Kerangka Penelitian Akuntansi Manajemen

  • Uploaded by: nikodr
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kerangka Penelitian Akuntansi Manajemen as PDF for free.

More details

  • Words: 2,887
  • Pages: 10

 
 


Working
Paper
In
 Accounting
and
Finance




 
 


October

 2009


Metode
Studi
Kasus
Dalam
Penelitian
Akuntansi
 Manajemen
 
 
 


Harry
Suharman




(Department
of
Accounting,
Padjadjaran
University)











 



 
 








Center For Accounting Development Department of Accounting, Padjadjaran University Jln. Singaperbangsa No. 2, Bandung Indonesia Phone/Fax:(022) 2507834/2531607 www.ppa.fe.unpad.ac.id

METODE STUDI KASUS DALAM PENELITIAN AKUNTANSI MANAJEMEN Harry Suharman1 Abstract A scientific method or a research is a continuous scientific investigation on such matter, critically and objectively on gathered data by using an appropriate hyphotesis testing tools. Based on the research results, it is expected that a researcher can contribute an idea in order to solve the problem or create a new theory through deductive-inductive approach. In doing so, one of the alternative methods in creating a grounded theory is case study method. Keywords: modern manufacturing practices, management accounting research, case study approach. 1. Pendahuluan Pada era globalisasi dan kompetisi ekonomi, para pelaku ekonomi di berbagai belahan dunia seperti Asia, dan Eropa senantiasa berupaya menghasilkan produk maupun jasa yang berkualitas tinggi dengan biaya yang relatif kecil. Kondisi ini sudah barang tentu memotivasi perusahaan di Amerika Serikat untuk mengambil langkah-langkah untuk turut berpartisipasi dalam persaingan global dan memperoleh keunggulan kompetitif. Pada tahun sekitar 1980an, perusahaan-perusahaan tersebut mulaii mencoba menerapkan metoda produksi kontemporer (just in time, flexible manufacturing systems), standar mutu yang ketat, restrukturisasi organisasi (merger), reorganisasi bisnis fungsional menurut produk maupun tim projek (Hayes, Wheelwright dan Cark, 1988; Walton dan Susman, 1987). Alhasil, pertumbuhan kinerja perusahaan menampakkan hasil yang positif. Akan tetapi rata-rata tingkat produktivitas perusahaan relatif kecil bila dibandingkan dengan pesaingan dari negara Asia maupun Eropa. Oleh karena itu, terjadilah productivity paradox (Skinner, 1985; Business Week, 1988). Penurunan produktivitas yang terjadi pada pelaku ekonomi tersebut pada dasarnya dapat diidentifikasi pada beberapa hal antara lain: tidak sedikit perusahaan-perusahaan yang terkenal mempergunakan alat ukur kinerja yang dianggap tidak tepat lagi seperti implementasi sistem informasi akuntansi biaya dan sistem pengendalaian manajemen atas perubahan yang terjadi dalam lingkungan metoda manufaktur baru (Johnson dan Kaplan, 1987). Lebih lanjut Kaplan mengemukakan bahwa faktor kesalahan tak kentara lainnya adalah dikarenakan eksistensi dari kepentingan laporan keuangan yang menyebabkan sistem manajemen biaya menjadi terdistorsi. Sebagai contoh, manajer fungsional yang akan melaksanakan keputusan operasional akan mengalami kesulitan atau bahkan tindakannya akan keliru bila memperoleh informasi dari sistem akuntansi keuangan yang tidak konsisten dengan prinsip sistem akuntansi manajemen. Faktor ketiga adalah kurangnya partisipasi aktif dari para peneliti akademis dalam upaya mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah yang berkaitan dengan ukuran produktivitas. Meskipun para peneliti tersebut banyak yang menyadari akan kelemahan dari informasi keuangan tersebut (Eiler, Goletz, dan Keegan, 1982), namun belum ada Dosen Tetap Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Sekretaris Jurusan Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung.

