Keseimbangan Cairan, Elektrolit Dan Asam Basa.pptx

  • Uploaded by: Gita Elviani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Keseimbangan Cairan, Elektrolit Dan Asam Basa.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,395
  • Pages: 57
KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT DAN ASAM-BASA By: Ns. RINA HERNIYANTI, S.Kep

Preface... • Tubuh manusia 60% terdiri dari cairan. • Cairan dalam tubuh manusia mempunyai peranan yang sangat penting:  Pelarut utama tubuh  menyebabkan terjadinya proses metabolisme dan proses penting lainnya.  Media transport (oksigen, nutrien, sisa metabolik)

DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH • Cairan intraseluler (CIS) Cairan berada di dalam sel  40% x BB • Cairan ekstraseluler (CES) Cairan yang berada di luar sel  20% x BB Dapat berada di dalam pembuluh darah (intravaskuler) dan ruang antar sel (interstitiel) atau di sendi, pleura, perikardium dan CSF (transeluler). Dengan proporsi: - Cairan Intravaskuler = 5% BB - Cairan Interstitiel = 14% BB - Cairan transeluler = 1%

Komposisi cairan tubuh • Pelarut berupa air. • Zat terlarut: elektrolit, nutrien, mineral, SDM dan SDP.

ELEKTROLIT • Adalah senyawa yang jika dilarutkan di dalam air akan terurai menjadi partikel yang bermuatan positif (kation) dan negatif (anion). • Kation utama CIS adalah kalium. Anion utama CIS adalah protein intraseluler yang berukuran besar. • Kation utama CES adalah Natrium. Anion utama CES adalah Clorida.

Pergerakan cairan dan elektrolit • Air dan zar terlarut selalu berpindah dari satu kompartemen ke kompartemen lain di tubuh untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. • Pergerakan air dan zat terlarut dapat terjadi melalui beberapa cara: 1) Difusi 2) Osmosis 3) Filtrasi 4) Transport aktif

1. Difusi • Difusi adalah perpindahan zat terlarut dari cairan dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. • Difusi dapat terjadi secara langsung. Misal: difusi zat yang larut dalam lemak dan oksigen. • Difusi dapat terjadi melalui celah protein di membran sel atau berikatan dengan protein. Misal: difusi elektrolit.

Gambar proses difusi

2. Osmosis • Osmosis adalah perpindahan air dari cairan yang berkonsentrasi rendah ke cairan yang berkonsentrasi tinggi melalui membran semi permeabel. • Osmosis merupakan cara utama air berpindah dari intrasel ke interstitiel dan sebaliknya. • Faktor yang mempengaruhi kecepatan osmosis: ‐ Konsentrasi solut ‐ Suhu larutan ‐ Muatan listrik zat terlarut ‐ Perbedaan tekanan osmotik larutan.

Gambar proses osmosis

3. Filtrasi • Filtrasi adalah proses dimana zat pelarut (solven) dan zat terlarut (solut) bergerak dari satu kompartemen ke kompartemen lainnya akibat perbedaan tekanan (hidrostatik atau osmotik). • Proses filtrasi terjadi di ginjal dan kapiler. • Dipengaruhi oleh: tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid.

Tekanan hidrostatik (TH) • Tekanan hidrostatik adalah tekanan plasma terhadap suatu membran yang cenderung mendorong plasma berpindah ruangan. • Di ginjal tekanan hidrostatik kapiler (THK) akan mendorong plasma melewati membran kapiler di glomerulus untuk berpindah ke sistem tubulus renal. Sebaliknya tekanan hidrostatik di tubulus (THT) mendorong plasma kembali ke kapiler glomerulus.

• Di pembuluh darah ada 2 tekanan hidrostatik, yaitu: a) Tekanan hidrostatik kapiler  Cederung mendorong plasma keluar dari kapiler. b) Tekanan hidrostatik interstitiel  Cenderung mendorong cairan interstitiel untuk masuk ke dalam kapiler.

Tekanan osmotik koloid (TOK) • Tekanan yang disebabkan oleh adanya konsentrasi protein di dalam pembuluh darah dan interstitiel yang cenderung menarik air (plasma). • Di kapiler terdapat 2 tekanan osmotik koloid (TOK), yaitu: TOK kapiler dan TOK interstitiel. • TOK kapiler  cenderung menahan air di dlm kapiler. • TOK interstitiel  cenderung menahan air di interstitiel.

