Kerapatan.docx

  • Uploaded by: leo aisoi
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kerapatan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,963
  • Pages: 25
BAB 1 PENDAHULUAN a. Latar Belakang Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam lansekap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam lansekep yang belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Ilmu vegetasi sudah dimulai hampir tiga abad yang lalu. Mula-mula kegiatan utama yang dilakukan lebih diarahkan pada diskripsi dari tentang alam dan vegetasinya. Dalam abad ke XX usaha-usaha diarahkan untuk menyederhanakan eskripsi dari vegetasi dengan tujuan untuk untuk meningkatkan keakuratan dan untuk mendapatkan standart dasar dalam evaluasi secara kuantitaif. Berbagai metode analisis vegetasi dikembangkan, dengan penjabaran data secara detail melalui cara coding dan tabulasi. Berbagai metode yang digemari dan banyak diterima oleh banyak pakar adalah dari Raun kiaer (1913, 1918), Clements (1905, 1916), Du Rietz (1921, 1930), Braun (1915), dan Braun Bienquet (1928). Deskripsi umum dari vegetasi dan komunitas tumbuhan melalui bentuk hidup dan species dominan adalah tekanan pada zaman yang telah lalu. Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama dalam suatu terutama yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponenya. Maupun oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fungsional. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga akan membantu dan mendiskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan

kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983). Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusuma, 1997). Berdasarkan model geometrik yang dihasilkan dari hasil analisis, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa titik yang saling berdekatan merupakan unit-unit sampling yang mempunyai pola kesamaan dalam komunitas, sedangkan titik-titik yang saling berjauhan adalah unit-unit sampling yang mempunyai perbedaan komunitas. Berdasarkan perbedaan tersebut hasil analisis ordinasi dapat dilanjutkan dengan mengkorelasikan pola komunitas pada unit-unit sampling dengan faktor lingkungan dari unit-unit sampling tersebut, sehingga dapat diketahui penyebab perbedaan pola komunitas di antara unit-unit sampling tersebut . Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. b. Rumusan Masalah a. Apa yang dimaksud dengan analisis vegetasi? b. Apa yang dimaksud dengan metode kuadrat dan kuarter, kerapatan, frekuensi, dominasi, nilai penting, dan teknik ordinasi pada analisis vegetasi? c. Bagaimana penerapan dengan menggunakan metode kuadrat dan kuarter?

d. Bagaimana penerapan kerapatan, frekuensi, dominasi, nilai penting, dan teknik ordinasi pada analisis vegetasi? c. Tujuan a. Mengetahui pengertian metode kuadrat dan kuarter. b. Mengetahui pengertian kerapatan, frekuensi, dominasi, nilai penting, dan teknik ordinasi pada analisis vegetasi. c. Mengetahui penerapan dengan menggunakan metode kuadrat atau kuarter. d. Mengetahui penerapan kerapatan,, frekuensi, dominasi, nilai penting,dan teknik ordinasi pada analisis vegetasi. BAB II PEMBAHASAN Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda

(2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983). Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kuadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusuma, 1997). Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien uketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan faktor lingkungan. Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang

terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001). Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990). a. Metode kuadrat dan metode kuarter b. Kerapatan c. Frekuensi d. Indeks Dominansi e. Nilai penting f. Teknik ordinasi 2.1 Metode Kudrat dan Kuadran Dalam Analisis Vegetasi Metode Kuadrat, bentuk sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran dengan luas tertentu. Hal ini tergantung pada bentuk vegetasi. Berdasarkan metode pantauan luas minimum akan dapat di tentukan luas kuadrat yang di perlukan untuk setiap bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot yang di sebarkan di lakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Variabel kerimbunan dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies yang di temukan dari sejumlah kuadrat yang di buat (Rahardjanto, 2001). Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990). Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran

yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994). Metode garis juga merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990). Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Webb, 1954). Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran. 2.1.1Metode kuadrat juga ada beberapa jenis: a. Liat quadrat Spesies di luar petak sampel dicatat. b. Count/list count quadrat Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki. c. Cover quadrat (basal area kuadrat) Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada). d. Chart quadrat

Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya. 2.1.2Cara kuadran ini memiliki keunggulan yaitu terlanjur lebih mudah dan sedehana. Cara pengambilan datanya yaitu sebagai berikut : 1. Cara kuadran point  Buat garis kompas  Tentukan titik pengamatan (plat)  Buat garis silang yang tegak lurus sehingga terbagi empat kuadran (daerah)  Pilih satu pohon yang terldekat dari titik pengamatan untuk masing-masing kuadran sesuai dengan criteria (pohon,poles/tiang,sapling)  Ukur diameternya  Ukur jaraknnya terhadap titik pengamatan Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994). Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuarter (Rugayah et al., 2005). Sebanyak 100 petak ukur dibuat secara berurutan dalam satu baris dengan jarak antar petak ukur sepanjang 10 m. Petak-petak ukur dibuat memotong garis kontur agar perubahan komposisi jenis tumbuhan dapat teramati (Shukla dan Chandel, 1996). 2.1.3 Berikut langkah - langkah kerja jikaakan melakukan penelitian/analisis vegetasi metode kudrat: 1. Menyebarkan 5 kuadrat ukuran 1 m2 secara acak di suatu vegetasi tertentu. 2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.

3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan. 4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan. 5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas. 6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar. 2.2 Kerapatan Didalam Analisis Vegetasi Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekwensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang (Kusuma, 1997). Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq and Reynolds, 1988). 2.2.1 Berdasarkan data kerapatan, dapat diketahui symbol atau singkatan pada kerapatan pada analisis vegetasi:  Kerapatan Mutlak (KM) =  Kerapatan Nisbi (KN) =  Berat Kering Mutlak (BKM) =  Berat Kering Nisbi (BKN) =  Frekuensi Mutlak (FM) =

 Frekuensi Nisbi (FN) =  Nilai Penting (NP) =  Nisbah Jumlah Dominasi (NJD) = Kerapatan dapat juga dapat diartikan banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung. Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat( Ishernat Soerianegara dan Andry indrawan, 1982). Jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan (Odum 1975) yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau volume,missal 200 pohon per Ha. 2.3 frekuensi terhadap Analisis Vegetasi Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekwensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasiny terhadap lingkungan. Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi fekwensi dalm lima kelas berdasarkan besarnya persentase. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Jumlah unit contoh di mana sp. A ditemukan FK A = ---------------------------------------------------------- x 100% Jumlah semua unit contoh Apabila FK = 0%-25% : Kehadiran sangat jarang (aksidental) FK = 25%-50% : Kahadiran jarang (assesori) FK = 50%-75% : Kehadiran sedang (konstan) FK = 75%-100% : Kehadiran absolut 2.4 Dominasi dalam Analisis Vegetasi Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat

dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah. Untuk menentukan nilai indeks dominasi digunakan rumus Simpson (1949) dalam Misra (1973) sebagai berikut :

Dimana : C : Indeks dominasi ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n N : Total nilai penting dari seluruh jenis Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks Nilai Penting menggunakan rumus Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) sebagai berikut: Kerapatan = Jumlah individu ................................................... 1) Luas petak ukur Kerapatan relatif = Kerapatan satu jenis x 100% .................................2) Kerapatan seluruh jenis Dominansi = Luas penutupan suatu jenis ................................... 3) Luas petak Dominansi relatif = Dominansi suatu jenis x 100% ............................. 4) Dominansi seluruh jenis Frekuensi = Jumlah petak penemuan suatu jenis .....…………. 5) Jumlah seluruh petak Frekuensi relatif = Frekuensi suatu jenis x 100% ….………………....6)

Frekuensi seluruh jenis 2.5 Nilai Penting dalam Analisis Vegetasi Nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300 (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974). Untuk tingkat pertumbuhan sapihan dan semai merupakan penjumlahan Kerapatan relatif dan Frekwensi relatif, sehingga maksimum nilai penting adalah 200. INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan analisis vegetasi dengan nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis , INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan analisis vegetasi dengan nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis. INP diperoleh dengan formula sebagai berikut: INP = FR + KR + DR FR (frekuensi relatif) = FM/Ftotalx100% KR (kerapatan relatif) = KM/Ktotalx100% DR (dominansi relatif) = DM/Dtotalx100% Indeks Nilai Penting ini menunjukkan jenis pohon yang mendominasi di lokasi penelitian. FM merupakan jumlah petak ukur ditemukannya suatu jenis pohon dibagi jumlah total petak ukur yang dicacah. Ftotal adalah jumlah nilai frekuensi semua jenis pohon. KM adalah jumlah individu suatu jenis dibagi luas total petak ukur, sedangkan Ktotal adalah jumlah nilai kerapatan semua jenis pohon. DM merupakan luas basal area suatu jenis dibagi luas total petak ukur. Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks Nilai Penting menggunakan rumus Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) sebagai berikut:  Kerapatan = Jumlah individu ................................................... 1) Luas petak ukur

