Kerangka Kerja Ekonomi Illegal Fishing

  • Uploaded by: Yuhka Sundaya
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kerangka Kerja Ekonomi Illegal Fishing as PDF for free.

More details

  • Words: 3,431
  • Pages: 13
Kerangka Kerja Ekonomi Illegal Fishing : Sebuah Pengembangan Yuhka Sundaya Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Islam Bandung [email protected]

Kerangka kerja dasar ini memodifikasi kerangka kerja ekonomi illegal fishing Charles et al.(1999). Kerangka kerja yang dibangun Charles et al.(1999) menampilkan skenario kebijakan pengendalian input dan output secara terpisah. Seolah-olah dua skenario kebijakan tersebut merupakan pilihan bagi pihak pengelola perikanan. Sementara itu, sebagaimana disajikan pada bagian 2, di Indonesia telah menerapkan pengendalian input dan output perikanan secara bersamaan. Hanya saja bentuk pengendalian outputnya tidak menggunakan kebijakan kuota hasil tangkapan sebagaimana dikaji oleh Charles et al.(1999). Melainkan, mereka diwajibkan untuk menjual hasil tangkapan ikan ke TPI. Penjualan ikan di luar TPI karena itu dipandang sebagai sebuah pelanggaran atau merupakan bentuk pasar ikan illegal (illegal market). Mengacu pada aturan perikanan yang berlaku sebagaimana disajikan pada bagian dua, nelayan dihadapkan pada pemilihan jenis bundel input dan pasar output. Pilihan penggunaan jenis bundel input dihadapi nelayan dalam kegiatan produksi. Karena itu dapat diasumsikan bahwa penggunaan bundel input legal atau illegal merupakan masalah pilihan dalam kegiatan produksi atau penangkapan ikan. Sedangkan dalam aspek penjualan, nelayan dihadapkan pada pilihan tempat dan pihak pembeli. Ringkasnya, mereka bisa menjual hasil tangkapan ikan di luar TPI atau di dalam TPI. Namun demikian, penjualan ikan di luar TPI memiliki resiko tertangkap dan dikenakan hukuman. Berdasarkan kondisi ekonomi tersebut, nelayan diasumsikan akan mempertimbangkan denda ketika melakukan illegal fishing (menggunakan bundel input illegal dan/atau mengakses pasar ikan illegal). Mengikuti terminologi Sumaila et al.(2006) yang juga mengembangkan kerangka kerja Charles et al(1999), dalam hubungan dengan aturan perikanan terdapat tiga tipe nelayan, yaitu pelanggar kronis, moderat dan

patuh atau taat hukum dan norma (non violators). Tipe pertama dan ketiga berada pada titik ekstrim yang berseberangan. Tipe pertama memiliki kecenderungan untuk melakukan illegal fishing, apapun kondisinya, sedangkan tipe ketiga tidak akan melakukan illegal fishing di bawah kondisi apapun. Sementara itu, pelanggar moderat akan melakukan pelanggaran bila potensi manfaat ekonomi cukup tinggi untuk menutupi potensi hukuman ketika tertangkap. Kerangka kerja ekonomi illegal fishing ini menggunakan asumsi bahwa nelayan memiliki tipe pelanggar moderat. Menurut Sumaila et al.(1999) populasi tipe ini lebih banyak dibandingkan tipe pertama dan ketiga. Serupa dengan tahapan analisis yang dilakukan Charles et al.(1999), keputusan nelayan untuk menggunakan bundel illegal input dan mengakses pasar ikan illegal dapat diprediksi dengan menemukan bentuk fungsi permintaan bundel input illegal, Xi, dan tindakan penghindaran atas pengendalian input dan output, secara berurutan dinotasikan AI dan Ao. Dalam bentuk umum, fungsi penangkapan ikan dapat diekspresikan melalui persamaan (1). Hn = Hn(Xl, Xi, AI; K, B), untuk n = l dan i..................................................................