Filtrasi di pembuluh darah dan ginjal • THK dan TOK interstitiel  cenderung akan mendorong plasma keluar dari kapiler, sedangkan THT dan TOK kapiler  cenderung menarik cairan ke dalam kapiler. • Filtrasi tergantung pada penjumlahan seluruh tekanan. • Di ginjal, THK glomeurulus lebih besar daripada THT dan TOK kapiler sehingga plasma akan berpindah dari kapiler ke tubulus ginjal.

4. Transport aktif • Adalah perpindahan zat terlarut melawan konsentrasi dan listrik yang membutuhkan energi. • Contohnya: pompa natrium-kalium.

Keseimbangan cairan • Cairan pada tubuh dipertahankan dengan cara pengaturan: intake, distribusi, dan output. • Intake cairan dipengaruhi oleh jumlah cairan yang diminum/dimakan dan hasil metabolisme. • Jumlah Intake diatur oleh: ‐ Mekanisme haus (osmoreseptor dan baroreseptor, angiotensin) ‐ Keadaan membran mukosa.

Lanjutan... • Distribusi cairan dipengaruhi oleh konsentrasi cairan dan tekanan-tekanan yang bekerja pada cairan. • Ekskresi cairan/output dapat berupa: urine, keringat, penguapan langsung, pernapasan, dan melalui feses. • Output dipengaruhi oleh: a. ADH (Anti Diuretik Hormon) b. Aldosteron c. ANP (Atrial Natriuretik Peptida) d. Sistem saraf simpatis

Lanjutan... • ADH diproduksi oleh hipotalamus dan disimpan di kelenjar Hipofisis posterior. ADH  meningkatkan reabsorbsi air di tubulus ginjal. • Aldosteron dihasilkan oleh korteks adrenal. Berfungsi dalam meningkatkan reabsorbsi natrium (dan air). • ANP diproduksi di jantung. Jika dinding atrium dan ventrikel teregang  ANP akan meningkatkan ekskresi natrium (dan air). • Aktivasi Sistem saraf simpatis akan meningkatkan produksi kelenjar keringat.

Volume darah , osmolaritas serum  (Rasa haus dan masukan cairan ) Tekanan darah  (Merangsang Baroreseptor) Perfusi ginjal 

Produksi ADH di hipotalamus (osmoreseptor)

 H2O + Na di ginjal

Menghambat Volume darah  Osmolalitas serum 

 ADH (dilepaskan ke vaskuler dari pituitari posterior)

Pelepasan renin 

Angiotensin I dan II  Aldosteron oleh korteks ginjal  Eksresi H2O + Na 

Volume H2O + Na yg bersirkulasi  (kehilangan K)

Rearsorbsi H2O oleh ginjal  Eksresi urin

Kontrol intake dan output • Pusat rasa haus terletak di hipotalamus. • Kontrol pengeluaran urine dilakukan oleh vasopresin  mengurangi urine. • Faktor yg mengontrol sekresi vasopresin dan rasa haus: -  Osmolaritas  vasopresin  dan rasa haus  -  Volume CES  vasopresin  dan rasa haus  - Angiotensin II  vasopresin  dan rasa haus  - Nyeri  vasopresin  - Alkohol  vasopresin  - Mulut kering  rasa haus 

Volume darah (CES) 

Osmolaritas  Stimulasi Osmoreseptor hipotalamus

Tekanan darah arteri Reseptor volume atrium kiri

Stimulasi Neuron hipotalamus

Rasa haus   Asupan cairan

Vasopresin  Reabsorbsi air 

 Pengeluaran urine Osmolaritas 

Volume plasma 

Vasokontriksi arteriol

Gangguan keseimbangan cairan 1. Defisit volume cairan ekstraseluler • Terjadi dimana tubuh kehilangan cairan yang mengandung elektrolit (terutama natrium). • Akibat: muntah, diare, insufisiensi ADH, penggunaan diuretik yg berlebihan, perdarahan,keringat berlebihan, berpindahnya cairan ke rongga tubuh (asites). • Manifestasi: TD menurun, BB menurun, oliguria, mata cekung, pusing, tidak berkeringat. • Komplikasi  syok hipovolemik.

