Kesadahan

  • Uploaded by: Riana Mardliyah
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kesadahan as PDF for free.

More details

  • Words: 4,560
  • Pages: 27
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN I KESADAHAN DAN KLORIDA Tanggal Praktikum : 28 Maret 2019 Disusun Oleh : Kelompok 2 1. Laurensius Marcell (082001700031) 2. Riana Mardliyah (082001700043)

Asisten Laboratorium : Karen Lois

JURUSAN TEKNIK LINGKUGAN FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2019

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik disungai maupun di laut. Pada dasarnya bila kita bandingkan dengan air tanah, air permukaan dan air angkasa ,maka kualitas air tanah lebih baik dari kedua sumber air lainnya. Hal ini di bandingkan dari kedua sumber air tersebut. Namun dengan kemungkinan tercemarnya air tanah tetap ada, yaitu dengan adanya mineral, bakteri dan bahan-bahan lainnya sewaktu proses peresapan air kedalam tanah dengan jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia. Menurut WHO bahwa jumlah air bersih yang harus dipenuhi agar dapat mencapai syarat kesehatan adalah 86,4 liter per kapita per hari, sedang kondisi di Indonesia ditentukan sebesar 60 liter per hari Jumlah tersebut terjadi berdasarkan 2 ketersediaan air bersih di kota dan di pedesaan. Jika air bersih di pedesaan sekitar 40 liter/hari berarti hanya tersedia sekitar 50 % dari anjuran WHO. Sumber Air bersih dapat membantu pemerintah atau masyarakat pada penyiapan air minum. Sumber air minum yang bersih menjadi sumbangan kepada peningkatan kesehatan manusia. Karena itu air minum yang diperlukan telah diatur melalui Peraturan Kementerian Kesehatan No. 492 Tahun 2010 yang meliputi beberapa parameter kualitas air. Salah satu diantaranya adalah kandungan kalsium yang berpotensi meningkatkan kesadahan dalam air. Kesadahan merupakan salah satu parameter tentang kualitas air bersih, karena kesadahan menunjukkan ukuran pencemaran air oleh mineral-mineral terlarut berupa Ca2+dan Mg2+. Air yang kesadahannya tinggi apabila dikonsumsi secara terus menerus akan mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan, yaitu perut menjadi mual bahkan terjadinya gangguan pada fungsi ginjal. Selain itu dapat pula mengurangi daya aktif sabun, membentuk kerak pada alat pemasak dan penyumbatan pada pipa. 1

Kesadahan tidak menguntungkan, air yang dianggap bermutu tinggi mempunyai kesadahan yang rendah. Kalsium atau magnesium dalam air sadah dapat bereaksi dengan sabun sehingga sabun tidak dapat berbusa. Garam asam hidrogenkarbonat larut dalam air, tetapi jika dipanaskan akan mengendap didasar ketel yang meningkatkan ongkos pemanasan dan merugikan perindustrian. Untuk mencegahnya digunakan detergen sintesis sehingga tidak membentuk endapan jika mencuci. Cara untuk mengetahui kesadahan air adalah dengan sabun. Sabun akan menghasilkan busa yang banyak dalam air lunak. Ini diakibatkan oleh kandungan dalam sabun yang beraksi dengan ion-ion Mg2+ dan Ca2+ lalu membentuk busa yang mengendap, maka busa sabun baru akan terbentuk bila semua ion-ion magnesium dan kalsium telah terendapkan. Ini berarti untuk mencuci diperlukan sabun dengan jumlah yang banyak. Kandungan Ion klorida dalam air sangat bervariasi dari berhubungan dengan kondisi alami daerah yang dilewati aliran air. Dalam air alam konsentrasi ion klorida rat-rata pada umumnya kurang dari 50 mg Cl-/L, akan tetapi dalam keadaan tertentu, konsentrasi tersebut dapat sangat tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh: Pencemaran air limbah industry dan indutri atau infiltrasi air laut. Ion klorida menimbulkan gangguan pada kesadahan manusia, kecuali menimbulkan rasa yang berbeda dalam air, yaitu rasa asin yang diakibatkan oleh senyawa NaCl. Standard WHO yang juga digunakan di Indonesia ditetapkan konsentrasi tertinggi dalam air minum dianjurkan adalah 200 mg Cl/L. Untuk daerah-daerah tertentu seperti pantai, konsentrasi maksimum yang diijinkan adalah 600 mg Cl-/L. Penetapan ion klorida dapat dilakukan dengan berbangai metode, yaitu antara lain: metode pengendapan, metode volumetric dengan Hg(NO3)2, metode potension-klorimetri-elektroda spesifik. Di antara berbangai metode tersebut yang paling sederhana adalah dengan metode pengendapan, salah satunya dengan metode titrasi Argentometri cara Mohr. Sisa klor hasil proses klorinasi pada air berbahaya bagi kesehatan manusia karena bersifat karsinogenik. Sisa klor terbagi dalam dua bentuk, yaitu klor 2