 Kerapatan relatif = Kerapatan satu jenis x 100% .................................2) Kerapatan seluruh jenis  Dominansi = Luas penutupan suatu jenis ................................... 3) Luas petak  Dominansi relatif = Dominansi suatu jenis x 100% ............................. 4) Dominansi seluruh jenis  Frekuensi = Jumlah petak penemuan suatu jenis .....…………. 5) Jumlah seluruh petak  Frekuensi relatif = Frekuensi suatu jenis x 100% ….………………....6) Frekuensi seluruh jenis Dan juga nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai Penting = Kr + Dr + Fr Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).  Nilai penting = Kerapatan relatif +Frekuensi relatif + Dominansi relatif ..7) Keanekaragaman jenis dan kemantapan komunitas setiap areal dapat digambarkan dengan indeks Shannon (Ludwig & Reynold, 1988) : s H' = - Σ (pi) ln pi ….................................................... 8) i=1

Keterangan : H' = Indeks Keranekaragaman Jenis pi = ni/N ni = Nilai Penting Jenis ke i N = Jumlah Nilai Penting Semua Jenis Makin besar H' suatu komunitas maka semakin mantap pula komunitas tersebut. Nilai H' = 0 dapat terjadi bila hanya satu spesies dalam satu contoh (sampel) dan H' maksimal bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang sama dan ini menunjukkan kelimpahan terdistribusi secara sempurna. Kesimpulan Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990). g. Metode kuadrat dan metode kuarter h. Kerapatan i. Frekuensi j. Indeks Dominansi k. Nilai penting

l. Teknik ordinasi

Daftar Pustaka Anonymous. 2009. http://www.asterpix.com/tagcloudclick/?id.com (diakses tanggal 11 Desember 2010) Anonymous. 2009. http://id.wordpress.com/tag/vegetasi/ ( diakses tanggal 11 desember 2010) Anonymous 2009. http://zaifbio.wordpress.com/ ( diakses tanggal 09 desember 2010) Anonymous 2010. http://elfisuir.blogspot.com/ (diakses tanggal 10 desember 2010 ) Anonymous 2009. http://mei-smart.blogspot.com/ ( diakses tanggal 10 desember 2010) Anonymous

2009.

http://cuchuz.blogspot.com/2009/12/penggunaan-teknik-inderaja-untuk-

kajian.html (diakses tanggal 11 desember 2010) Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara : Jakarta. Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Umm Press: Malang. Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA: Malang. Richard & Steven, 1988. Forest Ecosystem : Academic Press. San Diego. California. Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.

Pendahuluan Analisis vegetasi ialah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983 dalam Heriyanto, 2009). Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan: 1) Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya. 2) Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar. Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random sampling” hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil datanya sangat bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasipopulasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut (Setiadi, 1984 dalam Heriyanto 2009). Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan.yang disebut

luas minimum (Syafeyi, 1990 dalam Heriyanto, 2009). Dalam hal ini praktikan melakukan penelitian terhadap unit penyusun vegetasi pohon di hutan Universitas Jambi. Unit penyusun vegetasi (komunitas) adalah populasi, sedangkan unit penyusun populasi adalah semua individu yang berada di tempat praktikan dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai vegetasi tumbuhan dilakukan dengan cara mengamati individu-individu yang terdapat dalam populasi tersebut. Kajian mengenai vegetasi mengungkapkan sifat dari setiap populasi sehingga dapat menggambarkan vegetasi berdasarkan karakteristik suatu populasi tersebut. Dalam hal ini kami mengadakan praktikum tentang analisis vegetasi pohon Metode yang kami lakukan dalam praktikum analisis vegetasi pohon adalah metode kuadrat. Pohon yang kami dapat dalam plot adalah pohon yang diameter batangnya mencapai 31,5 cm. Dengan adanya hal tersebut kami melakukan praktikum tentang analisis vegetasi pohon yang selanjutnya kami akan menentukan nama pohon yang kami temukan dengan cara identifikasi, kemudian menentukan kerapataan populasi, dominansi populasi, frekuensi populasi, nilai penting suatu komunitas tumbuhan serta analisis vegetasi. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu: 1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda

2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal 3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983 dalam Heriyanto 2009). Gambaran tentang suatu vegetasi dapat dilihat dari keadaan unit penyusun vegetasi yang di cuplik. Berbagai karakter tumbuhan dapat di ukur, biasanya parameter vegetasi yang umum diukur adalah densitas (kerapatan), dominansi, dan frekuensi (kekerapan), Indeks Nilai Penting (INP). Densitas, dominan, frekuensi, dan INP dapat di peroleh dengan berbagai cara metode sampling. Parameter vegetasi tersebut dapat diukur secara kuantitatif sebagai berikut : 1.

