Kep Prof Baru.docx

  • Uploaded by: rahmania firdausy
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kep Prof Baru.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,333
  • Pages: 7
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Etik Etik adalah Keputusan dan tindakan perawat atas nama klien ditentukan dengan cara yang etis (sesuai dengan norma, nilai budaya, modul dan idelialisme profesi). Keputusan dan tindakan perawat dalam membantu dan merawat individu didasarkan pada prinsip-prinsip etika dan pedoman kelembagaan. Rasional : Kode etik perawat merupakan parameter bagi perawat dalam membuat penilaian etis. Berbagai isu spesipik tentang etik yang menjadi kepedulian perawat meliputi : Penolakan pasien terhadap pengobatan, “informedconsen”, pemberhentian bantuan hidup, kerahasiaan klien.  Kriteria Struktur 1. Adanya komite etik keperawatan 2. Adanya kriteria masalah etik 3. Adanya mekanisme penyelesaian masalah etik 4. Adanya program pembinaan etik profesi keperawatan.  Kriteri Proses 1. Praktek perawat berpedoman pada kode etik 2. Perawat menjaga kerahasiaan klien 3. Perawat bertindak sebagai advokat klien 4. Perawat memberikan asuhan dengan “tanpa menghakimi” (nonjudgement), tanpa diskriminasi 5. Perawat memberikan asuhan dengan melindungi otonomi, martabat dan hak-hak klien. 6. Perawat mencari sumber-sumber yang tersedia untuk membantu menetapkan keputusan etik.

 Kriteria Hasil 1. Ada bukti dalam catatan tentang klien, bahwa isu-isu etik ditemukan dan dibahas didalam pertemuan tim. 2. Sasaran dalam pembinaan keperawatan berkelanjutan mencerminkan diterapkannya konsep-konsep yang ada dalam kode etik

B. Masalah dalam standar etik Para perawat menghadapi 2 tipe masalah yang besar yaitu masalah yang berfokus pada keputusan dan masalah yang berfokus pada tindakan. Masingmasing

tipe

masalah

memerlukan

pendekatan

yang

berbeda

(Wilkinson,1993,hlm.4). Dalam masalah yang berfokus pada keputusan , kesulitannya yaitu dalam memutuskan apa yang akan dilakukan. Kesulitan tidak pada pengambilan keputusan , tetapi dalam mengimplementasikannya. Distres moral , salah satu tipe masalah yang berfokus pada tindakan , terjadi saat perawat mengetahui rangkaian tindakan yang benar tetapi tidak dapat melaksanakannya karena kebijakan institusi/desakan lain (jameton,1984,hlm.6). Hal ini menimbulkan perasaan marah , bersalah , dan kehilangan integritas perawat dan dapat mempengaruhi perawatan klien. Tidak seperti masalah yang berfokus pada keputusan,masalah yang berfokus pada tindakan tidak dapat diselesaikan dengan memperbaiki ketrampilan mengambil keputusan seseorangbahkan seseorang perawat harus memutuskan apa yang benar dilakukan , isinya menjadi apa yang benar-benar perawat dapat dilakukan pada kondisi praktek tertentu. Penelitian menunjukkan bahwa tindakan

perawat

dipengaruhi

oleh

batasan-batasan

seperti

ancaman

verbal,takut kehilangan pekerjaan atau lisensi keperawatan mereka, takut pada dokter ,takut pada hukum dan perkara hukum, dan tidak ada dukungan, baik dari teman sejawat maupun dari pimpinan (wilkinson, 1987 / 88 hlm.21). Masalah yang berfokus pada tindakan membutuhkan pengetahuan, pengalaman, komunikasi, dan kemampuan untuk membuat kesepakatan yang melindungi

integritas.Untuk berhasil dalam mengatasi masalah tersebut, perawat harus mengubah perhatian mereka dari “membuat keputusan yang benar” dan berfokus pada faktor-faktor yang mencegah “tindakan benar”(wilkinson, 1993, hlm 5).