bebas dan klor terikat. Klor bebas merupakan klor yang dilarutkan pada air, sementara klor terikat adalah klor yang diikat secara alamiah dalam air. Salah satu metode yang digunakan untuk penetapan sisa klor adalah Iodometri. Metode iodometri didasarkan pada klor yang akan mengoksidasi ion iodin (I-) menjadi iodide (I2). Dengan penambahan indicator kanji, I2 akan menghasilkan warna biru pada larutan. Selanjutnya I2 yang terbentuk dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3). Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna biru dari lrutan. 1.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan penetapan kesadahan dan klorida ini adalah sebnagai berikut : 1. Untuk menggukur kadar kesadahan dalam sampel air dengan menggunakan metode EDTA. 2. Untuk menggukur kadar klorida dalam sampel air dengan menggunakan metode titrasi Argentometri cara Mohr. 3. Untuk menggukur kadar sisa klor dalam sampel air dengan menggunakan metode larutan Kanji-Iondida.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesadahan Air Air sadah adalah istilah yang digunakan pada air yang mengandung kation penyebab kesadahan. Pada umumnya kesadahan disebabkan oleh adanya logamlogam atau kation-kation yang bervalensi 2, seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kalsium dalam air mempunyai kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida dan nitrat, sementara itu magnesium dalam air kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat dan khlorida. (Marsidi,R. 2011). Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai “air sadah”, atau air yang sukar untuk dipakai mencuci. Senyawa kalsium dan magnesium bereaksi dengan sabun membentuk endapan dan mencegah terjadinya busa dalam air. Oleh karena senyawa-senyawa kalsium dan magnesium relatif sukar larut dalam air, maka senyawa-senyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk endapan atau presipitat yang akhirnya menjadi kerak. Pengertian kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun, di mana sabun ini diendapkan oleh ion-ion yang saya sebutkan diatas. Karena penyebab dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat / karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+, yang dinyatakan sebagai CaCO3. (Giwangkara, 2008). Kesadahan air dapat digolongkan menjadi dua macam : 4

1.

Kesadahan sementara Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion karbonat (CO3-) dan bikarbonat (HCO3-), atau boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+.

2.

Kesadahan tetap Air sadah tetap adalah air sadah yang mengadung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl– dan SO42-. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung senyawa senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. (Kuswanti, dkk. 2007). Tingkat kesadahan di berbagai tempat perairan berbeda-beda, pada

umumnya air tanah mempunyai tingkat kesadahan yang tinggi, hal ini terjadi karena air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada lapisan tanah yang dilalui air. Air permukaan tingkat kesadahannya rendah (air lunak), kesadahan non karbonat dalam air permukaan bersumber dari calsium sulfat yang terdapat dalam tanah liat dan endapan lainnya. Tingkat kesadahan air biasanya digolongkan seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini. Klasifikasi tingkat kesadahan: Mg/l Ca CO3

Tingkat Kesadahan

0 – 75

Lunak (soft)

75 - 150

Sedang (moderately hard)

150 - 300

Tinggi (hard)

>300

Tinggi sekali (very hard)

(Marsidi,R. 2011) Kerugian yang ditimbulkan oleh air sadah antara lain :

5



Menyebabkan sabun tidak berbusa (berbuih). Sabun akan berbusa jika ion Ca2+ dan Mg2+ diendapkan. Jadi air sadah mengurangi daya pembersih sabun, sehingga pemakaian sabun menjadi boros.



Menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat katup-katup pada ketel tersebut. Hal ini mengakibatkan penghantaran panas dariketel berkurang sehingga memboroskan penggunaan bahan bakar. (Kuswanti, dkk. 2007).

EDTA adalah kependekan dari ethylene diamin tetra acetic. EDTA berupa senyawa

kompleks

khelat

dengan

rumus

molekul

(HO2CCH2)2NCH2CH2N(CH2CO2H)2. Merupakan suatu senyawa asam amino yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam bervalensi dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat dan dua gugus amina. EDTA membentuk kompleks kuat terutama dengan Mn (II), Cu (II), Fe (III), dan Co (III) (Anonim, 2008). Etilen Diamin Tetra Asetat atau yang dikenal dengan EDTA, merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, serta dapat diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi dalam penggunaannya, karena adanya sejumlah tidak tertentu dalam air, sebaiknya distandardisasi terlebih dahulu. Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor elektron dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin sampai dengan enam secara serempak (Khopkar, 1990). Kesadahan total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Kejadian total tersebut dapat dianalisis secara terpisah misalnya dengan metode AAS (Automic Absorption Spectrophotometry) (Abert dan Santika, 1984). Asam Ethylenediaminetetraacetic dan garam sodium ini (singkatan EDTA) bentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan ke suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil Eriochrome Hitam T atau Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium dan ion-ion magnesium pada satu pH dari 10,0 ± 0,1, larutan menjadi berwarna merah muda. 6

Jika EDTA ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan magnesium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika semua magnesium dan kalsium telah manjadi kompleks, larutan akan berubah dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru yang menandakan titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk mememastikankan ini, kompleks garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan buffer. Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA. pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada pH lebih tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide. Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran air dapat di masking dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat kadangkala juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca ataupun hidroksinaftol. Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi dengan Mg, oleh karena itu EDTA direkomendasikan. Kejelasan dari titik- akhir banyak dengan pH peningkatan. Bagaimanapun, pH tidak dapat ditingkat dengan tak terbatas karena akibat bahaya dengan kalsium karbonat mengendap, CaCO3, atau hidroksida magnesium, Mg(OH)2 , dan karena perubahan celup warnai di ketinggian pH hargai. Ditetapkan pH dari 10,0 ± 0,1 adalah satu berkompromi kepuasan. Satu pembatas dari 5 min disetel untuk jangka waktu titrasi untuk memperkecil kecenderungan ke arah CaCO3 pengendapan. 2.2 Ion Klorida (Cl-) Ion klorida adalah anion yang dominan di perairan laut. Sekitar ¾ dari clorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk larutan, sedangkan sebagian besar florin (F2) berada dalam bentuk batuan mineral. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl-). Ion klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan di perairan alami dalam jumlah lebih banyak daripada anion halogen lainnya. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl) dan kalsium klorida (CaCl2). Klorida tidak bersifat toksik pada makhluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sel (Hefni Effendi, 2003: 135-136). 7

Anion Cl- dengan larutan perak nitrat AgNO3 membentuk endapan perak klorida , AgCl, yang seperti dadih dan putih. Ia tak larut dalam air dan dalam asam nitrat encer tetapi larut dalam larutan amonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan tiosulfat (G. Svehla, 1985: 346). Ion klorida terdapat dalam bentuk senyawa. Banyak senyawa kimia dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung klorida. Kadar klorida tiap senyawa berbeda-beda. Untuk menentukan kadar ion klorida dalam air dapat menggunakan metode argentometri. Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi di mana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan yang mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran; tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. Akan tetapi metode tua seperti penetuan Cl-¸ Br -, I- dengan Ag(I) (disebut juga metode argentomeri) adalah sangat penting. Alasan utama kurang digunakannya metode tersebut adalah sulitnya memperoleh indikator yang sesuai untuk menentukan titik akhir pengendapan. Kedua, komposisi endapan tidak selalu diketahui (S.M Khopkar, 1990: 61). Titrasi argentometri didasarkan pada reaksi: AgNO3 + Cl- → AgCl(s) + NO3Kalium kromat dapat digunakan sebagai indikator, menghasilkan warna merah dengan kelebihan ion Ag+ titrasi yang lebih banyak dapat digunakan adalah metode titrasi balik (David G Watson, 2007).

