DASAR-DASAR FISIKA KUANTUM Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Fisika Kuantum Dosen I
: Dr. Hj. Ade Yeti Nuryantini, M.Si.
Dosen II
: Pina Pitriana, S.Si., M.Si.
Disusun oleh: Nita Septianti
1162070051
Sani Safitri
1162070063
Widiastuti Ledgeriana Mugiri
1162070074
Yogi Falahudin
1162070076
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga makalah ini bisa terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membukakan cahaya pengetahuan dan kebaikan kepada seluruh umat manusia di mukabumi. Makalah yang berjudul Dasar-Dasar Fisika Kuantum yang meliputi Persamaan Gelombang, Persamaan ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐ dan Sifat-Sifat Fungsi Gelombang ini di susun dan diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Fisika Kuantum. Dalam menyusun makalah ini tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi, namun penulis sadari bahwa kelancaran dalam menyusun makalah ini tidak lain karena kerja sama dari kelompok penulis, sehingga segala sesuatu hambatan bisa teratasi, dan dengan mengucap syukur alhamdulillah penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis makalah ini tentu saja menyadari masih terdapat kekurangankekurangan dalam menulis. Oleh karena itu, saran dan masukan untuk makalah ini penulis harapkan sebagai upaya memperbaiki kesalahan dalam penulisan makalah. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak. Aamiin yaa robbal โalamiin.
Bandung, Februari 2019 Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
i
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I PENDAHULUAN 1 A.
Latar Belakang Masalah
1
B.
Rumusan Masalah
2
C.
Tujuan Makalah
2
BAB II PEMBAHASAN 3 A.
Persamaan Gelombang
3
B.
Persamaan ๐บ๐๐๐๐๐
๐๐๐๐๐
4
1.
Partikel Bebas
2.
Partikel di dalam Potensial
10
3.
Arti Fisis Fungsi Gelombang
11
4.
Persamaan Kontinyuitas
13
5.
Nilai Harap
14
6.
Syarat Untuk Fungsi Gelombang
16
7.
Keadaan Stasioner dan Persamaan Nilai Eigen
17
C.
8
Sifat-Sifat Fungsi Gelombang
BAB III PENUTUP
19
23
A.
Kesimpulan
23
B.
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
CATATAN
viii
vi
ii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Solusi ................................................................................................. 12 Gambar 2.2 Ilustrasi .............................................................................................. 17
iii
