Kata Pengantar Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena atas kebesaran rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “Pengaruh Bahasa Sinetron Terhadap Bahasa Anak” dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Kami mengambil judul tersebut karena melihat terlalu banyaknya bahasa indonesia atau bahasa anak yang terkontaminasi oleh bahasa sinetron yang berkiblat pada bahasa asing yang cenderung kasar dan dapat merusak norma kesopanan yangdi miliki oleh bangsa indonesia dan semakin banyaknya moral anak-anak yang rusak karena bahasa sinetron.Demikian penulisan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pembuat khususnya.
Daftar isi Bab 1 latar belakang................ Bab 2 permasalahan................. Bab 3 Pembahasan................... Bab 4 Penutup.......................... a. Kesimpulan.......... b. Saran................... Daftar Pustaka........................... Lampiran......................................
Bab 1. Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Pemberlakuan pasar bebas di berbagai kawasan dunia merupakan salah satu wujud tatanan kehidupan dunia yang baru, globalisasi. Sebetulnya, globalisasi telah lama berlangsung, berabad-abad yang lalu, ketika menusia dapat menciptakan alat komunikasi, seperti telepon dan kini teknologi informasi itu telah berkembang amat pesat. Dalam keterbukaan seperti itu bahasa menjadi sangat penting bagi kelangsungan eksistensi satu bangsa, baik sebagai lambang jati diri maupun sebagai sarana komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tetapi pada kenyataannya Bahasa Indonesia sudah dicemari oleh bahasa sinetron . Bahasa-bahasa sinetron ini sering juga disebut bahasa gaul. Kami sering kali berfikir betapa pintar dan kreatifnya para pemuda Indonesia ini dalam menciptakan bahasa. salah satu contoh bahasa yang sempat beredar : “ya iyalah.. masak ya iya donk”, “EGP Emang Gua Pikirin”, dan lain-lain, masih banyak lagi bahasa-bahasa “gaul” yang sudah beredar bebas di masyarakat. Akibatnya, cara bicara kepada orang yang lebih tua menjadi tidak sesuai dengan budaya bangsa indonesia yang menjunjung tinggi kesopanan. B. TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas bahasa indonesia . Selain itu, agar kami dan pembaca lebih memahami tentang pengaruh bahasa sinetron atau bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa anak atau bahasa indonesia. C. MANFAAT PENULISAN Manfaat dari penulisan makalah ini agar pembaca pada umumnya dapat memahami tentang bahaya dari bahasa yang digunakan dalam sinetron. Bahasa sinetron cenderung menggunakan kata-kata “gaul” dan kasar. jika hal ini dibiarkan, di khawatirkan generasi muda Indonesia akan kehilangan jati diri sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan.
BAB II PERMASALAHAN 1. Apa yang anda ketahui tentang masa remaja? 2. Apa yang dimaksud dengan bahasa gaul? 3. Apa sajakah pendapat para ahli mengenai bahasa indonesia yang baik dan benar? 4. Bagaimana pengaruh bahasa sinetron terhadap perkembangan bahasa indonesia?
BAB III PEMBAHASAN 1.
Remaja Masa remaja adalah masa di mana seseorang berada di umur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa, tetapi juga tidak dapat disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Masa remaja menurut Mappiare (dalam Ali, 2011: 9) berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi perempuan dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Pieget (dalam Ali, 2011: 9) mengatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini memasuki banyak aspek efektif, lebih atau kurang dari usia pubertas. Shaw dan Castonzo (dalam Ali, 2011: 9) menjelaskan bahwa remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan . Monks (dalam Ali, 2011: 9-10) menjelaskan bahwa remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal sebagai fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.
