KEPERAWATAN ANAK ASD DAN VSD (Defek Septum Antrium dan Defek Septum Ventrikel)
Dosen Koordinator
: Bara Mirawidya
Disusun oleh : 1. Nita Fatimah
(P17120014024)
2. Nn Nur Jayanti
(P17120014025)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 1 JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ridho dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak tentang “Defek Septum Antrium dan Defek Septum Ventrikel” Ucapan Terima Kasih penulis ditujukan kepada : 1. Ns Tarwoto, M.Kep selaku Kepala Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 1. 2. Bu Suryani selaku Pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 1 Jurusan Keperawatan. 3. Dosen dan Staf Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 1 Jurusan Keperawatan. 4. Orang tua tim penulis. 5. Teman-teman tingkat II Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 1 Jurusan Keperawatan. Penulis menyadari teknik menyusun dan materi yang penulis sajikan ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan untuk untuk penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, Februari 2016
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 3 A.
LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 3
B. IDENTIFIKASI MASALAH................................................................................................. 4 C. TUJUAN PENULISAN ......................................................................................................... 4 D. METODE PENULISAN ......................................................... Error! Bookmark not defined. E. MANFAAT PENULISAN..................................................................................................... 5 F.
SISTEM PENULISAN .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................. 7 A. Pengertian Defek Septum Atrium..............................................................................8
B. Patofisiologi Defek Septum Atrium.........................................................................9 C. Manifestasi Klinik Defek Septum Atrium................................................................9 D. Diagnosis Klinik Defek Septum Atrium.................................................................9 E. Penatalaksaan Medis Klinik Defek Septum Atrium................................................10 F. Pengertian Defek Septum Ventrikel..........................................................................10 G. Patofisiologi Defek Septum Ventrikel.....................................................................11 H. Manifestasi Klinik Defek Septum Ventrikel...........................................................12 I. Diagnosis Klinik Defek Septum Ventrikel................................................................13 J. Penatalaksaan Medis Defek Septum Ventrikel.........................................................13 BAB III PEMBAHASAN A. Asuhan Keperawatan Defek Septum Atrium............................................................14
B. Asuhan Keperawatan Defek Septum Ventrikel.........................................................20 BAB IV PENUTUP ............................................................................... Error! Bookmark not defined.6 3.1 Kesimpulan .................................................................................. Error! Bookmark not defined.6 3.2 Saran ............................................................................................ Error! Bookmark not defined.7 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 28
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Jantung merupakan salah satu organ vital yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Atrium septal defect dan ventrikel septal defect merupakan salah satu penyakit jantung. Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang(defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsiseptum interatrial semasa janin. Penyakit jantung bawaan ini menempati urutan keduapenyakit jantung bawaan pada anak setelah Ventrikel Septal Defect (VSD). Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atriumkanan dan atrium kiri. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antaraserambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat kelainan jantung bawan ini akibat adanya lubang pada septum interatrial, sedangkan ventrikel septum defect, lubang terletak pada septum interventrikuler. Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering ditemukan. Di Indonesia pada tahun 2007, dengan populasi lebih dari 200 juta pendudukdan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita. Angka kejadian VSD sering banyak dijumpai, yaitu 33% dari seluruh kelainan jantung bawaan, sedangkan pada ASD 7-10% dari seluruh kelainan jantung bawaan. Sebagian besar penderita ASD dan VSD penyebabnya masih belum diketahui namun ada beberapa fator predisposisis dan faktor genetic. Dari kedua terjadinya penyakit ini komplikasinya dapat menjadi gaal jantung. Komplikasi ini dapat terjadi akibat penatalaksaan yang inadekuat atau faktor predisposisi yang tidak dapat dihindari.
