Ketentuan aspek teknis dalam pedoman
konstruksi dan bangunan pra studi
kelayakan proyek jalan dan jembatan adalah sebagai berikut : Lalu Lintas A. Prakiraan lalulintas secara umum mencakup analisis dari komponen – komponen sebagai berikut : 1. Lalulintas normal (normal traffic) Lalulintas normal adalah lalulintas yang menggunakan jalan tanpa memperhatikan apakah sedang ada proyek atau tidak. Metode prakiraan pertumbuhan lalulintas normal pada umumnya berdasarkan pada sejarah pertumbuhan lalulintas dan hubungan antara:
Prediksi pertumbuhan penduduk dan lapangan kerja
Prediksi pertumbuhan ekonomi
Penjualan dan registrasi kendaraan
2. Lalulintas teralih (diverted traffic) Pengalihan lalulintas dari rute paralel atau dari moda lainnya. Lalulintas teralih terjadi biasanya karena faktor pertimbangan rute perjalanan tercepat dan atau temurah. 3. Lalulintas terbangkit (generated traffic) Munculnya potensi perjalanan lalulintas baru yang diakibatkan adanya perbaikan prasarana karena alasan biaya, waktu perjalanan dan aksesibilitas. 4. Lalulintas yang merubah tujuan Lalulintas yang merubah tujuan karena adanya prasarana yang lebih baik, tetapi maksud perjalanan tidak berubah. 5. Lalulintas terpendam (suppressed traffic) Lalulintas lama yang terpendam yang timbul kembali akibat tersedianya waktu, karena waktu perjalanan berkurang. B. Secara umum data lalulintas diperlukan untuk menetapkan dimensi geometri dari jalan untuk mendesain konstruksi perkerasan, serta untuk menghitung biaya operasi kendaraan total. Lalulintas harian rata – rata (LHR) dan
klasifikasi jenis kendaraan diambil dari data sekunder yang tersedia, atay diperkirakan dari hasil pencacahan lalulintas yang terbatas. C. Volume jam perencanaan merupakan volume lalulintas per jam yang dipakai untuk menentukan dimensi jalan, yang dinyatakan dalam smp/jam, dan dicari dari hubungan empiris berikut ini : VJP = k x LHR Dengan pengertian : VJP
: Volume jam perencanaan
k
: faktor volume lalulintas pada jam sibuk (% terhadap LHRT)
LHR
: lalulintas harian rata – rata pada tahun rencana
D. Pertumbuhan
normal
lalulintas
masa
depan
dapat
dicari
dengan
mengekstrapolasi data LHR yang ada dari tahun – tahun sebelumnya. Prakiraan lalulintas masa depan dapat juga diperoleh melalui asumsi bahwa pertumbuhan lalulintas berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi di wilayah studi. Topografi A. Peta topografi diperlukan dalam penentuan rute dan prakiraan biaya proyek, yang berkaitan dengan kondisi eksisting, kemungkinan pembebasan lahan, relokasi penduduk, kondisi topografi (datar, berbukit atau pegunungan), jenis bangunan pelengkap, jembatan, dan lain – lain. Peta yang digunakan untuk proses identifikasi dan seleksi sejumlah alternatif pilihan pada tahap pra studi kelayakan berupa peta dasar geologi dengan skala 1 : 100.000 dan peta topografi yang ada dengan skala 1: 10.000. B. Untuk rute jalan antar kota baru, penggunaan teknologi global positioning system (GPS) dapat memudahkan proses penetuan alternatif rute. C. Dalam studi kelayakan cukup hanya dengan melakukan survei pendahuluan (ground checking) di wilayah studi. Geometri
A. Kecepatan rencana dan kelas jalan ditetapkan berdasarkan pada peran dari jalan yang ditinjau, seperti diatur dalam Undang – Undang RI No. 14 Tahun 1992 tentang lalulintas dan angkutan jalan, dan peraturan pelaksananya. B. Lebar jalan dan jumlah lajur lalulintas ditetapkan untuk mencapai suatu tingkat kinerja (level of performance) tertentu pada tahun rencana. Perhitungan tingkat kinerja menggunakan metode seperti diatur dalam pedoman yang berlaku. C. Jenis persimpangan jalan dan metode pengendaliannya ditetepakan sesuai dengan hirarki jalan dan volume lalulintas yang melewatinya. Perhitungan didasarkan pada pedoman perencanaan persimpangan yang berlaku. D. Untuk volume