2.3 Sisa Klor Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini karena perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan tidak benyak masalah dan mudah. (Rivai, 1995: 98)

8

Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar zat-zat oksidator secara langsung, seperti yang kadar terdapat dalam serbuk vitamin C. Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator berupa garam-garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat-zat oksidator ini direduksi dahulu dengan kalium iodida dan iodin dalam jumlah yang setara dan ditentukan kembali dengan larutan natrium tiosulfat baku. (Baaset, 1994: 82) Metode titrimetri masih digunakan secara luas karena merupakan metode yang tahan, mudah, dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi. Keterbatasan metode ini adalah bahwa metode titrimetri kurang spesifik. Titrasi iodometri digunakan untuk menentukan kadar dari zat-zat uji yang bersifat reduktor dengan titrasi langsung. Sedangkan untuk titrasi iodimetri adalah kebalikannya.

9

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian penetapan kesadahan dan klorida mengambil tempat di Laboratorium Lingkungan Universitas Trisakti pada tanggal 28 Maret 2019. Dengan waktu pengambilan sampel di rentang waktu pukul 06.00-08.00 WIB di Sungai Polsek Tanjung Duren (-6.1732957,106.7897715). Pada pengambilan air samel menggunakan metode survey, yakni penelitian langsung ke lokasi dengan teknik secara in-situ dan penelitian ex-situ di laboratorium.

Gambar 3.1 Lokasi sampling 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Kesadahan Ca2+

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan kesadahan Ca2+ dapat dilihat pada table 3.1 Tabel 3.1 Alat dan Bahan Kesadan Ca2+ No Nama Alat Ukuran Jumlah

1

2

3

Buret Botol Semprot Erlenmeyer

25 ml

1 buah

-

1 buah

250 ml

2 buah

Nama Bahan Air sampel Aqua dest Larutan NaOH

Konsentrasi Jumlah

-

25 ml

-

25 ml

-

s/d Ph 12-13

10

No Nama Alat Ukuran Jumlah

4

Corong

-

1 buah

5

Pipet tetes

-

1 buah

6

Gelas ukur

100 ml

7

8

Nama Bahan Indikator

Konsentrasi Jumlah

50 mg

EDTA

0,01 M

-

1 buah

-

-

-

50 ml

1 buah

-

-

-

500 ml

1 buah

-

-

-

Pipet

-

Gondok Beaker Glass

Maurexide

9

Bulp

-

1 buah

-

-

-

10

pH meter

-

1 buah

-

-

-

3.2.2

Kesadahan Total

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan kesadahan total dapat dilihat pada table 3.2 Tabel 3.2 Alat dan Bahan Kesadan Total No Nama Alat Ukuran Jumlah

1

2

Buret Botol Semprot

25 ml

1 buah

-

1 buah

Nama Bahan Air Sampel Aquadest

Konsentrasi Jumlah

-

25 ml

-

25 ml

-

2 ml

-

50 mg

0,01 M

-

Larutan 3

Erlenmeyer

250 ml

2 buah

Penyangga pH10 ± 0,1

4

Corong

-

1 buah

5

Pipet tetes

-

1 buah

Indikator EBT EDTA

11

No Nama Alat Ukuran Jumlah 6

Gelas ukur Pipet

7

Gondok Beaker

8

Glass

9

Bulp

3.2.3

Nama Bahan

Konsentrasi Jumlah

100 ml

1 buah

-

-

-

50 ml

1 buah

-

-

-

500 ml

1 buah

-

-

-

-

1 buah

-

-

-

Ion Klorida (Cl-)

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ion klorida (Cl-) dapat dilihat pada table 3.3 Tabel 3.3 Alat dan Bahan Ion Klorida (Cl-) No Nama Alat Ukuran Jumlah

