KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK
A. Pengertian Keperawatan Gerontik Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (KOZIER, 1987). Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
B.
Fungsi Perawat Gerontik Menurut Eliopoulous tahun 2005, fungsi perawat gerontologi adalah:
1.
Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2.
Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua).
3.
Respect the tight of older adults and ensure other do the same ( Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).
4.
Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan mendorong kualitas pelayanan).
5.
Notice and reduce risks to health and well being ( Memerhatikan serta mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6.
Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan).
7.
Open channels for continued growth ( Membuka kesempatan untuk pertumbuhan selanjutnya).
8.
Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan).
9.
Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat, dukungan dan harapan).
10. Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian). 11. Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan perawatan restoratif dan rehabilitatif). 12. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur perawatan). 13. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner ( Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh). 14. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan). 15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya). 16. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other (Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual). 17. Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern (Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja). 18. Support and comfort through the dying process (Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghapi proses kematian). 19. Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).
C. Lingkup Keperawatan Gerontik Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas
keterbatasan lansia. Sifat nya adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik dan holistik.
D. Pengertian Lansia Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari p r o s e s k e h i d u p a n ya n g t a k d a p a t d i h i n d a r k a n d a n a k a n d i a l a m i o l e h s e t i a p individu Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya perubahan dalam hidup (Isawi, 2002)
E.
Batasan Lanjut Usia DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS 2. Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM 3. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Usia lanjut : 60 - 74 tahun 2. Usia Tua : 75 - 89 tahun 3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Muhammad: 1. Masa setengah umur : 45-60 th 2. Masa lansia / senium : 65 th ke atas Dra. Ny. Josmasdani dengan 4 fase: 1. Fase iuventus : 25-40 th 2. Fase verilitas : 40-50 th 3. Fase frasenium : 55-65 th 4. Fase senium : 65-tutup usia UU no.13 tahun 1998: Lansia pada seseorang berusia 60 tahun ke atas Usia digolongkan atas 3: 1. Usia biologis
Usia yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup 2. Usia psikologis menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian pada situasi yang dihadapinya 3. Usia sosial usia yang menunjuk pada peran-peran yang diharapkan / diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya. F.
Tipologi Lansia Tipe lansia yang paling menonjol :
1. Tipe arif dan bijaksana: lansia yang kaya akan hikmah pengalaman 2. Tipe mandiri: lansia akan mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru 3. Tipe tidak puas: lansia menentang terjadinya proses penuaan 4. Tipe pasrah: selalu menerima dan menunggu nasib baik 5. Tipe bingung: lansia akan mengalami kehilangan kepribadian dan akan mengasingkan diri
G. Mitos Lansia 1. Mitos kedamaian dan ketenangan Kenyataan : a.
Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit
b. Depresi c.
Kekhawatiran
d. Paranoid e.
Masalah psikotik
2. Mitos konservatisme dan kemunduran a.
Konservatif
b. Tidak kreatif c.
Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa silam e.
Merindukan masa lalu
f.
Kembali ke masa kanak-kanak
g. Susah berubah h. Keras kepala i.
Cerewet
3. Mitos berpenyakitan Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses manua. 4. Mitos semilitas Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak 5. Mitos tidak jatuh cinta Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau sudah berkurang 6. Mitos aseksualitas Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang 7. Mitos ketidak produktifan Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif
H. Teori Proses Menua 1.
Biologi
a.
Teori “Genetic Clock”; Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
b.
Teori “Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “Error Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan. c.
Teori “Autoimun” Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)
d.
Teori “Free Radical” Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
e.
Wear &Tear Teori Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.
f.
Teori kolagen Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
2.
Teori Sosiologi
a.
Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
b.
Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
c.
Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
d.
Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses penuaan.
3.
Teori Psikologis
a.
Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna.
b.
Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan.
c.
Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat maksimumnya.
d.
Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan usianya.
4.
Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
5.
Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial . Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh
diet
;
suka
memakan
oksidator,
yaitu
makanan
yang
hampir
expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
I.
Faktor yang mempengaruhi proses menua Faktor faktor yang mempengaruhi penuaan
1. Hereditas atau ketuaan genetic 2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan 4. Pengalaman hidup 5. Lingkungan 6. Stres
J.
Perubahan yang terjadi pada lansia Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. Perubahan Mikro a.
Berkurangnya cairan dalam sel
b. Berkurangnya besarnya sel c.
Berkurangnya jumlah sel
2. Perubahan Makro a.
Mengecilnya mandibula
b. Menipisnya discus intervertebralis c.
Erosi permukaan sendi-sendi
d. Osteoporosis e.
Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya menurun)
f.
Emphysema Pulmonum
g. Presbyopi h. Arterosklerosis i.
Manopause pada wanita
j.
Demintia senilis
k. Kulit tidak elastic l.
Rambut memutih
Perubahan fisiologis pada lansia: 1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen. a.
Sistem pernafasan pada lansia.
1)
Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2)
Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
3)
Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4)
Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.
5)
Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6)
CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7)
Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan. 1)
Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2)
Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3)
Mengecilnya syaraf panca indera.
4)
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c.
Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1)
Penglihatan
a)
Kornea lebih berbentuk skeris.
b)
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
c)
Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d)
Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
e)
Hilangnya daya akomodasi.
f)
Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g)
Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
2) Pendengaran. a)
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b)
Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c)
Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu. a)
Menurunnya kemampuan pengecap.
b)
Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
4) Peraba. a) Kemunduran dalam merasakan sakit. b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin. d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut. 1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku. 2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah 4) Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ). 5)
Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
e.
Sistem genito urinaria.
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin. 3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. 4) Atropi vulva. 5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna. 6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus. f.
Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun. 2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah. 3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH. 4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat. 5) Menurunnya produksi aldosteron. 6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron. 7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess). g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut. 1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. 2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit. 3) Esofagus melebar. 4)
Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi. 6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ). 7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
h. Sistem muskuloskeletal. 1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh. 2) Resiko terjadi fraktur. 3) Kyphosis. 4) Persendian besar & menjadi kaku. 5) Pada wanita lansia > resiko fraktur. 6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas. 7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ). Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan. Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan pada lobus. Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus. Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter. g. Perubahan sistem kulit & karingan ikat. 1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak 2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose 3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi. 4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen. 5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik. 6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh. 7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu. 8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun. 9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun. 10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot. h. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual. 1) Perubahan sistem reprduksi. a)
Selaput lendir vagina menurun/kering.
b)
Menciutnya ovarium dan uterus.
c)
Atropi payudara.
d) Testis masih dapat memproduksi sperma meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur. e)
Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual. Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas. Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex. 2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : a.
Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum c.
Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter) e.
Lingkungan
f.
Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family i.
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep diri
j.
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakitpenyakit.
k. Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk. l.
Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.
3. Perubahan Spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam seharihari. (Murray dan Zentner,1970) Seorang lansia sering kali sulit dipahami, terutama dari perubahan-perubahan emosi yang ditunjukkan. Sering kali mereka bertindak seperti anak kecil kembali. Mereka terkadang menuntut perhatian berlebih dan meminta sesuatu yang membingungkan. Tentunya hal-hal itu tak lepas dari perubahan fisik yang mereka alami serta kesadaran akan banyak hal yang hilang dan tak bisa melakukan banyak kegiatan seperti ketika mereka muda dulu. Gejala depresi cukup kerap terjadi pada mereka yang berusia lanjut. Sering kali orang-orang sekitar bahkan dokter memahami ini sebagai suatu kewajaran. Para manula seolah ditekankan bahwa mereka memang memiliki sebuah penyakit yang tak bisa disembuhkan, yakni gejala depresi itu sendiri. Untuk tingkat ekstrem, keinginan untuk bunuh diri bahkan bisa tebersit di benak mereka. Yang Berubah di Usia Senja a.
Penurunan daya ingat Mereka yang lanjut usia biasanya mengalami gangguan ingatan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Timothy Salthouse PhD dari University of Virginia, setiap manusia pasti akan mengalami perubahan ingatan. Penurunan ini mulai dialami pada usia 20 tahun, namun belum signifikan. "Perubahan signhfikan terjadi ketika menginjak usia 40 tahun," ungkapnya. Menurut penelitian dari Black Dog Institute, penurunan daya ingat merupakan gejala umum demensia. Dan pikun itu sendiri juga menjadi indikasi dari demensia. Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Oleh sebab itu mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut menjadi tidak terkendali.
b. Agorafobia Para orang tua kerap merasakan kecemasan, panik, dan gelisah di sebuah lingkungan, itulah agorafobia. Manula biasanya merasa ketakutan jika ditinggal sendirian di dalam rumah. c.
