KEMUHAMMADIYAHAN III
Disusun oleh : Siti Maulida Wati 17.12.018262
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKAS 2017-2018
KATA PENGANTAR Pertama - tama penulis memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan segala nikmat dan karuniaNya, karena berkat karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah KEMUHAMMADIYAHAN III. Shalawat serat salam senantiasa kita panjatkan kepada Rasulullah SAW. Makalah ini berjudul “PARADIGMA PERKEMBANGAN IPTEKS “ yakni makalah yang menerangkan tentang potensi manusia dalam perkembangan iptek dan rambu rambu perkembangan iptek dalam al-qur’an. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis memohon maaf, apabila didalam tulisan ini ada kekurangan dalam penulisan dan sebagainya. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan kedepannya.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang sangat memerhatikan segala aspek kehidupan.Segalanya telah diatur sesuai dengan perintah dari Allah SWT.Cakupan aspek yang diatur itu dimulai dari bangun tidur sampai kita tidur lagi.Itu diatur agar kita bisa menjalani kehidupan dengan teratur, baik, dan bermanfaat. Aspek yang cukup diperhatikan dalam Islam adalah pengetahuan atau ilmu yang bermanfaat. Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, seperti yang telah diterangkan dalam hadits: Rasulullah saw bersabda: "Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah)." (HR. Ibnu Majah). Ilmu juga berkaitan dengan perkembangan teknologi.Sampai sekarang, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah berkembang pesat.Kemajuan IPTEK itu sendiri didominasi kuat oleh peradaban orang Barat.Sedangkan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam sebagian besar merupakan negara berkembang.Sebagai umat yang mewarisi ajaran ketuhanan dan pernah mengalami kejayaan di bidang IPTEK pada zaman dahulu, ini merupakan suati kenyataan yang cukup memprihatinkan. Di samping adanya manfaat dari perkembangan IPTEK itu sendiri, IPTEK ternyata juga memberikan dampak buruk kepada para penggunanya, seperti pengaksesan situs porno di internet, perjudian, dan kecurangan.Di sinilah peran agama Islam untuk meluruskannya..
B. PERMASALAHAN. 1. Apakah pengertian paradigma dan ipteks dalam islam? 2. Bagaimana potensi manusia dalam perkembangan ipteks? 3. Apa rambu-rambu yang terdapat dalam perkembangan ipteks?
C. TUJUAN 1. untuk mengetahui pengertian tentang paradigma dan ipteks dalam islam. 2. untuk mengetahui potensi manusia dalam perkembangan ipteks. 3. untuk mengetahui rambu-rambu yang terdapat dalam perkembangan islam.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian IPTEKS Ilmu dalam bahasa Arab `ilm berarti memahami, mengerti atau mengetahui. `Ilm menurut bahasa berarti kejelasan, karena itu segala kata yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Misalnya: `alam (bendera), `ulmat (bibir sumbing), a`lam (gunung-gunung), `alamat (alamat), dan sebagainya. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu. Ilmu atau sains memiliki arti lebih spesifik yaitu usaha mencari pendekatan rasional dan pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui pendekatan keilmuan akan didapatkan sejumlah pengetahuan atau juga dapat dikatakan ilmu adalah sebagai pengetahuan yang ilmiah. Menurut Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) adalah pengetahuan yang diperoleh lewat penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai Pengetahuan yang demikian dikenal juga dengan sebutan science. Teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan. Teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu cara menerapkan kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu
pengetahuan dan berdasarkan proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan.