(1)

Notasi H menunjukkan jumlah hasil tangkapan ikan. Superskrip n pada notasi H hanya digunakan untuk menunjukkan tipe pasar ikan. Secara berurutan Hl dan Hi menunjukkan hasil tangkapan ikan yang dijual di TPI (legal market) dan diluar TPI (illegal market). Fungsi penangkapan ikan tersebut diasumsikan memiliki sifat sebagaimana biasanya, yaitu seolah cembung (quasi-concave). Perubahan output merespon secara positif terhadap perubahan input tapi dengan tingkat perubahan yang menurun. Pengecualiannya terdapat pada hubungan hasil tangkapan dengan tindakan penghindaran nelayan atas pengendalian input. Hubungan tersebut diasumsikan saling bertolak belakang. Ketika nelayan menghindari aturan pengendalian input, mereka dianggap kehilangan kesempatan untuk menangkap ikan. Karena itu sebagaimana diasumsikan Charles et al.(1999) H/AI < 0. Berikutnya, biaya produksi diasumsikan bersifat linear. Berbeda dengan Charles et al.(1999) yang mengasumsikan berbentuk linear kuadratik. Bentuk fungsi biaya tersebut diekspresikan pada persamaan (2).

C = ClXl + CiXi + CIAI + CoAo ....................................................................................

(2)

Notasi C digunakan untuk menunjukkan biaya total, sedangkan Cn untuk n = l, i, I dan O secara berurutan digunakan menunjukkan biaya per unit atas penggunaan bundel input legal, bundel input illegal, tindakan penghindaran nelayan atas pengendalian input dan output. Melalui persamaan tersebut diasumsikan bahwa tindakan nelayan untuk menghindari dua macam aturan tersebut memerlukan biaya khusus. Tindakan tersebut menimbulkan konsekuensi berupa tambahan biaya dalam kegiatan perikanan. Ketika nelayan menggunakan bundel input illegal dan mengakses pasar ikan illegal, mereka memiliki peluang untuk tertangkap oleh tindakan pengawasan. Fungsi peluang nelayan untuk tertangkap ketika mereka melakukan illegal fishing diadopsi dari Charles et al.(1999) dengan membubuhi penegasan. Sebagaimana tersaji pada persamaan (3a) dan (3b), perbedaan kedua macam peluang tersebut ditegaskan dengan menggunakan superskrip I dan O, untuk menunjukkan peluang tertangkapnya nelayan ketika menggunakan bundel input illegal dan mengakses pasar illegal. Spesifikasi ini memiliki arti ketika tindakan penghindaran nelayan atas pengendalian input dan output memiliki perbedaan. I =

I(Xi, EI, AI), dimana I/Xi > 0, I/EI > 0, I/AI < 0; dan I  0 bila Xi=0...........................................................................................

(3a)

o = o(Hi, Eo, Ao), dimana o/Hi>0, o/Eo>0, o/Ao<0; dan o  0 bila Hi=0 ..........................................................................................

(3b)

A = AI + Ao ..............................................................................................................

(3c)

Notasi I dan o secara berurutan menunjukkan peluang tertangkapnya nelayan ketika menggunakan bundel input illegal dan mengakses pasar ikan illegal. Persamaan (3a) menunjukkan peluang tertangkapnya nelayan di bawah pengendalian input. Peluang tersebut diasumsikan sebagai fungsi dari bundel input illegal, Xi, upaya pengendalian input perikanan, EI, dan tindakan penghindaran aturan terhadap pengendalian input oleh nelayan, AI. Penggunaan bundel input illegal dan adanya upaya pengendalian input dapat meningkatkan peluang nelayan untuk tertangkap dan dihukum. Sebaliknya, peluang tersebut akan menurun bila nelayan melakukan tindakan penghindaran. Persamaan (3b) menunjukkan peluang tertangkapnya nelayan di bawah pengendalian output.