Takut terhadap kematian Ketakutan yang tidak normal terhadap kematian atau disebut juga necrophobia sering dialami lansia. Gejalanya termasuk sesak napas, napas cepat, denyut jantung tidak teratur, berkeringat, mulut kering dan gemetar, merasa sakit dan gelisah, ketidakstabilan psikologis. Si penderita mungkin merasa fobia ini sepanjang waktu, atau hanya ketika sesuatu memicu rasa takut, seperti melihat nisan, pertemuan dekat dengan hewan mati atau pemakaman teman atau orang yang dicintai.
d. Keinginan mudah berubah Mereka yang lanjut usia terkadang memiliki banyak kemauan. Mereka terkadang ingin berpergian, namun juga seketika itu tak ingin ke mana-mana. Jika keinginan tak terpenuhi, mereka bisa merasa sedih atau marah. e. Sensitif dan kekanak-kanakan Penurunan kemampuan indera yang dimiliki, mulai dari pelihatan, pendengaran, dan lainnya serta perubahan inteligensia dan kognitif juga berpengaruh pada tingkat sensitivitas pada emosi. Bagaimanapun, perubahan yang dialami tubuh dapat berdampak terhadap mental. Karena penurunan-penurunan inilah, terkadang mereka kerap bertingkah seperti anak kecil yang ingin dimanja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robert Levenson seperti dilansir dari news center Berkeley, para manula memiliki tingkat sensitif yang lebih tinggi. Penelitian ini melibatkan 144 orang dewasa sehat pada rentang umur 20, 40, dan 60. Mereka menonton Film 21 Grams dan The Champ, kemudian dimonitori denyut jantung, tekanan darah, keringat, dan pola nafas. Mereka yang usia lanjut, lebih mudah peka pada adegan-adegan dalam film yang menyedihkan ketimbang mereka yang lebih muda. Temuan ini dapat dilihat dalam jurnal yang bdrjudul Social Cognitive and Aff ective Neuroscience. a.
Penyakit fisik Manusia lanjut usia tentunya memiliki kondisi tubuh yang tidak sesehat sewaktu ia muda dulu, bisa jadi mereka tengah mengidap penyakit-penyakit tertentu yang bisa membuat mereka merasa
tertekan. Ditambah otak yang mereka miliki sudah tak bekerja maksimal lagi seperti sebelumnya. Bagi mereka yang mengidap penyakit serius, rentan mengalami depresi. b. Isolasi sosial dan rasa kesepian Kebanyakan mereka yang usia lanjut hidup sendiri. Anak-anak mereka tumbuh besar dan sudah memiliki keluarga dan tinggal di tempat lain bersama keluarganya. Belum lagi hubungan dengan teman sesama. Kurang optimalnya fungsi fisik membuat mereka juga menjauh dari lingkungan sosial karena tak lagi bisa berpartisipasi aktif di kalangan masyarakat setempat. Rasa kesepian juga semakin mendera ketika teman-teman terdekat atau pasangan hidup sudah lebih dulu meninggal. berbagai sumber/arm/R-4
K. Trend dan issue keperawatan gerontik 1. Fenomena Demografi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu : AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly: Di Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980. Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993). Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu: a.
62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.
b.
59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
c.
53% lansia masih menanggung bebean kehidupan keluarga.
d.
Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
2. Fenomena Permasalahan Pada Lansia a.
Permasalahan Umum
1)
Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
2)
Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.
3)
Lahirnya kelompok masyarakat industry.
4)
Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
5)
Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
b. Permasalahan Khusus 1)
Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental maupun sosial.
2)
Berkurangnya integrasi sosial usila.
3)
Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4)
Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
5)
Bertbahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistic.
6)
Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.
c.
Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia
1)
Penurunan fisik
2)
Perubahan mental
3)
Perubahan-perubahan Psikososial
d. Karakteristik Penyakit pada Lansia: 1)
Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.
2)
Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3)
Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4)
Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5)
Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6)
Sering terjadi penyakit iatrogenic Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan Makassar) sbb:
a.
Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat (69,39%),seksual (58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).
b.
Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),sakit kepala (51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera makan menurun (30,08%),mual/perut perih (26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesak nafas (21,28%).
c.
Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis (11,34%),dan jantung (6,45%).
L.
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi). Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin. Kesehatan
1. Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
2. Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh
ke
dalam
tempat
mandi.
Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya. 3. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.
4. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan shari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya. 5. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam diaggnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi. 6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal. 7. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan
kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut. 8. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakitpenyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Fejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas. 9. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain. 10.
Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan
mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya. 11.
Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah
menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi
sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan. 12.
Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia
adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari. 13.
Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia
merupakan
salah
satu
fungsi
tubuh
yang
terganggu
dengan
bertambahnya
umur
seseorang walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organorgan tubuh dan lain-lain. 14.
Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan
ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan. (Siburian, 2009).
M. Penyakit yang sering terjadi pada lansia Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut ,
yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh). Selain gangguan-gangguan tersebut, Nina juga menyebut tujuh penyakit kronik degeratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu: a. Osteo Artritis (OA) OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas. b. Osteoporosis Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D. c. Hipertensi d. Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal e. Diabetes Mellitus Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh. f. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah. g. Penyakit jantung koroner Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan. h. Kanker Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.
keperawatan gerontik KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK
A. Pengertian Keperawatan Gerontik Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (KOZIER, 1987). Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
B.
Fungsi Perawat Gerontik Menurut Eliopoulous tahun 2005, fungsi perawat gerontologi adalah:
1. Guide Persons of all ages toward a healthy aging process (Membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat). 2.
Eliminate ageism (Menghilangkan perasaan takut tua).
3.
Respect the tight of older adults and ensure other do the same ( Menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).
4.
Overse and promote the quality of service delivery (Memantau dan mendorong kualitas pelayanan).
5.
Notice and reduce risks to health and well being ( Memerhatikan serta mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6.
Teach and support caregives (Mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan).
7.
Open channels for continued growth ( Membuka kesempatan untuk pertumbuhan selanjutnya).
8.
Listern and support (Mendengarkan dan memberi dukungan).
9.
Offer optimism, encourgement and hope (Memberikan semangat, dukungan dan harapan).
10. Generate, support, use and participate in research (Menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpatisipasi dalam penelitian). 11. Implement restorative and rehabilititative measures (Melakukan perawatan restoratif dan rehabilitatif). 12. Coordinate and managed care (Mengoordinasi dan mengatur perawatan). 13. Asses, plan, implement and evaluate care in an individualized, holistic maner ( Mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh). 14. Link services with needs (Memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan). 15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (Membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya). 16. Understand the unique physical, emotical, social, spritual aspect of each other (Saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, sosial dan spritual). 17. Recognize and encourge the appropriate management of ethical concern (Mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja). 18. Support and comfort through the dying process (Memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghapi proses kematian).
19. Educate to promote self care and optimal independence (Mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).
C. Lingkup Keperawatan Gerontik Lingkup asuhan keperawatan gerontik adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan, perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia dan pemulihan untuk mengatas keterbatasan lansia. Sifat nya adalah independen (mandiri), interdependen (kolaborasi), humanistik dan holistik.
D. Pengertian Lansia Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari p r o s e s k e h i d u p a n ya n g t a k d a p a t d i h i n d a r k a n d a n a k a n d i a l a m i o l e h s e t i a p individu Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya perubahan dalam hidup (Isawi, 2002)
E.
Batasan Lanjut Usia DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS 2. Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM 3. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Usia lanjut : 60 - 74 tahun 2. Usia Tua : 75 - 89 tahun 3. Usia sangat lanjut : > 90 tahun Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Muhammad: 1. Masa setengah umur : 45-60 th 2. Masa lansia / senium : 65 th ke atas
Dra. Ny. Josmasdani dengan 4 fase: 1. Fase iuventus : 25-40 th 2. Fase verilitas : 40-50 th 3. Fase frasenium : 55-65 th 4. Fase senium : 65-tutup usia UU no.13 tahun 1998: Lansia pada seseorang berusia 60 tahun ke atas Usia digolongkan atas 3: 1. Usia biologis Usia yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup 2. Usia psikologis menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian pada situasi yang dihadapinya 3. Usia sosial usia yang menunjuk pada peran-peran yang diharapkan / diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya. F.
Tipologi Lansia Tipe lansia yang paling menonjol :
1. Tipe arif dan bijaksana: lansia yang kaya akan hikmah pengalaman 2. Tipe mandiri: lansia akan mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru 3. Tipe tidak puas: lansia menentang terjadinya proses penuaan 4. Tipe pasrah: selalu menerima dan menunggu nasib baik 5. Tipe bingung: lansia akan mengalami kehilangan kepribadian dan akan mengasingkan diri
G. Mitos Lansia 1. Mitos kedamaian dan ketenangan Kenyataan : a.
Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit
b. Depresi c.
Kekhawatiran
d. Paranoid e.
Masalah psikotik
2. Mitos konservatisme dan kemunduran a.
Konservatif
b. Tidak kreatif c.
