BAB IV KESALAHAN DALAM PENGUKURAN
IV.I. Kesalahan Dalam Pengukuran Bagaimanapun hati-hatinya pelaksanaan suatu pengukuran kuantitas akan selalu mengandung kesalahan, karena pengukuran pengukuran tidak pernah tepat. Dapat dinyatakan tanpa syarat bahwa : 1. Tidak ada pengukuran yang tepat. 2. Setiap pengukuran mengandung kesalahan 3. Harga sebenarnya dari suatu pengukuran tidak pernah diketahui. 4. Kesalahan tepat yang ada selalu tidak diketahui. Kenyataan tersebut ditunjukkan oleh suatu fenomena: Sebuah sudut diukur dengan alat ukur theodolit yang mempunyai ketelitian 1", 10", 20", 1' dimana dengan perkiraan dapat dibaca sampai 0.1", 5", 10" dan 30". Maka hasil sudut terukur akan berbeda. Demikian pula sepenggal jarak, diukur dengan pita ukur. Pembagian skala terkecil dari cm, 2 mm, mm akan memberikan hasil jarak terukur yang berbeda ketelitianya. Ketelitian pengukuran suatu kuantitas, tergantung dari : 1. Pembagian skala alat 2. Handalnya alat 3. Kemampuan manusia terbatas Peralatan-peralatan yang lebih balk, jika dipakai untuk suatu pengukuran akan menghasilkan hasil ukuran makin mendekati harga sebenarnya. IV.2. Sumber-Sumher Kesalahan Pada Pengukuran 1. Kesalahan Alamiah: kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor alam, seperti angin, temperatur, kelembaban udara, gaya grafitasi, deklinasi magnetik dan lain sebagainya. Misal : Perupahan panjang pita ukur, karena adanya perubahan temperatur. 2. Kesalahan alat/instrumen, kesalahan yang disebabkan oleh tidak sempurnanya konstruksi alat, penyetelan alat dari pabrik. Pengaruh dari kesalahan alat ini dapat dieleminir (dihilangkan) dengan prosedur pengukuran yang benar ataupun dengan memberikan koreksi pada data. 3. Kesalahan person/pribadi : Kesalahan yang disebabkan oleh faktor manusia. Keterbatasan kemampuan manusia dalam hal :merasa, melihat dan meraba. Misal: keterbatasan seseorang dalarn memperkirakan/ menginterpolasi pembagian skala, bisa terlalu besar ataupun kekecilan.
Universitas Gadjah Mada
1
Sementara kesalahan besar atau blunder adalah kesalahan karena faktor manusia Mistake/kesalahan yang terjadi karena: a. Ketidak cermatan dari surveyor b. Salah pengertian c. Pertimbangan yang jelek
IV.3. Kesalahan sistematik dan acak Kesalahan sistematik, termasuk jenis kesalahan yang tunduk pada kaidah matematika dan fisika besar kesalahan sistematik bisa tetap, atau berubah tergantung kondisi. Kesalahan sistematik juga disebut sebagai kesalahan komulatif , dapat dihitung dan pengaruhnya dihilangkan dengan melakukan koreksi. Misal: perubahan panjang pita baja karena perubahan temperatur dapat dihitung perubahan panjangnya dengan rumus tertentu dan mengkoreksiinya. Kesalahan acak, jenis kesalahan ini tetap ada setelah kesalahan dan kesalahan sistematik dihilangkan. Kesalhan acak disebut juga kesalahan Insidesnsial. Kesalhan acak terjadi disebabkan oleh faktor-faktor diluar kemampuan pengamat dan tunduk pada kaidah probalitas, kesalahan ini terdapat pada semua pengukuran tanah. Kesalahan acak juga disebut compensating error karena cenderung saling menghilangkan, dalam serangkaian pengukuran. IV.4. Presisi dan Akurasi Jika sebuah jarak diukur dua kali, pergi dan pulang, maka akan didapat selisih jarak. Selisih yang kecil menunjukkan kemungkinan tidak ada kesalahan dan kesalahan acaknya kecil; tetapi selisih kecil tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan sistematik. IV.4.1. Presisi (Precision) Presisi adalah derajad kehalusan sekelompok pengukuran. Jika dilakukan pengukuran berulang pada suatu kuantitas, dan terdapat selisih-selisih kecil, ini menunjukkan presisi yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dari/ tergantung pada kepekaan alat dan ketrampilan pengamat.
IV.4.2. Akurasi (Accuracy)/ ketelitian Ketelitian menyatakan kedekatan mutlak kuantitas terukur dengan harga sebenarnya, sebuah pengukuran dapat saja presisi tetapi tidak teliti atau sebaliknya, seperti terlihat pada gambar:
Universitas Gadjah Mada
2
Gambar V.4.1. Gambar a. Menunjukkan presisi dan akurate/teliti.
b. Menunjukkan presisi tetapi tidak teliti. c. Menunjukkan teliti meski tidak presisi. a dan b presisi. a dan c teliti.
Universitas Gadjah Mada
3
IV.5. Eleminasi kesalahan besar dan kesalahan sistematik Kesalahan besar dapat ditentukan dan ditemukan dengan membandingkan dari beberapa data ukuran, misal terdapat beberapa catatan data ukur sebagai berikut: 1. 567,91
3.567,88
2. 576,95
4.567,90
5. 567,93
Data kedua yang tidak sesuai dengan lainnya, kemungkinan disehabkan salah baca atau salah mencatat. Kesalahan tersebut dapat eleminir dengan cara: a.
mengulangi pengukuran
b.
membuang harga yang salah
Kesalahan sistematik dapat dieleminir dengan cara dihitung dan dikoreksikan pada hasil pengukuran. Prosedur pengukuran tertentu akan dapat mengeleminir kesalahan sistematik, misal pengukuran sudut dengan posisi teropong biasa dan luar biasa kemudian merata-rata hasilnya.
Universitas Gadjah Mada
4