C. Konflik dalam keperawatan Konflik juga muncul dari pertanyaan perawat yang tidak terselesaikan mengenai sifat dan cakupan praktik mereka. Teknologi tinggi dan peran spesialisasi ( perawat di perawatan intensif, perawat praktik lanjutan) telah memperluas cakupan praktik keperawatan, yang sering menyebabkan aktivitas keperawatan dan medis tumpang tindih. Hal ini menciptakan konflik nilai bagi perawat. Sebagai contoh:  Meskipun perawat menghargai promosi kesehatan dan kesejahteraan, banyak yang masih bekerja di rumah sakit, dan banyak yang terlibat dalam pengobatan penyakit yang berteknologi tinggi.  Meskipun profesi menghargai pendekatan perawatan humanistik dan Menekankan hubungan perawat klien, banyak perawat menghabiskan banyak waktu nya dengan mengurus mesin klien. Konflik loyalitas dan kewajiban Karena posisi mereka yang unik dalam sistem perawatan kesehatan, perawat

mengalami

konflik

loyalitas

klien,keluarga,dokter, institusi yang

dan

kewajiban

terhadap

memperkerjakan, dan badan yang

memberikan lisensi. Kebutuhan klien dapat menimbulkan konflik dengan kebijakan institusi, pilihan dokter,kebutuhan keluarga klien atay bahkan dengan hukum negara bagian.Menurut kode etik keperawatan, kesetiaan pertama perawat adalah kepada klien. Namun, tidak selalu mudah untuk menentukan tindakan mana yang terbaik dalam memenuhi kebutuhan klien. Sebagai contoh , Seorang perawat dapat meyakini bahwa demi kepentingan klien, perawat harus mengatakan kepada klien hal yang sebenarnya yang tidak diberitahukan oleh orang lain. Tetapi, Hal ini dapat merusak hubungan dokter klien, dalam jangka

panjang akan menyebabkan bahaya kepada klien daripada menghasilkan kebaikan.

D. Mengambil keputusan etik Penalaran Etik yang bertanggung jawab adalah berpikir rasional. Hal ini juga sistematis dan didasarkan pada prinsip etik serta hukum sipil. Pengambilan keputusan etik seharusnya tidak didasarkan pada emosi,intuisi, kebijakan permanen atau sebelumnya adalah kejadian yang serupa yang telah terjadi sebelumnya. Catalano (1997) telah menyusun suatu algoritma pengambilan keputusan etik untuk perawat algoritma ini berisi Lima Langkah yang dimulai dengan identifikasi Dilema Etik yang mungkin terjadi dan menghasilkan resolusi atau keputusan untuk tidak melakukan tindakan. Komponen-komponen tersebut adalah : Fakta situasi khusus , teori dan prinsip etik , kode etik keperawatan , hak klien , nilai personal , faktor-faktor yang berperan atau mengganggu kemampuan seseorang untuk membuat atau menetapkan suatu pilihan, seperti nilai budaya, harapan sosial, derajat komitmen, kurang waktu, kurang pengalaman, pengabaian atau takut hukum dan konflik loyalitas. Pengambilan keputusan Etik yang membutuhkan pilihan, nilai dan tindakan seseorang dimulai dengan keinginan : orang yang terinspirasi oleh suatu keinginan untuk mengikuti yang baik setiap kali mereka melihatnya. Namun, untuk mengetahui bahwa apa yang mereka ikuti benar-benar baik, orang harus memiliki alasan. Pilihan, nilai dan tindakan etik kemudian menjadi suatu keinginan beralasan (husted dan husted,hlm.178-183). Perawat bertanggung jawab untuk memutuskan tindakan mereka sendiri dan mendukung client yang mengambil keputusan etik atau melakukan koping terhadap hasil keputusan yang dibuat oleh orang lain. Suatu keputusan yang baik adalah keputusan yang berpihak pada kepentingan pelayan dan pada waktu yang sama juga melindungi integritas semua pihak yang terlibat. Perawat memiliki kewajiban multiple untuk menyeimbangkan situasi moral.

