penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini
8
si penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau mengenai jalur khusus. 5) Menyimak penyelidikan (exploratory listening) Menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik. 4. Tahap-tahap Menyimak5 Sejumlah ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak merupakan suatu proses. Lilian M. Logan misalnya membagi proses menyimak kedalam pemahaman, penginterprestasian, dan penilaian, sedangkan Henry Guntur Tarigan menjelaskan tahap menyimak sebagai berikut: a. Tahap mendengarkan segala sesuatu yang dikemukakan pembicara b. Tahap memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara c. Tahap menginterprestasi dengan cermat dan teliti isi ujaran pembicara. Penyimak yang baik belum puas kalau hanya mendengar, dia ingin menafsirkan butir-butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam simakan d. Tahap mengevaluasi isi simakan. Pada tahap ini penyimak menilai pendapat serta gagasan pembicara, keunggulan dan kelemahan, kebaikan dan kekurangan e. Tahap menanggapi maksud bahan simakan. Setelah penyimak menyambut, menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan pembicara, penyimak akhirnya memberikan tanggapan atas pembicaraan si pembicara B. Strategi Pembelajaran Menyimak6 1. Simak-Ulang Ucap Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, setelah itu siswa harus mengucap ulang apa yang disimaknya. Model ucapan yang akan diperdengarkan harus diperdengarkan secara cermat oleh guru. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, peribahasa, dan puisi-puisi pendek. Model ini dapat diucapkan langsung atau direkam.
5
6
Ibid, hal 15 Henry, Guntur Tarigan, 2008, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa), hal
116
9
Contoh: Guru
: menyatakan dengan ujaran “Transportasi”
Siswa
: menirukan dengan ujaran “Transportasi”
2. Simak-Tulis Simak-tulis mirip dengan simak-ulang ucap. Siswa menyimak apa yang dikatakan guru atau dari rekaman, kemudian siswa harus menuliskannya. Bahan yang digunakan dalam simak-ulang ucap dapat juga digunakan dalam simak-tulis. Contoh
:
Guru
: menyatakan dengan ujaran “Transportasi”
Siswa
: menulis kata “Transportasi”
3. Simak-Kerjakan Mula-mula siswa menyimak apa yang diperdengarkan guru, kemudian siswa mengerjakan apa yang telah diperintahkan atau dikatakan dalam kegitan menyimak tadi. Model yang digunakan biasanya berupa kalimat-kalimat perintah. Contoh
:
Guru
: Buatlah lingkaran besar di kertas persegi panjang
Siswa
: mengerjakan membuat lingkaran besar di kertas persegi panjang
4. Simak-Terka Guru menyusun deskripsi suatu benda tanpa menyebutkan nama benda tersebut, kemudian deskripsi diperdengarkan kepada siswa dan siswa menyimak teks deskripsi dan harus menerkanya. Contoh
:
(benda yang dipilih guru adalah bola) Guru
: menyatakan bentukku bundar, dapat menggelinding, dapat dilempar dan
ditendang, aku berada di lapangan Siswa
: menerka “Bola”
5. Memperluas Kalimat Guru menyebutkan sebuah kalimat. Siswa mengucapkan kembali kalimat tersebut. Kembali guru mengucapkan kalimat tadi kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain dan siswa melengkapi kalimat tadi sengan kelompok kata yang disebutkan terakhir oleh guru, maka hasilnya kalimat yang diperluas. Contoh
:
Guru
: menyatakan “Ayah pergi” 10
Siswa
: mengucapkan kembali “Ayah pergi”
Guru
: mengulang kata yang tadi “Ayah pergi”
Guru
: mengucapkan kelompok kata lain “Ke kantor”
Siswa
: melengkapi “Ayah pergi ke kantor”
Guru
: guru mengulang kata pertama diikuti kata kedua “Ayah pergi ke kantor”
Guru
: mengucapkan kelompok kata lain “tadi pagi”
Siswa
: mengulang kata pertama dan kedua dan diikuti kata terakhir yang diucapkan