1

October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

1

upaya-upaya yang positif sebelum inovasi dan evolusi dalam sistem manajemen biaya yang dilakukan oleh Kaplan. Banyak hal yang berhasil diidentifisir atas ketidak sesuaian antara praktek-praktek bisnis dalam lingkungan teknologi canggih (advanced manufacturing technology) yang ditandai dengan computer integrated manufacturing, computer aid design, dan sebagainya dengan sistem akuntansi biaya tradisional. Oleh karena itu, Kaplan menganjurkan kepada para peneliti maupun akademisi akuntansi manajemen untuk melakukan penelitian manajemen biaya dengan pendekatan studi kasus pada perusahaan tersebut. 2. Kerangka kerja Penelitian Manajemen Biaya Partisipasi aktif dari akademisi maupun peneliti sangat diperlukan dalam pembentukan teori (building theories) melalui pendekatan deduktif-induktif atas fenomena praktek bisnis oleh para pelaku ekonomi dilingkungan kita. Melalui penelitian ini diharapkan kita dapat memperoleh informasi yang yang berkaitan dengan karakteristik, produktivitas, kualitas, biaya dan peningkatan kinerja perusahaan. Salah satu strategi penelitian yang memfokuskan pada dinamika atas suatu enititas, beberapa peristiwa, berbagai tingkatan analisis adalah studi kasus (Yin,1984). Misalnya studi Warwick atas kompetisi dan perubahan strategi pada perusahaan besar di Inggris yang dilihat dari dua tingkatan analisis: industri dan non-industri (Pettigrew, 1988). Gambar 1 Kerangka kerja riset manajemen biaya Accounting Techniques

Behavioral Effects

Strategy

External Performance

Manufacturing Practices

Internal Performance

Young dan Selto (1991) mengemukakan bahwa sebelum menentukan topik yang akan diteliti sebaiknya mempertimbangkan enam variabel kunci dalam lingkungan manajemen biaya. Adapun ke enam kunci variabel tersebut meliputi: strategi, teknik akuntansi, praktek akuntansi, perilaku, pelaksanaan internal dan pelaksanaan eksternal. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 1. Berdasarkan gambar di atas, strategi mempunyai pengaruh atas pemilihan sistem dan teknik akuntansi serta praktek manufaktur. Yang kemudian akan mempengaruhi perilaku dan pelaksanaan internal (kualitas produk, biaya).Sedangkan pelaksanaan eksternal seperti market share dan stock price akan dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut dan pelaksanaan eksternal akan memberikan timbal balik sebagai masukan untuk melakukan perubahan atau penyesuaian terhadap strategi bilamana diperlukan. 3. Metode Studi Kasus Sebagai Salah Satu Alternatif Penelitian Penelitian dengan metode studi kasus memungkinkan peneliti untuk memahami karakeriristik dari praktek akuntansi manajemen dalam dunia bisnis yang sebenarnya. Penelitian dengan metode ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti: October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

2

• • • •

descriptive case studies, experimental case studies, exploratory case studies, explanatory case studies.