3
Dampak penyakit jantung bawaan mengenai ASD+VSD terjadi pembengkakan dikaki, perut dan daerah di sekitar mata, Sesak napas saat menyusui, beban yang terlalu berat dari ventrikel menyebabkan hipertrofi dan pembesaran jantung, dengan meningkatnya resistensi vascular paru, sering terdapat dispneu dan infeksi paru, pertumbuhan bayi terganggu dan kesulitan dalam asupan nutrisi. Solusi dari penyakit tersebut bila diberi minum susu, bayi penderita penyakitjantung bawaan mudah lelah, minumnya hanya sedikit. Disarankan memberi susu bukanlangsung dari botol tapi dengan sendok atau bisa juga dengan pipet. Jadi bayi dapat minum lebih banyak tanpa harus banyakmenguras tenaganya saat mengisap susu dari botol. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut peran perawat sebagai tenaga kesehatan memberikan penyuluhan dan promosi kesehatan agar kewaspadaan terhadap ASD dan VSD terutama dari faktor prenatal ibu sewaktu hamil dapat meningkat. Oleh karena itu, peran perawat dan tim kesehatan lainnya tidak kalah pentingnya untuk melakukan penanganan secara dini sebelum terjadinya komplikasi tersebut. 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka pemakalah mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Apa pengertian dari atrium septum defek dan ventrikel septum defek ? 2. Apa diagnosis dari atrium septum defek dan ventrikel septum defek? 3. Bagaimana patofisologis dari atrium septum defek dan ventrikel septum defek? 4. Bagaiman manifestasi klinis dari atrium septum defek dan ventrikel septum defek? 5. Apakah penatalaksaan medis dari atrium septum defek dan ventrikel septum defek? 6. Apa asuhan keperawatan pasien dengan atrium septum defek dan ventrikel septum defek?
1.4 TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
4
1. Tujuan Umum: Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak mencakup materi asuhan keperawatan pada pasien dengan atrium septum defek dan ventrikel septum defek 2. Tujuan Khusus: Mampu mempelajari mata ajar Keperawatan Anak yang mencakup materi Keperawatan Anak : 1. Pengertian ASD dan VSD 2. Patofisiologi ASD dan VSD 3. Manifestasi Klinik ASD dan VSD 4. Diagnosis ASD dan VSD 5. Penatalaksaan Medis ASD dan VSD 6. Asuahan keparawatan pada pasian atrium septum defek dan ventrikel septum defek 1.6 MANFAAT PENULISAN Adapun manfaat penulisan yang pemakalah lakukan dalam penulisan makalah ini yaitu: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien atrium septum defek dan ventrikel septum defek 2. Bagi Institusi a. Menambah wawasan bagi para tenaga medis tentang keperawatan anak pada asuhan keperawatan pasien denngan asd dan vsd b. Menambah masukan dan sumber baca di perpustakaan khususnya tentang tentang keperawatan anak pada asuhan keperawatan pasien dengan asd dan vsd
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan makalah ilmiah ini adalah dengan menggunakan metode penyusunan yang terdiri dari 4 BAB yaitu :
5
Bab I
: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan
BabII
: Tinjauan teoritis yang terdiri dari Pengertian, Patofisiologi, Manifestasi klinis, Pemeriksaan Diagnostic dan Penatalaksanaan
Bab III
:Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Evaluasi
Bab IV
:Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Defek Septum Atrium (Atrial Septal Defect) A. Definisi ASD adalah lubang abnormal pada sekat yang memisahkan kedua belah atrium sehingga terjadi pengaliran darah dari atrium kiri yang bertekanan tinggi ke atrium kanan bertekanan rendah. ASD merupakan kelainan jantung bawaan tersering setelah VSD . dalam keaadaan normal pada peredaran darah janin terdapat lubang diantara antrium kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru –paru. Pada saat bayi lubang ini biasanya menutup. jika lubang ini terbuka, darah terus mengalir dai antrium kiri ke antrium kanan (shunt) maka darah bersih dan darah kotor akan bercampur. Aliran darah pintas kiri ke kanan pada tipe atrium sekundum dan tipe sinus venosus akan menyebab kan keluhan kelemahan dan sesak napas, umumnya timbul pada usia dewasa muda. Kegagalan jantung kanan serta disritmia supraventrikular dapat pula terjadi pada stadium lanjut. Gejala yang sama ditemukan juga pada tipe atrium primum. Namun, apabila gurgitasi mitral berat, gejala serta keluhan akan muncul lebih berat dan lebih awal. Gejala ini umumnya ditemukan pada umur 20-40 tahun, sebagian kecil yaitu antara 9-15% ditemukan pada umur yang lebih tua. Hasil pemeriksaan fisik yang khas pada tipe ostium sekundum dantipe sinus venosus adalah bising sistolik tipe ejeksi pada garis sternal kiri bagian atas, disertai fixed spliting bunyi jantung II. Hal ini menggambarkan penambahan aliran darah melalui katup pulmoner. Kadang-kadang terdapat juga bising awal diastolik pada garis sternal bagian bawah, bising menggambarkan penambahan aliran di katup trikuspidalis. Terdapat tiga tipe dasar ASD, diklasifikasi menurut posisinya :
7
1. Defek ostium sekundum Defek sekundum merupakan defek yang paling sering ditemukan dan paling baik teridentifikasi oleh ekokadriografi serta jelas tervisualisasi dengan TEE. 2. Defek sinus venosus Defek ini sulit dicitra dengan TEE konvensional dan mungkin hanya bisa dilihat dengan pencitraan transesofageal. 3. Defek titium primum Defek ini angat jarang pada orang dewasa dan meskipun dapat terjadi secara terpisah, lebih umum dilihat sebagai komponen atrium dalam satu spektrum defek septum atrioventrikel (defek saluran AV). B. PATOFISIOLOGI Karena terkanan atrium kiri agak melebihi tekanan atrium kanan, maka darah mengalir dari atrium kiri ke kanan sehingga terjadi peningkatan aliran darah yang kaya oksigen ke dalam sisi kanan jantung kendati perbedaaan tekanan rendah, kecepatan aliran yang tinggi tetap dapat terjadi karena rendahnya tekanan vaskular paru dan semkain besarnya daya kembang atrium kanan yang selanjutnya akan mengurangi resistensi aliran meskipun terjadi pembesaran atrium dan ventrikel kanan gagal jantung jarang terjadi pada asd yang tidak mengalami komplikasi biasanya perubahan pada pembuluh darah paru hanya terjadi sesudah beberapa puluh tahun kemudian jika defeknya tidak diperbaiki. C. MANIFESTASI KLINIK Pasien asd mungkin tidak menunjukkan gejala asimtomatik. Pada pasien ini dapat terjadi gagal jantung kongestif. Terdengar bising jantung yang khas. Pasien asd beresiko untuk mengalami disritmia atrium (yang mungki disebabkan oleh pembesaran atrium dan mngkin serabut penghantar implus jantung) serta kemdian mengalami penyakit obstruksi vaskular pulmonalis dan pembentukan emboli karena peningkatan alran darah paru yan kronis. D. DIAGNOSIS Roentgenogram dada anak dengan defek sekat AV komplit sering menunjukan perbesaran jantung yang menyolok yang disebabkan oleh penonjolan ventrikel
8
maupun atrium kanan. Elektrokardiogram anak dengan defek sekat AV kompilt adalah khas. Ekokardiogram adalah khas dan menunjukan tanda- tanda perbesaran ventrikel kanan dengan ganguan eko katup mitral pada saluran keluar ventrikel kiri. Kataterisasi jantung dan angiokardiografi mungkin diperlukan untuk memperkuat diagnosis. Pemerikasaan ini memperagakan gerakan shunt dari kiri ke kanan, keparahan hipertensi pulmonal, tingkat kenaikan tahanan vaskuler
pulmonal,
dan
keparahan
insufiensi
katup
AV
komunis.