Peluang tersebut akan membesar bila adanya penjualan ikan di luar TPI, Hi, dan upaya pengendalian output, Eo. Sebaliknya, peluang tersebut akan mengecil seiring dengan tindakan nelayan untuk menghindari aturan pengendalian output tersebut, Ao. Persamaan (3c) menunjukkan total waktu yang tersedia untuk melakukan tindakan penghindaran pengawasan dan penegakan illegal fishing, A. Definisi ini digunakan untuk mempertegas bentuk dan ukuran tindakan penghindaran yang dilakukan oleh nelayan tersebut agar tidak terlalu abstrak. Bentuk dan ukuran tersebut digunakan oleh Ehrlich (1974) dalam kerangka kerja menganalisis partisipasi dalam kegiatan illegal. Berbeda dengan Charles et al.(1999), dalam kerangka ini definisi bahwa besarnya denda atas illegal fishing, F, bersifat konstan. Mengacu pada peraturan perikanan besarnya denda memang dibedakan menurut ukuran kapal perikanan. Sementara itu dalam kerangka kerja ini diasumsikan bahwa ukuran kapal perikanan bersifat homogen untuk kelompok nelayan tertentu. Melalui beberapa asumsi tersebut, dengan demikian masalah maksimisasi keuntungan nelayan dapat diekspresikan melalui persamaan (4). Persamaan ini terhubungan dengan persamaan (3) dalam hal peluang tertangkapnya nelayan atas dua macam tindakan illegal fishing. Max  = PHl(Xl, Xi, AI; K, B) + PiHi(Xl, Xi, AI; K, B) – ClXl – CiXi – CIAI – CoAo – IF – oF .........................................................

(4)

Persamaan (4) membingkai beberapa kemungkinan yang secara aktual bisa terjadi. Kemungkinan pertama, nelayan bisa memperoleh pendapatan dengan memilih tipe pasar ikan yang direpresentasikan oleh term pertama dan kedua persamaan tersebut. Term pertama dan kedua dari persamaan tersebut diasumsikan bisa memiliki sifat saling mengecualikan (mutually exclusive) atau dikombinasikan dalam satu tahun tertentu. Karena itu, Hi bisa sama dengan nol atau lebih besar dari nol. Kemungkina kedua, nelayan bisa memilih dua macam bundel input illegal, Xl dan Xi, dalam satu tahun tertentu.1

1

Informasi dari Mulyadi (2005), penggunaan berbagai jenis alat tangkap dalam satu tahun bisa

bervariasi, meski pengamatannya terbatas di Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Riau. Karena itu

Kedua term terakhir pada persamaan (4) menunjukkan resiko yang dihadapi nelayan akibat tertangkap dan dihukum ketika melakukan illegal fishing. Term IF menunjukkan biaya resiko nelayan akibat menggunakan bundel input illegal, sedangkan term oF menunjukkan biaya resiko nelayan akibat mengakses pasar ikan illegal. Term tersebut memperoleh istilah yang berbeda-beda. Charles et al.(1999) menggunakan istilah harapan denda (expected fine), Sumaila et al.(2006) menggunakan istilah resiko tertangkap (caught) dan dihukum (penalized), sedangkan Bailey (2007) menggunakan istilah biaya potensial ketika melakukan illegal fishing. Istilah yang digunakan oleh Sumaila et al.(2006) nampaknya lebih mudah diterima dan ringkas dibandingkan dua istilah lainnya.

Dengan mengambil turunan parsial pertama dari persamaan (4), berikutnya dapat digali informasi mengenai pola pengambilan keputusan nelayan yang optimal. Hasilnya disajikan pada persamaan (5). l = /Xl = P

+ Pi

– Cl = 0, atau P

i = /Xi = P

+ Pi

– Ci –

F = 0, atau P

+ Pi



F = Ci .......................

(5b)

I = /AI = P

+ Pi

– CI –

F = 0, atau P

+ Pi



F = CI .......................

(5c)

F = Co...........................................................

(5d)

o = /Ao = – Co –

F = 0, atau –

+ Pi

= Cl ...........................................

(5a)

Melalui persamaan (5a) dan (5b) dapat digali informasi mengenai pertimbangan nelayan tipe moderat dalam mengalokasikan bundel input legal, Xl, dan illegal, Xi. Persamaan (5a) memberikan informasi bahwa penggunaan optimal bundel input legal didasarkan pada prinsip kesamaan nilai produk fisik marjinal dengan biaya marjinal (equimarginal principle). Pada prinsipnya jumlah optimal bundel input legal akan digunakan atau dialokasikan ketika biaya marjinalnya sama dengan penjumlahan nilai produk fisik marjinal dari bundel input legal yang secara berurutan dievaluasi dengan harga ikan di TPI dan pasar ikan illegal. Sedangkan melalui persamaan (5b), alokasi optimal bundel input illegal pertimbangannya

didasarkan

pada

perbandingan

antara

biaya

marjinal

penggunaan bundel input illegal dengan nilai produk fisik marjinal bundel input legal dan illegal, yang secara berurutan dievaluasi oleh harga ikan di TPI dan ada kemungkinan bahwa dalam suatu tahun nelayan bisa menggunakan alat tangkap illegal beberapa kali.

pasar illegal, kemudian dikurangi dengan biaya resiko marjinal penggunaan bundel input illegal,

F.