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gelombang zat, atau gelombang pengarah (pemandu) telah menjadi bagian khasanah ilmu Fisika pada tahun 1925 dengan ditandai oleh munculnya hipotesa de-Broglie. Hipotesa tentang gelombang pengarah sangat diilhami oleh studi mengenai gerak elektron dalam atom Bohr. Gelombang zat yang senantiasa menyertai gerak suatu zarah melengkapkan pandangan tentang dualisme zarah gelombang. Dengan demikian perbedaan antara cahaya dan zarah, atau lebih tegasnya antara gelombang dan zarah menjadi hilang. Gelombang cahaya dapat berperilaku sebagai zarah, sebaliknya zarah dapat berperilaku sebagai gelombang. Pandangan semacam itu sangat berbeda dengan persepsi manusia tentang gejala-gajala fisik konkret yang dialaminya sehari-hari. Sejak abad ke-20 teori-teori klasik mulai dipertanyakan kesahihannya untuk dipergunakan di tingkat atom yang sub-atom. Satu tahun setelah postulat de-Broglie disebarluaskan seorang ahli Fisika dari Austria, Erwin ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐ berhasil merumuskan suatu persamaan diferensial umum untuk gelombang de-Broglie dan dapat ditunjukkan pula kesahihannya untuk berbagai gerak elektron. Persamaan diferensial ini yang selanjutnya dikenal sebagai persamaan gelombang ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐ sebagai pembuka jalan ke arah perumusan suatu teori mekanika kuantum yang komprehensip dan lebih formalistik. Pada tahun 1927, satu tahun setelah ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐ merumuskan persamaan gelombangnya, Heisenberg merumuskan suatu prinsip yang bersifat sangat fundamental. Prinsip ini dirumuskan pada waktu orang sedang sibuk mempelajari persamaan ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐ dan berusaha keras untuk dapat memahami maknanya. Pada tahun 1926 Heisenberg juga muncul dengan suatu cara baru untuk menerangkan garis-garis spektrum yang dipancarkan oleh sistem atom. Pendekatannya sangat lain, karena yang digunakannya adalah matriks. Hasil yang diperoleh dengan cara ini sama dengan apa yang diperoleh
1
melalui persamaan ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐. Mekanika kuantumnya Heisenberg dikenal sebagai mekanika matriks. Secara kronologis prinsip Heisenberg muncul sesudah dirumuskannya persamaan ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐. Tetapi sebagai suatu prinsip teoritik hal itu merupakan suatu hal yang fundamental, dan dapat disejajarkan dengan teori kuantum Einstein, postulat de-Broglie, dan postulat Bohr. Oleh karenanya dalam pembahasannya prinsip Heisenberg ditampilkan lebih dahulu dari persamaan ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang mendasari pembuatan makalah ini, penulis mengabil rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana penurunan persamaan gelombang? 2. Bagaimanakah penurunan persamaan ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐? 3. Apa saja sifat-sifat fungsi gelombang? C. Tujuan Makalah Berdasarkan rumusan masalah yang di susun, maka dari itu tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis penurunan persamaan gelombang. 2. Menganalisis penurunan persamaan ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐. 3. Menentukan apa saja sifat-sifat fungsi gelombang.