Ventrikulografi kiri selektif sangat membantu dalam mendiagnosis defek sekat AV perubahan bentuk (deformitas)katup mitral atau katup atrioventrikuler yang umam dan memutar balikan saluran alirn keluar ventrikel kiri yang menyebabkan deformitas yang menampakan tanda “leher angsa” saluran aliran keluar ventrikel kiri. E. PENATALAKSANAAN MEDIS Tindakan koreksi bedah dapat dilakukan setiap saat setelah diagnosis ditegakkan, tetapi basanya dilaksanakan pada usia sekolah dini. Bila dilakukan katerisasi pada defek kecil dengan rasio aliran (flow ratio)< 1.2 dan rasio tahanan (resestance ratio) kurang dari o.7 operasi dapat ditangguhkan. Tetapi karena katerisasi jantung tidak dilakukan pada sebagian besar kasus defek septum atrium, maka kriteria tersebut jarang dipakai lagi. Hasil operasi pada defek septum atrium tanpa kompliksi adalah sangat baik (mortalitaskurang dari 0.5 %), dan pasien dapat diharapkan hidup normal.
9
Defek Septum Ventrikel(Ventrikel Septal Defect)
A. Defiisi Merupakan lubang abnormal pada sekat yang memsahkan ventrikel kanan dan kiri. Malformasi jantung yang paling sering, meliputi 25% penyakit jantung kongiental. Defek dapat terjadi pada setiap bagian sekat ventrikel, namun sebagian besar adalah tipe membranosa. Defek ini ada pada posisi posteroinferior anterior dari daun katup sekat katup trikuspidal. Defek pada bagian tengah atau daerah apeks sekat ventrikel adalah tipe muskuler dapat tunggal atau multipel (sekat swiss – cheese). VSD dapat diklarifikasikan menurut lokasi defeknya: membranosa atau muskularis. Ukuran vsd dapat bervariasi dari ukuran mata jarum yang kecil hingga keadaan tanpa sekat(septum) sehingga kedua ventrikel menjadi satu. Vsd sering disertai dengan defek lainnya seperti stenosis pulmonalis, transposisi pembuluh darah besar, paten duktus arteriosus, defek antrium dan koarktasio aorta. Banyak kasus vsd diperkirakan akan menutup secara sponta, penutupan spontan paling besar kemungkinannya terjadi pada anak –anak dalam usia 0-1 thn defek kecil hingga defek sedang. B. EMBRIOLOGI DAN ANATOMI Pembagian ventrikel tunggal menjadi ventrikel kiri dan kanan terjadi pada minggu ke 4 dan minggu ke 8 kehidupan mudigah. Bersamaan dengan pembagian antrium tunggal menjadi antrium kanan dan kiri. Septum ventrikel yang pertama terbentuk pars mebaranasea yang kemudian bergabung dengan endocardial cushion dan bulbus kordis (bagian proksimal trunkus anteriosus) pars muskularis septum kemudian mula terbentuk, bersama dengan pertumbuhan lebi lanjut bulbus kordis dan endocardial cushion. Hasil perkembangan ini adalah terbentuknya septum ventrikel pars membranase dan pars muskularis, serta katup mitral yang mempunyai kontak jaringan dengan aorta, sedangkap
10
katup triskupid dan katup plpmonal terpisah. Salah satu bentuk pada proses ini dapat menyebabkan lubang pada septum ventrikel. C. PATOFISIOLOGI Karena tekanan yang lebih tinggi dalam ventrike kiri dan karena sikulasi sitemik darah arteri meberikan tahanan yang lebih tinggi daripada sirkulasi pulmonal, maka darah mengalir melewati lubang defek kedalam arteri pulmonalis. Peningkatan volume darah akan dipompa ke dalam paru dan keadaan ini akhirnya dapat mengakibatkan peningkatan tahanan