B. Paradigma Pendidikan Muhammadiyah Menurut KH. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat. Upaya mengaktualisasikan gagasan tersebut maka konsep pendidikan KH. Ahmad Dahlan ini meliputi : a. Tujuan Pendidikan Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Tujuan pendidikan tersebut merupakan pembaharuan dari tujuan pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah model Belanda. Di satu sisi pendidikan pesantren hanya bertujuan utnuk menciptakan individu yang salih dan mengalami ilmu agama. Sebaliknya, pendidikan sekolah model Belanda merupakan pendidikan sekuler yang didalamnya tidak diajarkan agma sama sekali. Akibat dialisme pendidikan tersebut lahirlah dua kutub intelegensia : lulusan pesantren yang menguasai agama tetapi tidak menguasai ilmu umum dan sekolah Belanda yang menguasai ilmu umum tetapi tidak menguasai ilmu agama. Melihat ketimpangan tersebut KH. Ahamd Dahlan berpendapat bahwa tujuan pendidikan yang sempurna adalah melahirkan individu yang utuh menguasai ilmu agama dan ilmu umum, material dan spritual serta dunia dan akhirat. Bagi KH. Ahmad Dahlan kedua hal tersebut (agama-umum, material-spritual dan dunia-akhirat) merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Inilah yang menjadi alasan mengapa KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pelajaran agama dan ilmu umum sekaligus di Madrasah Muhammadiyah. b. Materi pendidikan Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi: 1) Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2) Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat. 3) Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat. c. Model Mengajar Di dalam menyampaikan pelajaran agama KH. Ahmad dahlan tidak menggunakan pendekatan yang tekstual tetapi konekstual. Karena pelajaran agama tidak cukup hanya dihafalkan atau dipahami secara kognitif, tetapi harus diamalkan sesuai situasi dan kondisi. 1) Cara belajar-mengajar di pesantren menggunakan sistem Weton dan Sorogal, madrasah Muhammadiyah menggunakan sistem masihal seperti sekolah Belanda. 2) Bahan pelajaran di pesantren mengambil kitab-kitab agama. Sedangkan di madrasah Muhammadiyah bahan pelajarannya diambil dari buku-buku umum. 3) Hubungan guru-murid. Di pesantren hubungan guru-murid biasanya terkesan otoriter karena para kiai memiliki otoritas ilmu yang dianggap sakral. Sedangkan madrasah Muhammadiyah mulai mengembangkan hubungan guru-murid yang akrab.
C. Pandangan Islam Tentang IPTEKS Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia kini telah dikuasai peradaban Barat, kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang mengagumi kemudian meniru-niru dalam gaya hidup tanpa diseleksi terlebih dulu terhadap segala dampak negatif dimasa mendatang atau krisis multidimensional yang diakibatkannya. Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik dimasa lampau, sekarang maupun yang akan datang. Dalam pandangan Islam, menurut hukum asalnya segala sesuatu itu mubah termasuk segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua tidak ada yang haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti, karena Islam bukan agama yang sempit. Adapun peradaban modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi vidio alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, muda atau anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya, tetapi menjadi tanggung jawab manusia yang menggunakan dan mengopersionalkannya. Produk iptek ada yang bermanfaat manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat dan dapat pula
mendatangkan dosa dan malapetaka manakala digunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata. Islam tidak menghambat kemajuan Iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan dengan analisa-analisa yang teliti, obyekitf dan tidak bertentangan dengan dasar al-Qur`an.
D. Potensi Manusia (Jasmani dan Rohani) dalam Pengembangan IPTEKS POTENSI YANG DIMILIKI MANUSIA Dalam berbagai literature, khususnya dibidang filsafat dan antropologi dijumpai berbagai pandangan para ahli tentang hakekat manusia. Sastraprateja, misalnya mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang historis. Hakikat manusia itu sendiri adalah suatu sejarah, suatu peristiwa yang semata-mata datum. Hakikat manusia hanya dilihat dalam perjalanan sejarahnya, dalam sejarah perjalanan bangsa manusia. Saatraprateja lebih lanjut mengatakan, bahwa apa yang kita peroleh dari pengamatan kita atas pengamatan manusia adalah suatu rangkaian anthtropoligical constans, yaitu dorongan-dorongan dan orientasi yang dimiliki manusia. Lebih lanjut, Sastraprateja menambahkan ada sekurang-kurangnya 6 anthtropoligical constans yang dapat di tarik dari pengalaman umat manusia, yaitu: 1. Relasi manusia dengan kejasmanian, alam, dan lingkungan ekologis 2. Keterlibatan dengan sesama 3. Keterkaitan dengan srtuktur sosial dan institional 4. Ketergantungan masyarakat dan kebudayaan pada waktu dan tempat, hubungan timbal balik antara teori dan praktis. 5. Kesadaran religious dan para religious 6. Merupakan satu sintesis dan masing-masing saling mempengaruhi. Keenam masalah tersebut tampak merupakan rangkaian kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan
oleh
manusia,
yang
secara
umum
dapat
dikatakan
bahwa
dalam
beresksistensinya manusia tidak bisa melepaskan dari ketergantungannya pada orang lain. Dr. Alexis Carrel (seorang peletak dasar-dasar humaniora di Barat ) mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang misterius, karena derajat keterpisahan manusia dari dirinya berbanding terbalik dengan perhatiannya yang demikian tinggi terhadap dunia yang ada luar dirinya. Pendapat ini menunjukkan tentang betapa sulitnya memahami manusia secara tuntas dan menyeluruh. Sehingga setiap kali seseorang selesai memahami dari satu aspek tentang manusia, maka muncul pula aspek yang lainnya.