2. Kelebihan volume ekstraseluler • Tubuh mengalami kelebihan cairan yang mengandung elektrolit di pembuluh darah dan interstitiel. • Akibat: retensi cairan atau intake yang berlebihan, seperti infus cairan isotonik yang berlebihan, produksi aldosteron berlebihan, gagal jantung, gagal ginjal, dan sirosis hepatis. • Manifestasi: edema, peningkatan BB, distensi vena jugularis, sesak napas, ronkhi.

Gangguan volume cairan interstitiel • Keadaan dimana plasma berpindah dari kompartemen intravaskuler ke interstitiel. • Terjadi karena: ‐ Peningkatan THK, ‐ Penurunan TOI, ‐ Peningkatan permeabilitas kapiler ‐ Obstruksi pada pembuluh limfe.

Gangguan Keseimbangan elektrolit • HIPONATREMIA - Kadar natrium < 135 mEq/L - Terjadi karena tubuh mendapatkan air dlm jumlah yang banyak (intake berlebihan dan produksi ADH yang berlebihan) dan tubuh kehilangan natrium (melalui muntah, diare atau penggunaan diuretik) - Manifestasi berupa edema sel, sakit kepala, gangguan potensial aksi.

HIPERNATREMIA • Nilai natrium dlm darah > 145 mEq/L • Terjadi akibat tubuh kekurangan air (pada diabetes insipidus, intake kurang) dan intake natrium berlebihan (infus cairan hipertonik). • Manifestasi berupa mengerutnya sel, terutama sel saraf dengan gejala bingung, kejang, dan koma.

HIPOKALEMIA • Konsentrasi kalium <3,5 mEq/L • Terjadi karena intake kalium berkurang, alkalosis (kalium banyak pindah ke dalam sel), pengeluaran kalium yg berlebihan melalui urine, keringat atau muntah. • Manifestasi: gangguan sel saraf dan otot seperti kelemahan otot, ileus paralitik, hipotensi ortostatik, pada EKG: gel. T mendatar, muncul gel. U.

HIPERKALEMIA • Konsentrasi kalium > 5 mEq/L. • Terjadi akibat intake kalium berlebihan, perpindahan Kalium berlebihan ke ekstra sel (asidosis). • Manifestasi berupa overeksitasi sel saraf dan otot, seperti kelemahan otot, aritmia jantung, pada EKG: gel. T tinggi.

HIPOKALSEMIA • Kadar kalsium < 4,5 mEq/L. • Terjadi akibat intake kalsium yang kurang atau malabsorbsi kalsium. • Manifestasi klinik berupa keram otot, kejang-kejang, osteoporosis, peningkatan motilitas gastrointestinal dan disritmia.

HIPERKALSEMIA • Kadar kalsium > 5,5 mEq/L. • Terjadi akibat absorbsi yang berlebihan dan pelepasan kalsium yang berlebihan dari tulang (hiperparatiroidisme). • Manifestasi klinik berupa kelemahan otot, konstipasi, flaksiditas.

Keseimbangan Asam Basa • Yaitu menggambarkan keadaan dimana kecepatan pembentukan asam/basa di dalam tubuh sama dengan kecepatan eksresi asam/basa. • Keseimbangan diatur oleh konsentrasi ion Hidrogen (H). • Asam  senyawa yang melepaskan ion H. • Basa  senyawa yang menerima ion H. • Tingkat keasaman  pH (nilai: 1-14) • pH > 7 = basa, pH < 7 = asam, • pH darah = 7,35-7,45

Lanjutan... • Keseimbangan asam basa didalam tubuh diatur oleh 3 sistem buffer: a) Buffer kimiawi b) Buffer biologis c) Buffer fisiologis. • Buffer adalah senyawa yang dapat melepaskan atau menerima ion H.

1. Buffer kimiawi Merupakan buffer yang bekerja sangat cepat dalam mempertahankan keseimbangan. • Prosesnya: CO2 + H2O  H2CO3  H+ + HCO3 Buffer terpenting: H2CO3 (asam karbonat) dan HCO3- (ion bikarbonat).  Perbandingan konsentrasi H2CO3 dan HCO3- yang harus dipertahankan adalah 1:20. •

2. Buffer biologis • Sel dapat menerima dan melepaskan ion H. • Jika ion H berlebih, maka akan diserap ke dalam sel dan bertukar tempat dgn ion Kalium. Jika keasaman sudah teratasi maka ion kalium akan kembali ke sel. • Contoh buffer biologis adalah buffer protein (sel dan plasma seperti hemoglobin dan oksihemoglobin).