Densitas seluruh spesies

Densitas seluruh spesies = Jumlah cacah individu seluruh spesies / Luas daerah cuplikan 2.

Densitas spesies A

Densitas spesies A = Jumlah cacah individu spesies A / Luas area cuplikan 3.

Luas area cuplikan

Luas area cuplikan = Jumlah plot x Luas plot 4.

Densitas relatif spesies A

Densitas relatif spesies A = Total cacah individu spesies A / Total cacah individu seluruh spesies x 100% 5.

Frekuensi absolute

Frekuensi absolut = Jumlah plot yang ada spesies A/ Jumlah seluruh plot x 100% 6.

Frekuensi spesies A Frekuensi adalah pengukuran distribusi atau agihan spesiesyang ditemukan pada plot yang

dikaji. Frekuensi menjawab pertanyaan pada plot mana saja spesies tersebut ditemukan atau beberapa kali munculnya suatu spesies pada plot yang di teliti. Frekuensi diekspresikan sebagai prosentase munculnya cacah plot tempat suatu spesies ditemukan. Frekuensi spesies A = jumlah plot terdapatnya spesies A

x 100 %

jumlah seluruh plot yang dicuplik Misalnya spesies A dalam 10 plot yang di teliti ditemukan 2 kali atau muncul 2 kali, Jadi frekuensi spesies A =

x 100 % = 20 %

Frekuensi dapat di nyatakan dalam pecahan atau dalam persen. Frekuensi dapat juga di ekspresikan dengan istilah relatif.

Frekuensi relatif spesies A = total frekuensi spesies A x 100 % Jumlah total frekuensi spesies A

7.

Frekuensi relatif

Frekuensi relatif = Frekuensi spesies A / Frekuensi spesies x 100 % 8.

Kerapatan (K) Kerapatan populasi di definisikan sebagai ukuran besar populasi yang berhubungan dengan

satuan ruang. Kerapatan kasar merupakan cacah individu per satuan ruang total sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu per satuan habitat (luas daerah yang sesungguhnya dapat di huni populasi). Bisa juga dinyatakan bahwa kerapatan adalah jumlah individu per unit area. Individu dalam populasi mungkin diagihkan menurut tiga pola yaitu : acak, seragam dan berkelompok (tidak teratur dan tidak teracak). Dominasi adalah pengendalian nisbi yang di terapkan oleh makhluk atas komposisi spesies dalam komunitas. ID = n. Indeks dominansi dapat di hitung dengan rumus :

ID : indeks dominansi n

: jumlah plot yang di dalamnya terdapat spesies A

N : jumlah X (spesies A) Tipe penyebaran  jika id = 1, maka distribusi populasi adalah random  jika id > 1, maka distribusi populasi adalah seragam  jika id < maka distribusi populasi adalah mengelompok. 9.

Dominansi absolute spesies

Dominansi absolute diperoleh dengan cara sebagai berikut :

10.

Basal area

Basal area merupakan penutupan areal hutan mangrove oleh batang pohon. Basal area didapatkan dari pengukuran batang pohon mangrove yang diukur secara melintang (Cintron dan Novelli,

1984). Diameter batang tiap spesies tersebut kemudian diubah menjadi basal area dengan menggunakan rumus :

Dimana : BA = Basal Area π = 3,14 d = Diameter batang 11.

Kerapatan absolute

Kerapatan absolute = Luas area / P2 P = Total jarak / jumlah point center 12.

Kerapatan relative

Kerapatan relative = Jumlah spesies / Total seluruh spesies x 100 % (Bambang, 2012).