lalulintas yang tinggi, pengendalian persimpangan dapat dilakukan dengan alat pengendali lalulintas. Flyover, underpass dan persimpangan tidak sebidang lainnya merupakan alternatif yang memerlukan biaya pembangunan yang tinggi. E. Lampu lalulintas pada persimpangan jalan membolehkan pergerakan kendaraan yang diatur dengan tersedianya jarak waktu selama perkiraan lalulintas dan terpisah untuk setiap kaki di simpang ruas jalan yang tersedia. Geologi dan geoteknik A. Daya dumung tanah dasar menentukan tebal dari konstruksi perkerasan jalan. Daya dukung tanah ini dapat dinyatakan dalam nilai california bearing ratio (CBR), dimana dapat diprakirakan dari data sekunder daerah sekitarnya. Bila tidak tersedia data sekunder, nilai CBR dapat diprakirakan dari hasil test dynamic cone penetrometer (DCP) di bebrapa lokasi sepanjang alternatif koridor. B. Struktur geologis dan kekuatan / daya dukung tanah dasar mempengaruhi jenis pondasi untuk jembatan, baik untuk kepala jembatan (abutment) maupun untuk pilar (pier). Pondasi jembatan dapat berupa pondasi dangkal, pondasi langsung atau pondasi dalam seperti tiang pancang atau tiang bor. C. Daya dukung diprakirakan dari data sekunder, bila tidak ada data sekunder, maka dapat dilakukan penyondiran pada satu lokasi. Perkerasan Jalan
A. Perkerasan jalan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban lalulintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu sendiri. Perencanaan perkerasan jalan ditentukan oleh verat dan volume lalulintas yang akan menggunakan jalan tersebut delama umur rencana, terutama kendaraan berat. Kerusakan lapusan perkerasan akan sangat tergantung pada bebean sumbu kendaraan. Karena beban sumbu yang menggunakan jalan bervariasi, maka beban sumbu kendaraan tersebut dikonversikan pada beban sumbu standar / equivalent standard axles (ESA). B. Desain perkerasan jalan dimaksudkan untuk mendapatkan kombinasi dari lapis struktur perkerasan yang ekonomis, selain itu juga diperlukan untuk pemiihan tipikal perkerasan jaan yangs esuai dengan kondisi setempat, dan untuk memperkirakan besarnya biaya proyek, yang disesuaikan dengan tipe proyek yang dipertimbangkan. Jenis konstruksi perkerasan jalan terdiri atas : 1.
Perkerasan lentur (flexible pavement)
2.
Perkerasan kaku (rigid pavement).
C. Tebal perkerasan jalan ditentukan mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) atau berdasarkan pedoman teknis yang berlaku. Perhitungan perencanaan tebal perkerasan lentur dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis komponen. Hidrologi dan Drainase A. Survei hidrologi dilakukan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam merencakan jalan dan struktur jembatan. Data yang diperlukan selama survei anatar lain : 1. Pola curah hujan 2. Sungai / drainase alam 3. Daerah tadah hujan 4. Sejarah banjir, termasuk tanggal, volume banjir dan besar curah hujan tahunan 5. Daerah rawan banjir
6. Tata guna lahan dalams etiap daerah tangkapan hujan 7. Jaringan irigasi yanga da dalam setiap daerah tangkap hujan 8. Pola pasang surut. B. Data hujan dapat diperoleh dari rekaman stasiun pengamatan hujan. Data hujan yang hilang atau tak terekam dapat diperkirakan dengan metode prakiraan. Hasil analisis merupakan keterangan mengenai intensitas curah hujan. C. Daerah aliran sungai merupakan daerah seluruh air hujannya akan mengalir lewat permukaan ke satu sungai tertentu. Konstruksi jalan sebaiknya tidak mengganggi pengaliran air ini. Gambaran Umum Jalan Kabupaten Cianjur Bagian Selatan Di Kabupaten Cianjur memiliki 5 fungsi jalan yaitu jalan Arteri Primer, Arteri Sekunder, Kolektor Primer, Kolektor Sekunder dan jalan Lokal. Berikut adalah tabel Panjang Jalan berdasarkan fungsi jalan Kabupaten Cianjur. Tabel Panjang Jalan Berdasarkan Fungsi Jalan Panjang Jalan Berdasarkan Fungsi No.