Manusia memiliki kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, baik perubahan social maupun perubahan alamiah. Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun, dan berbagai makhluk yang berbudaya. Manusia tidak liar, baik secara social maupun alamiah. Manusia yang baru lahir dari perut ibunya masih sangat lemah, tidak berdaya dan tidak mengetahui apa-apa. Untuk menjadi hamba Allah yang selalu menyembah-Nya dengan tulus dan menjadi khalifah-Nya dimuka bumi, anak tersebut membutuhkan perawatan, bimbingan dan pengembangan segenap potensinya kepada tujuan yang benar. Ia harus dikembangkan segala potensinya kearah yang positif melalui suatu upaya yang disebut sebagai al-Tarbiyah, al-Ta’dib, al-Ta’lim atau yang kita kenal dengan “pendidikan”. Karena pendidikan yang mengarahkan ke arah perkembangan yang optimal maka pendidikan dalam mengembangkannya harus memperhatikan aspek-aspek kepentingan yang antara lain : 1. Aspek Pedagogis Dalam hal ini manusia dipandang sebagai makhluk yang disebut ‘Homo Educondum’ yaitu makhluk yang harus didik. Inilah yang membedakannya dengan makhluk yang lain. Jadi disini pendidikan berfungsi memanusiakan manusia tanpa pendidikan sama sekali, manusia tidak dapat menjadi manusia yang sebenarnya. 2. Aspek Psikologis Aspek ini memandang manusia sebagai makhluk yang disebut ‘Psychophyisk Netral’ yaitu makhluk yang memiliki kemandirian (selftandingness) jasmaniahnya dan rohaniah. Didalam kemandirian itu manusia mempunyai potensi dasar yang merupakan benih yang dapat tumbuh dan berkembang. 3. Aspek Sosiologis Dan Kultural Aspek ini memandang bahwa manusia adalah makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat. 4. Aspek Filosofis Aspek ini manusia adalah makhluk yang disebut ‘Homo Sapiens’ yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Manusia sebagai makhluk paedagogik membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Sehingga dengan potensi tersebut mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah berupa keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia.
Fitrah manusia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik melalui pendidikan. Oleh karena itu pendidikan Islam bertugas membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan fitrah manusia tersebut sehingga terbentuk seorang yang berkepribadian muslim. Potensi dasar tersebut atau lebih dikenal dengan istilah fitrah harus terpelihara dan berkembang dengan baik. Sebab tugas pendidikan adalah menjadikan potensi dasar itu lebih berdaya guna, berfungsi secara wajar dan manusiawi. Dalam pandangan lain, Pendidikan merupakan upaya manusia yang diarahkan kepada manusia lain dengan harapan mereka, ini berkat pendidikan (pengajaran) itu kelak menjadi manusia yang shaleh, yang berbuat sebagai mana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi apa yang tidak patut dilakukannya.
E. Rambu-rambu Pengembangan IPTEKS dalam Al-Qur’an Bagi ilmuwan al-Qur`an adalah inspirator, maknanya bahwa dalam al-Qur’an banyak terkandung teks-teks (ayat-ayat) yang mendorong manusia untuk melihat, memandang, berfikir, serta mencermati fenomena-fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki, diteliti dan dikembangkan. Al-Qur’an menantang manusia untuk menggunakan akal fikirannya seoptimal mungkin. Al-Qur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap segala macam peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan masyarakat dan historisitas bangsa-bangsa zaman dahulu. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Yunus ayat 101 yang artinya:
“Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan
menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”
ُ ض فَا ْن ْ َقَدْ َخل َْف َكانَ َعاقِبَةُ ْال ُم َك ِذِّبِيْن ُ ت ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم ِ سن ٌَن فَ ِسي ُْروا فِي اْأل َ ْر َ ظ ُروا َكي Artinya:
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137)
َْص ُر ْون ِ َو ِفي أ َ ْنفُ ِس ُك ْم أَفَالَ تُب Artinya:”Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”. (QS. Az-Zariyat: 21).
Dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang memberikan motivasi agar manusia menggunakan akal fikiran untuk membaca dan mengamati fenomena-fenomena alam semesta. Teks-teks alQur’an yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur`an Sebagai Produk Wujud Iptek Allah Al-Qur`an menuntun manusia pada jalur-jalur riset yang akan ditempuh sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Al-Qur`an juga sebagai hudan memberi kecerahan pada akal manusia, kebenaran hasil riset dapat diukur dari kesesuaian rumus baku, dan antara akal dengan naql. Al-Qur`an merupakan rumus baku, alam semesta dengan segala perubahannya sebagai persoalan yang layak dan perlu dijawab, maka al-Qur`an sebagai kamus alam semesta. Solusi tentang teka-teki alam semesta akan terselesaikan dengan benar jika digunakan formula yang tepat yaitu al-Qur`an. Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat Qur’aniyah akan berjalan secara pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi teknologi maka akan menjadikan teknologi berbasiskan Qur’an atau teknologi yang Qur’anik. Banyak ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang pengembangan iptek, seperti wahyu pertama QS. Al-`Alaq 1-5 menyuruh manusia untuk membaca, menulis, melakukan penelitian dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia. Sedangkan perintah untuk melakukan penelitian secara jelas terdapat dalam QS. Al-Ghasiyah, ayat 17-20:
ُ أَفَالَ يَ ْن ْ َصب ْ ْف ُرفِ َع ْ َْف ُخ ِلق ض َّ ( َوإِلَى ال17) ت ِ س َم ِ ( َوإِلَى اْأل َ ْر19) ت ِ ُْف ن َ (وإِلَى ْال ِجبَا ِل َكي َ اء َكي َ ظ ُر ْونَ إِلَى اْ ِلبِ ِل َكي َ 18) ت ْ س ِط َح ت ُ ْف َ ( َكي20) Artinya: ”Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghasiyah: 17-20)
Dari ayat-ayat tersebut, maka munculah di lingkungan umat Islam suatu kegiatan observasional yang disertai dengan pengukuran, sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif seperti yang berkembang di Yunani, melainkan memiliki ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-dasar sains. َ َِِّّّو ِم ْن ُك ِل َش ْيءٍ َخلَ ْقنَا زَ ْو َجي ِْن لَ َعلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْون Artinya: ”Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. (QS. Az Zariyat: 49) َض َو ِم ْن أَ ْنفُسِ ِه ْم َو ِم َّما الَ يَ ْعلَ ُم ْون ُ ُ س ْب َحانَ الَّذِي َخلَقَ اْأل َ ْز َوا َج ُكلَّ َها ِم َّما ت ُ ْنبِتُ اْأل َ ْر Artinya: “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (QS. Yasin: 36) Dari ayat di atas dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk secara berpasangpasangan, seperti ada siang dan malam, positif dan negatif, wanita dan pria, elektron dan positron. Terjadinya pasangan elektron dan positron di dalam fisika inti dikenal pembentukan ion (ion air production) di mana radiasi gelombang elektron magnetik memiliki tenaga di atas 1.02 Mev. Ayat ini dapat diartikan sebagai perintah untuk melakukan penelitian. Karena dengan melakukan penelitian hal-hal yang tadinya belum terungkap menjadi terungkap.
b. Al-Quran Sebagai Prediktor Beberapa ayat Al Quran menyatakan ramalannya kejadian pada masa yang akan datang baik masa yang jauh maupun masa yang dekat, yang sebagian merupakan mata rantai sebab akibat (kausalitas). Oleh sebab itu jika sebab ini merupakan data-data yang dapat dirunut oleh manusia secara komprehensip, maka akibat yang ditimbulkan kelak akan dapat diketahui sebelum terjadi dengan intensitas keyakinan yang cukup tinggi.