Descriptive case studies merupakan studi kasus yang menjelaskan sistem akuntansi, teknik dan prosedur yang umumnya dipergunakan dalam praktek bisnis. Experimental case studies merupakan suatu studi dimana para peneliti akuntansi berupaya mencari mengembangkan terori baru dalam teknik dan prosedur akuntansi yang diharapkan memberikan manfaat di kemudia hari bagi para pelaku ekonomi. Exploratory case studies dipergunakan untuk mengungkapkan berbagai alasan atas pelaksanaan praktek-praktek akuntansi tertentu dengan tujuan untuk melakukan generalisasi atas praktek tersebut. Explanatory case studies berupaya untuk menjelaskan alasan atas praktek-praktek akuntansi dan tidak berupaya untuk membuat suatu generalisasi (Scapens, 1990). 4. Aplikasi Metode Studi Kasus Berdasarkan kerangka kerja riset manajemen biaya yang dikemukakan Young dan Selto di atas serta metode studi kasus sebagai salah satu strategi penelitian (Yin, 1984; Scapens,1990), maka untuk lebih jelasnya berikut di bawah ini akan diberikan contoh bagaimana metode studi kasus tersebut dipergunakan untuk melaksanakan sebuah penelitian. Misalkan, kita ingin mengetahui bagaimana suatu isu yang kontemporer dibidang akuntansi manajemen yaitu balanced sorecards sebagai suatu strategi maupun metode penilaian kinerja yang diterapkan pada suatu perusahaan tertentu. Dalam latar belakang penelitian yang diperlu dikemukakan peneliti adalah suatu fenomena yang berkaitan dengan strategi maupun metode apa yang dipergunakan oleh suatu unit usaha dalam penilaian kinerja manajemen. Apakah ada hal-hal yang cukup esensial untuk mendapat kan perhatian dari para pelaku ekonomi dalam suatu kondisi tertentu. Dampak apa yang akan terjadi bilamana tidak ada suatu usaha problem solving. Berdasarkan kondisi tersebut kemudian peneliti dapat menetapkan suatu topik atau judul “hubungan pengukuran kinerja balanced sorecard dengan pertumbuhan proses bisnis (business process improvement). Kemudian langkah berikutnya adalah menetapkan identifikasi masalah. Dalam identifikasi masalah perlu dirumuskan dan memilih masalah yang paling urgen dan mempertegas masalah yang telah dirumuskan. Bentuk dari masalah ini harus dinyatakan dalam kalimat tanya tanpa harus mempergunakan tanda tanya. Atas dasar Judul yang ditetapkan di atas, maka peneliti dapat memfokuskan pada permasalahan sebagai berikut: • Seberapa besar hubungan antara pengukuran kinerja balanced scorecard dengan business process improvement. • Variabel balanced scorecard manakah yang dominan dalam mempengaruhi business process improvement. Jadi dua hal inilah yang nantinya harus kita uji melalui suatu disain penelitian apakah dengan mempergunakan suatu hipotesis maupun tidak. Dalam disain penelitian ini dapat mempergunakan uji statistik maupun tidak. Namun dalam pembahasan disini, penulis akan mencoba menjelaskan dengan implementasi alat bantu statistik. Maksud dari penelitian biasanya peneliti harus dapat menjelaskan dan mengacu kepada variabel penelitian atau judul penelitian. Tujuan penelitian pada dasarnya menjawab identifikasi masalah.

October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

3

Kemudian apabila peneliti sudah dapat memperkirakan manfaat apa yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini baik bagi peneliti, suatu entitas atau umum; dan menetapkan kerangka pemikiran berdasarkan suatu paradigma penelitian, maka hipotesis penelitian dapat ditetapkan. Hipotesis penelitian ini akan lebih baik kalau mengacu ke permasalahan yang sudah diidentifikasi dalam identifikasi masalah. Sebagai contoh: • Pengukuran kinerja balanced scorecard mempunyai hubungan yang signifikan dengan business process improvement. • Variabel customer satisfaction mempunyai pengaruh yang dominan terhadap business process improvement. Langkah berikutnya adalah menetapkan metode penelitian. Dalam metode penelitian ini perlu dijelaskan antara lain: disain penelitian. Operasionalisasi variabel, metode penarikan sampel, prosedur pengumpulan data, metode analisis. Dalam disain penelitian ditetapkan bahwa penelitian ini bersifat eksploratorif. Menurut Suharsimi (1993:209) penelitian yang bersifat desriptif eksploratorif bertujuan untuk membuat gambaran secara desriptif mengenai variabel-variabel yang diteliti atau status fenomena. Metode yang digunakan adalah studi kasus karena hanya meneliti suatu permasalahan yan terjadi pada suatu perusahaan sebagai suatu kasus secara intensif, terinci, dan mendalam atas suatu gejala tertentu (Suharsimi, 1993:115). Untuk dapat mengetahui karakteristik yang ada pada masing-masing variabel penelitian, diperlukan suatu teknik tertentu yang akhirnya menghasilkan indikator empiris. Langkah tersebut dimulai dengan menjabarkan masing-masing variabel menjadi definisi operasional yaitu yang memberi arahan mengenai apa yang harus diamati dan bagaimana mengukur variabel yang diteliti. Berikut dibawah ini adalah contoh sederhana dari judul yan diteliti yang dijabarkan dalam bentuk operasionalisasi variabel. Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Variabel

