Nama : Tisep Fazryanti Telaumbanua Nim
: 032016088
Kelas : B KONSEP KESEIMBANGAN ASAM BASA 1. Jenis-Jenis Gangguan Keseimbangan Asam Basa Gangguan keseimbangan asam-basa bukanlah penyakit, melainkan kelainan akibat penyakit primer, maka tatalaksana ditujukan kepada penyakit primer tersebut. Bila gangguan-asam-basa berat maka koreksi terhadap gangguan asam-basa perlu dipertimbangkan. A. Gangguan Respiratorik. Kelainan yang mengancam nyawa pada asidosis respiratorik bukan karena asidosisnya tetapi karena hipoksemia, oleh karena itu terapi utama adalah terapi oksigen sambil mengatasi penyebab primer pernapasanr (hipoventilasi). Atasi faktor penyebab seperti kelainan paru, keracunan narkotik, keracunan salisilat. Untuk memperbaiki ventilasi paru ventilasi mekanik. B. Gangguan Metabolik. a) Asidosis Metabolik : Meskipun sebagian besar asidosis metabolik dapat diatasi oleh tubuh setelah penyakit primer nya tertanggulangi, namun bila penurunan pH (<10mEq/L) maka pemberian alkali (natriumbikarbonat) perlu dipertimbangkan. Koreksi alkali terutama ditujukan pada asidosis metabolik yang disebabkan oleh anion nonorganik. Sedangkan yang disebabkan oleh anion organik (laktat, keton) yang dapat dimetabolisme kembali oleh tubuh, tata laksana ditujukan pada penyakit primer bukan pada pemberian alkali Asidosis metabolik karena gagal ginjal (anion nonorganic) ditanggulangi dengan dialisis (renal replacement therapy) tetapi sementara menunggu dialisis bila asidosis yanmg terjadi sangat berat maka pemberian alkali dapat dipertimbangkan. Pada asidosis metabolik karena anion organik pemberian alkali masih kontroversial , tatalaksana ditujukan pada penyakit primer dan pemberian alkali dipertimbangkan bila pH < 7,0. b) Alkalosis Metabolik : Terdapat dua jenis alkalosis metabolik yaitu klor sensitif dan klor resisten. Disebut klor sensitif karena dengan pemberian klor (NaCl fisiologis, KCl, atau HCl) memberi respons yang baik. Klor sensitif disebabkan karena tubuh kehilangan klor dari cairan lambung atau muntah sedangkan fungsi ginjal normal. Klor resisten adalah alkalosis metabolik yang tidak responsif dengan pemberian klor, akibat klor terus-menerus disekresi ginjal, biasanya terdapat peningkatan kadar klor urin >20mEq/L. Karbondioksida yang terbentuk akan dikeluarkan melalui paru-paru, oleh karena itu sebelum ventilasi baik (terkendali) pemberikan natrium bikarbonat ditunda.
2. Manifestasi Klinik Gangguan Keseimbangan Asam-Basa Tanda-Tanda Klinis Gangguan Keseimbangan Asam Basa Yaitu: a.
Hiperkapnea mendadak (kenaikan PaCO2) dapat menyebabkan peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan, peningkatan tekanan darah, kusust piker, dan perasaan penat pada kepala.Peningkatan akut pada PaCO2 hingga mencapai 60 mmHg atau lebih mengakibatkan : somnolen, kekacauan mental, stupor, dan akhirnya koma. b. menyebabkan sindrom metabolic otak, yang dapat timbul asteriksis (flapping tremor) dan mioklonus (kedutan otot). c. Retensi O2 menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak, maka kongesti pembuluh darah otak yang terkena menyebabkan peningkatan tekanan intra cranial dan dapat bermanifestasi sebagai papilladema (pembengkakan dikus optikus yang terlihat pada pemeriksaan dengan optalmoskop). d. Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat konsentrasi hydrogen memperburuk mekanisme kompensatori dan berpindah kedalam sel, sehingga menyebabkan kalsium keluar dari sel. 3. Interprestasi Hasil Analisa Gas Darah Arteri a) Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber ion hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam seperti asam laktat dan asam keto. Nilai normal pH serum: Nilai normal : 7.35 - 7.45 Nilai kritis : < 7.25 - 7.55 Implikasi Klinik: 1.
Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia peningkatan pembentukan asam 2. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia kehilangan asam 3. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga untuk memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang mempengaruhi status asam basa . b) Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida, (PaCO2). PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut dalam plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi. keadaan asam basa dalam darah : Nilai Normal : 35 - 45 mmHg SI : 4.7 - 6.0 kPa
implikasi Klinik: 1. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness dan emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan khusus. 2. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi pusat pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mmHg perlu mendapat perhatian khusus. 3. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi. c) Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen, (PaO2) PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam menyediakan oksigen bagi darah. Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur): 75 - 100 mmHg SI : 10 - 13.3 kPa 9 Implikasi Klinik: 1. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik, PPOK, penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40 mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus. 2. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu, contohnya nasal prongs, alat ventilasi mekanik hiperventilasi dan polisitemia, peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen. 4. Penatalaksanaan Dari Gangguan Keseimbangan Asam-Basa Pengobatan gangguan keseimbangan asam basa tergantung kepada jenis gangguan yang dialami. a) Asidosis respiratorik Salah satu metode pengobatan pada asidosis respiratorik adalah dengan obat-obatan, yang meliputi: Antibiotik, untuk menangani infeksi. Bronkodilator, untuk melebarkan saluran pernapasan. Diuretik, untuk mengurangi kelebihan cairan di jantung dan paru-paru. Kortikosteroid, guna mengurangi peradangan. Asidosis respiratorik juga dapat ditangani dengan metode yang disebut continuous positive airway pressure (CPAP). Pada terapi ini, pasien akan diminta mengenakan masker di hidung dan/atau mulut. Kemudian, mesin yang terhubung ke masker tadi, akan mengalirkan udara bertekanan positif ke saluran pernapasan. b) Asidosis metabolik Pengobatan asidosis metabolik tergantung pada penyebab yang mendasarinya, di antaranya: Infus natrium bikarbonat pada asidosis hiperkloremik.
Suntik insulin pada penderita asidosis diabetik. Pemberian pengganti cairan tubuh melalui suntik. Detoksifikasi pada asidosis yang mengalami keracunan obat atau alkohol. Pada penderita asidosis laktat, dokter dapat memberikan suplemen bikarbonat atau suntik pengganti cairan tubuh. Pemberian oksigen atau antibiotik juga dapat dilakukan, tergantung kepada penyebab yang mendasarinya. c) Alkalosis respiratorik Pada alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hiperventilasi, dokter dapat menyarankan pasien menghirup karbondioksida. Pertama-tama, buang napas ke dalam kantong kertas. Kemudian, hirup karbondioksida di dalam kantong tadi. Ulangi langkah tersebut hingga beberapa kali. Cara ini bisa membantu menaikkan kadar karbondioksida dalam darah. Perlu diketahui bahwa metode di atas hanya boleh dilakukan bila dokter telah memastikan hiperventilasi terjadi akibat gangguan keseimbangan asam basa. Jika Anda baru pertama kali mengalami gejala tersebut, sangat disarankan untuk segera mencari pertolongan medis ke rumah sakit. d) Alkalosis metabolik Penanganan alkalosis metabolik tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Pada sejumlah kasus, dokter dapat memberikan beberapa jenis obat di bawah ini: Diuretik golongan penghambat karbonik anhydrase, seperti acetazolamide. Diuretik hemat kalium seperti spironolactone. ACE inhibitor, seperti captopril dan lisinopril. Kortikosteroid, seperti dexamethasone. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen. 5. Latihan Membaca Hasil Analisa Gas Darah Arteri (AGDA)
1. Lihat pH Langkah pertama adalah lihat pH. pH normal dari darah antara 7,35 – 7,45. Jika pH darah di bawah 7,35 berarti asidosis, dan jika di atas 7,45 berarti alkalosis. 2. Lihat CO2 Langkah kedua adalah lihat kadar pCO2. Kadar pCO2 normal adalah 35-45 mmHg. Di bawah 35 adalah alkalosis, di atas 45 asidosis. 3. Lihat HCO3 Langkah ketiga adalah lihat kadar HCO3. Kadar normal HCO3 adalah 22-26 mEq/L. Di bawah 22 adalah asidosis, dan di atas 26 alkalosis. 4. Bandingkan CO2 atau HCO3 dengan pH Langkah selanjutnya adalah bandingkan kadar pCO2 atau HCO3 dengan pH untuk menentukan jenis kelainan asam basanya. Contohnya, jika pH asidosis dan CO2 asidosis, maka kelainannya disebabkan oleh sistem pernapasan, sehingga disebut asidosis respiratorik. Contoh lain jika pH alkalosis dan HCO3 alkalosis, maka kelainan asam basanya disebabkan oleh sistem metabolik (atau sistem renal) sehingga disebut metabolik alkalosis.
