Keperawatan Maternitas Mam Eha.docx

  • Uploaded by: Zailina Napollion
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Keperawatan Maternitas Mam Eha.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,489
  • Pages: 16
KEPERAWATAN MATERNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN POST MATURE

Disusun Oleh : Kelompok 6 1. Intan Putri Andriani 2. Nadiya Ayu Nopihartati 3. Novila Yunita Sari 4. Regina Desyanda Dosen Pembimbing: Asmawati S.Kp.,M.Kep

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini, dengan judul Asuhan keperawatan Perssalinan post mature Dalam penulisan Makalah ini Kami tidak henti-hentinya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan Makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan memberikan informasi tentang Asuhan keperawatan post mature Kami sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana pepatah “Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karenanya kami membuka tangan selebar-lebarnya guna menerima saran dan kritik membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami mengharapkan agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Bengkulu,

April 2019

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakan Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Prawiharjo, 2002). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawiharjo, 2002). Dari survei demografi dan kesehatan indonesia (sdki) dan data biro pusat statistik (bps), angka kematian ibu dalam kehamilan dan persalinan di seluruh dunia mencapai 515 ribu jiwa pertahun. Ini berarti seorang ibu meninggal hampir setiap menit karena komplikasi kehamilan dan persalinannya (dr. Nugraha, 2007) Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal kehamilan resiko tinggi (krt) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi (Syamsul, 2003). Post matur merupakan kasus yang sering kali terjadi pada saat kehamilan yaitu yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri ( Kapita Selekta Kedokteran jilid 1). Menurut (Achadiat 2004:32) Kehamilan postmatur lebih mengacu pada janinnya, dimana

dijumpai tanda-tanda seperti kuku panjang, kulit keriput,plantara creases yang sangat jelas, tali pusat layu dan terwarnai oleh mekonium.(Varney Helen, 2007). Beberapa ahli dapat menyatakan kehamilan lewat bulan bila lebih dari 41 minggu karena angka mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40 minggu. Namun kurang lebih 18% kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu hingga 7% akan menjadi 42 minggu bergantung pada populasi dan kriteria yang digunakan. Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan. Jika tapi telah ditentukan pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan. D ata yang terkumpul sering menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring peningkatan usia kehamilan lebih dari 40 minggu.

B. Rumusan masalah Bagaimana Asuhan keperawatan pada persalinan post mature? C. Tujuan Mengetahui Asuhan keperawatan pada persalinan post mature

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Post matur adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri ( Kapita Selekta Kedokteran jilid 1). Menurut (Achadiat 2004:32) Kehamilan postmatur lebih mengacu pada janinnya, dimana dijumpai tanda-tanda seperti kuku panjang, kulit keriput,plantara creases yang sangat jelas, tali pusat layu dan terwarnai oleh mekonium.(Varney Helen, 2007).

B. Etiologi Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan adalah a. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Rustam, 1998). b. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba, 1998). c. Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen pada kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.

d. Factor lain adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu. e. Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum, 55% intrapartum, dan 15% postpartum. Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut a. Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering. b. Tidak diketahui. c. Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan. d. Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang jarang terjadi. e. Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi. f. Faktor genetik juga dapat memainkan peran.

C. Tanda dan Gejala a. Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau secara objektif kurang dari 10x / menit. b. Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari: Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas. Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan mekoneum ( kehijuan di kulit. Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada kuku, kulit dan tali pusat. c. Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur.

d. Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur e. Rambut kepala lebih tebal.

D. Patofisiologi Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba, 1998). Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang, tali pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan gawat janin Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka janin postterm dapat tumbuh terus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat menyebabkan distosia bahu. Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba, 1998). Sindroma postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang, tali pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan gawat janin. Bila keadaan plasenta tidak mengalami insufisiensi maka

janin postterm dapat tumbuh terus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat menyebabkan distosia bahu. E. Pemeriksaan Penunjang a. USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta. b. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin. c. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban. d. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban. e. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus. f. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine. g. Pemeriksaan sitologi vagina.

F. Pengaruh Terhadap Ibu dan Bayi Ibu: Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena kontraksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, molding kepala kurang, sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, perdarahan post partum yag mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Bayi : Jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3x lebih besar dari kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin bervariasi, biantaranya berat janin bertambah, tetap atau berkurang,

G. Penatalaksanaan Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah monitoring janin sebaik – baiknya. Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik, apabila sudah matang, boleh dilakukan induksi persalinan.

Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu janin post matur lebih peka terhadap sedative dan narkosa. Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada keadaan onsufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang, pembukaan belum lengkap, partus lama dan terjadi gawat janin, primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,pre eklamsi, hipertensi menahun, anak berharga dan kesalahan letak janin.

H. Komplikasi a. Kemungkinan komplikasi pada bayi postmatur b. Hipoksia c. Hipovolemia d. Asidosis e. Sindrom gawat nafas f. Hipoglikemia g. Hipofungsi adrenal.

