TOXOPLASMA, RUBELLA, CYTOMEGALOVIRUS, DAN HERPES SIMPLEX
MAKALAH Diajukan untuk memenuhi syarat Mata Kuliah Keperawatan Maternitas pada Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
Disusun oleh: SYIFA MADARINA
NPM. 220110164002
INDAH WIDYA FEBRYANI
NPM. 220110164004
DICKY PRIYATNO TARIGAN
NPM. 220110164009
PSDKU UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEPERAWATAN PANGANDARAN 2019
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan keridhoan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini
dengan
judul
“MAKALAH
TOXOPLASMA,
RUBELLA,
CYTOMEGALOVIRUS, DAN HERPES SIMPLEX”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi syarat Mata Kuliah Keperawatan Maternitas pada Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tidak terukur dan tidak terhingga kepada Penulis. 2. Orang tua tercinta dari masing – masing anggota di kelompok, yang selalu memberikan dukungan do’a, semangat, kasih sayang dan finansial kepada Penulis untuk menunjang dalam penyelesaian makalah ini. 3. Ibu Anita Setyawati, S.Kep., Ners., M.Kep. sebagai dosen mata kuliah keperawatan maternitas yang telah membimbing Penulis dalam penyusunan makalah ini. 4. Teman – teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan semangat dalam penyelesaian makalah ini. 5. Serta semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, namun telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
i
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati Penulis ucapkan terima kasih. Dalam penyusunan makalah ini, Penulis menyadari bahwa makalah ini mungkin masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan dikarenakan oleh segala keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Namun Penulis berusaha untuk membuat makalah ini sebaik – baiknya agar nantinya dapat memiliki manfaat bagi banyak pihak, baik untuk pembaca maupun penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis akan menerima segala kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan makalah ini.
Pangandaran, Februari 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2
Identifikasi Masalah ................................................................................. 2
1.3
Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4
Kegunaan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3 2.1
Toksoplasmosis ........................................................................................ 3
2.2
Infeksi Lain ............................................................................................... 5
2.3
Rubella...................................................................................................... 6
2.4
Sitomegalovirus ........................................................................................ 7
2.5
Virus Herpes Simpleks ............................................................................. 8
2.6 Pencegahan Pada TORCH........................................................................... 16 BAB III SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 18 3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 18 3.2 Saran ............................................................................................................ 18 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19 Lampiran Pertanyaan ............................................................................................ 20
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi TORCH merupakan singkatan dari Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus yang merupakan kelompok infeksi yang
disebabkan
oleh
parasit
Toxoplasma
gondii,
virus
Rubella,