Menolak inovasi
d. Berorientasi ke masa silam e.
Merindukan masa lalu
f.
Kembali ke masa kanak-kanak
g. Susah berubah h. Keras kepala i.
Cerewet
3. Mitos berpenyakitan Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses manua. 4. Mitos semilitas Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak 5. Mitos tidak jatuh cinta Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau sudah berkurang 6. Mitos aseksualitas Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat, dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang 7. Mitos ketidak produktifan
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif
H. Teori Proses Menua 1.
Biologi
a.
Teori “Genetic Clock”; Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
b.
Teori “Error” Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis “Error Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
c.
Teori “Autoimun” Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya
serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994) d.
Teori “Free Radical” Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
e.
Wear &Tear Teori Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.
f.
Teori kolagen Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
2.
Teori Sosiologi
a.
Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
b.
Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
c.
Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
d.
Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan mempercepat proses penuaan.
3.
Teori Psikologis
a.
Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang sempurna.
b.
Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan.
c.
Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat maksimumnya.
d.
Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan usianya.
4.
Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.
5.
Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan sosial . Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua. Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired. Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa yang diperolehnya.
I.
Faktor yang mempengaruhi proses menua Faktor faktor yang mempengaruhi penuaan
1. Hereditas atau ketuaan genetic 2. Nutrisi atau makanan 3. Status kesehatan 4. Pengalaman hidup 5. Lingkungan 6. Stres
J.
Perubahan yang terjadi pada lansia Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1. Perubahan Mikro a.
Berkurangnya cairan dalam sel
b. Berkurangnya besarnya sel
c.
Berkurangnya jumlah sel
2. Perubahan Makro a.
Mengecilnya mandibula
b. Menipisnya discus intervertebralis c.
Erosi permukaan sendi-sendi
d. Osteoporosis e.
Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi kemampuannya menurun)
f.
Emphysema Pulmonum
g. Presbyopi h. Arterosklerosis i.
Manopause pada wanita
j.
Demintia senilis
k. Kulit tidak elastic l.
Rambut memutih
Perubahan fisiologis pada lansia: 1. Perubahan Fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen. a. 1)
Sistem pernafasan pada lansia. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2)
Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
3)
Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4)
Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.
5)
Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6)
CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7)
Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan. 1)
Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2)
Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3)
Mengecilnya syaraf panca indera.
4)
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c.
Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1)
Penglihatan
a)
Kornea lebih berbentuk skeris.
b)
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
c)
Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d)
Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
e)
Hilangnya daya akomodasi.
f)
Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g)
Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
2) Pendengaran. a)
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b)
Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c)
Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu.
a)
Menurunnya kemampuan pengecap.
b)
Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
4) Peraba. a) b)
Kemunduran dalam merasakan sakit.
Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut. 1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku. 2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. 3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah 4) Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ). 5) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ). e.
Sistem genito urinaria.
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. 2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin. 3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. 4) Atropi vulva. 5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna. 6)
Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
f.
Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun. 2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah. 3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH. 4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat. 5) Menurunnya produksi aldosteron. 6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron. 7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess). g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut. 1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. 2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit. 3) Esofagus melebar. 4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. 5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi. 6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ). 7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. h. Sistem muskuloskeletal. 1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh. 2) Resiko terjadi fraktur. 3) Kyphosis. 4) Persendian besar & menjadi kaku. 5) Pada wanita lansia > resiko fraktur. 6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas. 7)
Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ). Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan. Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan
sebagai reaksi terhadap rangsangan pada lobus. Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus. Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter. g. Perubahan sistem kulit & karingan ikat. 1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak 2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose 3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi. 4)
Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik. 6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh. 7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu. 8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun. 9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun. 10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot. h. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual. 1) Perubahan sistem reprduksi. a)
Selaput lendir vagina menurun/kering.
b)
Menciutnya ovarium dan uterus.
c)
Atropi payudara.
d)
Testis masih dapat memproduksi sperma meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
e)
Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2) Kegiatan sexual. Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi
secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas. Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex. 2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : a.
Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum c.
Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter) e.
Lingkungan
f.
Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan family i.
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep diri
j.
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.
k. Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berharihari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.
l.
Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.
3. Perubahan Spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,1970) Seorang lansia sering kali sulit dipahami, terutama dari perubahan-perubahan emosi yang ditunjukkan. Sering kali mereka bertindak seperti anak kecil kembali. Mereka terkadang menuntut perhatian berlebih dan meminta sesuatu yang membingungkan. Tentunya hal-hal itu tak lepas dari perubahan fisik yang mereka alami serta kesadaran akan banyak hal yang hilang dan tak bisa melakukan banyak kegiatan seperti ketika mereka muda dulu. Gejala depresi cukup kerap terjadi pada mereka yang berusia lanjut. Sering kali orang-orang sekitar bahkan dokter memahami ini sebagai suatu kewajaran. Para manula seolah ditekankan bahwa mereka memang memiliki sebuah penyakit yang tak bisa disembuhkan, yakni gejala depresi itu sendiri. Untuk tingkat ekstrem, keinginan untuk bunuh diri bahkan bisa tebersit di benak mereka. Yang Berubah di Usia Senja a.
Penurunan daya ingat Mereka yang lanjut usia biasanya mengalami gangguan ingatan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Timothy Salthouse PhD dari University of Virginia, setiap manusia pasti akan mengalami perubahan ingatan. Penurunan ini mulai dialami pada usia 20 tahun, namun belum signifikan. "Perubahan signhfikan terjadi ketika menginjak usia 40 tahun," ungkapnya. Menurut penelitian dari Black Dog Institute, penurunan daya ingat merupakan gejala umum demensia. Dan pikun itu sendiri juga menjadi indikasi dari demensia. Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Oleh sebab itu mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut menjadi tidak terkendali.
b. Agorafobia
Para orang tua kerap merasakan kecemasan, panik, dan gelisah di sebuah lingkungan, itulah agorafobia. Manula biasanya merasa ketakutan jika ditinggal sendirian di dalam rumah. c.
Takut terhadap kematian Ketakutan yang tidak normal terhadap kematian atau disebut juga necrophobia sering dialami lansia. Gejalanya termasuk sesak napas, napas cepat, denyut jantung tidak teratur, berkeringat, mulut kering dan gemetar, merasa sakit dan gelisah, ketidakstabilan psikologis. Si penderita mungkin merasa fobia ini sepanjang waktu, atau hanya ketika sesuatu memicu rasa takut, seperti melihat nisan, pertemuan dekat dengan hewan mati atau pemakaman teman atau orang yang dicintai.
d. Keinginan mudah berubah Mereka yang lanjut usia terkadang memiliki banyak kemauan. Mereka terkadang ingin berpergian, namun juga seketika itu tak ingin ke mana-mana. Jika keinginan tak terpenuhi, mereka bisa merasa sedih atau marah. e. Sensitif dan kekanak-kanakan Penurunan kemampuan indera yang dimiliki, mulai dari pelihatan, pendengaran, dan lainnya serta perubahan inteligensia dan kognitif juga berpengaruh pada tingkat sensitivitas pada emosi. Bagaimanapun, perubahan yang dialami tubuh dapat berdampak terhadap mental. Karena penurunan-penurunan inilah, terkadang mereka kerap bertingkah seperti anak kecil yang ingin dimanja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Robert Levenson seperti dilansir dari news center Berkeley, para manula memiliki tingkat sensitif yang lebih tinggi. Penelitian ini melibatkan 144 orang dewasa sehat pada rentang umur 20, 40, dan 60. Mereka menonton Film 21 Grams dan The Champ, kemudian dimonitori denyut jantung, tekanan darah, keringat, dan pola nafas. Mereka yang usia lanjut, lebih mudah peka pada adegan-adegan dalam film yang menyedihkan ketimbang mereka yang lebih muda. Temuan ini dapat dilihat dalam jurnal yang bdrjudul Social Cognitive and Aff ective Neuroscience. a.
Penyakit fisik Manusia lanjut usia tentunya memiliki kondisi tubuh yang tidak sesehat sewaktu ia muda dulu, bisa jadi mereka tengah mengidap penyakit-penyakit tertentu yang bisa membuat mereka merasa tertekan. Ditambah otak yang mereka miliki sudah tak bekerja maksimal
lagi seperti sebelumnya. Bagi mereka yang mengidap penyakit serius, rentan mengalami depresi. b. Isolasi sosial dan rasa kesepian Kebanyakan mereka yang usia lanjut hidup sendiri. Anak-anak mereka tumbuh besar dan sudah memiliki keluarga dan tinggal di tempat lain bersama keluarganya. Belum lagi hubungan dengan teman sesama. Kurang optimalnya fungsi fisik membuat mereka juga menjauh dari lingkungan sosial karena tak lagi bisa berpartisipasi aktif di kalangan masyarakat setempat. Rasa kesepian juga semakin mendera ketika teman-teman terdekat atau pasangan hidup sudah lebih dulu meninggal. berbagai sumber/arm/R-4
K. Trend dan issue keperawatan gerontik 1. Fenomena Demografi Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) yaitu : AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly: Di Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980. Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993). Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu: a.