vaskuler pulmonalis. Peningkatan tekanan dalam ventrikel kanan akabibat pemintasan aliran darah dari kiri ke kanan dan peningkatan tahanan pulmonalis akan menyebabkan hipertrofi otot jantung. Jika ventrikel kanan tidak sanggup lagi menanpng penambahan beban kerja maka antrium kanan dapt juga membesar karena berupaya mengatasi tahanan yang terjadi akibat pengosongan ventrikel kanan yang tidak lengkap. Pada defek ybag berat dapat terjadi sindrom Eisenmenger. D. MANIFESTASI KLINIS Gagal jantung kongestif lazim dijumpai pada VSD. Terdengar bising jantung yang khas. Pasien vsd beresiko endokarditis bakterialis dan peyakit obstruksi vaskular pulmonalis. Pada vsd yang berat dapat terjadi sindrom Eisenmenger. E. DIAGNOSIS Elektrokardiogram dua dimensi akan menunjukkan posisi dan besar VSD. Pada defek yang amat kecil terutama sekat muskuler, defek sendiri mungkir sukar ditayangkan dan hanya ditampakkan dengan pemeriksaan dopler berwarna. Ekokardiogram juga berguna dalam memperkirakan ukuran shunt dengan memeriksa tingkat beban volume berlebih atrium kiri dan ventrikel kiri. Kataterisasi jantung juga dapat dilakukan namun tidak dilakukan pada defek kecil. F. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
11
Sejumlah defek kecil yang berarti (30-50%) akan menutup secara spontan, paling sering selama umur tahun pertama. Defek ini akan sering menderita aneurisma sekat ventrikel yang membatasi besarnya shunt. Salah satu resiko jangka lama penderita ini adalah resiko endokarditis infektif. Endokarditis terjadi kurang daripada 2% anak pada VSD. Untuk defek sedang atau besar kurang sering menutup secara spontan, bahkan defek cukup besar untuk mengakibatkan gagal jantung. Yang lebih sering adalah bayi dengan defek besar menderita kejadian infeksi pernafasan berulang dan gagal jantung kongesif walaupun manajemen medik optimal. Penderita ini beresiko terjadi penyakit vaskuler pulmonal dengan bertambahnya waktu jika defek tidak diperbaiki. E. PENATALAKSANAAN MEDIS Pada penderita dengan defek kecil, orang tua harus diyakinkan lagi mengenai sifat lesi yang relatif jinak, dan anak harus didorong untuk hidup secara normal tanpa pembatasan aktifitas fisik. Perbaikan secara bedah tidak dianjurkan sebagai perlindungan terhadap endokarditis. Penderita ini dapat dipantau dengan kombinasi pemeriksaan klinis dan kadang-kadang uji laboratorium non infasif sampai defek telah menutup secara spontan. Pada bayi dengan vsd besar, manajemen medik mempunyai 2 tujuan: mengendalikan gagal jantung kongesif dan mencegah terjadinya penyakit vaskular pulmonal. Cara cara pengobatan ditunjukkan pada pengendalian gejala gagal jantung dan mempertahankan pertumbuhan normal. Penutupan dengan pembedahan dapat dilakukan resiko kecil pada kebanyakan bayi, manajemen medik harus tidak diteruskan pada bayi bergejala sesudah percobaan yang tidak berhasil. Penyakit vaskuler pulmonal dicegah bila pembelahan dilakukan pad aumur tahun pertama dengan demikian defek besar yang disertai dengan hipertensi pulmonal harus ditutup secara efektif pada umur antara 6 dan 12 bulan. Sesudah penutupan (obliterasi shunt) dari kiri ke kanan jantung yang hiperdinamik menjadi tenang, ukuran jantung berkurang kearah normal.