Cytomegalovirus (CMV), virus Herpes Simplex dan oleh infeksi lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B). Infeksi TORCH asalnya dianggap terdiri dari empat kondisi yang disebutkan di atas, dengan "TO" merujuk kepada Toxoplasma. Format empat istilah ini masih digunakan pada banyak rujukan modern dan cara penulisan huruf besar/kecil "ToRCH" juga kadang digunakan dalam konteks ini (Sumampouw, 2007). Infeksi TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 sampel ibu hamil yang pernah mengalami infeksi salah satu unsur TORCH didapatkan 12% ibu pernah melahirkan anak dengan kelainan kongenital, 70% pernah mengalami abortus dan 18% pernah mengalami Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Infeksi TORCH pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau kelainan kongenital (cacat fisik maupun mental). Kelainan kongenital ini dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem saraf pusat dan perifer yang mengakibatkan gangguan penglihatan, pendengaran, sistem kardiovaskuler serta metabolisme tubuh. Infeksi TORCH dapat menyebabkan 5-10% keguguran dan kelainan kongenital pada janin meliputi gangguan pendengaran, retardasi mental serta kebutaan. Angka kejadian kelainan kongenital dibeberapa rumah sakit di Indonesia yaitu RSCM Jakarta tahun 1975- 1979 sebanyak 11,61 per 1.000 kelahiran hidup dan RS Piringadi Medan tahun 1977-1980 sebanyak 3,3 per 1.000 kelahiran hidup (Nelson & Demmler, 1996; Suromo & Budipradigdo, 2007) 1
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah yang muncul adalah 1. Apa yang dimaksud dengan TORCH? 2. Apa yang dimaksud dengan Toxoplasma? 3. Apa yang dimaksud dengan Rubella? 4. Apa yang dimaksud dengan Chytomegalovirus? 5. Apa yang dimaksud dengan Herpes Virus? 6. Bagaimana manifestasi klinis dari TORCH? 7. Bagaimana penatalaksanaan dari TORCH? 8. Bagaimana pencegahan dari TORCH? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini yaitu adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan TORCH 2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Toxoplasma 3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Rubella 4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Chytomegalovirus 5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Herpes Virus 6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari TORCH 7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari TORCH 8. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari TORCH 1.4 Kegunaan Penulisan Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang apa itu Infeksi TORCH dan asuhan keperawatan cara pencegahan dan penatalaksanaan pada Infeksi TORCH dan juga bisa menjadi referensi bagi mahasiswa lain untuk melaksanakan penyusunan makalah tentang Infeksi TORCH.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Infeksi TORCH Toxoplasmosis, other infections (mis, hepatitis), rubella virus, citomegalovirus, and herpes simplex viruses, yang secara korelatif dikenal sebagai infeksi TORCH, adalah suatu kelompok organisme yang mampu menembus plasenta dan mempengaruhi perkembangan janin. 2.1 Toksoplasmosis Toksoplasmosis adalah suatu infeksi protozoa yang timbul akibat mengkonsumsi daging mentah atau tidak
mencuci tangan sewaktu
menyiapkan daging mentah atau terinfeksi kotoran kucing. Ibu hamil dengan antibodi HIV berisiko karena toksoplasmosis adalah salah satu infeksi oportunistik yang sering menyertai infeksi HIV. Keberadaan toksoplasmosis dapat ditentukan melalui pemeriksaan darah dan titer toksoplasmosis wanita kelompok risiko harus diperiksa. Infeksi akut pada masa hamil menimbulkan gejala yang menyerupai influensa dan limfadenopati. Pengobatan alternatif untuk toksoplasmosis adalah spiramisin; sulfa (dan klindamisin untuk wanita yang alergi terhadap sulfa) juga dipakai (ACOG, 1998). Infeksi sering tertinggi di wilayah dunia yang beriklim panas, lembab, dan dataran rendah. Toksoplasmosis biasanya tanpa gejala pada wanita hamil, tetapi dapat menimbulkan dampak yang parah pada janin. Infeksi ditransmisikan ke janin pada sekitar 40 % kasus. Risiko penularan meningkat seiring dengan meningkatnya usia kehamilan. Infeksi kongenital dengan toksoplasmosis dapat menyebabkan gejala sisa yang serius, seperti kebutaan, keterbelakangan mental, defisit neurologik, dan tuli. Pencegahan morbiditas dari toksoplasmosis tergantung pada pencegahan infeksi pada wanita hamil, serta pengenalan dini dan pengobatan agresif infeksi pada ibu. Toksoplasmosis merupakan infeksi protozoa yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii dengan hospes definitif kucing dan hospes perantara manusia. Manusia dapat terinfeksi parasit ini bila memakan daging yang kurang matang atau sayuran mentah yang mengandung ookista atau pada anak-anak yang suka bermain di tanah, serta ibu yang gemar berkebun dimana tangannya tertempel ookista yang berasal dari tanah.