62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri.
b.
59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
c.
53% lansia masih menanggung bebean kehidupan keluarga.
d.
Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
2. Fenomena Permasalahan Pada Lansia a.
Permasalahan Umum
1)
Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
2)
Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.
3)
Lahirnya kelompok masyarakat industry.
4)
Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
5)
Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
b. Permasalahan Khusus 1)
Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental maupun sosial.
2)
Berkurangnya integrasi sosial usila.
3)
Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4)
Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
5)
Bertbahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistic.
6)
Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.
c.
Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia
1)
Penurunan fisik
2)
Perubahan mental
3)
Perubahan-perubahan Psikososial
d. Karakteristik Penyakit pada Lansia: 1)
Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.
2)
Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3)
Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4)
Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5)
Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6)
Sering terjadi penyakit iatrogenic Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota (Padang,Bandung,Denpasar dan Makassar) sbb:
a.
Fungsi
tubuh yang
dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya
ingat
(69,39%),seksual (58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%). b.
Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%),sakit kepala (51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera makan menurun (30,08%),mual/perut perih (26,66%),sulit tidur (24,88%),dan sesak nafas (21,28%).
c.
Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis (11,34%),dan jantung (6,45%).
L.
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).
Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang seoptimal mungkin. Kesehatan 1. Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah. 2. Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar
karena
air
panas
akibat
terjatuh
ke
dalam
tempat
mandi.
Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya. 3. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.
4. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan shari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya. 5. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam diaggnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi. 6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal. 7. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut. 8. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala depresi menyertai
penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Fejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas. 9. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain. 10.
Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik
dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya. 11.
Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah
menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.
12.
Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan
manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari. 13.
Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia
merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain. 14.
Impotensi:
merupakan
ketidakmampuan
untuk
mencapai
dan
atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya selsel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan. (Siburian, 2009).
M. Penyakit yang sering terjadi pada lansia Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul
pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh). Selain gangguan-gangguan tersebut, Nina juga menyebut tujuh penyakit kronik degeratif yang kerap dialami para lanjut usia, yaitu: a. Osteo Artritis (OA) OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas. b. Osteoporosis Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D. c. Hipertensi d. Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal e. Diabetes Mellitus Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi
diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh. f. Dimensia Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah. g. Penyakit jantung koroner Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan. h. Kanker Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat. Diposting 25th May 2013 oleh Reni
0
Tambahkan komentar 2. May 25
keperawatan gawat darurat Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat
Pengertian KGD Rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan oleh perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat. Proses KGD Proses dalam KGD meliputi : 1. Pengkajian
2. Perencanaan 3. Pelaksanaan 4. Evaluasi 5. Dokumentasi PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat) Suatu pertolongan yang cepat dan tepat untuk mencegah kematian maupun kecatatan. Berasal dari istilah critical ill patient (pasien kritis/gawat) dan emergency patient (pasien darurat).
Tujuan PPGD 1. Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and limb) pada penderita gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya. 2. Merujuk penderita . gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang Iebih memadai. 3. Menanggulangi korban bencana. Penderita Gawat Darurat Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah satu sistem/organ di bawah ini yaitu : 1.Susunan saraf pusat 2.Pernapasan 3.Kardiovaskuler 4.Hati 5.Ginjal 6.Pancreas
Penyebab Kegagalan Organ 1. Trauma/cedera3 2. lnfeksi 3. Keracunan (poisoning) 4. Degenerasi (failure) 5. Asfiksi 6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of wafer and electrolit) 7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovskuler, pernapasan dan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit), sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lebih lama. Mati Mati Klinis : Otak kekurangan Oksigen dlm 6-8 mnt Terjadi gangguan fungsi Sifat Reversible Mati Biologis : Otak kekurangan Oksigen dlm 8-10 mnt Terjadi kerusakan sel Sifat Ireversible Kategori Kasus Penyebab Kematian Immediately Life Threatening Case : 1. Obstruksi Total jalan Napas 2. Asphixia 3. Keracunan CO 4. Tension Pneumothorax 5. Henti jantung 6. Tamponade Jantung Potentially Life Threatening Case 1. Ruptura Tracheobronkial 2. Kontusio Jantung / Paru 3. Perdarahan Masif 4. Koma Kelompok kasus yang perlu penanganan segera karena adanya ancaman kecatatan 1. Fraktur tulang disertai cedera pada persyarafan 2. Crush Injury 3. Sindroma Kompartemen Faktor Penentu Keberhasilan PPGD 1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat 2. Kecepatan meminta pertolongan 3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan di tempat kejadian, dalam perjalanan ke rumah sakit dan pertolongan selanjutnya di puskesmas atau rumah sakit Filosofi Dasar PPGD
1. Universal 2. Penanganan oleh siapa saja 3. Penyelesaian berdasarkan masalah
Prinsip 1. Penanganan cepat dan tepat 2. Pertolongan segera diberikan oleh siapa saja yang menemukan pasien tersebut ( awam, perawat, dokter) Meliputi tindakan : A. Non medis : Cara meminta pertolongan, transportasi, menyiapkan alat-alat. B. Medis : Kemampuan medis berupa pengetahuan maupun ketrampilan : BLS, ALS Triage Tindakan memilah-milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya untuk memperoleh prioritas tindakan. 1. Gawat darurat – merah Kelompok pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. 2. Gawat tidak darurat – putih Kelompok pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut. 3. Tidak gawat, darurat – kuning Kelompok pasien akibat musibah yang datag tiba-tiba, tetapi tidak mêngancam nyawa dan anggota badannya, misanya luka sayat dangkal. 4. Tidak gawat, tidak darurat – hijau, 5. Meninggal - hitam Lingkup PPGD 1. Melakukan Primary Survey, tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan dengan Secondary Survey 2. Menggunakan tahapan ABCDE
A : Airway management B : Breathing management C : Circulation management D : Drug Defibrilator Disability DD/ E : EKG Exposure 3. Resusitasi pada kasus dengan henti napas dan henti jantung Pada kasus-kasus tanpa henti napas dan henti jantung, maka upaya penanganan harus dilakukan untuk mencegah keadaan tsb, misal pasien koma dan pasien dengan trauma inhalasi atau luka bakar grade II-III pada daerah muka dan leher. Peran & Fungsi Perawat Gadar 1. Fungsi Independen Fungsi mandiri berkaitan dengan pemberian asuhan (Care) 2. Fungsi Dependen Fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari profesi lain 3. Fungsi Kolaboratif Kerjasama saling membantu dlm program kes. (Perawat sebagai anggota Tim Kes.)
Kemampuan Minimal Perawat UGD (Depkes, 1990) 1. Mengenal klasifikasi pasien 2. Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas, gagal jantung paru otak, kejang, koma, perdarahan, kolik, status asthmatikus, nyeri hebat daerah pinggul & kasus ortopedi. 3. Mampu melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan gawat darurat 4. Mampu melaksanakan komunikasi eksternal dan internal
Aspek Hukum Dalam KGD Pemahaman terhadap aspek hukum dalam KGD bertujuan meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan pasien. Aspek hukum menjadi penting karena konsensus universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek legal dan etika tidak dapat dipisahkan dari pelayanan medik yang baik.