1

2

Buret Botol Semprot

25 ml

1 buah

-

1 buah

Nama Bahan Air

Konsentrasi Jumlah

-

25 ml

Aquadest

-

25 ml

Sampel

3

Erlenmeyer

250 ml

2 buah

K2CrO7

5%

1 ml

4

Corong

-

1 buah

AgNO3

0,0123

-

5

Pipet tetes

-

1 buah

-

-

-

6

Gelas ukur

100 ml

1 buah

-

-

-

500 ml

1 buah

-

-

-

-

1 buah

-

-

-

50 ml

1 buah

-

-

-

7 8 9

Beaker Glass Bulp Pipet Gondok

12

3.2.4

Sisa Klor

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan sisa klor dapat dilihat pada table 3.4 Tabel 3.4 Alat dan Bahan Sisa Klor No Nama Alat Ukuran Jumlah 1 2

Buret Botol Semprot

Nama Bahan

Konsentrasi Jumlah

25 ml

1 buah

Air Tawas

-

25 ml

-

1 buah

Na2S2O3

0,01 N

1 ml

-

1 gram

-

1 ml

-

1 ml

Kalium

3

Erlenmeyer

250 ml

2 buah

4

Corong

-

1 buah

5

Pipet tetes

-

1 buah

6

Gelas ukur

100 ml

1 buah

-

-

-

500 ml

1 buah

-

-

-

-

1 buah

-

-

-

50 ml

1 buah

-

-

-

7 8 9

Beaker Glass Bulp Pipet Gondok

Iodida Larutan Kanji CH3COOH glasial

13

3.3 Cara Kerja 3.3.1

Sampling Air Tabel 3.5 Cara Kerja Menyempling Air

No.

Cara Kerja

1.

Siapkan alat sampling yaitu botol sampling

2.

Turunkan botol sampling ke sungai sampai

Gambar

menyentuh dasar sungai utuk menggukur kedalam sungai.

3.

Setelah itu tarik keatas botol sampling dan buang air yang ada di dalam botol sampling terlebih dahulu.

4.

Turunkan botol sampling ke dalam sungai dengan kedalaman 2/3 atau ½ dari kedalaman sungai tersebut.

5.

Tarik keatas botol sampling tersebut dan gunakan air yang ada pada botol sampling tersebut untuk membilas jerijen.

14

No.

Cara Kerja

Gambar

6.

Setalah itu buang sisa air yang terdapat pada botol sampling, dan turunkan lagi botol sampling dengan kedalaman 2/3 atau ½ dari kedalaman

sungai

utuk

pengambilan

sampel air sungai. 7.

Tarik keatas botol sampling tersebut pindahkan air sampling dari botol sampling ke dalam jerijen usahakan jerijen dalam keadaan miring saat

pemindahan air

sampel, isi jerijen sampai penuh lalu tutup jerijen. Bawa jerijen yang berisi sampel air ke laboratorium.

3.3.2

Kesadahan Ca2+ Tabel 3.6 Cara Kerja Kesadahan Ca2+

No. 1

Cara Kerja

Gambar

Masukan air sampel 25 ml dengan menggunakan pipet gondok ke dalam Erlenmeyer.

2

Tambahkan NaOH hingga Ph larutan mencapai 12-13

15

No. 3

Cara Kerja

Gambar

Masukan 50 mg indicator maurexide ke dalam Erlenmeyer tersebut. Warna larutan akan berubh menjadi merah muda.

4

Titrasi dengan larutan EDTA hingga warna larutan berubah. Catat volume EDTA yang digunakan

5

Ulangi untuk percobaan duplo.

3.3.3

Kesadahan Total Tabel 3.7 Cara kerja Kesadahan Total

No.

Cara Kerja

1

Siapkan sampel air sungai sebanyak 25 ml, lalu

Gambar

pipet menggunakan pipet gondok. Masukkan ke dalam labu Erlenmeyer

2

Tambahkan 25 ml aquades.

3

Masukkan 2 ml larutan Penyangga menggunakan pipet gondok.