3
Perkembangan parasit dalam usus kucing menghasilkan ookista yang dikeluarkan bersama tinja. Ookista menjadi matang dan infektif dalam waktu 3-5 hari di tanah. Ookista yang matang dapat hidup setahun di dalam tanah yang lembab dan panas, yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Ookista yang matang bila tertelan tikus, burung, babi, kambing, atau manusia yang merupakan hospes perantara, dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Toksoplasmosis
dikelompokkan
menjadi
toksoplasmosis
akuisita
(dapatan) dan toksoplasmosis kongenital yang sebagian besar gejalanya asimtomatik. Keduanya bersifat akut kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lainnnya. Pada ibu hamil yang terinfeksi di awal kehamilan, transmisi ke fetus umumnya jarang, tetapi bila terjadi infeksi, umumnya penyakit yang didapat akan lebih berat. Pada toksoplasmosis yang terjadi di bulan-bulan terakhir kehamilan, parasit ter-sebut umumnya akan ditularkan ke fetus tetapi infeksi sering subklinis pada saat lahir. Pada ibu hamil yang mengalami infeksi primer, mula-mula akan terjadi parasitemia, kemudian darah ibu yang masuk ke dalam plasenta akan menginfeksi plasenta (plasentitis). Infeksi parasit dapat ditularkan ke janin secara vertikal. Takizoit yang terlepas akan berproliferasi dan menghasilkan fokus-fokus nekrotik yang menyebabkan nekrosis plasenta dan jaringan sekitarnya, sehingga membahayakan janin dimana dapat terjadi ekspulsi kehamilan atau aborsi. Patofisiologi Kucing Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing. kucing tersebut terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan daging yang terinfeksi. Satu minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan oocyst yang terdapat pada fesesnya. Pengeluaran oocyst terus menerus sampai sekitar 2 minggu sebelum kucing itu sembuh atau pulih kembali. Feses kucing sudah sangat infeksius. Oocyst dalam feses menyebar melalui udara dan ketika dihirup akan dapat menyebabkan infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi setelah 1-5 hari dalam kotoran. Jika oocyst terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel berada di atasnya dan akan terbawa arus air
4
hujan. Sisa oocyst dapat bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif. Pengaruh terhadap kehamilan Janin yang terinfeksi penyakit ini dapat menyebabkan keguguran atau bayi lahir mati. Bisa pula menyebabkan kelainan pada bayi saat dewasa. Manifestasi Klinis 1) Sakit Kepala 2) Lemah 3) Sulit berpikir jernih 4) Demam 5) Mati rasa 6) Koma 7) Serangan jantung 8) Perubahan
pada
penglihatan
(seperti
penglihatan
ganda,
lebih
sensitif terhadap cahaya terang, atau kehilangan penglihatan) 9) Kejang otot, dan sakit kepala parah 2.2 Infeksi Lain Infeksi Primer yang termasuk dalam kategori ini adalah hepatitis. hepatitis A, atau hepatitis infeksiosa, adalah virus yang disebarkan oleh droplet akibat tidak mencuci tangan setelah buang air besar. Pengaruhnya pada kehamilan adalah abortus spontan dan gelaja-seperti influenza. Jika janin terinfeksi pada trimester pertama dan tidak diobati, pengaruh yang mungkin timbul adalah anomali janin, kelahiran prematur, hepatitis pada janin atau neonatus dan kematian janin didalam rahim. vaksinasi gama globulin diberikan kepada Ibu dan bayi baru lahir untuk menetapkan profilaksis.
Hepatitis B atau hepatitis serum adalah penyakit virus yang ditularkan seperti penularan HIV. Cara transmisinya meliputi jarum terkontminasi, produk darah atau jarum bekas, hubungan seksual dan pertukaran cairan tubuh. apabila terjadi infeksi maternal pada trimester pertama, jumalh neonatus yang menjadi seropositif untuk anitgen permukaan hepatitis B (HBsAg) bisa mencapai 10%. Jika ibu terinfeksi secara akut pada trimester ketiga, 80% sampai 90% neonatus akan terinfeksi (ACOG, 1992d) 5