Tuntutan hukum dalam praktek KGD biasanya berasal dari : 1. Kegagalan komunikasi 2. Ketidakmampuan mengatasi dillema dalam profesi Permasalahan etik dan hukum KGD merupakan isu yang juga terjadi pada etika dan hukum dalam kegawatdaruratan medik yaitu : 1. Diagnosis keadaan gawat darurat 2. Standar Operating Procedure 3. Kualifikasi tenaga medis 4. Hak otonomi pasien : informed consent (dewasa, anak) 5. Kewajiban untuk mencegah cedera atau bahaya pada pasien 6. Kewajiban untuk memberikan kebaikan pada pasien (rasa sakit, menyelamatkan) 7. Kewajiban untuk merahasiakan (etika >< hukum) 8. Prinsip keadilan dan fairness 9. Kelalaian 10. Malpraktek akibat salah diagnosis, tulisan yang buruk dan kesalahan terapi : salah obat, salah dosis 11. Diagnosis kematian 12. Surat Keterangan Kematian 13. Penyidikan medikolegal untuk forensik klinik : kejahatan susila, child abuse, aborsi dan kerahasiaan informasi pasien Permasalahan dalam KGD dapat dicegah dengan : 1. Mematuhi standar operating procedure (SOP) 2. Melakukan pencatatan dengan bebar meliputi mencatat segala tindakan, mencatat segala instruksi dan mencatat serah terima
Diposting 25th May 2013 oleh Reni 0
Tambahkan komentar 3. May 25
keperawatan manajemen MANAJEMEN KEPERAWATAN
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain. Menurut P. Siagian, manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989). Kita ketahui disini bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat. Fungsi – Fungsi Manajemen Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut : a. Perenacanaan (planning), perncanaan merupakan : 1) Gambaran apa yang akan dicapai 2) Persiapan pencapaian tujuan 3) Rumusan suatu persoalan untuk dicapai 4) Persiapan tindakan – tindakan
5) Rumusan tujuan tidak harus tertulis dapat hanya dalam benak saja 6) Tiap – tiap organisasi perlu perencanaan b. Pengorganisasian (organizing), merupakan pengaturan setelah rencana, mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan dan fasilitas. c. Penggerak (actuating), menggerakkan orang – orang agar mau / suka bekerja. Ciptakan suasana bekerja bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara interval d. Pengendalian / pengawasan (controling), merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki. e. Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi dan manajemen. Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money, material, methode, machine, minute dan market. Prinsip – Prinsip Manajemen Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah a. Division of work (pembagian pekerjaan) b. Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab) c. Dicipline (disiplin) d. Unity of command (kesatuan komando) e. Unity of direction (kesatuan arah) f. Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum) g. Renumeration of personal (penghasilan pegawai) h. Centralization (sentralisasi) i. Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
j. Order (ketertiban) k. Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai) l. Equity (keadilan) m. Inisiative (prakarsa) n. Esprit de Corps (kesetiakawanan korps) Proses Manajemen Keperawatan Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing – masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat. Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah : a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana. b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. c. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.
d. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan. e. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan. f. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan. g. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik. h. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai. i. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan. j. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan. Berdasarkan prinsip – prinsip diatas maka para manajer dan administrator seyogyanya bekerja bersama – sama dalamperenacanaan danpengorganisasian serta fungsi – fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Lingkup Manajemen Keperawatan Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi: a. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
b. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat d. Menerima akuntabilitas untuk hasil – hasil keperawatan e. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari: a. Manajemen operasional Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu: 1) Manajemen puncak 2) Manajemen menengah 3) Manajemen bawah Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang – orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor – faktor tersebut adalah 1) Kemampuan menerapkan pengetahuan 2) Ketrampilan kepemimpinan 3) Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin 4) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen b. Manajemen asuhan keperawatan Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsep – konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi. Persyaratan Ruangan Menjalankan MPKP Syarat-syarat Ruangan menjalankan MPKP adalah sebagai berikut:
a. Memiliki fasilitas perawatan yang memadai. b. Memiliki jumlah perawat minimal sejumlah tempat tidur yang ada. c. Memiliki perawat pendidikan yang telah terspesialisasi d. Seluruh perawat telah memiliki kompetensi dalam perawatan primer.
Diposting 25th May 2013 oleh Reni 0
Tambahkan komentar 4. May 19
keperawatan keluarga A. Definisi Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) mengatakan Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga pada unit atau kesatuan yag dirawat, denngan sehat sebagai tujuan melalui pegobatan sebagai saran atau penyalur.
B.
fungsi Keluarga dalam keperawatan
1.Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat
Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara _esame anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan. Alasan keluarga sebagai Unit Pelayanan (Ruth B Freeman, 1981)
Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat
Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, megabaikan, atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya
Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagi pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan keluarganya
Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat
2. Keluarga sebagai pasien Dalam melihat keluarga sebagi pasien ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan oleh perawat, diantaranya : 1.
Setiap keluarga memiliki cara yang unik dalam menghadapi masalah kesehatan para anggotanya
2. Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga, dari berbagi segi : a.
Pola komunikasi
b. Pengambilan keputusan
c.
Sikap dan nilai-nilai dalam keluarga
d. Kebudayaan e.
Gaya hidup
3. Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga di daerah pedesaan 4. Kemandirian dari tiap-tiap keluarga
C. Siklus Penyakit dan Kemiskinan dalam Keluarga Dalam memberikan asuhan perawatan terhadap keluarga, lebih ditekankan pada keluarga-keluarga dengan keadaan sosial perekonomian yang rendah. Keadaan social ekonomi yang rendah pada umunya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan dalam mengatasi berbagai masalah yang meraka hadapi. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan keluarga utuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga terhadap kebutuhan gizi, perumahan dan lingkungan sehat, pendidikan dan kebutuhan lainnya. Jelas kesemuannya itu dengan mudah meyababkan suatu peyakit. D. Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang megambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang di tuakan, merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga. Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah : a.
Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga
b. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga
c.
Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau anggota keluarga yang bermasalah
Diposting 19th May 2013 oleh Reni 0
Tambahkan komentar 5.
May 19
keperawatan komunitas KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Pengertian Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut : 1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. 2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat individu sampai tingkat eko¬sistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh. 3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan kepera¬watan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pads kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pela¬yanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987). Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilaku¬kan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menye¬luruh dengan
tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masya¬rakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal. . TUJUAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat. 1. Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri. 2. Tujuan khusus a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat. b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan. c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan pembinaan dan asuhan keperawatan. d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat. e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah. f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di Puskesmas. g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan sehat optimal. SASARAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu : 1. Tingkat Individu. Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah
kesehatan individu. 2. Tingkat Keluarga. Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difo¬kuskan pada keluarga rawan yaitu : a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik). b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri. c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan 3. Tingkat Komunitas Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien. a. Pembinaan kelompok khusus b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KOMUNITAS Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks. Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gang¬guan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan peme¬liharaan kehamilan, nifas dan menyusui. Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dira¬wat dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik
lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain sebagai¬nya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC, dll. Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan pen¬derita ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila. ahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan menggunakan kerangka teori dan pendekatan sistemPengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang waktu akan merubah kebutuhan kesehatan.atik. ASUMSI KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Asumsi mengenai keperawatan kesehatan komunitas yang dikemukakan ANA (1980) yaitu keperawatan kesehatan komunitas merupakan system pelayanan kesehatan yang kompleks, keperawatan kesehatan komunitas merupakan subsistem pelayanan kesehatan. Penentuan kebijakan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, perawat dan klien membentuk hubungan kerja sama yang menunjang pelayanan kesehatan, lingkungan mempunyai pengaruh terhadap kesehatan klien, serta kesehatan menjadi tanggung jawab setiap individu. KARAKTERISTIK KEPERAWATAN Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan keperawatan yang diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok, fokus pelayanan utama adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, asuhan keperawatan dibe¬rikan secara komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi klien/masyarakat, klien memiliki otonomi yang tinggi, fokus perhatian dalam pelayanan keperawatan lebih kearah pelayanan pada kondisi sehat, pelayanan memerlukan kolaborasi interdisiplin, perawat secara langsung dapat meng¬kaji dan mengintervensi klien dan lingkungannya dan pelayanan didasarkan pada kewaspadaan epidemiologi. PRINSIP PEMBERIAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada. Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu : 1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat 2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat 4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. 5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan. 6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah di¬masyarakat dan bukan di rumah sakit. 7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit maupun yang sehat. 8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pem¬binaan perilaku hidup sehat masyarakat. 9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkat¬kan fungsi kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin. 10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim. 11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan ko¬munitas digunakan untuk kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit. 12. Kunjungan rumah sangat penting. 13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama. 14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan kesehatan yang ada. 15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pela¬yanan kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan. TANGGUNG JAWAB PERAWAT KESEHATAN KOMUNITAS Claudia M.Smith & Frances A Mauren (1995) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat komunitas adalah menyediakan pela¬yanan bagi orang sakit atau orang cacat di rumah mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya, mempertahankan lingkungan yang sehat, mengajarkan upaya-upaya peningkatkan kesehatan, pencegahan, penyakit dan injuri, identifikasi standar kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri serta me¬lakukan rujukan, mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau penyalahgunaan (neglect & abuse), memberikan pembelaan untuk mendapatkan kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai standart, kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan adekuat, melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan profesional, serta menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas dan melaksanakan riset keperawatan. FUNGSI PERAWAT KOMUNITAS 1. Pendidik (Educator) Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan autonominya. Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien. 2. Advokat Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk dirinya.
3. Manajemen Kasus Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien. 4. Kolaborator Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal. 5. Panutan (Role Model) Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan sehari-hari. 6. Peneliti Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari praktik keperawatan. 7. Pembaharu (Change Agent) Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Diposting 19th May 2013 oleh Reni 0
Tambahkan komentar 6.
May 19
keperawatan jiwa Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia. Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991). Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah (Problem solving).
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah. Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi. Manfaat Proses Keperawatan Bagi Perawat. a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan keperawatan. b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi. c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat. d. Peningkatan kepuasan kerja. e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan. f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
Bagi Klien a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care). c. Terhindar dari malpraktik.