Sedangkan melalui persamaan (5c) dan (5d) dapat digali informasi mengenai pertimbangan nelayan dalam menentukan tindakan penghindaran yang optimal terhadap pengendalian input dan pasar ikan illegal, AI dan Ao. Dalam menentukan tindakan penghindaran atas pengendalian input yang dilakukan oleh pemerintah, nelayan membandingkan biaya marjinal per unit tindakan penghindaran dengan penerimaan marjinal dikurangi dengan biaya resiko marjinal tindakan penghindaran terhadap pengendalian input. Serupa dengan penjelasan sebelumnya, penerimaan marjinal tersebut terdiri dari nilai produk fisik marjinal bundel input legal dan illegal yang secara berurutan dievaluasi dengan harga ikan di TPI dan pasar illegal. Sementara itu, di dalam menentukan tindakan penghindaran atas pengendalian pasar ikan illegal, nelayan mempertimbangkan biaya marjinal tindakan tersebut dengan biaya resiko marjinal dalam mengakses pasar ikan illegal. Berikutnya digunakan teknik analisa statika komparatif untuk menggali informasi kualitatif mengenai dampak perubahan peubah eksogen terhadap illegal fishing. Teknik ini biasa digunakan untuk mengkaji perubahan peubah endogen bila semua peubah eksogen mengalami perubahan secara simultan. Analisa statika komparatif ini dapat digali dengan cara mendifferensiasi secara total persamaan (5). Setelah dilakukan penataan kembali, hasil akhirnya dalam bentuk matrik disajikan pada persamaan (6).

=

dimana Y adalah,

..............................................................

(6)

Dari sudut pandang nelayan yang coba memaksimisasi keuntungan, nilai determinan matrik Y tersebut diharapkan positif, > 0. Ini merupakan kondisi yang menopang bentuk fungsi produksi yang diasumsikan seolah cembung (quasi concave) sebagaimana melekat pada persamaan (1). Tanda determinan tersebut menunjukkan kemiringan kurva isoquant. Kemiringan tersebut membingkai kombinasi input penangkapan ikan yang memaksimumkan keuntungan. Dengan memodifikasi persamaan (6) diperoleh informasi mengenai besarnya perubahan input perikanan setelah mempertimbangkan perubahan pada peubah eksogennya. Hasilnya disajikan pada persamaan (7). Denominator pada setiap persamaan (7) berbeda satu sama lain dan menjadi lebih ringkas atau sederhana. Penyederhanaan tersebut muncul setelah mengalami eliminasi secara berpasangan dengan nominatornya. Meski demikian, diturunkan dari bentuk fungsi penangkapan ikan yang diasumsikan seolah cembung, maka setiap denominator persamaan tersebut, dari sudut pandang maksimisasi keuntungan nelayan, diasumsikan memiliki tanda positif. dXl = 2

.........

(7a)

dXi = 2

........

(7b)

dAI = 2

........

(7c)

dAo = 2

........

(7d)

Melalui persamaan (7) dapat digali informasi kualitatif mengenai dampak perubahan setiap peubah eksogen terhadap arah perubahan alokasi input perikanan, Xl, Xi, AI dan Ao. Sebagaimana telah ditekankan sebelumnya, kegiatan illegal fishing direpresentasikan oleh tiga peubah endogen terakhir. Karena itu, fokus analisa statika komparatif ekonomi illegal fishing diarahkan pada tiga macam peubah eksogen tersebut. Analisa statika komparatifnya dibedakan