16

No.

Cara Kerja

4

Masukkan 50 mg EBT. Diamkan selama 5 menit.

5

Titrasi sampel air dengan EDTA 0,01 M sampai

Gambar

larutan mengalami perubahan warna menjadi biru. Catat volume pada buret setelah melakukan titrasi.

6

Ulangi untuk percobaan duplo.

3.3.4

Ion Klorida (Cl-) Tabel 3.8 Cara Kerja Ion Klorida (Cl-)

No.

Cara Kerja

1

Siapkan sampel air sungai sebanyak 100 ml dengan

Gambar

gelas ukur.

2

Tambahkan K2CrO4 5% sebanyak 1 ml.

3

Titrasi sampel air dengan AgNO3 0,0123 N sampai larutan mengalami perubahan warna menjadi merah bata. Catat volume pada buret setelah melakukan titrasi.

17

No. 4

Cara Kerja

Gambar

Ulangi untuk percobaan duplo.

3.3.5

Sisa Klor Tabel 3.9 Cara Kerja Sisa Klor

No.

Cara Kerja

1

Tuang sampel menggunakan gelas ukur sebanyak

Gambar

25ml, lalu masukkan ke dalam labu Erlenmeyer

2

Tambahkan 1 gr KI ke dalam air sampel.

3

Tambahkan 1 ml CH3COH Glasial ke dalam air sampel.

4

Tambahkan 1 ml kanji ke dalam air sampel.

5

Titrasi sampel air dengan EDTA 0,01 M sampai larutan mengalami perubahan warna hilang. Catat volume pada buret setelah melakukan titrasi

18

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Pengambilan Sampel Tabel 4.1 Hasil penggukuran In- Situ No.

Gambar

Keterangan 

1.

Lokasi: Jembatan sungai di Sungai Polsek Tanjung Duren



Warna: Hitam



Tutupan Awan : Mendung



pH: 7,319



DO: 8,14



Kedalaman:1,8 m



Kecepatan:0,058 m/s



Lebar: 5,4 m

4.1.2 Kesadahan Ca2+ Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Ca2+ No. 1.

Hasil Pengamatan Hasil:

Gambar Sebelum

Sesudah

V1 = 3 ml V2 = 2,9 ml V rata-rata = 2,95 ml Titik akhir titrasi : Ungu

19

4.1.3

Kesadahan Total Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Kesadahan Total

No. 1.

Hasil Pengamatan Hasil:

Gambar Sebelum

Sesudah

V1 = 7 ml V2 = 6,7 ml V rata-rata = 6,85 ml Titik akhir titrasi : Biru

4.1.4

Ion Klorida (Cl-) Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Ion Klorida (Cl-)

No. 1.

Hasil Pengamatan Ion Klorida

Gambar Sebelum

Sesudah

Hasil: V1 = 7,2 ml V2 = 7,2 ml V rata-rata = 7,2 ml Titik akhir titrasi: Merah Bata 2

Blanko Hasil: V blanko = 1.1 ml Kons AgNO3 = 0,0123 N

20

4.1.5

Sisa Klor Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Sisa klor

No. 1.

Hasil Pengamatan Hasil:

Gambar Sebelum

Sesudah

V1 = 9,2 ml Kons Na2S2O3 = 0,1 N Titik akhir titrasi : Warna Hilang (Bening)

4.2 Perhitungan 4.2.1

Perhitungan Debit Sungai Dik:

Jarak = 6 m Waktu = 132 s

Dit:

Debit

Jawab: Q=VxA 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘

V = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 1𝑚

= 65 𝑠 = 0,015 𝑚/𝑠 A = Kedalam x Lebar = 1,8 m x 5,4 m = 9,72 m2 Q = 0,015 m/s x 9,72 m2 = 0,149 m3/s 4.2.2

Kesadahan Ca2+ Dik : V1 = 3 ml V2 = 2,9 ml Vrata-rata = 2,95 ml Dit : Kesadahan Ca2+ 21

Jawab : Mg

Ca 1000 = × 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴 × M 𝐸𝐷𝑇𝐴 × Ar 𝐶𝑎 L ml sampel 1000