Diposting 19th May 2013 oleh Reni 0
Tambahkan komentar 2. May 17
keperwatan anak
1. KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA OLEH: NURLINA,S.ST 2. PERSPEKTIF KEPERAWATANANAK 3. merupakan keyakinan atau cara pandangFilosofi Keperawatan Anak perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak : keperawatan yang berfokus pada keluarga, pencegahan terhadap trauma dan Perawatan berfokus pada keluarga Elemen pokok asuhanmanajemen kasus. Hubungan anak dan orangtua adalah unik yang berpusat pada keluarga : Orangtua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi Kerjasama dalam model asuhan adalah fleksibel dan menggunakananaknya. Keberhasilam darikonsep dasar asuhan keperawatan anak. pendekatan ini tergantung pada kesepakatan tim kesehatan untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua. Kesepakatan untuk menggunakan pendekatan family centered tidak cukup hanya dari Atraumatic care perawat tetapi juga seluruh petugas yang ada. perawatan yang tidak menimbulkan adanya trauma pada anak & difokuskan pada pencegahan terhadap trauma yangkeluarga merupakan bagiandalam keperawatan anak 4. Prinsip utama dalam asuhan terapeutik :1. Cegah atau turunkan dampak perpisahan antara orangtua dan anak dgn menggunakanpendekatan family centered2. Tingkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perawatan anaknya3. Cegah atau kurangi cedera baik fisik maupun psikologi.4. Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit dengan lingkungan yang bernuansa anakManajemen KasusBagian utama dalam pemberian asuhan keperawatan secara utuh : pengelolaan kasus secarakomprehensif melalui upaya pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,dan evaluasi berbagai kasus baik yang akut maupun kronis. Pendekatan psikologis yangdilakukan dengan mempersiapkan scara fisik, memberi kesempatan orangtua danmenciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak dan orangtua dengan berprinsip padaupaya pencegahan dan peningkatan kesehatan. 5. Paradigma Keperawatan Anak merupakan suatu landasan berfikir dalam penerapan ilmu keperawatan anak tetap mengacu pada konsep paradigma terdirikeperawatan
secara umum dari empat komponen, di antaranya manusia dalam hal ini anak, keperawatan, sehat-sakit dan lingkungan yang dapat digambarkan sebagai berikut : Manusia (Anak) Sehat-Sakit Lingkungan Keperawatan
6. Manusia sebagai klien dalam keperawatan anak adalahManusia (Anak) individu yang berusia antara 0 – 18 tahun, yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan dari bayi sampai remaja. Sebagai individu yang sedang dalam proses tumbuh kembang, anak mempunyai kebutuhan spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa Diyakini bahwa anak bukan miniatur orang dewasa, harta dan kekayaan orang tua yang nilainya dihitung secara ekonomi tetapi anak adalah mahluk yang unik dan utuh, biopsiko-sosio cultural spritual Anak merupakan anggota unit keluarga
dalam suatu kultur dan masyarakat, maka keperawatan anak tidak boleh hanya memperhatikan anak itu sendiri,akan tetapi kultur keluarga dan masyarakat harus diperhatikan . Sebagai bagian dari keluarga salah satu bagian yang penting adalah keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan pelayanan perawatan Anak merupakan masa depan bangsa dan negara (dunia) yang berhak atas pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan spesifiknya pada tiap tahap usia 7. Sehat-Sakit Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan pelayanan keperawatan pada anak. Rentang ini adalah suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu. Sehatsakit berada dlam suatu rentang mulai dari sehat opimal pada satu kutub sampai meninggal pad kutub berikutnya seperti terlihat berikut ini : Sehat Optimal Sakit Berat Sepanjang rentang tersebut, anak memerlukan bantuan perawatMeninggal baik secara langsung maupun tidak langsung dengan melakukan bimbingan antisipasi pada orangtuanya Lingkungan dalam8. Lingkungan paradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah lingkungan internal maupun eksternal yang berperan dalam perubahan status kesehatan anak. Lingkungan internal di antaranya adalah genetik,kematangan biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi dan adanya predisposisi atau Lingkungan eksternal yaitu statusresistensi terhadap penyakit. nutrisi, orangtua, saudara sekandung (sibling), masyarakat/kelompok sekolah, kelompok/geng, disiplin yang ditanamkan orangtua, status sosial ekonomi. Perkembangan anak sangat dipengaruhi rangsangan terutama dari lingkungan eksternal yaitu lingkungan yang aman, peduli dan penuh kasih sayang 9. Keperawatan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dengan melibatkan keluarga Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama, yaitu asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan yang terapeutik Keperawatan kesehatan anak meliputi hubungan antara perawat dengan anak & perawat dengan keluarga di mana perawat tidak semata-mata merawat anak selama sakit, tetapi bertanggung jawab secara keseluruhan yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan anak keluarga. Perawat dipandang sebagai orang yang dapat bekerja secara efektif dengan bayi dan anak. Perawat harus berfikir kritis, menggunakan ilmu dan mempunyai keterampilan professional untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas Dua konsep yang mendasari dalam kerjasama orangtua-perawat ini adalah memfasilitasi keluarga untuk aktif terlibat dalam asuhan keperawatan anaknya dan memberdayakan kemampuan keluarga baik dari aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap dalam melaksanakan perawatan anaknya di rumah sakit melalui interaksi yang terapeutik dengan keluarga Lingkungan di sekitar anak memegang peranan penting, perawat perlu memahami bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungannya 10. individu Anak bukan miniatur orang dewasa Prinsip Perawatan Anak yang unik yg mempunyai kebutuhan yang khusus sesuai tumbuh kembang Pelayanan keperawatan anak berorientasiyang berbeda dengan anak lain. pada pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya Keperawatan anak
merupakan disiplin ilmumengobati anak yang sakit. yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif memberikan askep yang memungkinkan pemenuhan Praktek keperawatan anak mencakupkebutuhan bagi anak dan keluarganya. kontrak (bisa formal/informal) dengan aanak dan keluarga untuk mencegah, mengkaji dan mengintervensi dan meningkatkan kesejahteraan hidup dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek Tujuan perawatan anak dan remajamoral (etik) dan aspek hukum (legal). adalah untuk meningkatkan maturasi/kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan Pada masa yang akan datang kecenderungan padamasyarakat. ilmu kesehatan anak lebih berfokus pada ilmu tentang tumbuh 11. Famili Advocaci ( Pembelaan )Peran Perawat Anak Bersama keluarga perawat mengidentivikasi kebutuhan anak, tujuan dan merencanakan intervensi keperawatan yang cocok untuk memenuhi kebutuhan anak dan dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan tum-bang anak Prevention / Fasilitator Merencanakan perawatan dalam berbagai aspek tum-bang (nutrisi, immunisasi, keamanan , perawatan gigi, sosialisasi, disiplin sekolah) Pendekatan yang paling baik : pendidikan dan petunjuk antisipasi Health Teaching Perawat sebagai role model bagi orang tua dan anak bagaimana merawat anak dan pengaruh kebiasaan hidup sehari-hari terhadap kesehatan anak Support / Counseling cara bermacam – macam misalnya : dengan mendengarkan, sentuhan, kehadiran fisik, hal ini dapat menolong anak untuk mengadakan komunikasi non verbal Therapeutik Role Bertugas untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental anak, termasuk makan, minum, mandi, Bak/BAB, pakaian, keamanan sosialisasi 12. Perbedaan Anak Dengan Orang DewasaEmpat macam perbedaan antara anak dan orang dewasa : Struktur fisik Proses fisiologis Kemampuan berpikir Tanggapan terhadap pengalaman masa lalu
A. KONSEP KELUARGA 1. Pengertian Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Bailon dan Maglaya, 1989 dikutip Nasrul Effendy, 1998, hal ; 32 - 33). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketegantungan. ( Departemen Kesehatan RI, 1988 dikutip Nasrul Effendy,1998, hal ; 32). Dari kedua definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah : 1. Unit terkecil dari masyarakat 2. Terdiri dari 2 orang atau lebih 3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah 4. Hidup dalam satu rumah tangga
5. Di bawah asuhan seorang kepala keluarga 6. Berinterkasi diantara sesama anggota keluarga 7. Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing 8. Menciptakan, mempertahankan suatu budaya 2. Ciri – ciri Struktur Keluarga Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy 1998 hal 33 dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Terorganisasi : Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga. 2. Ada Keterbatasan : Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing – masing. 3. Ada perbedaan dan kekhususan : Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing – masing. 4. Tipe Keluarga Menurut Nasrul Effendy (1998) hal 33 – 34 tipe keluarga terdiri dari : a. Keluarga inti (Nuclear Family) Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak. b. Keluarga besar (Extended Family) Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. c.