2.Bahasa Gaul Bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia nonstandar yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1980-an hingga saat ini menggantikan bahasa prokem yang lebih lazim dipakai pada tahun-tahun sebelumnya.Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasa anak jalanan. Namun, seiring bertambahnya waktu bahasa prokem yang tadinya hanya dipakai para preman atau anak jalanan sebagai bahasa rahasia beralih fungsi menjadi bahasa gaul. Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Pada dasarnya ragam bahasa gaul remaja memiliki ciri khusus, singkat, lincah, dan kreatif. Banyak kasus kosakata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang diperpendek melalui proses morfologi atau menggantinya dengan kata yang lebih pendek. Hal itu dapat dilihat dari penggunaan awalan ‘e’ kata ‘emang’ yang merupakan bentukan dari kata ‘memang’ yang disisipkan bunyi ‘e’. Di sini jelas terlihat terjadi pemendekan kata berupa menghilangkan huruf depan ‘m’. Sehingga terjadi perbedaan saat melafalkan kata tersebut dan merancu dari kata aslinya. Kombinasi ‘k, a, g’ kata ‘kagak’ bentukan dari kata ‘tidak’ yang bunyinya ‘tid’ diganti ‘kag’. Huruf konsonan pada kata pertama diganti dengan k huruf vokal ‘i’ diganti ‘a’ huruf konsonan kedua diganti ‘g’, sehingga kata ‘tidak’ menjadi ‘kagak’. Sisipan ‘e’ kata ‘temen’ merupakan bentukan dari kata ‘teman’ yang huruf vokal ‘a’ menjadi ‘e’. Hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan pelafalan. Cara pengucapan bahasa gaul dilafalkan secara sama seperti halnya bahasa Indonesia. Partikel yang sering dipakai adalah sih, nih, tuh, dong, merupakan sebagian dari partikel-partikel bahasa prokem yang membuatnya terasa lebih hidup dan menghubungkan satu anak muda dengan anak muda lain dan membuat mereka merasa berbeda dengan orang-orang tua yang berbahasa baku. Partikel-partikel ini walaupun pendek namun memiliki arti yang jauh melebihi jumlah huruf yang menyusunnya. Kebanyakan partikel mampu memberikan informasi tambahan kepada orang lain yang tidak dapat dilakukan oleh bahasa Indonesia baku seperti tingkat keakraban antara pembicara dan pendengar, suasana hati dan ekspresi pembicara, dan suasana pada kalimat tersebut diucapkan. Contoh yang sering diucapkan oleh kebanyakan orang adalah ‘sudah pasti dong’ yang artinya dalam bahasa baku Indonesia adalah ‘sudah pasti’ atau ‘tentu saja’.
Perkembangan bahasa gaul ini di dukung oleh perkembangan kognitif yang menurut Jean Peaget telah mencapai tahap operasional formal. Sejalan dengan perkembangan psikis remaja, sebetulnya mereka sedang berada pada fase pencarian jati diri, pada tahap ini kemampuan berbahasa pada remaja mulai berbeda meskipun terkadang menyimpang dari norma umum. Oleh karena itu, kondisi remaja pada tahap ini merupakan kondisi paling sulit antara berbuat “sama” atau “tidak sama” dengan teman-temannya, jika mereka berbahasa “tidak sama” artinya mereka tidak akan dapat diterima dikelompoknya atau mungkin dikatakan sebagai “remaja kolot”. Menurut Alatas, bahasa gaul adalah bahasa yang digunakan untuk berteman dan bersahabat di tengah masyarakat. Bahasa gaul merupakan bentuk ragam bahasa yang digunakan oleh penutur remaja. Dalam konteks modern, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial. Media-media populer seperti televisi, radio, dunia perfilman nasional, juga merupakan pemakai bahasa gaul. Menurut Sahertian, awal istilah-istilah dalam bahasa gaul itu muncul untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Oleh karena sering digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah tersebut jadi bahasa seharihari. Deddy Mulyana dalam buku karangannya yang berjudul pengantar ilmu komunikasi menjelaskan bahwa bahasa gaul ini digunakan untuk memproteksi kelompok mereka dari komunitas lain. Sehingga komunikasi yang mereka lakukan, hanya kelompok mereka saja yang mengerti. Hal tersebut menunjukan bahwa remaja dalam kelompoknya membuat tata bahasa tersendiri agar orang lain tidak memahami apa yang dibicarakan atau mungkin agar kelihatan lebih gaul.