12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Defek Septum Antrium dan Defek Septum Ventrikel
1. Defek Septum Antrium A. Pengkajian Pasien dengan Defek Septum Antrium 1. Riwayat kesehatan Bukti penambahan BB yang buruk, makan buruk, intoleransi aktivitas,postur tubuh tidak umum, atau infeksi saluran pernapasan yang sering.Observasi anak terhadap manifestasi ASD Pada Bayi. a. Dispnea, khususnya setelah kerja fisik seperti makan, menangis, mengejan b. Keletihan c. Pertumbuhan
dan
perkembangan
buruk
(gagal
tumbuh)
Sebagian anak menderita KJB dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Pada kasus yang spesifik seperti VSD, ASD dan TF, pertumbuhan fisik anak terganggu, terutama berat badannya. Anak kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama karena mengalami infeksi saluran pernapasan. Sedangkan untuk perkembangannya yang sering mengalami gangguan adalah aspek motoriknya. d. Pola Aktivitas Anak-anak yang menderita TF sering tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari secara normal.Apabila melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak energi, seperti berlari, bergerak, berjalan-jalan cukup jauh, makan/minum yang tergesa-gesa, menangis atau tiba-tiba jongkok (squating), anak dapat mengalami serangan sianosis.Hal ini dimaksudkan untuk memperlancar aliran darah ke otak. Kadang-kadang tampak pasif dan lemah, sehingga kurang mampu untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari dan perlu dibantu
13
2. Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap jantung. a. Denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada b. Pemeriksaan dengan stetoskop menunjukkan bunyi jantung yang Abnormal. c. Bisa terdengar murmur akibat peningkatan aliran darah yang melalui katup pulmonalis d. Tanda-tanda gagal jantung e. Jika shuntnya besar, murmur juga bisa terdengar akibat peningkatan aliran darah yang mengalir melalui katup trikuspidalis 3. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital. 4. Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi: a. Inspeksi 1) Status nutrisi–Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk berhubungan dengan penyakit jantung. 2) Warna – Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang sering menyertai penyakit jantung. 3) Deformitas dada – Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi dada. 4) Pulsasi tidak umum – Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat. 5) Ekskursi pernapasan – Pernapasan mudah atau sulit (mis; takipnea, dispnea, adanya dengkur ekspirasi). 6) Jari tabuh – Berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung kongenital. 7) Perilaku – Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri khas dari beberapa jenis penyakit jantung. b. Palpasi dan perkusi 1) Dada – Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik lain (seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan pemeriksa saat mampalpasi) 2) Abdomen – Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat.
14
3) Nadi perifer – Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat menunjukkan ketidaksesuaian. c. Auskultasi 1) Jantung – Mendeteksi adanya murmur jantung. 2) Frekwensi dan irama jantung – Menunjukkan deviasi bunyi dan intensitas jantung yang membantu melokalisasi defek jantung. 3) Paru-paru – Menunjukkan ronki kering kasar, mengi. 4) Tekanan darah – Penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi jantung (mis; ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan bawah) Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian – mis; ekg, radiografi, ekokardiografi, fluoroskopi, ultrasonografi, angiografi, analisis darah (jumlah darah, haemoglobin, volume sel darah, gas darah), kateterisasi jantung. Evaluasi Pasien dengan Defek
Septum
Antrium B.Diagnosa 1. penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama dan konduksi jantung 2. Intoleransi aktifitas b.d hipoksia 3. kerusakan pertukaran gas b.d edema paru C. Intervensi Keperawatan N
Diagnoa
Tujuan/Kriteria
o
1
Intervensi
Rasional
Hasil Penurunan
T:
curah
memperlihatkan
apical,
peningkatan
frekuensi,
tachycardia
curah jantung
irama jantung
untuk
Catat
mengkopensas
b.d
jantung perubahan
dalam
rate,
irama
dan
KH:
Klien
Denyut
konduksi
jantung
kuat,
jantung
teratur
dan
-
-
Auskultasi nadi kaji
bunyi
jantung -
Palpasi
-
Biasanya terjadi
i nadi
penurunan
kontraktilitas
15
dalam
batas
perifer. Untuk
normal
mengetahui fungsi
-
-
pompa
jantung
-
S1
dan
S2
lemah, karena
yang
menurunya
sangat
kerja
pompa
dipengaruhi
S3
sebagai
oleh CO dan
aliran
pengisiaan
dalam
jantung
serambi yaitu
Pantau tekanan
distensi.