guru “Ayah pergi ke kantor tadi pagi” 6. Menyelesaikan Cerita Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-4 orang kemudian guru memanggil kelompok pertama untuk maju dan diminta untuk bercerita dengan tema bebas. Setelah siswa pertama pada kelompok pertama selesai bercerita (seperempat dari cerita), maka siswa kedua dari kelompok pertama harus meneruskan cerita dari temannya tersebut begitu seterusnya hingga anggota kelompoknya selesai kebagian giliran. Siswa yang belum tiba giliran untuk bercerita tentu harus menyimak dengan baik, sebab ada kemungkinan giliran jatuh pada siswa yang tidak menyimak. Siswa harus siap meneruskan cerita. 7. Membuat Rangkuman Siswa menyimak cerita atau teks nonsastra yang agak panjang setelah itu siswa diharuskan untuk membuat rangkuman dari apa yang telah disimaknya tadi. Apa yang disimak harus dirangkum sesingkat mungkin, tatapi yang singkat tersebut harus tetap menjelaskan yang panjang. 8. Menemukan Benda Guru mengumpulkan sejumlah benda. Benda-benda itu sebaiknya sudah dikenal oleh siswa. Benda-benda itu dimasukkan ke dalam sebuah kotak terbuka. Kemudian guru menyebutkan nama sesuatu benda. Siswa mencari benda yang diucapkan guru. Bila sudah ditemukan, diperlihatkan kepada teman-temannya. Contoh: Guru
: “Andi ke sekolah membawa: buku, pensil warna hijau, kuning, dan merah,
penghapus, penggaris, pensil, dan bolpoin hitam”. Siswa
: (mengambil semua yang disebutkan guru)
11
9. Simak –Berantai Guru membisikkan suatu pesan kepada seorang siswa. Siswa tersebut membisikkan pesan itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan pesan itu kepada siswa ketiga. Begitu seterusnya. Siswa trerakhir menyebuitkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. Guru memeriksa apakah pesan itu benar-benar sampai pada siswa terakhir atau tidak. 10. Identifikasi Kalimat Topik Guru membacakan sebuah paragraf lalu siswa menuliskan kalimat topiknya. Pikiran utama biasanya berada pada permulaan paragraf atau akhir paragraf. Contoh: Guru
: (Memutar rekaman atau membacakan paragraf berikut)
Budaya daerah yang beraneka ragam merupakan kekayaan bangsa.
Dari keanekaragaman tersebut masih tampak adanya persamaan.
Keanekaragaman budaya memang wajar karena kebudayaan itu masing-masing dikembangkan sesuai tuntutan lingkungan dan kebutuhan individual.
Keanekaragaman itu akhirnya menuju pada kesatuan karena pada dasarnya bangsa Indonesia adalah satu. Siswa
: (mengidentifikasi kalimat topik)
Budaya daerah yang beraneka ragam merupakan kekayaan bangsa. 11. Pemberian Petunjuk Teknik pemberian petunjuk ini dilakukan dengan cara guru memberikan sevuah petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat yang memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat. Pemberi petunjuk ini dapat dilakukan oleh guru kepada murid atau sesama murid. 12. Bermain Peran Bermain peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah (1) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (2) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan (3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi. Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
12
13. Dramatisasi Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan. C. Penilaian Pembelajaran Menyimak Penyempurnaan kurikulum merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan. Pembaruan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan praktik–praktik pembelajaran di kelas yang dengan sendirinya akan mengubah praktik–praktik penilaian. Kurikulum Berbasis Kompetensi menerapkan sistem Penilaian Berbasis Kelas (PBK). Penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian Berbasis Kelas dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pencil) . Dalam suatu Penilaian Berbasis Kelas, evaluasi dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Demikian halnya penilaian keterampilan menyimak, dilakukan lewat penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian hasil hanya merujuk pada hasil simakan siswa yang berupa respon atau jawaban–jawaban terhadap pertanyaan, sedangkan penilaian terhadap proses dilakukan dengan menggunakan model instrumen penilaian yang dirancang guru. Penilaian hasil dapat dilakukan dengan menggunakan tes. Tes keterampilan menyimak dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa menangkap dan memahami informasi yang terkandung di dalam wacana yang diterima melalui saluran pendengaran. Untuk tes kemampuan menyimak, pemilihan bahan tes lebih ditekankan pada keadaan wacana, baik dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi dan cakupan, maupun jenis-jenis wacana.7 1. Tes Kemampuan Menyimak Tingkat Ingatan Tes kemampuan menyimak pada tingkat ingatan sekadar menuntut siswa untuk mengingat fakta atau menyatukan kembali fakta–fakta yang terdapat di dalam wacana yang telah diperdengarkan. Bentuk tes yang dipergunakan dapat tes bentuk objektif, isian singkat, ataupun bentuk pilihan ganda.