Berikut ini contoh ayat-ayat tersebut: َ ْ َسب اس ِ َّت أ َ ْيدِي الن َ سادَ فِي اْلبَ ِ ِّرِّّ َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َ َظ َه َر ْالف Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia...” (QS. Ar Rum: 41)
ٌس ْب ٌع ِشدَاد ُ صدْت ُ ْم فَذَ ُر ْوهُ ِفي َ َ( ث ُ َّم َيأْ ِتي ِم ْن َب ْع ِد ذلِك47) َس ْنبُ ِل ِه ِإالَّ قَ ِل ْيالً ِم َّما تَأ ْ ُكلُ ْون َ َقَا َل ت َْز َرع ُْون َ س ْب َع ِس ِنيْنَ دَأ َ َبا فَ َما َح َصنُ ْون ِ ْ( يَأ ْ ُك ْلنَ َما قَد َّْمت ُ ْم لَ ُه َّن إِالَّ قَ ِل ْيالً ِم َّما تُح48) Artinya:
"Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana
biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. (QS. Yusuf: 47-48) ( إِ َّن الَّ ِذيْنَ آَ َمنُوا َو َع ِملُوا6) َار َج َهنَّ َم خَا ِل ِديْنَ فِ ْي َها أُولَئِكَ ُه ْم ش َُّر ْالبَ ِريَّ ِة ِ إِ َّن الَّ ِذيْنَ َكفَ ُروا ِم ْن أ َ ْه ِل ْال ِكت َا ِ ب َو ْال ُم ْش ِر ِكيْنَ فِي ن ار خَا ِل ِديْنَ فِ ْي َها أَبَدًا ِ صا ِل َحا َّ ال ُ ( َجزَ ا ُؤ ُه ْم ِع ْندَ َربِِّ ِه ْم َجنَّاتُ َعد ٍْن تَجْ ِري ِم ْن تَحْ تِ َها ْاأل َ ْن َه7) ت أُولَئِكَ ُه ْم َخي ُْر ْالبَ ِريَّ ِة ُِي َربَّه ِ ( َر8) َ ي هللاُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْنهُ ذَلِكَ ِل َم ْن َخش َ ض Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selamalamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (Qs. Bayinah: 6-8)
c. Al-Qur`an Sebagai Sumber Motivasi Al Quran mendorong atau memberi motivasi kepada manusia untuk melakukan penjelajahan angkasa luar dan di bumi, perhatikan firman Allah berikut ini: َ س ْل َ ط ْعت ُ ْم أ َ ْن ت َ ْنفُذُوا ِم ْن أ َ ْق َ َ َم ْعش ََر ْال ِج ِِّن َواْ ِل ْن ِس ِإ ِن ا ْست ان ِ س َم َاوا َّ ار ال ُ ض فَا ْنفُذُوا الَ ت َ ْنفُذُون ِإالَّ ِب ِ ت َواْأل َ ْر ٍ ط ِ ط Artinya: Hai sekumpulan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (sulthon). (QS. Ar Rahman: 33)
Kemudian tentang penjelajahan di bumi, perhatikan firman berikut ini: ض َك ْم أ َ ْنبَتْنَا فِ ْي َها ِم ْن ُك ِِّل زَ ْوجٍ ك َِري ٍْم ِ أ َ َولَ ْم يَ َر ْوا إِلَى اْأل َ ْر Artinya:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? (QS. As Syu’ara: 7)
Islam tidak melarang untuk memikirkan masalah teknologi modern atau ilmu pengetahuan yang sifatnya menuju modernisasi pemikiran manusia genius, profesional, dan konstruktif serta aspiratif terhadap permaslahan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
d. Al-Quran dan Simplikasi (Penyederhanaan) Alam semesta ini membentuk struktur yang sangat teratur, dan bergerak dengan teratur. Keteraturan gerak alam semesta ini lebih memudahkan manusia untuk menyederhanakan fenomena-fenomena yang terkait ke dalam bahasa ilmu pengetahuan (matematika, fisika, kimia biologi dan lain-lain). Sehingga manusia dapat menjadi operator yang mampu mewakili peristiwa yang terjadi di alam semesta. Untuk meraih teknologi tinggi tidak perlu merasa tidak mampu, dengan semangat tinggi dan tidak menganggap bahwa high tech merupakan sesuatu yang mustahil untuk dicapai, maka high tech akan dapat diraih. Perhatikan firman Allah berikut ini: َ َاختَل ْ َاء ف ض ِ َى إِذَا أَ َخذ َّ إِنَّ َما َمث َ ُل ْال َحيَاةِ الدُّ ْنيَا َك َماءٍ أ َ ْنزَ ْلنَاهُ ِمنَ ال ِ س َم ُ ت اْأل َ ْر ِ ط بِ ِه نَبَاتُ اْأل َ ْر ُ َّض ِم َّما يَأ ْ ُك ُل الن َّ اس َواْأل َ ْنعَا ُم َحت َ َت َو ْ ُز ْخ ُرفَ َها َوازَ يَّن ص ُل ِّ ِ َص ْيدًا َكأ َ ْن لَّ ْم ت َ ْغنَ بِاْأل َ ْم ِس َكذَلِكَ نُف ً علَ ْي َها أَت َاهَا أ َ ْم ُرنَا لَ ْيالً أ َ ْو نَ َه َ َظ َّن أ َ ْهلُ َها أ َ ْن ُه ْم قَاد ُِر ْون ِ ارا فَ َجعَ ْلنَاهَا َح َت ِلقَ ْو ٍم َّيتَفَ َّك ُر ْون ِ اْآلَيَا Artinya:
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan)
yang kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya) karena air itu tanamtanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya dan pemilikpermliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanamtanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus: 24) e. Al-Quran Sumber Etika Pengembangan Iptek Pada teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil teknologi pada saat akan diterapkan. Sungguh pun hebat hasil teknologi namun jika diniatkan untuk membuat kerusakan sesama manusia, menghancurkan lingkungan sangat dilarang di dalam Islam. Jadi teknologi bukan sesuatu yang bebas nilai, demikian pula penyalahgunaan teknologi merupakan perbuatan zalim yang tidak disukai Allah SWT. Perhatikan FirmanNya:
َض ِإ َّن هللاَ ال ِ سادَ ِفي اْأل َ ْر َ َسنَ هللاُ ِإ َليْكَ َوالَ تَبْغِ اْلف َ َْص ْي َبكَ ِمنَ الدُّ ْن َيا َوأَحْ س ِْن َك َما أَح ِ سن َ َوا ْبت َغِ ِف ْي َما آَتَاكَ هللاُ الد َ َّار اْآلَ ِخ َرة َ َوالَ ت َ ْن َي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِديْن Artinya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash: 77) Demikian pula sains dan teknologi modern (Barat) tidak ada yang netral atau bebas nilai. Tetapi prioritas, penekanan, metode dan prosesnya, serta pandangan terhadap dunia merefleksikan kepentingan masyarakat dan kebudayaan Barat. Dalam kerangka ini sains Barat semata-mata digunakan untuk mengejar keuntungan dan sejumlah produksi, untuk pengembangan militer dan perlengkapan-perlengkapan perang, serta untuk mendominasi ras manusia terhadap ras manusia lainnya, sebagaimana untuk mendominasi alam. Dalam sistem Barat sains itu sendiri merupakan nilai tertinggi, sehingga segala-galanya harus dikorbankan demi sains dan teknologi. Dalam kaitan ini munculnya disiplin baru seperti sosiobiologi, eugenics (ilmu untuk meningkatkan kualitas-kualitas spesies manusia) dan rekayasa genetika, tidak mendorong timbulnya persaudaraan dan tanggungjawab tapi memberi kesan bagi kaum ilmuwan bahwa merekalah penguasa jagad raya ini. Kemudian dalam bidang biologi, perkembangan teknologi yang pesat diawali dengan penemuan DNA oleh Watson dan Crick pada Tahun 1953. Sejak saat itu berbagai macam teknologi yang melibatkan perekayasaan sifat genetic makhluk hidup mulai bermunculan. Beberapa diantaranya sangat menakjubkan dan memungkinkan manusia berperan sebagai tuhan. Sementara sanat Islam berbeda, ilmu yang dicari semata-mata hanya untuk mencari karunia Allah, bukan untuk merusak sehingga menimbulkan bencana.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan : Kemajuan IPTEK merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita sanggup atau tidak menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan pribadi masing-masing. Diantara penyikapan terhadap kemajuan IPTEK masa terdapat tiga kelompok, yaitu: (1) Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-ayat Al-Quran yang sesuai; (2) Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami, (3) Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya. Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Adapun dampak negatif maupun positif dalam perkembangan iptek, Kemajuan dalam bidang iptek telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan umat manusia. Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak ada segi-segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan. B. DAFTAR PUSTAKA http://inafauzia95.blogspot.com/2015/05/paradigma-pengembangan-ipteks.html https://dokumen.tips/documents/paradigma-pengembangan-ipteks-dalam-islam.html