Sub Variabel Pendapatan operasional (NOI). NOI=Laba kotor- (beban pemasaran+ beban umum & administrasi + depresiasi)

• • • • •

Indikator Laba kotor Biaya pemasaran Biaya umum Biaya administrasi Biaya penyusutan

2.

Laba kotor = pendapatan – HPP

• • • •

Pendapatan penjualan Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya penyusutan

3.

ROI = NOI/Investasi

• •

Besarnya investasi Perhitungan ROI

4.

Economic Value added (EVA) sebagai laba setelah pajak dikurangi biaya modal. Pangsa pasar



Perhitungan EVA

• •

Banyaknya pelanggan Uang yang dibelanjakan konsumen Volume produksi yang terjual

1. Financial Perspective (X1)

Customer Perspective (X2)

1.



2.

Tingkat perolehan pelanggan baru

• •

Skala Ordinal

Ordinal

Banyaknya pelanggan baru Besarnya penjualan produk pada pelanggan

October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

4

baru 3.

Kemampuan mempertahankan pelanggan

• • •

4.

Tingkat kepuasan pelanggan

• •

Internal business process (X3)

5.

Citra dan reputasi perusahaan

1.

Inovasi

2.

Proses Operasi

Melakukan iklan Menjaga kualitas Produk baru Waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk baru

• •

• • •

Pengerjaan ulang Tingkat kerusakaan per satuan output Nilai tambah & nonnilai tambah Waktu proses Waktu pemindahan Waktu penyimpanan

3.

Proses pelayanan purna jual

• • •

Gransi dan perbaikan Proses pembayaran Pengembalian produk

1.

Kemampuan pekerja



perputaran pegwai



Nilai tambah pegawai



Ketersediaan & ketepatan informasi Waktu perolehan informasi

2.

Kemempuan sistem informasi

• • 3.

Business Process Improvement (Y)

Fasilitas saran dan kritik Survei kepuasan pelanggan

• • • •



Learning & Growth (X4)

Identifikasi distribusi dan saluran Fasilitas transfer dan kredit bank Publikasi pada media masa.

Motivasi-PemberdayaanKeserasian

Eliminasi non-nilai tambah

• • •

Jumlah saran Saran yang berguna Memahami visi dan tujuan perusahaan

• • • •

Overproduksi Menunggu Transportasi Pemrosesan

1.

Penyeserhanaan



Prosedur, teknologi,proses, pencatatan

2.

Integritas

• •

Pekerjaan, tim Pelanggan, Pemasok

3.

Otomatisasi

• •

Analisis & transfer data Pengumpulan data

October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

Ordinal

Ordinal

5

Populasi dan Sampel Bilamana peneliti bermaksud untuk meneliti tanpa melakukan sampel, maka penelitian berupa sensus. Akan tetapi kalau tidak semua aspek diteliti atau hanya mengambil beberapa sampel saja yang nantinya diharapkan dapat digeneralisasikan terhadap suatu populasi, maka peneliti perlu mengetahui jenis sampling yang harus dilakukan. Ada dua jenis sampling: probabilistic sampling (memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih) dan non probabilistic sampling. Apabila peneliti memutuskan probabilistic sampling yang akan dipergunakan, khususnya stratified sampling, maka ada suatu tahapan dan formula yang harus dilakukan. a. Rumus statistik yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel penelitian, digunakan formula sebagai berikut:

Ni 2 Si 2 ∑ W i =1 1

n=

2

⎞ ⎛ ⎟ ⎜ 1 d ⎟ Ni 2 + NiSi 2 ⎜ ∑ ⎜ ⎛ α ⎞⎟ i =1 ⎜ Z ⎜1 − ⎟ ⎟ 2 ⎝ ⎠ ⎠ ⎝

b. Kemudian dicari perbandingan antara Ni menggunakan rumus Wi sebagai berikut:

dengan jumlah populasi N dengan

Ni Wi = c. Untuk melengkapi komponen dalam Nrumus statistik tersebut dilakukan pula data simpangan baku (Si) yang belum diketahui dan belum diteliti, yaitu merupakan kesepakatan tentang berapa besar rentang antara pendapatan dan biaya tertinggi di suatu pihak dan berapa besar penghasilan dan biaya terendah di lain pihak. Rentang tersebut sangat berperan dalam hal penentuan jumlah sampel yang akan diteliti, dengan catatan ukuran sampel tidak mengganggu validitas, tapi mengganggu tingkat keandalannya (reliable). Untuk mencari simpangan baku (standard deviation) tersebut, digunakan apa yang disebut “Deming’s empirical rules” dengan asumsi bahwa ada hubungan antara rentang dengan simpangan baku, yang dapat digambarkan sebagai berikut: • S=0,21 R (miring) • S=0,24 R (simetris) • S=0,29 R (uniform) d. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan responden tersebut, adalah penentuan bound of error (d), sebagai bound of error juga dapat menentukan ukuran besarnya sampel yang akan diteliti. Baik simpangan baku maupun bound of error yang akan ditetapkan secara bersama antara tiga kelompok peneliti. e. Sebagai ilustrasi, kami berikan contoh perhitungan simpangan baku untuk kelompok kelas kantor sebagai berikut, dengan catatan bound of error Kotamadya Bandung adalah Rp 500.000, sedangkan luar Kotamadya Bandung adalah Rp 200.000.

Tabel: 2 Jumlah Populasi Objek Penelitian Kelas Kantor No Urut

KELAS KANTOR

Bandung

Luar Bandung

October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

Jumlah 6

1 2 3 4 5

Kantor Kelas-1 Kantor Kelas-2 Kantor Kelas-3 Kantor Kelas-4 Kantor Pos Kelas-5 Kantor Pos Kelas-6 Kantor Pos Kelas-7 TOTAL

6 7

78 90 100 22 115

689 276 201 1 56

767 366 301 23 171

152

0

152

61

1

62

618

1224

1842

Tabel 3 Perhitungan Simpangan Baku Strata Bandung

Luar Bandung

No Urut

Wi

Ni

78 78:1842=0,042

Si

1

N1

945,000

2

N2

90 0,049

945,000

3

N3

100 0,054

945,000

4

N4

22 0,012

945,000

5

N5

115 0,062

945,000

6

N6

152 0,083

945,000

7

N7

61 0,03

945,000

8

N8

689 0,37

1,890,000

9

N9

276 0,15

1,890,000

10

N10

201 0,11

1,890,000

11

N11

12

N12

13

N13

14

N14

1 0,001

1,890,000

56 0,03 -

1,890,000 -

1 0,001

1,890,000 1,890,000

Sumber: hasil olahan data penelitian Jumlah Responden Berdasarkan metode statistik yang telah dikemukakan diatas, didapat jumlah rincian responden minimal, seperti pada tabel berikut ini (Tabel 4): Tabel 4 Perincian Jumlah Responden Minimal (Sampel) Yang Akan Diteliti No Urut 1 2 3 4 5 6 7