Langkah pertama yang penting dalam pengambilan keputusan etik adalah memastikan bahwa masalah memiliki muatan etik atau moral. Tidak semua masalah keperawatan memiliki muatan moral. Kriteria dibawah ini dapat digunakan untuk menentukan apakah terdapat situasi moral (Fry,1988,hlm.491) : 1. Terdapat kebutuhan untuk memilih antara tindakan alternatif yang menimbulkan konflik dengan kebutuhan manusia atau kesejahteraan orang lain. 2. Pilihan yang akan dibuat dipandu oleh prinsip atau teori moral universal, yang dapat digunakan untuk memberikan beberapa pembenaran tindakan. 3. Pilihan dipandu oleh suatu proses penimbangan alasan 4. Pilihan dipengaruhi oleh perasaan personal dan oleh konteks tertentu dari situasi. Dalam beberapa kasus pertanyaan yang paling penting adalah siapa yang seharusnya mengambil keputusan. Ketika orang yang mengambil keputusan adalah klien, fungsi perawat adalah peran suportif. Klien membutuhkan pengetahuan mengenai probabilitas dan sifat dari konsekuensi yang menyertai rangkaian tindakan. Perawat membagi pengetahuan dan keahlian khusus mereka dengan klien agar memungkinkan mereka mengambil keputusan Berdasarkan informasi. Kotak penyerta menunjukkan contoh yang menggunakan model pengambilan keputusan bioetik yang diajukan oleh Cassel dan Redman (1988,465-466). Karena mereka memiliki kewajiban terhadap klien mereka, institusi yang memperkerjakan mereka, dan dokter , perawat harus menimbang faktor-faktor yang saling berkompetisi saat membuat suatu keputusan etik. Dalam banyak tatanan perawatan kesehatan, perawat tidak selalu memiliki otonomi untuk bertindak berdasarkan pilihan moral atau etik mereka. Kompromi moral yang melindungi integritas adalah penyelesaian perbedaan yang menghargai nilai yang menimbulkan konflik dari semua pihak yang terlibat dan dibuat sebuah konsesi. Kompromi tersebut melindungi integritas setiap

orang karena tidak mampu Tidak seorangpun yang dipaksa untuk menyerahkan kepentingan diri,prinsip,integritas moral. Menurut Winslow dan Winslow (1991,309,315-320) kompromi moral yang melindungi integritas harus memiliki salah satu unsur dibawah : 1. Berbagai beberapa bahasa moral dasar. Saat ini isu moral dan etik diungkapkan dalam bahasa asuhan klien, hak klien ,otonomi dan advokasi klien. Salah satu tugas komite etik institusi adalah menyediakan tatanan tempat bahasa moral dapat dibangun. 2. Harus ada konteks saling menghargai. Semua pihak harus mendengarkan orang lain yang berbeda dari mereka dengan rasa hormat. Tindakan pemaksaan tidak digunakan. Tanpa saling menghargai, kompromi menjadi kapitulasi atau persuasi. Pandangan semua orang harus dipertimbangkan. 3. Kebingungan moral dari situasi harus secara jujur diakui. Setiap orang harus mempertahankan rasa rendah hati, dengan mengingat bahwa terdapat unsur unsur ketidakpastian dan bahwa dia dapat saja salah. 4. Batasan legitimasi untuk kompromi harus diterima. Ada saatnya Ketika seseorang tidak dapat berkompromi. Kompromi cenderung terjadi saat terdapat ketidakpastian fakta, ambiguitas, dan situasi yang sangat kompleks. Semakin pasti seseorang terhadap fakta dan semakin jelas dia meyakini moralitas rangkaian tindakan, semakin kecil ruang untuk terjadinya kompromi. Batasan kompromi dicapai saat seseorang sangat yakin

mengenai

jalannya

tindakan

tertentu

sehingga

untuk

mengkompromikan point tersebut perlu mengkompromikan perasaan diri sendiri sebagai agen moral. Strategi untuk meningkatkan pengambilan keputusan etik. Rodney dan starzomski (1994,hlm.24)

BAB III PENUTUP

Related Documents

Kep Prof Baru.docx
June 2020 17
Prof
June 2020 19
Prof
November 2019 62
Prof
October 2019 53
Prof
October 2019 60
Prof
June 2020 21

More Documents from ""

Kep Prof Baru.docx
June 2020 17
Patway Ivh.docx
June 2020 20
Gea Riska.docx
June 2020 23
Nia.docx
June 2020 8
Bookletttt.docx
November 2019 18
5. Abstrak.docx
October 2019 17