darah
menunjukan
Pantau
inkopentensi
keluaran urine,
atau
catat
katup
penurunana keluaran
-
jantung
-
dan
ke
S4
stenosis
Untuk mengetahui
kepekaan atau
fungsi pompa
konsentrasi
jantung yang
urine
sangat
Kolaborasi
dipengaruhi
dengan dokter
oleh CO dan
untuk
pengisiian
terapi
oksigen,
obat
jantung
obat
diuretic
dan
cairan
jantung -
Dengan menurunya CO mempengaruh i suplay darah ke ginjal yang juga mempengaruh i pengeluaran
16
hormone aldosteron yang berfungsi pada
proses
pengeluaran urine -
Mambantu dalam proses kimia
dalam
tubuh Intoleransi 2.
aktifitas hipoksia
T: b.d
klien
1. Taksiran
1. Untuk
menunjukan
tingkat,
memberikan
perbaikan
kelelahan,
informasi
curah
jantung
kemampuan
tentang energi
yang
terlihat
untuk
cadangan dan
dari
aktivitas
melakukan
respon untuk
ADL
beraktifitas
klien
2. Berikan
2. Untuk
periode
dan
istrahat
yang
meningkatkan istirahat
cukup 3. Hindari
dan
menghemat suhu
lingkungan
energy 3. Karena
yang ekstrim
hipertemia/hi poterma dapat meningkatkan kebutuhan oksigen -
17
Kerusakan pertukaran
T: dalam waktu gas
b.d edema paru
3
x
24
jam
1. Berikan bronkodilator
setalah
sesuai
diberikan
diharuskan
intervesi terjadi
yanng
Dapat
perbaikan
diberika
dalam
n
pertukaran gas
perolar,
KH:
IV,
-
Melapor kan
-
-
inhalasi Observa
penurun
si
efek
an
samping
dispnea
,
Menunju
takikard
kan
i,
perbaika
disritmi
n dalam
a,
laju
eksitasi
aliran
sistem
ekspirasi
saraf
Menggun
pusat,
akan
mual
peralatan
muntah
,
oksigen dengan tepat ketiak dibutuhk an -
Menunju
18
kan gas – gas darah arteri yang normal
a. Proses : langsung setalah setiap tindakan b. Hasil : tujuan yang diharapkan 1. Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia 2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan usia 3. Anak bebas dari komplikasi pascabedah
3. Defek Septum Ventrikel A. Pengkajian 1) Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktifitas terbatas) 2) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (mur-mur), edema tungkai, hepatomegali. 3) Kaji adanya tanda hypoxia kronis : clubbing finger
19
4) Kaji pola makan, pertambahan berat badan.
B. Diagnosa Keperawatan 1) Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung 2) Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal 3) Tidak toleransi terhadap aktifitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. 4) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan 5) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori. 6) Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan 7) Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekwatiran terhadap penyakit anak.
C. Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung Tujuan : Curah jantung membaik Kriteia hasil : adanya tanda-tanda membaiknya curah jantung Intervensi :
Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit.
Tegakkan derajat sianosis (membrane mukosa, clubbing)
20
Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachipnea, sesak, lelah saat minum susu, periorbital edema, oliguria dan hepatomegali.