CDC dan ACOG merekomendasikan skrining virus hepatitis B untuk semua inu hamil pada kunjungan pertama. Ibu yang beresiko harus diberi vaksinasi hepatitis B. Jika ia terpapar virus hepatitis B sebelum vaksinasi, pertama-tama ia harus mendapat imunisasi pasif dengan globulin imun hepatitis B (HBIG) dan kemudian menjalani serangkaian vaksinasi. Kehamilan bukan kontraindikasi untuk vaksinasi (ACOG, 1992d). 2.3 Rubella Rubella adalah salah satu virus yang lebih teratogenik. Congenital Rubella Syndrome (CRS) ditandai dengan pembatasan pertumbuhan intrauterin, klasifikasi intrakranial, mikrosefali, katarak, kelainan jantung (paling sering paten ductus arteriosus atau hipoplasia arteri paru), penyakit neurologis (dengan
berbagai
presentasi,
dari
gangguan
perilaku
hingga
meningoensefalitis), osteitis, dan hepatosplenomegali. Neonatus dengan rubella mungkin memiliki penampilan "blueberry muffin" yang disebabkan oleh lesi kulit purpura yang dihasilkan dari hematopoiesis ekstramedula. Kelainan jantung pada bayi-bayi ini termasuk defek septum ventrikel, paten ductus arteriosus, stenosis paru, dan koarktasio aorta. Presentasi rubella saat lahir sangat bervariasi. Sebagian besar komplikasi ini terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang mengalami infeksi rubella selama 16 minggu pertama kehamilan. Sembilan puluh persen bayi datang dengan beberapa temuan bawaan rubella jika infeksi terjadi dalam 12 minggu pertama, dan 20% datang dengan penyakit bawaan jika infeksi terjadi antara minggu 12 dan 16. Katarak terjadi ketika infeksi terjadi antara minggu ketiga dan kedelapan kehamilan, tuli antara minggu ke-3 dan ke-18, dan kelainan jantung antara minggu ke-3 dan ke-10. Rubella, yang juga dikenal dengan sebutan campak Jerman, adalah suatu infeksi virus yang ditransmisi melalui droplet. Demam, ruam, dan limfedema ringan biasanya terlihat pada ibu terinfeksi. Akibat pada janin lebih serius dan meliputi abortus spontan, anomali kongenital (disebut juga sindrom rubella kongenital), dan kematian. Pencegahan infeksi rubella maternal dan efek pada janin adalah fokus utama program imunisasi rubella (ACOG, 1992c). Vaksinasi ibu hamil dikontraindikasikan karena infeksi rubella bisa terjadi 6
setelah vaksin diberikan. Sebagai bagian dari konseling prakonsepsi atau masa nifas, vaksin rubella diberikan kepada ibu yang tidak imun terhadap rubella dan mereka dianjurkan memakai kontrasepsi selama minimal tiga bulan setelah vaksinasi. Patofisiologi Virus
sesudah
menyebabkan
masuk
peradangan
melalui
pada
mukosa
saluran saluran
pernafasan
akan
pernafasan
untuk
kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan menyebrang ke sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring selama. pada rubella yang kongenal saluran pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk mencegah terjadinya Sesudah
sembuh
tubuh
akan
penularan.
membentuk kekebalan baik berupa
antibody maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan. Manifestasi Klinis Rubella 1) Demam ringan. 2) Merasa mengantuk. 3) Sakit tenggorok. 4) Kemerahan sampai merah terang /pucat, menyebar secara cepat dari wajah keseluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat. 5) Kelenjar leher membengkak 6) Durasi 3 –5 hari. 2.4 Sitomegalovirus Sitomegalovirus (CMV) ialah penyebab utama infeksi virus kongenital pada janin dan neonatus dan merupakan infeksi yang paling sering menyebabkan retardasi mental. Sumber-sumber infeksi virus meliputi saliva, urine, semen, air susu ibu, darah, dan sekresi serviks/vagina. CMV juga telah diisolasi dari jaringan plasenta. Kebanyakan ibu yang menunjukkan infeksi CMV pada kehamilan (melalui titer positif) mengalami infeksi kronis atau