Keluarga berantai (Serial Family) Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (Single Family) Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. e.
Keluarga berkomposisi (Compocite) Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.
f.
Keluarga kabitas (Cahabitation) Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
3. Peran Keluarga Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy 1998, hal 34 adalah sebagai berikut : a.
Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. c.
Peran anak : Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
4. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut Friedman, 1998 hal 100, didefinisikan sebagai hasil atau konsekwensi dari struktur keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat saat mengkaji dan mengintervensi keluarga adalah ; a.
Fungsi Afektif (Fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan – kebutuhan para anggota keluarga.
b. Sosialisai dan Fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer anak – anak yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif, dan juga sebagai penganugrahan status anggota keluarga. c.
Fungsi Reproduksi : untuk menjaga kelangsungan keturunan/generasi dan menambah sumber daya manusia, juga untuk kelangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi Ekonomis : untuk mengadakan sumber – sumber ekonomi yang memadai dan mengalokasikan sumber – sumber tersebut secara efektif. e.
Fungsi Perawat Kesehatan : untuk mengadalan kebutuhan-kebutuhan fisik – pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan.
5. Tahap perkembangan keluarga Menurut Duvall (1977) dikutip Friedman, 1998; hal 109 –135, tahap dan tugas perkembangan keluarga ada 8, yaitu: a.
Keluarga pemula
membangun perkawinan yang saling memuaskan
menghububgkan jaringan persaudaraan secara harminis
keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua
b. Keluarga sedang mengasuh anak
Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.
Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga.
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orangtua dan kakek nenek
c.
Keluarga dengan anak usia prasekolah
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga se[erti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan
Mensosialisasikan anak
Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain
Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prastasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e.
Keluarga dengan anak remaja
Mengembangkan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
f.
Keluarga melepaskan anak dewasa muda
Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru didapatkan melalui perkawinan anak-anak
Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan
Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri
g. Orangtua usia pertengahan
Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
Mempertahankan hubungan – hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak
Memperkokoh hubungan perkawinan
h. Keluarga lansia
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
Mempertahankan hubungan perkawinan
Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup)
6.
Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluarga menurut Nasrul effendy, 1998, hal 42, adalah sebagai berikut :
a.
Mengenal masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat. c.
Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat. e.
Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.
Diposting 17th May 2013 oleh Reni 0
Tambahkan komentar 3. May 17
tugas kkpi keperawatan maternitas tugas kkpi keperawatan maternitas KONSEP KEPERAWATAN MATERNITAS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (CHS/KIKI, 1993) Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah
kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi-kondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Keperawatan Maternitas A. Pengertian Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kwalitas pelayanan kesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan psikososial dari klien, keluarga , dan bayi baru lahir. (May & Mahlmeister, 1990) Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan dimana perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal. (Auvenshine & Enriquez, 1990) Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan yang sangat luas, dimulai dari konsepsi sampai dengan enam minggu setelah melahirkan. (Shane,et.al.,1990) Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkwalitas yang difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi / kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan keluarga sebagai sentra pelayanan. (Reede, 1997) Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita usia subur (WUS) yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. (CHS/KIKI, 1993)
B. Peran Perawat Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Reeder (1997): 1. Pelaksana 2. Pendidik 3. Konselor 4. Role model bagi para ibu 5. Role model bagi teman sejawat 6. Perumus masalah 7. Ahli keperawatan Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Old(1988), Bobak & Jensen (1993): 1. Member pelayanan 2. Advocate 3. Pendidik 4. Change Agent 5. Political Activist 6. Peneliti
C. Pendekatan Pelayanan Keperawatan Pendekatan pelayanan dalam keperawatan maternitas yaitu: 1. Holistik 2. Penghargaan terhadap pasien 3. Peningkatan kemampuan pasien Kemandirian 4. Pemanfaatan & peningkatan sumber daya yang diperlukan 5. Proses keperawatan 6. Berpusat pada keluarga= FCMC (Family Centered Maternity Care) 7. Caring: Siap dengan klien; Menghargai system nilai; Memenuhi kebutuhan dasar klien; Penyuluhan/konseling kesehatan.
D. Model Konsep *FCMC (Family Centered Maternity Care): 1. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua. 2. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan, persalinan, dan nifas. 3. Mengikut sertakan keluarga dalam operasi. 4. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah. 5. Menetapkan peraturan yang flexibel. 6. Menjalankan system kunjungan tidak ketat. 7. Mengadakan kontrak dini bayi dan orang tua. 8. Menjalankan rooming-in (Ruang rawat gabung untuk ibu hamil). 9. Mengikut sertakan anak-anak dalam proses perawatan. 10.Melibatkan keluarga dalam perawatan NICU. 11. Pemulangan secepat mungkin dengan diikuti Follow-up.
*Tradisional Care: 1. Memisahkan ibu dari keluarga selama proses persalinan. 2. Memindahkan klien: dari ruang penerimaan ke ruang persalinan. 3. Melarang ibu beraktifitas selama proses persalinan. 4. Melakukan tindakan rutin: episitomi, obat-obatan. 5. Tidak ada keluarga ikut dalam proses persalinan & operasi. 6. Kontak orang tua & anak kurang. 7. Pemberian susu bayi dibatasi. 8. Waktu berkunjung dibatasi. 9. Rooming-in dibatasi. 10. Tidak ada Follow-up ke rumah. 11. Kontrol postpartum rutin pada hari minggu ke enam. *Model Konsep “Self Care Orem” : • Penekanan pada aktifitas mandiri kemudian mencapai kesejahteraan ibu & bayi. • Pada Maternal: mampu mandiri dalam perawatan diri. • Melihat dari kemampuan. • Berdasarkan kondisi. *Model Konsep “Adaptasi” : • Mempunyai kemampuan adaptasi dalam rangka mencapai kebutuhan. • Manusia selalu konstan berinteraksi dengan lingkungan (selalu berubah). • Maternal sepanjang proses konsepsi sampai postpartum terjadi perubahan fisik, psikologis, dan social. *Model Konsep “I King” : • Personal. • Interpersonal. • Social (Dinamik, interaksi mudah diberikan informasi & memberikan informasi).
2.2 PERSPEKTIF KEPERAWATAN MATERNITAS A. Sejarah Pendamping Persalinan : Perempuan, berkeluarga, mempunyai anak banyak B. Tujuan Tujuan keperawatan maternitas adalah: 1. Membantu wanita usia subur & keluarga dalam masalah produksi & menghadapi kehamilan. 2. Membantu PUS untuk memahami kehamilan, persalinan, & nifas adalah normal. 3. Member dukungan agar ibu memandang kehamilan, persalinan, & nifas adalah pengalaman positif & menyenamgkan. 4. Membantu mendeteksi penyimpangan secara dini. 5. Member informasi tentang kebutuhan calon orang tua. 6. Memahami keadaan social & ekonomi ibu.
C. Karakteristik Karakteristik keperawatan maternitas yaitu: 1. Fokus kebutuhan dasar = Sejahtera 2. Pendekatan keluarga = FCMC 3. Tindakan khusus dengan peran perawat. 4. Terjadi interaksi = Strategi Pelayanan 5. Kerja dalam Tim = Semua yang terkait. D. Paradigma Keperawatan Paradigma keperawatan merupakan suatu cara pandang dari profesi keperawatan untuk melihat suatu kondisi dan fenomena yang terkait secara langsung dengan aktifitas yang terjadi dalam profesi tersebut. Paradigma keperawatan pada keperawatan maternitas meliputi manusia, lingkungan, sehat dan keperawatan. a. Manusia Manusia terdiri dari: • WUS • PUS • Perempuan dan Janin • Perempuan masa persalinan • Perempuan nifas hingga 6 minggu • Bayi sampai usia 40 hari • Keluarga • Masyarakat Unik, Utuh, Tumbang. b. Lingkungan Lingkungan terdiri dari: • Anggota keluarga • Masyarakat : Sikap, nilai, & perilaku
Lingkungan Budaya & Sosial
Psikologi (Termasuk Fisik)
Sikap, nilai dan prerilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan social disamping pengaruh fisik Proses kehamilan danpersalinan serta nifas akan melibatkan semua anggota keluarga dan masyarakat. Proses kelahiran merupakan permulaan suatu bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting, sehingga pelayanan maternitas akan mendorong interaksi yang positif dari orang tua, bayi dan angota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam keluarga. c. Sehat
Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar, bersifat dinamis, tergantung dari perubahan-perubahan fisik & psikososial “Adaptasi”. Setiap individu memiliki hak untuk lahir sehat sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Ibu dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi, baik fisik maupun psikososial. Kesejahteraan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, & social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit / kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi & prosesnya. (Konferensi sedunia IV tentang Wanita, Beijing 1995) d. Keperawatan Ibu Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan professional berkwalitas yang difokuskan pada kebutuhan adaptasi fisik & psikososial ibu selama proses konsepsi/kehamilan, melahirkan, nifas, keluarga, & bayi baru lahir dengan menekankan pada pendekatan keluarga sebagai sentra pelayanan. Keperawatan ibu memberikan asuhan keperawatan holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. (http://keperawatan-keperawatan.blogspot.com/2008/02/konsep-dasar-keperawatanmaternitas.html)
E. Tatanan Pelayanan Tatanan pelayanan keperawatan maternitas yaitu: 1. Rumah Sakit 2. Puskesmas 3. Rumah bersalin 4. Komunitas 5. Polinde
F. Standar Praktek Menurut OGNN : • Area Klinik = 1. Keperawatan Antepartum 2. Keperawatan Intrapartum 3. Keperawatan Postpartum • Praktek Keperawatan = 1. Perawatan Obstetrik 2. Perawatan Ginekology 3. Perawatan Neonatal Praktek keperawatan yang komprehensif disediakan untuk individu, keluarga, &
masyarakat dengan kerangka proses keperawatan. • Pendidikan Kesehatan = Penkes untuk individu, keluarga, & masyarakat merupakan bagian integral dari praktek keperawatan OGN.