Kecamatan
Total (Km) Arteri
Kolektor
Lokal
1
Mande
0.00
6,1
12.20
18.30
2
Cipanas
2.20
15.56
11.45
29.21
3
Cikalongkulon
0.00
7.65
13.12
20.77
4
Karangtengah
2.15
15.60
18.30
36.05
5
Cianjur
11.53
14.64
9.80
35.97
6
Cugenang
13.35
0.00
7.00
20.35
7
Cilaku
0.00
14.25
10.50
24.75
8 Warungkondang
0.00
13.00
11.70
24.70
9
Gekbrong
0.00
7,5
0.00
7.50
10
Sukaluyu
0.00
4,6
11.30
15.90
11
Ciranjang
1.40
0,5
16.95
18.85
12
Sukaresmi
0.00
0.00
28.90
28.90
13
Bojongpicung
0.00
0.00
26.27
26.27
14
Haurwangi
2.85
0.00
9.26
12.11
15
Cibeber
0.00
6,7
25.15
31.85
Panjang Jalan Berdasarkan Fungsi No.
Kecamatan
Total (Km) Arteri
Kolektor
Lokal
16
Pacet
6.00
0.00
26.75
32.75
17
Campaka
0.00
4,7
23.66
28.36
18
Sukanagara
0.00
5.31
37.59
42.90
19
Kadupandak
0.00
12.40
3.60
16.00
20
Cijati
0.00
16.60
5.10
21.70
21
Takokak
0.00
0.00
50.60
50.60
22 Campakamulya
0.00
0.00
14.30
14.30
23
Tanggeung
0.00
4.60
22.19
26.79
24
Pasirkuda
0.00
0.00
14.40
14.40
25
Pagelaran
0.00
2.10
16.57
18.67
26
Leles
0.00
19.75
10.50
30.25
27
Agrabinta
0.00
0.00
18.00
18.00
28
Cibinong
0.00
0.00
29.90
29.90
29
Cikadu
0.00
0.00
7.00
7.00
30
Naringgul
0.00
0.00
21.20
21.20
31
Cidaun
0.00
0.00
37.55
37.55
0.00
0.00
18.70
18.70
32 Sindangbarang
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Cianjur
Tabel Kondisi Jalan Kabupaten Cianjur Berdasarkan Balai Pengelolaan dan Pengawasan Jalan Tahun 2017 Kondisi (Km %) No
Uraian/Balai
Panjang (Km)
Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
Km
%
Km
%
Km
%
Km
%
1
BPPJ Cianjur ( Cianjur )
136,796
60,101
43,93
27,745
20,28
42,75
31,25
6,200
4,53
2
BPPJ Sukaluyu(Sukaluyu dan Karangtengah )
76,350
25,500
33,40
27,800
36,41
11,800
15,46
11,25
14,73
3
BPPJ Ciranjang (Ciranjang, Haurwangi dan Bojongpicung)
74,992
27,507
36,71
9,95
13,28
20
26,69
17,465
23,31
111,802
67,050
59,97
21,800
19,50
13,200
11,81
9,752
8,72
128,950
38,900
30,17
13,400
10,39
42,35
32,84
34,300
26,6
118,442
23,150
19,55
35,255
29,77
28
23,64
32,017
27,04
4 5 6
BPPJ Pacet (Pacet, Sukaresmi dan Cipanas) BPPJ Cibeber (Campaka dan Cibeber ) BPPJ Cikalongkulon (Cikalongkulon dan Mande)
7
BPPJ Sukanagara ( Sukanagara, Takokak dan Campaka Mulya )
164,185
21,900
13,34
21,185
12,9
74,300
45,25
46,800
28,50
8
BPPJ Pagelaran (Pagelaraan,Pasirkuda,Tanggeung dan Cibinong )
102,570
4
3,90
33,07
32,24
15
14,62
50,500
49,23
72,600
25,600
35,26