3. Buffer fisiologis a. Paru-paru Paru-paru dapat dengan cepat mengeluarkan atau menahan CO2 dengan memperlambat atau mempercepat frekuensi pernapasan. b. Ginjal Ginjal mengatur keseimbangan pH dengan meningkatkan atau mengurangi ion bikarbonat. Meliputi reabsorbsi/ekskresi ion Hidrogen, ion fosfat dan amonium.

Gangguan keseimbangan asam-basa • Terjadi jika pH berubah dari nilai normal (>7,45 atau <7,35) • Jika >7,45  alkalemia, prosesnya disebut alkalosis. • Jika <7,35  asidemia, prosesnya disebut asidosis. • Baik asidosis ataupun alkalosis dapat terjadi akibat faktor pernapasan atau ginjal.

Asidosis • Terjadi akibat kadar ion H (kadar asam) dalam tubuh meningkat. • Di dalam tubuh terdapat asam volatil dan non-volatil. • Asam volatil  dapat berubah bentuk dari cairan menjadi gas (H2CO3) dan dikeluarkan melalui paru-paru. • Asam non-volatil  tidak dapat berubah berubah bentuk (ex: asam laktat dan ketoacid), dikeluarkan melalui ginjal.

Lanjutan... • Jika keasaman darah meningkat akibat peningkatan konsentrasi asam volatil  asidosis respiratorik. Asam volatil meningkat jika pengeluarannya oleh paru-paru menurun. • Jika keasaman darah meningkat akibat peningkatan konsentrasi asam non-volatil  asidosis metabolik. Asam non-volatil meningkat jika produksinya meningkat atau ginjal gagal mengekskresikannya.

Alkalosis • Terjadi karena kadar asam (ion H) di dalam tubuh berkurang. • Jika keasaman darah menurun akibat penurunan asam volatil  alkalosis respiratorik. Asam volatil menurun jika pengeluarannya oleh paru-paru meningkat. • Jika keasaman darah menurun akibat penurunan asam non-volatil  alkalosis metabolik. • Asam non-volatil menurun jika ginjal terlalu banyak mereabsorbsi ion bikarbonat atau terlalu banyak mengekskresi ion H.

Gangguan keseimbangan asam-basa 1. 2. 3. 4.

Asidosis respiratorik Asidosis metabolik Alkalosis respiratorik Alkalosis metabolik

Analisa Gas Darah (AGD) • AGD adalah salah satu metode yang dilakukan untuk mengetahui keasaman darah. • Hasil pemeriksaan diketahui: tekanan partial oksigen, saturasi oksigen, pH, PaCO2 dan PaHCO3-. • Nilai normal: PaO2 = 80-100 mmHg SaO2 = 95-100% pH = 7,35-7,45 PCO2 = 35-45 mmHg PHCO3- = 22-26 mEq/L BE = -2 hingga +2 mEq/L BE: Base excess  jumlah kelebihan atau kekurangan ion bikarbonat

Analisa Gas Darah (AGD) • ASIDOSIS RESPIRATORIK : PH↓, PCO2↑, HCO3- NORMAL / ↑ • ALKALOSIS RESPIRATORIK : PH↑, PCO2 ↓, HCO3-↓/N • ASIDOSIS METABOLIK : PH↓, PCO2↓/N, HCO3- ↓ • ALKALOSIS METABOLIK : PH↑, PCO2 ↑/N, HCO3-↑

1. Asidosis Respiratoris • Terjadi akibat pengeluaran CO2 terhambat. Contohnya: pada klien depresi pusat pernapasan, PPOK, edema paru. • Hasil AGD: ‐ pH < 7,35 ‐ PCO2 > 45 mmHg ‐ PHCO3- normal

2. Alkalosis Respiratoris • Terjadi akibat pengeluaran CO2 berlebihan. Contohnya pada klien yang cemas atau hiperventilasi. • Hasil AGD: ‐ pH > 7,45 ‐ PCO2 < 35 mmHg ‐ PHCO3- normal