= 25 𝑚𝑙 × 2,95 𝑚𝑙 × 0,01 𝑀 × 40 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 = 47,2 mg/L 4.2.3

Kesadahan Total Dik : V1 =7 ml V2 = 6,7 ml Vrata-rata = 6,85 ml Dit : Kesadahan Total Jawab : Mg

Ca𝐶𝑜3 1000 = × 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴 × M 𝐸𝐷𝑇𝐴 × BM 𝐶𝑎𝐶𝑜3 L ml sampel 1000

= 25 ml × 6,85 ml × 0,01 M × 50 mg/l = 137 mg/L 4.2.4

Kesadahan Mg2+ Dik:

V1 = 3 ml V2 = 2,9 ml Vrata-rata = 2,95 ml

Dit : Kesadahan Mg2+ Jawab : Mg =

Mg 1000 = × 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴 × M 𝐸𝐷𝑇𝐴 × Ar 𝑀𝑔 L ml sampel

1000 25 ml

× (6,85 ml − 2,95 ml) × 0,01 M × 24 mg/l

= 37,44 mg/L 4.2.5

Ion Klorida (Cl-) Dik:

VBlanko = 1,1 ml Kons AgNO3 = 0,0123 ml V1 = 7,2 ml 22

V2 = 7,2 ml Vrata-rata = 7,2 ml Dit : Ion Klorida (Cl-) Jawab : Cl

Mg ( V − 𝑉𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 ) × 𝑁𝐴𝑔𝑁𝑂3 × 35,45 × 1000 = L ml sampel

=

( 7,2 ml−1,1 ml ) ×0,0123 𝑁 ×35,45 ×1000 100 ml

= 26,59 mg/L 4.2.6

Sisa Klor Dik:

V = 9,2 ml NNa2 S2 O3 = 0,1ml

Dit : Sisa Klor Jawab : Mg ( V × 𝑁𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 ) × 1000 × 35,45 = L ml sampel

=

( 9,2 ml × 0,1 ml ) × 1000 × 35,45 25 ml

= 1304,56 mg/L 4.3 Pembahasan Pada praktikum kali ini kita melakukan percobaan untuk menggukur kadar kesadahan Ca2+ dan Mg2+, kesadahan total, ion klorida, dan sisa klor yang terkandung dalam air. Pada percobaan yang pertama kita menggukur kadar kesadahan Ca2+ dalam air dengan menggunakan metode EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat). Pada uji percobaan mendapatkan hasil kesadahan Ca2+ sebesar 47,2 mg/L. Dengan menggunakan larutan EDTA 0,01 M sebagai larutan titran yang dititrasi dengan 25 ml air sampel yang telah ditambahkan dengan larutan NaOH. Setelah itu, larutan ditambahkan 50 mg indikator Mourixide. Setelah ditambahkan indikator warna dari larutan yang awalnya bening atau tidak bewarna berubah menjadi merah keunguan. Titrasi dilakukan 23

sebanyak dua kali dengan duplo. Titrasi menggunakan EDTA, dan jika warna dari larutan berubah menjadi ungu maka titrasi dihentikan dibaca meniskus hasil EDTA yang dibutuhkan pada buret. Pada titrasi yang pertama dibutuhkan sebanyak 3 ml, titrasi kedua sebanyak 2,9 ml, didapat volume rata-rata sebesar 2,95 ml. Setelah melakukan perhitungan, kesadahan Ca2+ adalah sebesar 47,2 mg/L dan kesadahan Mg2+ adalah sebesar 37,44 mg/L. Pada percobaan kedua kita melakukan menggukuran kadar kesadahan total dalam air dengan menggunakan metode metode EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat). Pada uji percobaan mendapatkan hasil kesadahan total sebesar 137 mg/L. Dengan cara 25 ml air sampel yang dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer di encerkan dengan air suling sampai 50 ml. setelah di tambahkan larutan penyangga dengan pH 10 dan indikator EBT. Pada saat penambahan indikator EBT ini dilakukan 5 menit sebelum dilakukannya titrasi, ketika indikator EBT sebanyak 50 mg ditambahkan, warna larutan di dalam labu erlenmeyer berubah warna menjadi merah anggur dari yang semulannya tak berwarna. Ketika di titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M larutan berubah warna menjadi biru. Praktikan melakukan titrasi sebanyak dua kali dengan duplo, volume EDTA yang terpakai pada titrasi pertama sebanyak 7 ml, titrasi kedua sebanyak 6,7 ml, maka didapat volume rata-rata dari kedua titrasi sebesar 6,85 ml. Setelah melakukan perhitungan untuk mengetahui kesadahal total adalah sebesar 137 mg/L. Dapat disimpulkan bawah air sampel yang diambil ini memiliki kadar kesadahan tidak melebih baku mutu. Yang memiliki batas maksimum standar baku mutu sebesar 500 mg/L. Dilihat dari baku mutu air sungai di Jakarta dalam Peraturan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995, dan baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No 492/Menkes/Per/IV/2010. Pada percobaan ketiga menggukur kadar ion klorida dengan menggunakan larutan AgNO3 0,0141 N sebagai larutan titran yang 24