Menurut ANA, 1987: 1. Perawta membantu anak & orang tuanya untuk meningkatkan & mempertahankan kesehatan yang optimal. 2. Perawat membantu keluarga untuk mencapai & mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan personal dari anggota keluarga & fungsi keluarga yang optimal. 3. Perawat memberikan pelayanan kepada klien yang membutuhkan, dan keluarga yang mempunyai resiko untuk mencegah masalah aktual & potensial dalam kesehatan. 4. Perawat meningkatkan lingkungan yang tidak membahayakan tumbuh kembang & sistem reproduksi. 5. Perawat mendeteksi perubahan status kesehatan & deviasi dari perkembangan yang optimum. 6. Perawat memberikan intervensi yang tepat & pengobatan untuk meningkatkan kesehatan & memulihkan penyakit. 7. Perawat membantu klien & keluarganya untuk mengerti & memakai koping yang baik dengan trauma/benturan dalam perkembangan selama sakit, masa tumbang, & anak-anak. 8. Perawat mempunyai strategi yang aktif & positif untuk menggunakan sumber-sumber dalam member pelayanan. 9. Perawat meningkatkan praktek keperawatan ibu & anak melalui penilaian praktek, pendidikan, & penelitian.
G. Legal Etik dalam Keperawatan Maternitas
H. Konsep Keluarga Menurut Duvall & Mercer BAB III PENUTUP Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu menyakini bahwa
peristiwa kelahiran merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan adaptasi fisik dan psikososial dari individu dan keluarga. Keluarga perlu didukung untuk memandang kehamilan sebagai pengalaman yang positif dan menyenangkan. Upaya mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya sangat membutuhkan partisipasi aktif dari keluarganya. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, dapat mengakibatkan krisis situasi selama anggota keluarga tidak merupakan satu keluarga yang utuh. Proses kelahiran merupakan permulaan bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting. Pelayanan keperawatan ibu akan mendorong interaksi positif dari orang tua, bayi dan angggota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam keluarga. Sikap, nilai dan perilaku setiap individu dipengaruhi oleh budaya dan social ekonomi dari calon ibu sehingga ibu serta individu yang dilahirkan akan dipengaruhi oleh budaya yang diwarisi.
Dalam memberikan asuhan keperawatan diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan. Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. Perawat mengadakan interaksi dengan klien untuk mengkaji masalah kesehatan dan sumber-sumber yang ada pada klien, keluarga dan masyarakat; merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah-maslah klien, keluarga dan masyarakat; serta memberikan dukungan pada potensi yang dimiliki klien dengan tindakan keperawatan yang tepat. Keberhasilan penerapan asuhan keperawatan memerlukan kerjasama tim yang terdiri dari pasien, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat.
Diposting 17th May 2013 oleh Reni 0
Tambahkan komentar 4. May 12
tugas4 "keperawatan medikal bedah" A. PENGERTIAN Keperawatan medical bedah adalah : Pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau tanpa gangguan struktur akibat trauma. Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat gangguan patofisiologis, (CHS,1992). B. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Keperawatan medical bedah di lakukan dengan : 1. Pelayanan Profesional 2. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan 3. Menggunakan scientific Metode 4. Berlandaskan Etika Keperawatan
1. Pelayanan Profesional Seorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, selalu memandang pasien secara holistic/menyeluruh baik Bio-Psiko-sosial-kultural-Spiritual. Dalam setiap tindakan, perawat dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional sesuai dengan standarisasi profesi keperawatan. Pelayanan ini diberikan oleh seorang perawat yang berkompetensi dan telah menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi. Dalam hal
ini perawat harus bersikap Acceptance, Sensitif, Empati, dan trust kepada klien. Selain itu perawat harus memahami dan mengaplikasikan Prinsip–Prinsip Moral dalam Praktek Keperawatan antara lain : 1. Autonomy 2. Beneficience 3. Justice 4. Fidelity ( setia) 5. Veracity (kejujuran) 6. Avoiding killing
2. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan Perawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang Pendidikan Formal yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus berubah dari waktu ke waktu (dinamis), sehingga dalam memberikan Asuhan keperawatan pada Klien berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan terbaru. Dasar pengetahuan yang harus dimiliki perawat profesional antara lain : 1. Konsep sehat – sakit 2. Konsep manusia dan kebut. Dasar manusia 3. Patofisologi penyakit 4. Konsep stres – adaptasi 5. Tugas perkembangan usia dewasa 6. Proses keperawatan dan penerapannya 7. Komunikasi terapeutik 8. Konsep kolaborasi & manajemen keperawatan
3. Menggunakan scientific Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melaui tahap-tahap dalam proses keperawatan berdasarkan pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan standarisasi asuhan keperawatan yang ada (NANDA, NIC, NOC).
4. Berlandaskan Etika Keperawatan Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan asas etika keperawatan yang ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak pasien/ kebebasan pasien), Beneficience (menguntungkan bagi pasien), Veracity (kejujuran), Justice (keadilan PERANDANFUNGSIPERAWATDALAMKEPERAWATANMEDIKALBEDAH: : 1.PeransebagaipemberiAsuhanKeperawatan. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhanasampaidengan koma.
Aplikasi medical bedah memulihkan: 1. Berbagai penyakit dgn penyebab: 2. Trauma 4. Gangg. Sistem imun 5. Gangg. Fungsi organ 6. Degeneratif /penuaanpleks
Diposting 12th May 2013 oleh Reni 0
Tambahkan komentar 5. Apr 26
tugas kkpi 3 Indonesia berpeluang jadi pusat pengembangan vaksin dunia
Kuta (ANTARA News) - Indonesia berpeluang besar untuk menjadi pusat pengembangan vaksin dunia melalui PT Bio Farma sebagai satu-satunya produsen vaksin di Tanah Air yang telah mengekspor vaksin ke 117 negara. "Untuk negara muslim, kita nomor satu, peluangnya sangat besar," kata Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Iskandar, kepada pers di Kuta, Bali, Selasa. Menurut dia, di antara 14 negara berkembang produsen vaksin, Indonesia merupakan negara muslim yang memiliki kemampuan untuk memproduksi vaksin yang sangat dibutuhkan bagi dunia. Jika dibandingkan Iran yang juga merupakan produsen vaksin di negara berkembang, peluang Indonesia sangat besar mengingat negara itu sedang mengalami kesulitan terkait embargo teknologi sehingga belum mampu untuk mendapatkan prakualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Saat ini, lanjut Iskandar, Bio Farma dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah diakui WHO melalui parkualifikasi yang dilakukan sejak 1997. Dengan prakualifikasi itu, produsen vaksin yang terpusat di Bandung, Jawa Barat itu memperoleh ijin untuk mengekspor vaksin ke seluruh dunia dengan kualitas tinggi namun dengan harga terjangkau khusunya bagi negara berkembang. Vaksin polio merupakan salah satu vaksin unggulan dengan produksi mencapai 1,4 miliar dosis per tahun. Dia menambahkan bahwa selain menjadi produsen vaksin dunia, Indonesia juga berpeluang menjadi pusat untuk penelitian, dan berperan sebagai mitra penelitian vaksin baru bagi negara berkembang. Jelang pelaksanaan pertemuan ke-13 Jaringan Produsen Vaksin Negara-Negara Berkembang-DCVMN yang akan digelar di Kuta 31 Oktober hingga 2 November mendatang, Indoensia akan mengajak negara partisipan untuk berbagi pengalaman untuk menemukan teknologi baru dalam mengembangkan vaksin dalam memerangi penyakit menular baru.