2
2. BAB II PEMBAHASAN A. Persamaan Gelombang Tinjaulah getaran sebuah kawat halus yang diregangkan sepanjang ๐ ๐ข๐๐๐ข โ ๐ฅ dengan kedua ujungnya di buat tetap. Misalkan simpangan pada sembarang posisi dan waktu adalah ๐(๐ฅ, ๐ก) . Fungsi ini di sebut fungsi gelombang. Dalam teori gelombang simpangan itu memenuhi persamaan gelombang seperti: ๐2 ๐น(๐ฅ,๐ก) ๐๐ฅ 2
1 ๐2 ๐น(๐ฅ,๐ก)
= ๐ฃ2
(2.1)
๐๐ก 2
di mana ๐ฃ adalah kecepatan fasa (kecepatan perambatan gelombang). Jika dimisalkan ๐น (๐ฅ, ๐ก) = ๐(๐ฅ)๐(๐ก)
(2.2)
dan disubstitusikan ke persamaan (2.1) akan diperoleh: ๐ฃ 2 ๐2 ๐(๐ฅ) ๐(๐ฅ)
๐๐ฅ 2
=
1 ๐2 ๐(๐ก) ๐(๐ก)
๐๐ก 2
= โ๐2
(2.3)
Pemberian konstanta โ๐2 dapat dilakukan karena telah terjadi pemisahan variabel ๐ฅ dan variabel ๐ก. Jadi, dari persamaan (2.3) itu diperoleh dua persamaan. (Siregar, 2018) ๐2 ๐(๐ก) ๐๐ก 2 ๐2 ๐(๐ฅ) ๐๐ฅ 2
+ ๐2 ๐(๐ก) = 0 +
๐2 ๐ฃ2
(2.4)
๐(๐ฅ) = 0
(2.5)
Persamaan (2.4) mempunyai solusi umum: ๐ (๐ก) = ๐ด๐ โ๐๐๐ก
(2.6)
dimana ๐ = 2๐๐ , ๐ adalah frekuensi; karena ๐ฃ adalah kecepatan ๐ฃ
merambat maka panjang gelombang ๐ = ๐. Fungsi gelombang (2.2) menjadi ๐น(๐ฅ, ๐ก) = ๐ ๐ด๐ โ๐๐๐ก
(2.6a)
Selanjutnya, persamaan (2.5) mempunyai solusi umum: 2๐
2๐
๐(๐ฅ) = ๐ถ sin ( ๐ ๐ฅ) + ๐ท cos ( ๐ ๐ฅ)
3
(2.7)
Untuk menentukan konstanta ๐ถ dan ๐ท diperlukan syarat batas, misalnya untuk fungsi di atas, pada ๐ฅ = 0, dan ๐ฅ = ๐ฟ dengan ๐ฟ adalah panjang kawat. Andaikan, untuk ๐ฅ = 0, ๐(0) = 0 maka ๐ท = 0, dan persamaan (2.7) menjadi 2๐
๐๐ (๐ฅ) = ๐ถ sin ( ๐ ๐ฅ)
(2.8)
Selanjutnya jika diambil syarat batas di ๐ฅ = ๐ฟ, ๐(๐ฟ) = ๐ถ๐ ๐๐(
2๐๐ฟ ๐
) = 0,
2๐
maka ๐ ๐๐ ( ๐ ) = 0, sehingga: 2๐ฟ ๐
= ๐; ๐ = 1,2, โฆ โฆ
(2.9)
Bilangan ๐ disebut nomor modus normal. Akhirnya persamaan (2.8) dapat dituliskan seperti ๐๐
๐๐ (๐ฅ) = ๐ถ sin ( ๐ฟ ๐ฅ)
(2.10)
Substitusi persamaan (2.9) dan (2.6) ke persamaan (2.2) menghasilkan: ๐๐
๐๐ (๐ฅ, ๐ก) = ๐ด sin ( ๐ฟ ๐ฅ) ๐ โ๐๐๐ก
(2.11)
Persamaan ini menggambarkan simpangan modus normal getaran kawat. (Siregar, 2018) B. Persamaan ๐บ๐๐๐๐ฬ ๐
๐๐๐๐๐ Pada tahun 1926, Erwin ๐๐โ๐รถ๐๐๐๐๐๐ menggunakan sifat gelombang de Broglie suatu partikel dalam persamaan gelombang (2.5). Jika momentum partikel adalah ๐ , maka panjang gelombangnya adalah ๐ = โ/๐ . Karena kecepatan ๐ฃ = ๐๐ maka ๐ฃ=
ฤง๐
(2.12)
๐
Dimana โ = โ/2๐ dan ๐ = 2๐๐. Dengan demikian maka persamaan gelombang (2.5) menjadi ๐2 ๐(๐ฅ) ๐๐ฅ 2
๐2
+ ฤง2 ๐(๐ฅ) = 0
(2.13)
Tetapi, karena energi kinetik partikel adalah ๐2
๐พ = 2๐
(2.14)
maka persamaan gelombang (2.13) menjadi
4
๐2 ๐(๐ฅ) ๐๐ฅ 2
2๐๐พ
+
ฤง2
๐(๐ฅ) = 0
(2.15)
Jika energi potensial yang dimiliki partikel adalah ๐ , maka energi partikel itu adalah ๐ธ =๐พ+๐
(2.16)
Dengan demikian maka persamaan gelombang (2.15) menjadi ๐2 ๐(๐ฅ) ๐๐ฅ 2