dititrasi dengan 100 ml air sampel yang ditambahkan dengan 1 ml K2CrO4 5%, sehingga larutan berubah warna menjadi warna kuning terang yang awalnya larutan tidak berwarna. Ketika dititrasi dengan larutan AgNO3 0,0141 N sebanyak 5,1 ml warna larutan berubah menjadi warna orange, yang memiliki titik akhir titrasi berwarna merah bata. Larutan ini merupakan larutan sampel uji. Sedangkan untuk larutan blanko sebanyak 1,1 ml. Percobaan ini dilakukan dengan duplo dengan percobaan dengan yang kedua sebanyak 5,1 ml sampai dengan warna larutan berubah menjadi warna merah bata. Pada penggukuran kadar ion klorida mengahsilkan sebesar 26,59 mg/L. Percobaan terakhir menggukur kadar sisa klor pada air. Penetapan sisa klor dengan menggunakan larutan Na2S2O3 0,0125 N sebagai larutan titran yang dititrasi dengan larutan 25 ml air sampel dari yang telah disediakan yang telah ditambahkan dengan KI sebanyak 1 gram dan larutan berubah warna menjadi kuning kecoklatan yang awalnya larutan tidak berwarna, kemudian ditambahkan pula larutan CH3COOH glasial sebanyak 1 ml. Setelah itu ditambahkan pula larutan kanji sebanyak 1 ml yang merubah warna menjadi kuning kecoklatan. Titrasi dihentikan setelah warna larutan menjadi hilang, sehingga memiliki titik akhir titrasi berwarna bening, didapat volume yang dibutuhkan sebanyak 9,2 ml. Setelah dilakukan perhitungan jumlah sisa klor yang terdapat di dalam larutan tersebut adalah sebesar 1304,56 mg/L. Dapat disimpulkan bawah air sampel yang diambil ini memiliki kadar ion klor tidak melebih baku mutu dan kadar sisa klor yang melebihi baku mutu. Yang memiliki batas maksimum standar baku mutu klorida sebesar 250 mg/L. Dilihat dari baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No 492/Menkes/Per/IV/2010.

25

BAB V KESIMPULAN Pada percobaan penetapan kesadahan dan klorida ini bias didapatkan kesimpulan bahwa: 1. Setelah melakukan percobaan didapatkan nilai kesadahan Ca2+ dalam air yaitu 47,2 mg/L, nilai kesadahan Mg2+ dalam air yaitu 37,44 mg/L, dan nilai kesadahan total dalam air yaitu 137 mg/L. 2. Setelah melakukan percobaan didapatkan nilai Ion klorida dalam air yaitu 26,59 mg/L. 3. Setelah melakukan percobaan didapatkan nilai sisa klor dalam air yaitu 1304,56 mg/L.

26

Related Documents


More Documents from "asep wandi nugraha"

Kesadahan
August 2019 18
Penyebaran Islam Diind.docx
November 2019 40
Pas.docx
November 2019 51
Dots Sec.docx
November 2019 46
1.docx
November 2019 50