7
rekuren (Brunham, Holmes dan Embree, 1990). Tidak ada terapi farmakologi yang efektif untuk CMV. Terapi berfokus pada upaya mengobati gejala. Patofisiologi Sitomegalovirus
(CMV)
adalah
penyebab
utama
infeksi
virus
congenital di amerika utara. CMV agaknya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret servikal, semen dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui; berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12
minggu;
setelah
tranfusi-3
sampai
12
minggu;
dan
setelah
transplantasi-4 minggu sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada imunisasi untuk mencegah penyakit ini. Manifestasi Klinis CMV: 1) Petekia dan ekimosis. 2) Hepatosplenomegali. 3) Ikterus neonatorum,hiperbilirubinemia langsung. 4) Retardasi pertumbuhan intrauterine. 5) Prematuritas. 6) Ukuran kecil menurut usia kehamilan. 7) Gejala lain dapat terjadi pada bayi baru lahir atau pada anak yang lebih besar 8) Purpura. 9) Hilang pendengaran 10) Korioretinitis; buta. a. Demam. b. Kerusakan otak. 2.5 Virus Herpes Simpleks Virus herpes simpleks tipe 1 (HSA-1) merupakan infeksi yang paling banyak ditemukan pada masa kanak-kanak. Virus ini terutama ditransmisi melalui kontak dengan sekresi oral dan menyebabkan cold sores dan fever 8
blisters. Infeksi HSV-2 biasanya terjadi setelah puber seiring aktivitas seksual meningkat. HSV-2 ditransmisikan terutama melalui kontak dengan sekresi genitalia. Ahli kesehatan masyarakat percaya bahwa di Amerika Serikat 10 sampai 40 juta orang mengidap HSV-2. Banyak infeksi genital menunjukkan suatu campuran HSV-1 dengan HSV-2. HSV berinteraksi dengan sel dan neuron neuron-epitel atau epitel. Masa inkubasi antara dua dan empat minggu. Selama infeksi awal, HSV bermigrasi ke satu atau lebih ganglia saraf sensoris. Di sini virus tersebut laten dan dorman sampai waktu yang tidak dapat ditentukan. Sistem imun yang utuh akan memulihkan infeksi pada tempat virus masuk. Infeksi primer meliputi sel-sel mukokutaneus, infeksi rekuren meliputi sel-sel epitel bertingkat. Stimulus stresor memicu infeksi rekuren. Demam, infeksi lain, emosi, menstruasi, hubungan seksual, dan cahaya ultraviolet merupakan beberapa stresor umum. Infeksi lebih berat pada ibu yang sedang hamil. Infeksi HSV bisa melibatkan genitalia eksterna, vagina, dan serviks. Gejala lebih nyata pada infeksi HSV pertama. Luka lepuh yang nyeri muncul, kemudian mengeluarkan cairan, meninggalkan ulkus dangkal yang menjadi krusta dan menghilang setelah dua sampai enam minggu. Sekret vagina terlihat bila serviks atau mukosa vagina terkena. Ibu dapat menderita demam, malaise, anoreksia, limfadenopati inguinalis yang nyeri, disuria, dan dispareunia. Kekambuhan biasanya diawali oleh rasa gatal, rasa terbakar di daerah genitalia, kesemutan pada tungkai, atau sekret vagina sedikit bertambah. Efek infeksi herpes genitalia primer pada kehamilan meliputi abortus spontan, persalinan prematur, dan IUGR. Kemungkinan hasil akhir yang buruk meningkat seiring peningkatan usia gestasi. Frekuensi dan keparahan infeksi rekuren juga meningkat, jia ibu hamil. (Brown, Bakerm 1989) Rute transmisi HSV dari ibu ke bayi baru lahir ialah melalui jalan lahir yang terinfeksi sewaktu hamil. Risiko transmisi ibu kanin lebih besar selama infeksi primer HSV-2 daripada episode kekambuhan (Corey, 1990). Kelahiran sesaria tidak lagi direkomendasikan untuk semua ibu dengan HSV karena
9