menurut dua kondisi penegakan hukum : longgar dan ketat. Kondisi penegakan hukum yang longgar menciptakan biaya resiko illegal fishing yang rendah bagi nelayan, sebaliknya kondisi penegakan hukum yang ketat menciptakan biaya resiko illegal fishing yang tinggi bagi nelayan. Pada persamaan (7a) hingga (7d) biaya resiko illegal fishing tersebut direpresentasikan oleh term terakhir setiap denominator atau pembaginya. Illegal Fishing di Bawah Penegakan Hukum yang Longgar Di bawah kondisi penegakan hukum yang longgar, denominator pada setiap persamaan (7) memiliki tanda positif. Nelayan memiliki kelonggaran untuk mengalokasikan bundel input legal dan illegal serta tindakan penghindaran aturan untuk memaksimisasi keuntungannya. Dalam eksperimen konseptual pertama, dipertimbangkan bagaimana dampak perubahan dalam denda, dF, terhadap penggundaan bundel input illegal, dXi. Secara matematis diasumsikan bahwa dF > 0, sedangkan dPl = dPi = dCa (untuk a = l, i, I, O) = 0. Hasilnya disajikan pada persamaan (8). dXl/dF = 2

.............................

(8)

Perubahan dalam denda illegal fishing tersebut berpotensi untuk menekan penggunaan bundel input illegal atau sebaliknya. Kondisinya tergantung pada perbandingan antara

dengan

. Mengacu pada persamaan (3a), notasi

menunjukkan besarnya perubahan peluang nelayan untuk tertangkap dan dihukum seiring perubahan dalam penggunaan bundel input illegal dalam operasi penangkapan ikan, I/Xi. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak atau seringnya penggunaan bundel input illegal, peluang untuk tertangkap dan dihukumnya semakin besar. Karena itu diasumsikan bahwa mengacu pada persamaan (3a), notasi

> 0. Sementara itu,

menunjukkan besarnya perubahan

peluang nelayan untuk tertangkap dan dihukum seiring dengan perubahan dalam tindakan penghindaran terhadap pengawasan dan pengendalian bundel input illegal, I/AI. Dimana efektivitas tindakan penghindaran tersebut dapat meredam besarnya peluang nelayan untuk tertangkap dan dihukum. Karena itu

diasumsikan bahwa

< 0. Ini merupakan strategi yang biasa terjadi ketika para

pelaku ekonomi melakukan tindakan pelanggaran aturan. Dengan bahasa yang lebih umum,

dapat menunjukkan efektivitas tindakan pengawasan dan

pengendalian terhadap penggunaan bundel input illegal oleh nelayan, sedangkan menunjukkan efektivitas nelayan untuk menghindari aturan. Selama

>

,

atau efektivitas pengawasan dan pengendalian lebih tinggi dari efektivitas tindakan penghindaran nelayan, maka perubahan dalam denda illegal fishing berpotensi untuk menekan penggunaan bundel input illegal. Kondisi tersebut, secara matematis akan menciptakan tanda negatif pada persamaan (8). Kondisi sebaliknya, yaitu

<

tidak memiliki potensi untuk menekan penggunaan

bundel input illegal, bahkan tetap mendorong penggunaannya. Eksperimen konseptual kedua adalah mempertimbangkan dampak perubahan harga ikan di TPI, dPl, terhadap perubahan penggunaan bundel input illegal, dXi. Mengacu pada persamaan (7a), secara matematik diasumsikan bahwa dPl > 0, sedangkan dF = dPi = dCa (untuk a = l, i, I, O) = 0. Hasilnya disajikan pada persamaan (9). dXl/dPl = 2

...........................

(9)

Mengacu pada persamaan (9), arah perubahan penggunaan bundel input illegal tergantung pada beberapa kondisi. Notasi

pada nominator persamaan

(9) merupakan efek tidak langsung dari tindakan penghindaran nelayan terhadap pengawasan dan pengendalian pasar ikan illegal terhadap peluang mereka untuk tertangkap dan dihukum dalam menggunakan bundel input illegal, I/Ao. Berdasarkan persamaan (3c), keterbatasan sumber daya waktu menimbulkan adanya trade-off antara AI dengan Ao, AI = A – Ao. Karena itu, tambahan curahan waktu untuk melakukan tindakan penghindaran terhadap pengawasan dan pengendalian pasar ikan illegal dapat mengurangi curahan waktu untuk melakukan tindakan penghindaran terhadap pengawasan dan pengendalian bundel input illegal, akibat potensialnya adalah meningkatkan peluang nelayan untuk tertangkap dan dihukum dalam menggunakan bundel input illegal. Berdasarkan

logika tersebut, karena itu

= I/Ao > 0. Sementara itu, notasi

,

dan

pada nominator persamaan (9) secara berurutan menunjukkan produk fisik marjinal bundel input legal, tindakan penghindaran terhadap pengawasan dan pengendalian bundel input illegal dan bundel input illegal. Untuk menopang keuntungan yang maksimum, produk fisik marjinal tersebut memiliki nilai positif, kecuali