2,700
3,72
12,300
16,94
32
44,08
109,350
14
12,80
11,100
10,15
50,600
46,27
33,65
30,77
64,850
0,300
0,46
2
3,08
8,700
13,42
53,85
83,04
9 10
11
BPPJ Kadupandak ( Kadupandak, Cijati, Agrabinta dan Leles ) BPPJ Cibinong (Cibinong, Pagelaran,Tanggung dan Pagelaran ) BPPJ Sindangbarang (Cidaun, Sindangbarang, Naringgul dan Cikadu )
Keterangan
Kondisi (Km %) No
12 13
Uraian/Balai
Panjang (Km)
Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
Km
%
Km
%
Km
%
Km
%
67,950
0,700
1,03
2
2,94
38,600
56,81
26,65
39,22
51,250
11,300
22,05
18,950
36,98
11
21,46
10
19,51
Jumlah
1,279,997
320,008
Prosentase (%)
100
BPPJ Cidaun (Cidaun, Sindangbarang, Naringgul dan Cikadu) BPPJ Leles (Kadupandak, Cijati, Agrabinta dan Leles)
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Cianjur
226,955 25,001
368,600 17,731
364,434 28,797
28,471
Keterangan
Tabel Kondisi jalan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Cianjur Panjang jalan berdasarkan Kondisi No
Kecamatan
Total Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
3.4
4.6
9
9.27
26.27
1
Bojongpicung
2
Cianjur
28.36
4.41
3.2
0
35.97
3
Cibeber
9.85
10.6
7.6
3.8
31.85
4
Cikalongkulon
11.067
6,8
0
2,9
20.767
5
Cilaku
0
0
24.75
0
24.75
6
Cipanas
22.35
2,4
0
8,76
29.21
7
Ciranjang
8.4
4.05
5
1.4
18.85
8
Cugenang
4.2
7
9.15
0
20.35
9
Gekbrong
0
0
7,5
0
7.5
10
Haurwangi
7.45
0
0
4.66
12.11
11
Karangtengah
23.05
9.6
3.4
0
36.05
12
Mande
6,1
2.7
9.5
0
18.3
13
Pacet
14.8
5.2
7.9
4.85
32.75
14
Sukaluyu
13.9
0
2
0
15.9
15
Sukaresmi
12.3
6.4
10.2
0
28.9
16
Warungkondang
16.4
7.2
1.1
0
24.7
17
Campaka
19.55
9.3
17.97
15.7
62.52
18
Campaka Mulya
12.2
0
2.1
0
14.3
19
Takokak
5.24
10.5
20.7
23.3
59.74
20
Sukanagara
4.24
30.66
20.97
2.5
58.37
21
Pagelaran
8.7
18.67
0
0
27.37
22
Kadupandak
26.8
0
0
8.3
35.1
23
Cijati
14.5
9.7
0
13.3
37.5
24
Pasirkuda
0
22.2
4.4
0
26.6
25
Tanggeung
5.2
17.2
2.3
4.4
29.1
26
Agrabinta
0
0
0
6.5
6.5
27
Leles
12.45
10.5
0
14.5
37.45
Panjang jalan berdasarkan Kondisi No
Kecamatan
Total Baik
Sedang
Rusak
Rusak Berat
28
Sindang Barang
0.3
10
2.6
0
12.9
29
Cidaun
8.4
19.85
0
11
39.25
30
Naringgul
0
11
0
0
11
31
Cibinong
15
37.1
26.5
26.65
105.25
32
Cikadu
0
5.8
0
38.95
44.75
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Cianjur
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Konstruk dan Bangunan Data studio perencanaan wilayah tahun 2018