Bahan Dan Metode Adapun alat ataupun bahan yang digunakan praktikum analisis vegetasi adalah tali rapia, meteran, buku, pena dan lain sebagainya. Percobaan Analisis Vegetasi dilaksanakan pada hari kamis, 20 desember 2012 pada area hutan Universitas Jambi. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung seberapa luas penyebaran populasi vegetasi suatu tumbuhan yang terdapat di suatu lahan. Percobaan dilakukan dengan membuat plot berukuran 5 x 5 meter. Setiap kelompok melakukan pengamatan terhadap dua buah plot membentuk pola berseberangan, sehingga antara plot satu dan plot lainnya membentuk arah diagonal dengan vegetasi yang berbeda-beda tiap plot. Didalam tiap plot yang telah dibuat diamati vegetasi yang ada, kemudian dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel dengan catatan diameter vegetasi yang dipilih memiliki diameter lebih dari 10 cm. Sampel yang didapat di identifikasi jenisnya berdasarkan strutur morfologi yang terlihat seperti daun, dahan, buah, dan biji. Keseluruhan data vegetasi yang diperoleh dari setiap kelompok dikumpulkan untuk di identifikasi apakah terdapat spesies yang serupa. Sampel yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel data kelas dan dihitung jumlah spesies vegetasi yang berhasil di identifikasi. Dilakukan pula penghitungan terhadap kerapatan, frekuensi, dominansi dan Indeks Nilai Penting (INP).

Hasil dan Pembahasan Hasil Tabel 3.1 Lembar data pengamatan analisis vegetasi dengan metode kuadran No

Nama



Jumlah pada plot

spesies

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

A

-

1

1

-

-

-

-

-

-

-

2

2

B

1

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

3

C

1

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

4

D

-

-

1

-

-

-

-

-

-

-

1

5

E

-

1

-

-

-

-

-

-

-

-

1

6

F

-

-

-

1

-

-

-

-

-

-

1

7

G

-

-

-

-

-

-

-

1

-

-

1

8

H

-

-

-

-

-

-

-

1

-

-

1

9

I

-

-

-

-

-

-

-

1

-

-

1

10

J

-

-

-

-

-

-

-

1

-

1

2

11

K

-

-

-

-

-

-

-

-

1

2

3

Tabel 3.2 Lembar data keliling, jari-jari, dan luas bidang dasar suatu jenis No

Spesies

keliling (m)

r (m)

1

A1

0,57

0,090

Luas bidang dasar (m2) 0,025

2

A2

0,37

0,058

0,010

3

B

0,82

0,130

0,053

4

C

0,345

0,054

0,009

5

D

0,47

0,074

0,017

6

E

0,81

0,128

0,052

7

F

0,429

0,068

0,014

8

G

0,37

0,059

0,010

9

H

0,754

0,120

0,045

10

I

0,389

0,062

0,012

11

J1

1,039

0,165

0,086

12

J2

0,779

0,124

0,048

13

K1

1,6

0,127

0,050

14

K2

0,434

0,069

0,015

15

K3

0,829

0,132

0,054

Tabel 3.3 Kerapatan mutlak dan Kerapatan relatif No

Spesies

KM (pohon/ ha)

KR(%)

1

A

80

13.33

2

B

40

6,66

3

C

40

6,66

4

D

40

6,66

5

E

40

6,66

6

F

40

6,66

7

G

40

6,66

8

H

40

6,66

9

I

40

6,66

10

J

80

13.33

11

K

120

20

Tabel 3.4 Frekuensi mutlak dan frekuensi relatif No

Spesies

FM

FR (%)

1

A

0,2

14,28

2

B

0,1

7,14

3

C

0,1

7,14

4

D

0,1

7,14

5

E

0,1

7,14

6

F

0,1

7,14

7

G

0,1

7,14

8

H

0,1

7,14

9

I

0,1

7,14

10

J

0,2

14,28

11

K

0,2

14,28

Tabel 3.5 Dominansi mutlak dan dominansi relatif No

Spesies

DM (m2/ ha)

DR(%)

1

A

1,47

7,23

2

B

2,12

10,43

3

C

1,312

1,53

4

D

0,6

2,95

5

E

2,12

10,43

6

F

0,6

2,95

7

G

0,45

2,21

8

H

1,81

8,91

9

I

0,48

2,36

10

J

5,52

27,17

11

K

4,48

13,81

Tabel 3.6 Indeks Nilai Penting dan SDR (Summed Dominance ratio) setiap spesies pohon No