3. Asidosis Metabolik • Terjadi akibat produksi asam non-volatil meningkat. Contohnya pada keadaan kelaparan, klien DM, aktivitas fisik yg berat atau pengeluaran ion bikarbonat yg berlebihan, seperti pada klien diare. • Hasil AGD: ‐ pH < 7,35 ‐ PCO2 normal ‐ PHCO3- < 22 mmHg

4. Alkalosis metabolik • Terjadi akibat muntah, pengeluaran asam lambung yang terlalu banyak atau intake prekursor HCO3- yg berlebihan, seperti laktat dan sitrat. • Hasil AGD ‐ pH > 7,45 ‐ PCO2 normal ‐ PHCO3- > 26 mmHg

Latihan... 1. Hasil pemeriksaan sampel darah arteri klien A adalah pH =7,22, PaCO2 = 55 dan HCO3- = 25. 2. Hasil pemeriksaan sampel darah arteri klien B adalah pH =7,50, PaCO2 = 42 dan HCO3- = 33.

Mekanisme kompensasi • Apabila terjadi ketidakseimbangan asam-basa dalam tubuh, maka sistem buffer tubuh akan berusaha mengkompensasinya. • Jika gangguan keseimbangan terjadi akibat faktor paru-paru, maka akan dikompensasi oleh ginjal. Begitu sebaliknya, jika gangguan terjadi akibat ginjal, maka paru-paru yg akan mengkompensasi. • Terbagi 3: 1) Terkompensasi sempurna 2) Terkompensasi sebagian 3) Tidak terkompensasi

Mekanisme kompensasi oleh ginjal • Pada asidosis respiratorik, ginjal akan mengkompensasi dengan meningkatkan ekskresi ion H. Akibatnya ion H berkurang dan ion bikarbonat (HCO3-) akan bertambah dan rasio H2CO3:HCO3- akan mendekati 1:20. • Pada alkalosis respiratorik, ginjal akan menurunkan ekskresi ion H. Sehingga ion H yg direabsorbsi akan berikatan dengan HCO3- membentuk H2CO3 yang akan mendekati rasio 1:20.

H+ + HCO3-

H2CO3

Mekanisme kompensasi oleh paru-paru • Jika terjadi asidosis metabolik, paru-paru akan mengkompensasi dengan meningkatkan pengeluaran CO2, hingga konsentrasi H2CO3 menurun dan mendekati rasio 1:20. • Jika terjadi alkalosis metabolik, paru-paru akan menurunkan pengeluaran CO2 hingga konsentrasi H2CO3 meningkat dan mendekati rasio 1:20.

CO2 + H2O  H2CO3

Langkah untuk menganalisa mekanisme kompensasi 1. Kaji pH  mengetahui asidosis atau alkalosis. 2. Kaji PaCO2 • Jika pH  dan PaCO2  berarti masalah utama adalah respiratorik. • Jika pH  dan PaCO2  maka masalah utama adalah metabolik dimana paru-paru berusaha mengkompensasi. 3. Kaji nilai HCO3• Jika pH  dan HCO3-  berarti masalah utama adalah metabolik. • Jika pH  dan HCO3-  berarti masalah utama adalah respiratorik, dimana ginjal berusaha mengkompensasi.

Terkompensasi sempurna Kondisi Asidosis respiratorik Alkalosis repiratorik Asidosis metabolik Alkalosis metabolik

pH Normal, < 7,4 Normal, > 7,4 Normal, < 7,4 Normal, > 7,4

Latihan... 1. Hasil pemeriksaan sampel darah arteri Bpk. M adalah pH = 7,32, PaCO2 = 32, HCO3- = 18. 2. Hasil pemeriksaan sampel darah arteri Bpk. M adalah pH = 7,35, PaCO2 = 48, HCO3- = 28. 3. Hasil pemeriksaan sampel darah arteri Bpk. M adalah pH = 7,33, PaCO2 = 62, HCO3- = 35. 4. Hasil pemeriksaan sampel darah arteri Bpk. M adalah pH = 7,43, PaCO2 = 48, HCO3- = 36.

Terima kasih

Related Documents


More Documents from "shopi"

Format Keperawatan Jiwa
October 2019 51
Mcp Kasus All
October 2019 49
All
October 2019 52
Skoring.docx
June 2020 29