. Berdasarkan kondisi tersebut, efek perubahan harga ikan di TPI

berpotensi

untuk

>

meningkatkan

penggunaan

bundel

input

illegal

bila

. Sebaliknya, perubahan harga juga berpotensi untuk

memberikan efek negatif terhadap penggunaan bundel input illegal bila <

. Eksperimen konseptual ketiga adalah mempertimbangkan dampak

perubahan harga ikan di pasar ikan illegal, dPi, terhadap perubahan penggunaan bundel input illegal, dXi. Dengan asumsi bahwa dPi > 0, dan dF = dPl = dCa (untuk a = l, i, I) = 0, dan dengan menggunakan teknik yang sama seperti sebelumnya, diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada persamaan (10). dXi/dPi = 2

..........................

(10)

Arah perubahan penggunaan bundel input illegal dalam menanggapi perubahan harga ikan di pasar illegal tergantung pada perbandingan tiga macam produk fisik marjinal :

,

dan

. Untuk menopang keuntungan yang maksimum, produk

fisik marjinal tersebut memiliki nilai positif, kecuali

. Dengan demikian,

kenaikan harga ikan di pasar illegal berpotensi untuk meningkatkan penggunaan budel input illegal bila

+

>

. Kondisi sebaliknya berpotensi untuk

menekan penggunaan bundel input illegal. Eksperimen konseptual keempat adalah mempertimbangkan dampak perubahan dalam biaya per unit bundel input illegal, dCi, terhadap penggunaan bundel input illegal, dXi. Dengan asumsi bahwa dCi > 0, dan dF = dPl = dPi = 0, dan dengan menggunakan cara serupa seperti sebelumnya, hasilnya disajikan pada persamaan (11). Hasil tersebut cukup mengejutkan. Dimana di bawah kondisi

penegakan hukum yang longgar, perubahan biaya per unit yang sepadan dengan harga per unit bundel input illegal tersebut tidak memiliki potensi untuk menekan penggunaan bundel input illegal. Argumentasi ini ditunjukkan oleh nilai dXi/dCi > 0 pada persamaan (11). dXi/dCi = 2

.........................

(11)

Begitupun halnya dengan dampak kenaikan biaya per unit selain bundel input illegal. Tanda dXi/dCl, dXi/dCI dan dXi/dCo, ketiganya lebih besar dari nol yang secara berurutan menunjukkan bahwa perubahan ketiga macam biaya per unit tersebut secara potensial berdampak positif terhadap penggunaan bundel input illegal. Cara penggalian informasi kualitatif tersebut dapat diterapkan pada persamaan (7c) dan (7d). Dimana argumentasi dari eksperimen konseptual pertama hingga ketiga akan serupa dengan argumentasi mengenai dampak perubahan peubah eksogen terhadap dua peubah endogen yang mewakili illegal fishing lainnya, yaitu AI dan Ao. Pertama, selama

>

, atau efektivitas

pengawasan dan pengendalian lebih tinggi dari efektivitas tindakan penghindaran nelayan, maka perubahan dalam denda illegal fishing berpotensi untuk menekan AI dan Ao. Kondisi sebaliknya,

>

, efektivitas pengawasan dan pengendalian

lebih rendah dari efektivitas tindakan penghindaran nelayan, maka perubahan dalam denda illegal fishing berpotensi untuk menekan AI dan Ao. Kedua, efek perubahan harga ikan di TPI berpotensi untuk meningkatkan alokasi AI dan Ao bila >

. Sebaliknya, perubahan harga juga berpotensi untuk

memberikan efek negatif terhadap penggunaan alokasi AI dan Ao, bila <

. Ketiga, kenaikan harga ikan di pasar illegal berpotensi untuk

meningkatkan alokasi AI dan Ao, bila +

<

+

>

berpotensi untuk menekan alokasi AI dan Ao.