7
Muhammad Nur, Syamsu, 2011, Keterampilan Menyimak, (Online) diakses 14 maret 2017
13
2. Tes Menyimak Tingkat Pemahaman Tes keterampilan menyimak pada tingkat pemahaman menuntut siswa untuk dapat memahami wacana yang dipergunakan. Pemahaman pada tingkat ini belum kompleks benar, belum menuntut kerja kognitif tingkat tinggi. Bentuk tes yang dipergunakan esai ataupun bentuk objektif. 3. Tes Menyimak Tingkat Penerapan Butit–butir tes keterampilan menyimak yang dapat dikategorikan tes tingkat penerapan adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan (diperdengarkan) dan gambar–gambar sebagai alternatif jawaban yang terdapat di lembar tugas.Tingkat kesulitan tes ditentukan oleh kompleksitas gambar. 4. Tes Keterampilan Menyimak Tingkat Analisis Tes keterampilan menyimak pada tingkat analisis menuntut siswa untuk melakukan kerja analisis, untuk memilih alternatif jawaban yang tepat. Analisis yang dilakukan berupa analisis detil–detil informasi, mempertimbangkan bentuk dan aspek kebahasaan tertentu, menemukan hubungan kelogisan, sebab akibat dan lain–lain. Hubungan antara rangsang yang diperdengarkan dengan alternatif jawaban yang disediakan kurang menunjukkan hubungan secara langsung. Jawaban terhadap pertanyaan dapat dinilai berdasarkan tepat atau tidaknya jawaban ini dengan melakukan penskoran berdasarkan jumlah soal dan bobot soal, sedangkan hasil simakan siswa yang berupa respon dinilai berdasarkan tepat atau tidak respon itu dengan apa yang diungkapkan atau diperintahkan dalam bahan simakan. Aspek–aspek penilaian ditentukan berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar. Penilaian proses dapat dilakukan dengan menggunakan model instrumen yang dirancang guru.
14
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menyimak adalah proses mendengarkan dan memperhatikan baik-baik apa yang dibacakan atau yang diucapkan oleh si pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi yang tersirat di dalamnya. Strategi dalam pembelajaran menyimak ada beberapa macam yaitu Simak-Ulang-Ucap, Simak-Tulis, Simak-kerjakan, Simak-Terka, Menemukan benda, pemberian petunjuk, bermain peran, dramatisasi, membuat rangkuman, menyelesaikan cerita, memperluas kalimat. Untuk tes kemampuan menyimak, pemilihan bahan tes lebih ditekankan pada keadaan wacana, baik dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi dan cakupan, maupun jenis-jenis wacana. B. Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh pembuat makalah adalah diharapkan kedepannya kita bisa menguasai materi dan pembelajaran menyimak di kelas rendah, bukannya hanya dari makalah ini tapi dari berbagai sumber agar kita bisa menguasai dengan penuh pembelajaran menyimak di kelas rendah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Brata, M. 2010. Keterampilan Menyimak. (Online) diakses 14 maret 2017. http://mbahbrataedu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html Handcraft, Yuris. 2013. Kemampuan Menyimak di SD. (Online). Diakses 14 maret 2017. http://yurishandcraft.blogspot.com/2013/12/kemampuan-menyimak-di-sd_15.html Saddhono, Kundharu, dkk. 2012. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Bandung: Karya Putra Darwati Syamsu, Muhammad Nur. 2011. Keterampilan Menyimak. (Online) diakses 14 maret 2017. http://muhammadnursyamsu.blogspot.co.id/2011/11/keterampilan-menyimak.html Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
16