infeksi transplasenta dapat timbul. Hanya ibu yang memperlihatkan bukti klinis lesi aktif. yang harus melahirkan per abdomen (Corey, 1990). Asiklovir digunakan sejak tahun 1977 untuk mengobati infeksi HSV yang membahayakan bagi orang dewasa dan bayi baru lahir. Jika dipakai untuk infeksi primer, obat ini dapat mengurangi durasi penyakit, rasa nyeri, pembentukkan lesi baru, dan waktu pemulihan. Obat ini efektif untuk menekan kekambuhan pada pemakaian jangka panjang. Data tentang keamanan obat ini pada kehamilan tidak jelas (Brown, Baker, 1989) Tindakan pengendalian infeksi merupakan bagian penting pengobatan. Tenaga kesehatan dan anggota keluarga harus mencuci tangan dengan baik. Sarung tangan harus dikenakan saat kontak dengan lesi atau sekresi. Anggota keluarga yang memliki lesi oral harus diupayakan tidak mencium bayi baru lahir. Mereka juga harus diberi penjelasan tentang higiene genital dan pencegahan infeksi. Tenaga kesehatan yang terinfeksi HSV juga harus berhati-hati. Setiap orang yang memiliki lesi HSV oral harus mengenakan masker saat kontak dengan bayi baru lahir dan setiap orang memiliki lesi kulit tidak boleh memberi perawatan langsung sampai lesi kering dan menjadi krusta. Patofisiologi Pada saat virus masuk kedalam tubuh belum memiliki antibody maka infeksinya bisa bersifat luas dengan gejala-gejala konstitusionil berat. Ini disebut infeksi primer. Virus kemudian akan menjalar melalui serabut saraf sensoris ke ganglian saraf regional (ganglian sakralis) dan berdiam disana secara laten. kalau pada saat virus masuk pertama kali tidak terjadi gejala-gejala primer, maka tubuh akan membuat antibody sehingga pada serangan berikutnya gejala tidaklah seberat infeksi primer. Bila sewaktuwaktu
ada
faktor
pencetus,
virus
akan
mengalami
aktifasi dan
multiplikasi kembali sehingga terjadi infeksi reklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody makagejalanya tidak seberat infeksi primer.
Faktor-faktor
pencetus,
virus
akan
mengalami
aktivasi dan
multiplikasi kembali sehiangga terajadi infeksi neklien. karena pada saat ini tubuh sudah mempunyai antibody maka gejalanya tidak seberat infeksi primer.
10
Dampak pada kehamilan dan persalinan: a. Penularan pada janin dapat terjadi hematogen melalui plasenta b. Penularan pada janin dapat terjadi akibat perjalanan dari vagina ke janin apabila ketuban pecah. c. Penularan pada bayi dapat terjadi melalui kontak langsung pada waktu bayi lahir. Manifestasi Klinis Herpes: 1) Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis. 2) Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah2 –3 hari bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri. INFEKSI
EFEK MATERNAL
EFEK PADA JANIN ATAU NEONATUS
Toksoplasmosis
Infeksi akut:
- Jika disertai
PENCEGAHAN MELALUI KONSELING, IDENTIFIKASI DAN PENATALAKSANAAN Pencegahan
(Protozoa)
sama dengan
infeksi akut
- Hindari mengonsumsi
influenza;
maternal:
daging mentah dan
limfadenopati
parasitemia
terpapar kotoran kucing
- Kemungkinan
yang terinfeksi; jika
untuk terjadi
kucing ada di dalam
bersama infeksi
rumah, periksa titer
kronik maternal
toksoplasma
lebih kecil - Abortus
- Jika titer naik selama
cenderung terjadi masa hamil dini, abortus bila terdapat
bisa dipertimbangkan
infeksi akut pada
sebagai suatu pilihan
awal kehamilan - Pemaparan
Penatalaksanaan
selama trimester
- Spiramisin, suatu
pertama: anomali antibiotika macrolide
11
janin; hepatitis
dengan spektrum
janin atau
antibakterial; konsentrasi
neonatus;
tertentu yang dibutuhkan
kelahiran
untuk menghambat
prematur;
pertumbuhan ataupun
kematian janin di membunuh organisme dalam rahim
belum diketahui.
- Piremitamin dan sulfadiazi bekrja sinergik menghasilkan khasiat 8 kali lebih besar terhadap toksoplasma. Kedu obat ini bekerja memblokir jalur metabolisme asam folat dan asam para aminobenzoat parasit karena menghambat kerja enzim dihidrofolat rediktase dengan akibat terganggunya pertumbuhan stadium takizoid parasit.