3.Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Sutan Takdir Alisyahbana (dalam Maksan, 1994: 1) menjelaskan bahwa bahasa adalah ucapan pikiran manusia dengan teratur memakai alat bunyi. Gorys Keraf (dalam Maksan, 1994: 1) mengemukakan bahwa bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan simbolsimbol vokal yang arbitrer, yang dapat diperbuat dengan gerak-gerak badaniah yang nyata. Atmazaki (2007: 5) menyatakan bahwa bahasa merupakan fenomena mental, yaitu suatu kemampuan yang sudah dibawa manusia sejak lahir. Pada sisi lain, bahasa marupakan fenomena kemasyarakatan, yaitu penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi di dalam membentuk dan karena bentukan masyarakat. Jadi, bahasa merupakan suatu sistem yang berfungsi sosial (fungsional). Dengan demikian, bahasa adalah alat komunikasi yang dengannya manusia dapat menyampaikan pikiran perasaan kepada orang lain secara lebih tepat. Muslich (2010: 9) mengatakan bahwa pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku melahirkan bahasa yang benar. Orang yang mampu menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apapun jenisnya itu, dianggap berbahasa yang efektif. Ini berhubungan dengan pemilihan ragam-ragam yang ada ketika orang dihadapkan pada bermacam ragam komunikasi. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang demikian tidak selalu harus baku, misalnya dalam tawar-menawar di pasar. Jadi, menggunakan bahasa yang baik (tepat) tidak termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, seseorang mungkin berbahasa yang benar yang tidak baik penerapannya karena suasananya menurut ragam yang lain. Anjuran agar kita berbahasa yang baik dan benar dapat diartikan sebagai pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang mengikuti kaidah bahasa yang benar. Sugono (2009: 21-23) menjelaskan bahwa kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah itu meliputi aspek tata bunyi (fonologi), tata bahasa (kata dan kalimat), kosakata (termasuk istilah), ejaan, dan makna. Sedangkan, kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Kebutuhan itu bertalian dengan topik yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau pembaca (jika tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat yang ada.
4.Pengaruh Bahasa Gaul terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar di Kalangan Remaja Saat ini banyak sekali remaja yang menciptakan bahasa gaul, yaitu bahasa baku yang diubah, sehingga terkadang orang dewasa tidak memahami bahasa apa yang dikatakan oleh para remaja tersebut. Remaja cenderung lebih menyukai bahasa gaul daripada menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Supaya mereka lebih terlihat modern, dan akhirnya mulai lunturnya kecintaan pada bahasa Indonesia adalah hal yang harus dihindari. Bahasa gaul dapat timbul dimana saja,. Bahasa yang digunakan oleh anak muda pada umumnya ini muncul dari kreativitas mengolah kata baku dalam bahasa Indonesia menjadi kata yang tidak baku. Bahasa gaul bisa ditemukan di mana saja, karena bahasa gaul dapat timbul di iklan tevisi, lirik lagu remaja, novel remaja dan banyak lagi. Inilah kenyataan bahwa tumbuhnya bahasa gaul di tengah eksistensi bahasa Indonesia tidak dapat dihindari, ini karena pengaruh perkembangan alat komunikasi yang terus berkembang dan karena bahasa gaul dipakai anak muda kebanyakan maka bahasa baku akan tergeser eksistensinya. Apalagi dengan maraknya dunia kalangan artis menggunakan bahasa gaul di media massa dan elektronik, membuat remaja semakin sering menirukannya di kehidupan sehari-hari hal ini sudah menjadi wajar karena remaja suka meniru hal-hal yang baru. Inilah yang menjadi awal lunturnya bahasa Indonesia yang baik dan berganti dengan bahasa gaul. Orang tua berkewajiban untuk mengajarkan penggunaan bahasa yang baik dan benar kepada anak sejak kecil. Penggunaan bahasa yang baik dapat mempermudah dalam menyampaikan informasi. Di dalam kehidupan seharihari seharusnya digunakan tata bahasa yang baik dan benar supaya masyarakat khususnya remaja terbiasa untuk berkomunikasi secara lebih efektif. Adanya bahasa gaul juga sangat mempengaruhi etika seseorang dalam berkomunikasi. Kata-kata yang digunakan dalam berbicara seseorang dapat mencerminkan kemampuan berpikir dan tingkat kepribadiannya. Kepribadian seseorang yang baik dapat memilih apa saja yang harus diucapkan dan dibicarakan. Tidak berlebihan jika seseorang yang pandai berbahasa Indonesia, ia akan merasa diterima dan dihargai oleh berbagai kalangan. Ada beberapa solusi yang dapat meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar yaitu, menyadarkan dan memotivasi remaja akan fungsi dan pentingnya bahasa yang baku. Selanjutnya, hal ini juga membutuhkan suatu upaya pembiasaan, artinya, remaja dilatih untuk berbahasa secara tepat, baik secara lisan maupun tulis setiap saat setidaknya selama berada di lingkungan sekolah. Pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa pada remaja. Proses penyadaran dan pembiasaan tidak kalah penting, hal ini akan menimbulkan keinginan remaja untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar.