Kelas Kantor Kantor Kelas-1 Kantor Kelas-2 Kantor Kelas-3 Kantor Kelas-4 Kantor Kelas-5 Kantor Kelas-6 Kantor Kelas-7 TOTAL

Bandung 5 6 7 2 7 9 4 40

Luar Bandung 16 7 5 1 2 0 1 32

Jumlah 21 13 12 3 9 9 5 72 Sumber: hasil olahan data penelitian

Pengujian Data Data yang telah berhasil dikumpulkan baik data primer maupun sekunder melalui penelitian lapangan maupun literatur, terlebih dahulu harus diuji validitas maupun realibitasnya. Pengujian ini perlu dilakukan karena ada empat hal yang menurut Simon October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

7

dan Burstein (1985:242-248); merupakan ancaman bagi peneliti dalam pengumpulan data, antara lain: • Observer-caused effects • Observer bias • Data access limitation • Complexities and limitations of the human mind Oleh karena itu, uji validitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun memiliki validitas atau tidak. Hasilnya akan ditunjukkan oleh suatu indeks sehingga diketahui sejauhmana alat ukur benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Kerlinger membagi validitas atas validitas konstruk dan validitas isi (Nazir, 1988:hal.175). Pengukuran validitas alat ukur tersebut dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor pertanyaan yang diperoleh dengan skor totalnya. Jika nilai korelasi positif, maka pertanyaan tersebut memiliki validitas. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi product moment (Singarimbun dan Soyan, 1995:137). Uji reabilitas untuk mengetahui sejauhmana alat ukur yang dipergunakan dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk keperluan ini dapat dipergunakan teknik belah dua dengan mempergunakan rumus Sperman Brown. Hasil realibilitas suatu pertanyaan akan ditunjukkan dengan hasil r.tot yang positif. Analisa Data dan Pengujian Hipotesis Mengingat data yang dipergunakan berskala ordinal, maka untuk keperluan analisis data, data tersebut perlu ditingkatkan menjadi skala interval. Peningkatan skala ordinal ke skala interval, salah satu metode yang dapat dipergunakan adalah dengan Method of Successive Interval. Apabila sudah berhasil, maka hipotesis statistik dapat diuji dengan mempergunakan path analysis. Hal ini dikarenakan antara variabel X1, X2, X3, dan X4 dianggap ada hubungan. Untuk mempermudah dan mempercepat dalam melakukan uji statitistik baik untuk path analysis maupun uji validitas dan ralibiltas, maka peniliti dapat mempergunakan alat bantu komputer dengan software program SPSS versi 10. 5. Kesimpulan Yang perlu diperhatikan oleh para peneliti dalam mempergunakan studi kasus adalah menghindari dari suatu upaya untuk melakukan generalisasi statistik, namun lebih menekankan pada upaya untuk menjelaskan dan pembentukan teori dari pada prediksi. Metode studi kasus diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para pelaku ekonomi mengenai fenomena bisnis dilingkungan kerjanya dan berupaya mencari alternatif solusi dalam memperoleh keunggulan kompetisi. REFERENSI Eisenhardt, Kathleen M, 1989, Building theories from case study research, Academy of Management review. Kaplan, Robert S, 1986, The role for empirical research in management accounting, Accounting Organization and Society. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, LP3ES. Mc Kinnon, Jill, Reliability and validity in fiekld research: some strategies and tactics. Scapens, Robert W, 1990, Researchingt Accounting Practice: The Role of Case Study Methods, Accounting Review Sekaran, Uma, 2000, Research methods for business, a skill building approach, John Willey & Sons, Inc. October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

8

Spicer, Barry H, 1992, The resurgance of cost ang management accounting: a review of of some recent developments in practice, theories abd case research methods, Management Accounting Research. Young, Mark S and Frank H Selto, 1991, New manufacturing practices abd cost management; A review of the literature and directions for research.

October 2009 Research Days, Faculty of Economics - Padjadjaran University, Bandung

9

Related Documents


More Documents from "Myranda Aprillia"