I. Pencegahan Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah

hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari 2011. Saat ini tanggal 4 Maret 2011. Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Data Subjektif: a. Identitas Meliputi

nama,

jenis

kelamin,pekerjaan,

status

kewarganegaraan,

suku

bangsa,pendidikan, alamat. b. Keluhan utama Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba dalam bukunya Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan (1998; hal 225) Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu. 1. Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali. 2. Berat badan ibu mendatar atau menurun. 3. Air ketuban terasa berkurang. 4. Gerak janin menurun. c. Riwayat Menstruasi Hari pertama hari terakhir haid d. Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit e. Riwayat Obstetri Mengkaji riwayat obstetri dahulu meliputikehamilan, persalinan, nifas, anak serta KB yang pernah digaunakan. Termasuk didalanya riwayat TT, serta penyulit yang dialami. f. Riwayat kehamilan sekarang Mengkaji

keluhan

yang

yang

dirsakan

pasien

selama

kehamilan

ini.

Digunakan sebagai identifikasi masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan antenatal yang dilakukan. g. Riwayat kesehatan Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm.

h. Riwayat kesehatan keluarga Mendeteksi masalah yang berkaitan dengan factor genetic, sebagai indikasi penyakit yang diturunkan oleh orang tua. i. Pola kehidupan sehari-hari Meliputi kebiasaan sehari-hari yang dilakukan pasien. Data Objektif: a. Pemeriksaan umum Secara umum ditemukan gambaran kesadaran umum, dimana kesadaran pasien sangat penting dinilai dengan melakukan anamnesa. Selain itu pasien sadar akan menunjukkan tidak adanya kelainan psikologis dan kesadaran umum juga mencakup pemeriksaan tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan , lingkar lengan atas yang bertujuan untuk mengetahui keadaan gizi pasien. b. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi Mata : Periksa konjungtiva dan sklera untuk menentukan apakah ibu anemia atau tidak, Muka : edema atau tidak Leher : apakah terdapat pembesaran kelenjar baik kelenjar tiroid maupun limfe Dada : bagaimana keadaan putting susu, ada tidaknya teraba massa atau tumor, tanda-tanda kehamilan (cloasma gravidarum, aerola mamae, calostrum), Abdomen : dilihat pembesaran perut yang sesuai dengan usia kehamilan, luka bekas operasi, Genitalia : Dilihat genetalia bagian luar oedem atau tidak serta pengeluaran pervaginam Ekstremitas :Atas maupun bawah tidak oedem

2. Palpasi Abdomen : Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali (Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998; hal 225). Dengan menggunakan cara Leopold:

Leopold I : Untuk menentukan TFU dan apa yang terdapat dibagian fundus (TFU dalam cm) dan kemungkinan teraba kepala atau bokong lainnya, normal pada fundus teraba bulat,tidak melenting,

lunak yang

kemungkinan adalah bokong janin

Leopold II: Untuk menentukan dimana letaknya punggung janin dan bagian-bagian kecilnya. Pada dinding perut klien sebelah kiri maupun kanan kemungkinan teraba, punggung, anggota gerak, bokong atau kepala. Leopold III: Untuk menentukan apa yang yang terdapat dibagian bawah perut ibu dan apakah BTJ sudah terpegang oleh PAP, dan normalnya pada bagian bawah perut ibu adalah kepala. Leopold IV: Untuk menentukan seberapa jauh masuknya BTJ ke dalam rongga panggul dan dilakukan perlimaan untuk menentukan seberapa masuknya ke PAP

3. Auskultasi Untuk mendengar DJJ dengan frekuensi normal 120-160 kali/menit, irama teratur atau tidak, intensitas kuat, sedang atau lemah. Apabila persalinan disertai gawat janin, maka DJJ bisa kurang dari 110 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit dengan irama tidak teratur.

4. Perkusi Pemeriksaan reflek patella kiri dan kanan yang berkaitan dengan kekurangan vitamin B atau penyakit saraf, intoksikasi magnesium sulfat.

c. Pemeriksaan Penunjang Menurut Mansjoer, Arif.. 2001; hal 275 1. USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta. 2. KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin

3. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan, dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin ) 4. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%

B. Diagnosa keperawatan

Dx. Post matur kehamilan

Ansietas b/d proses kelahiran lama

Nyeri b/d operasi sectio caesarea

Dx. Bayi Post matur

Kerusakan integritas kulit b/d maserasi

BAB 4 PENUTUP

A. Kesimpulan Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Prawiharjo, 2002). Postmatur menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa komplikasi. (Buku Pengantar Kuliah Obsetri: hal 450). Kehamilan lewat bulan, suatu kondisi antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir. Etiologi pada kelahiran lewat bulan ini masih belum pasti. Namun ada faktor yang diduga bayi lahir lewat bulan atau postmatur, yang dikemukakan adalah faktor hormonal yaitu kadar progesteron, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta. Banyak bayi postmatur Clifford meninggal dan sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak.

B. Saran Memperhatikan kondisi saat fase kehamilan sangatlah penting dengan gizi yang cukup dan seimbang, oleh karena itu bagi ibu-ibu yang hamil hendaklah mempersiapkan persalinan dengan sebaik-baiknya, serta dengan melakukan pemeriksaan rutin baik untuk mengetahui kesehatan janin dan sang ibu, selain itu juga penting dalam mendeteksi sedini mungkin umur kehamilan ibu untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan sehingga kehamilan post matur dapat diakhiri sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin.

Related Documents


More Documents from "Arba'ani"