2๐
+
ฤง2
(๐ธ โ ๐)๐(๐ฅ) = 0
(2.17)
Inilah yang disebut persamaan ๐๐โ๐รถ๐๐๐๐๐๐ yang tidak bergantung waktu. Jelaslahbahwa persamaan ๐๐โ๐รถ๐๐๐๐๐๐ adalah persamaan gelombang untuk satu partikel. (Siregar, 2018) Untuk 3-dimensi persamaan ๐๐โ๐รถ๐๐๐๐๐๐ adalah: โ2 ๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) +
2๐ ฤง2
(๐ธ โ ๐)๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) = 0
(2.18)
Dimana โ2 =
๐2 ๐2 ๐2 + + ๐๐ฅ 2 ๐๐ฆ 2 ๐๐ง 2
Dari persamaan (2.17) dan (2.18) jelas bahwa persamaan ๐๐โ๐รถ๐๐๐๐๐๐ adalah persamaan gelombang bagi partikel. Solusi persamaanitu adalah energi ๐ธ dan fungsi gelombang ๐(๐ฅ). Untuk menyelesaikan persamaan itu diperlukan syarat batas bagi fungsi gelombang ๐(๐ฅ). Syarat batas itu bisa ditentukan jika bentuk energi potensial ๐ diketahui sebelumnya. (Siregar, 2018) Persamaan ๐๐โ๐รถ๐๐๐๐๐๐ (2.17) untuk 1-dimensi dapat dituliskan sebagai berikut: ฤง2 ๐ 2
[โ 2๐ ๐๐ฅ 2 + ๐ (๐ฅ)] ๐(๐ฅ) = ๐ธ ๐(๐ฅ)
(2.19)
Untuk itu nyatakanlah 2
2
ฬ = โ ฤง ๐ 2 + ๐(๐ฅ) ๐ป 2๐ ๐๐ฅ
(2.20)
sehingga persamaan (2.19) menjadi ฬ ๐(๐ฅ) = ๐ธ ๐(๐ฅ) ๐ป
(2.21)
ฬ disebut ๐ป๐๐๐๐๐ก๐๐๐๐๐ partikel yang merupakan operator energi dari ๐ป partikel. Untuk kasus 3-dimensi. Hamiltonian itu adalah
5
ฬ=โ ๐ป
ฤง2 2 โ + ๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง) 2๐
Hamiltonian di atas hanya bergantung pada ruang, tidak bergantung waktu. Jadi ia bersifat stasioner. Dalam persamaan (2.21) terlihat bahwa operasi ฬ pada fungsi ๐(๐ฅ) menghasilkan energi ๐ธ tanpa mengubah fungsi operator ๐ป ๐(๐ฅ). Persamaan seperti itu disebut persamaan nilai eigen, di mana ๐ธ adalah ฬ dengan fungsi eigen ๐(๐ฅ). Analogi dengan nilai eigen energi dari operator ๐ป โ2
fisika klasik, ๐ธ = ๐พ + ๐, maka โ (2๐) ๐ 2 /๐๐ฅ 2 adalah operator energi kinetik dan ๐ adalah operator energi potensial dari partikel. (Siregar, 2018) Berdasarkan persamaan (2.6a), mengingat ๐ = ๐ธ/โ fungsi gelombang partikel bisa dituliskan seperti ๐น (๐ฅ, ๐ก) = ๐(๐ฅ)๐ โ๐๐ธ๐ก/ฤง ฬ dioperasikan pada fungsi lengkap itu maka Jika operator ๐ป ฬ ๐น (๐ฅ, ๐ก) = ๐ป ฬ ๐(๐ฅ)๐ โ๐๐ธ๐ก/ฤง ๐ป = ๐ธ๐(๐ฅ)๐ โ๐๐ธ๐ก/ฤง = ๐ฤง
๐ ๐น (๐ฅ, ๐ก) ๐๐ก
Persamaan ini ๐
ฬ ๐น (๐ฅ, ๐ก) ๐ฤง ๐๐ก ๐น (๐ฅ, ๐ก) = ๐ป
(2.22)
disebut persamaan ๐๐โ๐รถ๐๐๐๐๐๐ yang bergantung waktu. Dengan fungsi gelombang ๐(๐ฅ) dapat dinyatakan kerapatan peluang untuk menemukan partikel itu di posisi ๐ฅ dalam rentang ๐๐ฅ, yakni |๐(๐ฅ)|2 ๐๐ฅ sehingga berlaku โโ
โซ+โ |๐(๐ฅ)|2 ๐๐ฅ = 1
(2.23)
Persamaan (2.23) itu menyatakan fungsi gelombang partikel yang dinormalisasi. Dalam persamaan itu |๐(๐ฅ)|2 = ๐ โ (๐ฅ)๐(๐ฅ) = |๐(๐ฅ)|2 dimana ๐ โ (๐ฅ) adalah konjugat dari ๐(๐ฅ). (Siregar, 2018) Contoh 1: Di antara fungsi-fungsi ๐ด ๐ ๐๐ ๐๐ฅ , ๐ต ๐๐๐ ๐๐ฅ dan ๐ถ๐ ๐๐ฅ yang manakah ๐
๐2
fungsi eigen dari operator ๐๐ฅ dan ๐๐ฅ 2 , dan tentukan nilai eigen bersangkutan.