Kolaborasi untuk pemberian obat (diuretic, untuk menurunkan afterload) sesuai indikasi
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal Tujuan : Pertukaran gas membaik Kriteria hasil : tidak adanya tanda-tanda resistensi pembuluh paru Intervensi :
Monitor kualitas dan irama pernafasan
Atur posisi anak dengan posisi fowler
Hindari anak dari orang yang terinfeksi
Berikan istirahat yang cukup
Berikan oksigen sesuai indikasi
3. Tidak toleransi terhadap aktifitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. Tujuan : Aktifitas klien terpenuhi Kriteria hasil : Anak berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuanya Intervensi :
Ijinkan anak sering istirahat dan hindarkan gangguan saat tidur
Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktifitas ringan
Bantu anak untuk memilih aktifitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak
Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas
Hindarkan suhu lingkungan terlalu panas atau dingin
Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan /kecemasan anak
21
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan Tujuan : Tidak terjadi perubahan pertumbuhan dan perkembangan Criteria hasil : Pertumbuhan anak sesuai kurva pertumbuhan BB dan TB. Intervensi :
Sediakan didit yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat.
Monitor TB dan BB
Libatkan keluarga dalam pemberian nutrisi kepada anak
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : Anak mempertahankan intake makanan dan minuman Intervensi :
Timbang BB setiap hari dengan timbangan yang sama
Catat intake dan out put secara benar
Berikan makanan dengan porsi kecil sering
Berikan minum yang banyaK
6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan Tujuan : tidak terjadi infeksi Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi Intervensi :
Monitor tanda –tanda vital
Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
Berikan istirahat yang adekuat
22
Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal
7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekwatiran terhadap penyakit anak. Tujuan : Tidak terjadi perubahan peran orang tua Kriteria hasil ; – orang tua mengekspresikan perasaannya – Orang tua yakin memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan. Intervensi :
Motivasi orang tua ntuk mengekspresikan perasaannya sehubungan dengan anaknya
Diskusikan dengan orang tua tentang rencana pengobatan
Berikan informasi yang jelas dan akurat
Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
Motivasi keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalam perawatan anak.
23
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada, penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering ditemukan. Adapun contoh penyakit jantung bawaan adaah Atrium Septal Defect (ASD) dan Ventrikel septal defect (VSD). Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin.Atrial Septal Defect (ASD) adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan). Ventrikel septal defect (VSD) suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan resistensi pulmonal.Hal ini mengakibatkan darah mengalir ke arteri pulmonal melalui defek septum.Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian tekanan diventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri kekanan. Ini akan beresiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya hipertropi otot ventrikel kanan
24
sehingga akan berdampak pada peningkatan workload sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya workload, terjadilah pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.
B. SARAN Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan jantung ASD/ VSD Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk menanganinya secara efektif dan efisien . a. Mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan mnegetahui konsep. Atrium septum defek/ ventrikel septum defek dan askep nya guna unttuk mengaplikasikan dalam memberikan pelayanan kepada pasien b. Perawat memiliki pengetahuan tentang ASD/ VSD untuk dapat mengantisipasi orang tua dalam menjalani pengobatan untuk sehingga penyakit lebih berat dapat dihindari . c. Pelayanan keperawatan dapat memberikan anjuran kepada orang tua untuk melalukan terapi agar ASD/ VSD dapat teratasi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Perhimpunan
Dokter
Penyakit
Dalam
Indonesia.2006.Ilmu
Penyakit
Dalam.Jakarta:FKUI Cecily L. Bets, Linda A. Sowden, Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta : EGC, 2002. Junadi dkk, Kapita SElekta kedokteran, Ed2, Media Aesculapius, FKUI, 1982 http://www.layurveda.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2 1%3Aadmin&catid=7%3Aadmin&Itemid=20&lang=en Huon, Gray,
dkk. 2003. Lecture Notes Kardiologi edisi keempat. Jakarta :
Erlangga. Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular . Banjarmasin : Salemba Medika. Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam L. Wong, Donna. Dkk. 2012. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta. EGC Kliegman, Arvin Behrman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC Markum, A.H. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Gaya Baru
26
27