5. Apakah CO2 atau HCO3 berlawanan dengan pH Langkah kelima adalah melihat apakah kadar pCO2 atau HCO3 berlawanan arah dengan pH. Apabila ada yang berlawanan, maka terdapat kompensasi dari salah satu sistem pernapasan atau metabolik. Contohnya jika pH asidosis, CO2 asidosis dan HCO3 alkalosis, CO2 cocok dengan pH sehingga kelainan primernya asidosis respiratorik. Sedangkan HCO3 berlawanan dengan pH menunjukkan adanya kompensasi dari sistem metabolik. 6. Lihat pO2 dan saturasi O2 Langkah terakhir adalah lihat kadar PaO2 (nilai normal 80-100 mmHg) dan O2 sat (nilai normal 95-100%). Jika di bawah normal maka menunjukkan terjadinya hipoksemia. Untuk memudahkan mengingat mana yang searah dengan pH dan mana yang berlawanan, maka kita bisa menggunakan akronim ROME. Respiratory Opposite : pCO2 di atas normal berarti pH semakin rendah (asidosis) dan sebaliknya. Metabolic Equal : HCO3 di atas normal berarti pH semakin tinggi (alkalosis) dan sebaliknya. Penjelasan langkah ke-5 tentang kompensasi Kompensasi adalah usaha tubuh untuk menjaga homeostasis dengan mengoreksi pH. Sistem yang berlawanan akan melakukan hal ini. Komponen sistem pernafasan untuk menyeimbangkan pH adalah CO2 yang diproduksi melalui proses seluler dan dibuang oleh paru. Komponen sistem renal untuk menyeimbangkan pH adalah bikabonat (HCO3) yang dihasilkan ginjal. Ginjal juga mengontrol pH dengan mengeliminasi ion hidrogen (H+). Kedua sistem ini berinteraksi melalui formasi carbonic acid (H2CO3). Sistem pernafasan menyeimbangkan pH dengan meningkatkan atau mengurangi respiratory rate (RR), dengan cara memanipulasi level CO2. Nafas cepat dan dalam untuk mengeluarkan CO2, nafas pelan dan dangkal untuk menyimpan CO2. Jika pH imbalans karena gangguan sistem pernafasan, maka sistem renal akan mengoreksinya, demikian juga sebaliknya. Proses ini disebut kompensasi. Kompensasi mungkin tidak selalu komplit. Kompensasi yang komplit mengembalikan keseimbangan pH ke nilai normal. Kadang-kadang imbalans terlalu jauh untuk dikompensasi mengembalikan pH menjadi normal, ini disebut kompensasi parsial.
Daftar Pustaka Jaunharany,Widyanstuti.(2017). Keseimbangan Asam-Basa Tubuh Dan Kejadian Sindrom Metabolic Pada Remaja Obesitas. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.Vol 14 No 1. Kota Semarang