6
๐ (A sin ๐๐ฅ) = ๐ (A cos ๐๐ฅ) ๐๐ฅ ๐ (B cos ๐๐ฅ) = โ๐ (B cos ๐๐ฅ) ๐๐ฅ ๐ (๐ถ๐ ๐๐ฅ ) = ๐ผ(๐ถ๐ ๐๐ฅ ) ๐๐ฅ ๐
Jadi, ๐ด ๐ ๐๐ ๐๐ฅ dan ๐ต ๐๐๐ ๐๐ฅ bukan fungsi eigen dari operator ๐๐ฅ ๐2 (๐ด sin ๐๐ฅ) = โ ๐2 (๐ด sin ๐๐ฅ) ๐๐ฅ 2 ๐2 (๐ต cos ๐๐ฅ) = โ ๐ 2 (๐ต cos ๐๐ฅ) 2 ๐๐ฅ ๐2 (๐ถ๐ ๐๐ฅ ) = ๐2 (๐ถ๐ ๐๐ฅ ) 2 ๐๐ฅ Jelas bahwa ๐ด ๐ ๐๐ ๐๐ฅ, ๐ต ๐๐๐ ๐๐ฅ dan ๐ถ๐ ๐๐ฅ adalah fungsi-fungsi eigen dari operator
๐2 ๐๐ฅ 2
masing-masing dengan nilai eigen โ๐2 , โ๐ 2 dan ๐2 .
Tinjaulah kembali persamaan ๐๐โ๐รถ๐๐๐๐๐๐ yang bergantung waktu. Misalkan ๐น (๐ฅ, ๐ก) = ๐นฬ (๐ก) ๐ (๐ฅ) Substitusi ke persamaan (2.22) menghasilkan: ๐ฤง
๐๐นฬ ๐(๐ฅ) = ๐นฬ (๐ก)๐(๐ฅ) ๐๐ก
Sehingga ๐ฤง
๐๐นฬ ฬ ๐นฬ =๐ป ๐๐ก
Dan selanjutnya diperoleh ๐นฬ (๐ก) = ๐ โ๐๐ปฬ๐ก/โ . Jadi, ๐(๐ฅ, ๐ก) adalah ๐น (๐ฅ, ๐ก) = ๐ โ๐๐ธ๐ก/ฤง ๐(๐ฅ)
(2.24)
Dengan menguraikan operator eksponensial di atas, ฬ2๐ก2 ๐ป ฬ ๐ป๐ก 2 ๐น (๐ฅ, ๐ก) = ๐ โ๐๐ธ๐ก/ฤง ๐(๐ฅ) = (1 โ + ฤง โ โฏ ) ๐(๐ฅ) ฤง 2!
7
๐ธ2 ๐ก2 ๐๐ธ๐ก 2 = (1 โ + ฤง โ โฏ ) ๐(๐ฅ) = ๐(๐ฅ)๐ โ๐๐ธ๐ก/ฤง ฤง 2! Jadi, bentuk lengkap dari fungsi gelombang ๐(๐ฅ, ๐ก) adalah ๐น (๐ฅ, ๐ก) = ๐(๐ฅ). ๐ โ๐๐ธ๐ก/ฤง
(2.25)
Dari persamaan di atas dapat dinyatakan bahwa keadaan suatu partikel dengan energi ๐ธ yang tak bergantung waktu adalah keadaan stasioner, dan fungsi gelombang. ๐(๐ฅ, ๐ก) = ๐(๐ฅ)๐๐ฅ๐ก(โ
๐๐ธ๐ก โ
) .di sebut keadaan stasioner.