. Kondisi sebaliknya,

Illegal Fishing di Bawah Penegakan Hukum yang Ketat Di bawah kondisi penegakan hukum yang ketat, denominator pada setiap persamaan (7) yang mengkaji dampak perubahan peubah eksogen terhadap alokasi bundel input illegal, memiliki tanda negatif. Kondisi ini merupakan dampak upaya pemerintah untuk menegakkan peraturan illegal fishing secara ketat, sehingga membatasi kondisi maksimisasi keuntungan nelayan dari kecenderungan illegal fishing. Secara matematis, kondisi tersebut diekspresikan melalui ketidaksamaan (12). ............................. (12a) ............................. (12b) ............................ (12c) ............................ (12d)

Sisi kanan ketidaksamaan (12) menunjukkan biaya resiko illegal fishing yang timbul akibat upaya penegakan hukum terhadap illegal fishing. Sedangkan sisi kiri menunjukkan nilai produk fisik marjinal setiap jenis input yang dievaluasi oleh harga ikan di TPI dan pasar ikan illegal. Biaya resiko tersebut diukur dengan perkalian antara peluang nelayan untuk tertangkap dan dihukum, I,

dengan

besarnya denda illegal fishing, F. Dengan kondisi (12), dampak perubahan denda illegal fishing dapat menekan alokasi bundel input illegal, dXi/dF < 0, bila efektivitas tindakan pengawasan dan pengendalian terhadap penggunaan bundel input illegal lebih tinggi dibandingkan dengan efektivitas tindakan nelayan untuk menghindari aturan,

>

(untuk

> 0 dan

< 0). Intuisi ini digali dari persamaan (8)

dengan asumsi denominator bertanda negatif. Sebaliknya, meski ada biaya resiko illegal fishing yang besar, perubahan denda illegal fishing tidak akan menekan penggunaan bundel input illegal bila efektivitas nelayan untuk menghindari aturan lebih tinggi dibandingkan dengan efektivitas pengawasan dan pengendalian penggunaan bundel input illegal,

<

(untuk

> 0 dan

< 0).

Berikutnya, dengan menggunakan kondisi denominator yang sama, dampak perubahan harga ikan di TPI bisa mendorong dan menekan penggunaan

bundel input illegal dalam dua kondisi. dXi/dPl > 0, bila perubahan peluang nelayan untuk tertangkap sebagai akibat tidak langsung dari alokasi waktu untuk menghindari aturan pasar ikan illegal,

, lebih besar dari penjumlahan produk

fisik marjinal bundel input legal, tindakan penghindaran atas peraturan bundel input illegal dan bundel input illegal, persamaan (9). Sebaliknya, bila

<

. Intuisi ini digali dari , maka perubahan harga ikan di i

l

TPI berpotensi untuk menekan alokasi bundel input illegal, dX /dP > 0.

Kemudian, terdapat dua kondisi juga yang berpotensi untuk menekan atau mendorong alokasi bundel input illegal terkait perubahan harga ikan di pasar illegal. Melalui persamaan (10), dXi/dPi > 0 bila produk fisik marjinal tindakan penghindaran nelayan terhadap tindakan pengawasan dan pengendalian bundel input illegal,

, lebih tinggi dari penjumlahan produk fisik marjinal bundel input

illegal dan legal,

+

,

+

<

. Sebaliknya, dXi/dPi < 0, bila

+

>

. Terakhir, dampak kenaikan biaya per unit bundel input illegal tidak diragukan lagi akan memiliki dampak negatif terhadap alokasi bundel input illegal. Melalui persamaan (11), dengan kondisi denominator yang negatif, maka perubahan biaya per unit setiap jenis input berpotensi untuk menekan alokasi bundel input illegal. Begitupun halnya dengan dampak kenaikan biaya per unit selain bundel input illegal. Tanda dXi/dCl, dXi/dCI dan dXi/dCo, ketiganya lebih kecil dari nol yang menunjukkan bahwa perubahan ketiga macam biaya per unit tersebut secara potensial berdampak negatif terhadap penggunaan bundel input illegal. Bandung, 18 Mei 2009

Yuhka Sundaya

Related Documents


More Documents from "vidi"