Lain: Hepatitis
- Abortus
- Pemaparan
- Biasanya disebarkan
A (hepatitis
penyebab
selama trimester
melalui droplet atau
infeksiosa)
gagal hati
pertama: anomali kontak tangan terutama
(virus)
selama masa
janin; hepatitis
hamil
janin atau
- Demam,
neonatus;
Penatalaksanaan
malaise, mual
kelahiran
- gama-globulin dapat
oleh pekerja di dapur
12
dan rasa tidak
permatur;
diberikan sebagai
nyaman di
kematian janin di profilaksis untuk hepatitis
abdomen
dalam rahim
A
Hepatitis B
- Dotransmisi
- Infeksi terjadi
- Biasanya ditularkan
(hepatitis
melalui
pada waktu lahir. melaui jarum
serum) (virus)
hubungan
- Vaksinasi
terkontaminasi atau
seksual. Gejala
maternal selama
transfusi darah; juga bisa
bervariasi
masa hamil
ditransmisi secara oral
demam, ruam,
harus tidak
atau melalui koitus, tetapi
artralgia.
menimbulkan
periode inkubasi lebih
Penurunan
risiko pada janin; lama ;
nafsu makan,
namun, tidaj ada
dispepsia,
data yang
Penatalaksanaan
nyeri abdomen, tersedia
- globulin imun hepatitis
sakit diseluruh
B dapat diberikan sebagai
badan, malaise,
profilaksis setelah
lemah, ikterik,
pemaparan
nyeri tekan,
- Vaksin hepatitis B
dan
dianjurkan untuk populasi
pembesaran
berisiko; vaksinasi terdiri
hati.
dari rangkain 3 dosis IM
Rubela (campak
- Ruam,
- Insiden
Penatalaksanaan
jerman 3hari
demam, gejala
anomali
- Vaksinasi pada ibu hami
virus)
ringan,
kongenital: bulan kontraindikasikan;
kelenjar limf
pertama, 50%;
kehamilan harus dicegah
disuboksipital
bulan kedua,
selama tiga bulan setelah
dapat
25% bulan
vaksinasi; wanita hamil
membengkak;
ketiga 10%
yang nonreaktif terhadao
fotofobia
bulan keempat
antigen hemaglutin-
- Kadang-
4%
inhibisi dapat divaksinasi
kadang artritis
- Pemaparan
secara aman setelah
13
atau ensefalitis
pada dua bulan
-Abortus
pertama:
spontan
malformasi
melahirkan
jantung, mata, telinga, atau otak, dermatologifik abnormal - Pemaparan setelah bulan keemoat; infeksi sistemik, hepatosplenimeg ali, retardasi pertembuhan intrauterin, ruam - Pada usai 15 sampai 20 tahun, anak yang terkena bisa mengalam kemunduran intelektual dan perkembangan atau bisa menderita epilepsi Sitomegalovirus
Penyakit
Kematian janin
Virus bisa direaktivitas
(suatu virus
pernapasan
atau neonatal
dan menyebabkan
herpes)
atau hubungan
atau penyakit
penyakit didalam rahim
Herpes genitalis (virus herpes simpleks, tipe 2
seksual yang
menyeluruh-
atau selama kelahiran
asimptomayik
anemia hemolitik pada kehamilan
14
(HSV-2)
atau sindrom-
dan ikterik:
berikutnya: infeksi janin
seperti
pneumonitis,
bisa terjadi saat janin
mononukleosis
hepatosplenome
melalui janin lahir;
: dapat
gali
penyakit seringkali
memiliki rabas
progresif pada masa bayi
di serviks
dan kanak-kanak.
Penatalaksanaan - Pemeriksaan ultra-sound yang merupakan bagian dari perawatan antenatal sangat membantu dalam mengidentifikasi janin yang beresiko tinggi terinfeksi CMV. - Pemeriksaan laboratorium, yaitu AntiHSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.
- Obat yang digunakan anti CMV untuk saat ini adalah ganciclovir, foscarnet, cidofivirdan valaciclovir, tetapi
15
sampai saat ini belum dilakukan evaluasi disamping obat tersebut dapat menumbulkan intoksikasi serta resistensi. Pengembanag vaksin perlu dilakukan guna mencegah morbiditas dan mortalitas akibat infeksi kongenital.