Fungsi gelombang ๐(๐ฅ, ๐ก) di sebut juga fungsi keadaan. (Siregar, 2018) Postulat Max Planck dan konsep spekulatif de Broglie mengisyaratkan perlunya konsep baru tentang dunia mikroskopik. Di dalam bab ini diuraikan langkah-langkah penting dalam membangun mekanika baru yaitu mekanika gelombang atau mekanika kuantum dan beberapa contoh sistem sederhana serta konsep pokok terkait. (Purwanto) 1. Partikel Bebas Kita berangkat dari konsep klasik yang telah kita kenal dengan baik. Secara klasik, energi partikel atau berada bebas bermassa m, diberikan oleh energi kinetik. (Purwanto) ๐2
๐ธ = 2๐
(2.26)
dengan ๐ adalah momentum partikel. Berikut ini diperlihatkan transisinya ke dalam persamaan kuantum. Ungkapan energi Planck ๐ธ๐ = ๐โ๐ฃ dan momentum Compton ๐ =
โ๐ฃ ๐
โ
= ๐ dapat ditulis sebagai berikut: ๐ธ = โ๐
๐ = โ๐
(2.27) +โ
sehingga ungkapan paket gelombang ๐(๐ฅ, ๐ก) = โซ
โโ
๐(๐)๐ ๐(๐๐ฅโ๐๐ก) ๐๐
dapat di tulis ulang dalam bentuk: ๐(๐ฅ, ๐ก) = ๐โซ ๐(๐)๐ (๐๐ฅโ๐ธ๐ก)โโ ๐๐ dengan ๐ adalah konstanta normalisasi.
8
(2.28)
Diferensiasi fungsi (2.28) terhadap waktu memberikan: ๐๐ ๐๐ธ = ๐โซ ๐(๐) (โ )๐ ๐(๐๐ฅโ๐ธ๐ก)โโ ๐๐ ๐๐ก โ Jika energi ๐ธ diasosiasikan sebagai energi partikel bebas (2.26), maka: ๐๐ ๐๐ก
โ๐๐
=
โ
๐2
โซ ๐ (๐) 2๐ ๐ ๐(๐๐ฅโ๐ธ๐ก)โโ ๐๐
(2.29a)
Tetapi ruas kanan persamaan (2.29a) dapat ditulis sebagai: ๐2 ๐(๐๐ฅโ๐ธ๐ก)โ โ ๐๐ ๐โซ ๐(๐) ๐ 2๐ = ๐โซ ๐(๐) { โ2
= โ 2๐
๐2 ๐๐ฅ 2
๐โซ ๐(๐)๐
โโ2 ๐ 2 ๐(๐๐ฅโ๐ธ๐ก)โ โ } ๐๐ ๐ 2๐ ๐๐ฅ 2
๐(๐๐ฅโ๐ธ๐ก)โ โ
โ2 ๐2 ๐
๐๐ = 2๐
๐๐ฅ 2
(2.29b)
Dari dua persamaan di atas diperoleh persamaan diferensial paket gelombang ๐ bagi partikel bebas: ๐๐
๐โ ๐๐ก =
โโ2 ๐2 ๐
(2.30)
2๐ ๐๐ฅ 2
Perluasan bentuk energi partikel bebas ke dalam ruang tiga dimensi diberikan oleh: ๐2
1
๐ธ = 2๐ = 2๐ (๐๐ฅ2 + ๐๐ฆ2 + ๐๐ง2 )
(2.31)
dan persamaan (2.30) dapat diperluas menjadi: ๐๐ โ2 ๐ 2 ๐ โ2 ๐ 2 ๐ โ2 ๐ 2 ๐ ๐โ =โ โ โ ๐๐ก 2๐ ๐๐ฅ 2 2๐ ๐๐ฆ 2 2๐ ๐๐ง 2 =โ
โ2 ๐ 2 ๐2 ๐2 ( 2 + 2 + 2) ๐ 2๐ ๐๐ฅ ๐๐ฆ ๐๐ง
โ2
= โ 2๐ ๐ป 2 ๐
(2.32)
Dengan ๐ โก ๐ (๐, โโ ๐ก) = ๐โซ ๐(๐โ)๐ ๐(๐โ ๐ โ๐ธ๐ก)โโ ๐ 3 ๐โ dan tetapan norrnalisasi baru ๐ = (2๐โ)โ3/2. (Purwanto)
9
(2.33)
2. Partikel di dalam Potensial Dengan membandingkan persamaan.(2.26) dan persamaan (2.32) tampak adanya korespondensi antara energi ๐ธ,momentum ๐ dan operator diferensial ๐ธ โ ๐โ
๐ ๐๐ก
๐ โ ๐โโ
(2.34)