Spesies

INP

SDR

1

A

34,84

11,61

2

B

24,24

8,08

3

C

15,34

5,11

4

D

16,76

5,59

5

E

24,24

8,08

6

F

16,76

5,59

7

G

16,02

5,34

8

H

22,72

7,57

9

I

16,17

5,39

10

J

54,78

18,26

11

K

58,09

19,36

Pembahasan Pengamatan vegetasi yang telah dilakukan memperlihatkan data dengan hasil jumlah vegetasi yang ditemukan adalah 15 spesies yang terdiri dari 11 jenis spesies, dimana spesies yang tersebut belum teridentifikasi. Perhitungan lebih kompleks dari vegetasi yang didapat dan di identifikasi meliputi kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominasi, dominasi relatif, dan indeks nilai penting disajikan pada tabel lampiran. data menunjukkan bahwa komposisi dan struktur tumbuhan yang nilainya bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan karakter masing-masing pohon. Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies. Kerapatan relatif setiap vegetasi berbeda-beda. Terlihat dari data yang dihitung bahwa kerapatan vegetasi tertinggi adalah pada Spesies A sebesar 13,33%, kemudian diikuti Spesies J dengan kerapatan sebesar 13,33%, serta spesies B sama dengan spesies C, spesies D, spesies E, spesies F, spesies G, spesies H, spesies I vegetasi dengan kerapatan rendah sebesar 6,67% dan kerapatan tertinggi terdapat pada spesies K dengan kerapatan relatif sebesar 20 % Kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies tersebut pada lokasi pengamatan. Nilai kerapatan belum dapat memberikan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya. Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu dapat dilihat dari nilai frekwensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan dengan membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians populasi secara keseluruhan (Arrijani, 2006). Frekuensi terbesar ditemukan pada vegetasi spesies A, spesies J dan K sebesar 14,28% dari 10 plot yang diamati,. Jenis ini merupakan jenis yang nilai kerapatan dan frekuensinya tertinggi sehingga dapat dianggap sebagai jenis yang rapat serta tersebar luas pada hampir seluruh lokasi pengamatan. Kedua nilai ini penting artinya dalam analisis vegetasi karena saling terkait satu dengan yang lainnya. Menurut Greig-Smith (1983) nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan

tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot. Dominansi pada setiap vegetasi yang ditemukan terbesar pada spesies J sebesar 27,17 % dan Spesies K sebesar 23,81 %, sementara dominansi terendah terdapat pada vegetasi jenis spesies C, Spesies G dan Spesies I. Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter (kerapatan, frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga bervariasi. Nilai INP tertinggi ditemukan pada jenis pesies K sebesar 58,09 %. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehingga dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada hutan Universitas jambi adalah dari Spesies K.

Simpulan Berdasarkan data hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam analisis komunitas tumbuhan terdapat parameter-parameter yang harus dilakukan untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan. Parameter yang digunakan dalam praktikum ini yaitu parameter kualitatif yang didalamnya terdapat densitas yaitu jumlah individu per unit luas atau per unit volume, frekuensi yaitu besarnya intensitas ditemukannya suatu species organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem, luas penutupan yaitu proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh species tumbuhan dengan luas total habitat, indeks nilai penting yaitu parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi species-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan, indeks dominansi yaitu parameter menyatakan tingkat terpusatnya dominansi species dalam suatu komunitas, indeks keragaman yaitu ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Berdasarkan percobaan analisis vegetasi yang telah dilkukan diperoleh kesumpulan sebagai berikut: Terdapat 15 jenis vegetasi dari 10 plot area pada hutan Universitas jambi, setiap jenis vegetasi memiliki kerepatan, frekuensi, dominansi dan INP yang berbeda-beda Kerapatan vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies K sebesar 20% dan terendah terdapat pada spesies B sampai I, Frekuensi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies A, spesies J, dan spesies K sebesar 14,28%, dan terendah terdapat pada spesies B sampai I dengan frekuensi relatif sebesar 7, 14 %. Dominansi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies J sebesar 27,17% dan terendah terdapat

pada spesies C sebesar 1,53 %, INP vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies K sebesar 58,09% dan terendah terdapat pada spesies C sebesar 15,34 %. Analisis Vegetasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pesatnya penyebaran suatu spesies pada suatu area pangamatan/penelitian. Sehingga dapat diketahui kerapata, frekuensi, dominansi, dan INP dari spesies itu sendiri.

Daftar Pustaka Arrijani, dkk .2006. Analisis Vegetasi. Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango Bambang, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Jambi: UNJA

Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford: Blackwell Scientific Publications Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co. Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor : Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB. Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB

More Documents from "leo aisoi"