BAB IV PENUTUP Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam berkomunikasi, yaitu sebagai alat komunikasi yang paling utama. Untuk itu, sangat dianjurkan supaya masyarakat dan remaja menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Berbahasa yang baik dan benar dapat diartikan sebagai pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang mengikuti kaidah bahasa yang berlaku. Bahasa gaul merupakan bentuk ragam bahasa yang digunakan oleh penutur remaja. Dalam konteks modern, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial. Penggunaan bahasa gaul semakin ramai di kalangan remaja karena diperkuat dengan pengaruh dunia hiburan televisi seperti film dan sinetron yang juga memakai bahasa gaul. Salah satu solusi yang dapat meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan remaja yaitu, menyadarkan dan memotivasikan remaja akan fungsi dan pentingnya bahasa yang baku. Banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa gaul, singkatan-singkatan dalam komunikasinya sehari-hari adalah penyimpangan dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Tentu saja ini akan berdampak lunturnya atau hilangnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya di masyarakat terutama kalangan remaja.Masyarakat Indonesia khususnya para remaja, sudah banyak kesulitan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Keberadaan bahasa gaul memang sangat mengganggu eksistensi bahasa Indonesia. Banyak remaja yang sudah tidak mengindahkan dan tidak lagi mengenal bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebaiknya remaja jangan berlebihan dalam menggunakan bahasa gaul. Remaja hendaknya membudidayakan bahasa Indonesia dan meningkatkan kembali eksistensinya di kalangan remaja. Orang tua dan pendidik mempunyai tugas untuk menyadarkan dan memotivasikan remaja akan fungsi dan pentingnya bahasa yang baku. Proses penyadaran dan pembiasaan tidak kalah penting, hal ini membutuhkan suatu kekuatan atau sanksi yang mengikat, misalnya tugas menuliskan suatu artikel atau karangan dengan bahasa yang baku. Hal ini akan menimbulkan keinginan remaja untuk mempelajari bahasa Indonesia yang baik dan benar. Menggunakan bahasa gaul boleh saja, akan tetapi jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia
merupakan bahasa resmi kenegaraan dan lambang dari identitas nasional, yang kedudukannya tercantum dalam Sumpah Pemuda dan UUD 1945.
Daftar Pustaka Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori . 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Atmazaki. 2007. Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: UNP Press. Maksan, Marjusman. 1994. Ilmu Bahasa. Padang: IKIP Padang Press. Muslich, Masnur. 2010. Garis-garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung: Refika Aditama. Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia. Chandra, Riskia. 2013. “Penggunaan Bahasa Gaul”. http://www.slideshare.net/riskia_chandra/-penggunaan-bahasa-gaul. (Diunduh 20 November 2014). Nursyam, Irfan. 2013. “Ragam Bahasa Gaul”. http://bahasa.kompasiana.com/2013/07/06/ragam-bahasa-gaul574771.html. (Diunduh 20 November 2014). Setiawan, Frendi. 2012. “Defenisi Remaja untuk Masyarakat”. http://frendi-setiawan.blogspot.com/2012/05/definisi-remaja-untukmasyarakat.html. (Diunduh 20 November 2014). Wordpress. 2010. “Bahasa Gaul”. https://rubrikbahasa.wordpress.com/2010/06/05/bahasa-gaul/. (Diunduh 20 November 2014).