2.6 Pencegahan Pada TORCH 1. Makan makanan yang bergizi Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain baik untuk perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk TORCH sehingga tidak akan menginfeksi tubuh. 2. Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan. Anda dapat memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat menyebabkan infeksi TORCH. Jika Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk mengobatinya dan tunda kehamilan hingga benar-benar sembuh. 3. Melakukan vaksinasi Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH. Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian. 4. Makan makanan yang matang
16
Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau parasit penyebab TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati apabila makanan tidak dimasak sampai matang. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu konsumsi makanan matang dalam keseharian Anda. 5. Periksa kandungan secara teratur Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya apabila di dalam tubuh Anda ternyata terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat membantu agar kondisi bayi tidak menjadi buruk. 6. Jaga kebersihan tubuh Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan, sangatlah penting. 7. Hindari kontak dengan penderita Seorang wanita hamil harus menghindari kontak dengan siapa pun yang menderita infeksi virus, seperti rubela, yang juga disebut campak Jerman. Dengan mencari lebih banyak informasi tentang kehamilan serta merawat dirinya sebelum dan selama masa kehamilan maupun dengan memikirkan masak-masak jauh di muka tentang berbagai aspek melahirkan, seorang wanita akan melakukan sebisa-bisanya untuk memastikan kehamilan yang lebih aman. Maka, bagi seorang wanita hamil, cobalah untuk selalu waspada terhadap berbagai penyakit seperti TORCH agar bayi Anda terlahir sehat.
17
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapat membahayakan janin yang dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada sering sulit dibedakan dari penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak muncul sehingga menyulitkan dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sangatlah penting dan diperlukan untuk mengetahui infeksi TORCH agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat. Untuk
menghindari
penyakit
ini
adalah
dengan
menghindari
mengkonsumsi daging yang kurang matang, makan makanan yang bergizi, melakukan pemeriksaan sebelum kehamilan, melakukan vaksinasi, periksa kandungan secara teratur, jaga kebersihan, dan menghindari kontak langsung dengan penderita. 3.2 Saran Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan dan menerima dengan tangan terbuka masukan ataupun saran yang dapat mendukung dan membangun demi kesempurnaan pembuatan makalah ini pembaca.
18
DAFTAR PUSTAKA Suparman, E. (2012). Toksoplasmosis dalam Kehamilan. Jurnal Biomedik , 4 (1), 13 - 19. Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
19
Lampiran Pertanyaan
1. Infeksi oportunistik yang berhubungan dengan HIV adalah definisi dari... a. HIV b. CMV c. Herpes Simplex d. Rubella e. Toksoplasma 2. Efek samping dari toksoplasma dalam kehamilan antara lain…kecuali a. Abortus b. Oligohidramnion c. Lahir premature d. IUGR e. HIV
3. Berikut ini adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui apa seseorang pasien terinfeksi TORCH pada ibu hamil... a. Hb b. USG c. CT Scan d. MRI e. IgM
4. Berikut ini adalah upaya pencegahan yang tepat agar tidak terinfeksi Toksoplasma... a. Masaklah daging sampai matang b. Cuci buah dan sayur dengan bersih sebelum makan c. Pakailah sarung tangan bila berkebun atau menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing d. Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah memegang kucing e. Semua Benar
20
5. Di bawah ini siapa saja yang perlu diperiksa Toksoplasma... a. Wanita yang akan hamil b. Wanita yang baru sedang hamil c. Bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi pada saat hamil d. Penderita yang diduga terinfeksi e. Semua Benar
21
SKOR RERATA
EVALUASI (Presentase 0-100)
Anggota Kelompok / NPM
Syifa Madarina / 220110164002 Indah Widya Febryani / 220110164004 Dicky Priyatno Tarigan / 220110164009
Kualitas : Menyelesaikan tugas sesuai dengan level kualitas yang diharapkan kelompok
Tanggungjawab: Menyelesaikan tugas tepat waktu dan berpartisipasi dalam pertemuan kelompok
98
KOEFISIEN (SKOR RERATA/100)
Sikap: Menunjukkan sifat positif selama menyelesaikan tugas
Kontribusi: Memberikan kontribusi yang berimbang pada kelompok
95
Keterampilan Interpersonal : Bekerja dengan baik bersama anggota kelompok yang lain 100
100
99
98,4
0,984
98
95
100
100
99
98,4
0,984
98
95
100
100
99
98,4
0,984