Operator-operator ini bekerja pada fungsi gelombang ๐(๐, ๐ก) . Bentuk korespondensi ini nantinya yang digunakan untuk membangun persamaan gerak kuantum berangkat dari bentuk energi klasik. (Purwanto) Selanjutnya, tinjau partikel yang mengalami gaya ๐น yang dapat dituliskan sebagai gradient dari energi potensial ๐(๐, ๐ก) ๐น = โโ๐(๐, ๐ก)
(2.35)
Karena itu, energi total partikel ๐ธ dapat diungkapkan sebagai ๐2
๐ธ = 2๐ + ๐(๐, ๐ก)
(2.36)
Berdasarkan korespondensi (2.34) persamaan gerak kuantum partikel di dalam potensial ๐(๐, ๐ก) diberikan oleh ๐โ
๐๐(๐ ,๐ก) ๐๐ก
โ2
= โ 2๐ โ2 ๐(๐, ๐ก) + ๐(๐, ๐ก)๐(๐, ๐ก)
(2.37)
Persamaan (2.37) ini dikenal sebagai persamaan gelombang ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐ untuk partikel di dalam potensial ๐(๐, ๐ก). Dalam banyak hal, sistem fisis dapat didekati dengan model satu dimensi. Persamaan ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐ satu dimensi behentuk ๐โ
๐๐(๐ฅ,๐ก) ๐๐ก
โ2 โ2 ๐(๐ฅ,๐ก)
= โ 2๐
๐๐ฅ 2
+ ๐(๐ฅ, ๐ก)๐(๐ฅ, ๐ก)
(2.38)
Secara umum, karena energi ๐ธ dapat dinyatakan dalam Hamiltonian ๐ธ = ๐ป(๐, ๐, ๐ก)
(2.39)
maka persamaan (2.37) dapat dituliskan sebagai ๐๐
๐โ ๐๐ก = ๐ป(๐, ๐โโ, ๐ก)๐
(2.40)
Hamiltonian ๐ป sekarang berperan sebagai operator โ2
๐ป = โ 2๐ โ2 + ๐(๐, ๐ก)
(2.41)
10
yang bekerja pada fungsi gelombang ๐(๐, ๐ก) (Purwanto) 3. Arti Fisis Fungsi Gelombang Di dalam persoalan sesungguhnya Hamiltonian suatu sistem diketahui atau diberikan. Mengacu pada persamaan ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐ yang merupakan persamaan diferensial (parsial) (2.39), jelas persoalannya sekarang adalah mencari solusi ๐ dari persamaan tersebut. Jadi, fungsi gelombang ๐ merupakan kuantitas teoritis fundamental di dalam mekanika kuantum. Meskipun demikian, seandainya fungsi gelombang ๐ sudah di peroleh, masih tersisa satu pertanyaan mendasar: โFungsi gelombang merupakan suatu deskripsi dari kejadian yang mungkin, tetapi kejadian apa? Atau, apa yang didiskripsikan oleh fungsi gelombang?โ Singkatnya, apa arti fisis dari nilai ๐(๐, ๐ก) di setiap posisi ๐ pada saat ๐ก? Jawaban dari pertanyaan di atas diberikan oleh Max Born pada tahun 1926 yang menyatakan bahwa ๐(๐, ๐ก) itu sendiri tidak mempunyai arti fisis apa-apa, tetapi (Purwanto) ๐ โ (๐, ๐ก)๐(๐, ๐ก) = |๐(๐, ๐ก)|2 = ๐(๐, ๐ก)
(2.42)
Diintepretasikan sebagai kerapatan probabilitas. Secara lebih spesifik ๐(๐, ๐ก)๐๐ฃ = |๐(๐, ๐ก)|2 ๐๐ฃ
(2.43)
Menyatakan kemungkinan untuk mendapatkan partikel yang dideskripsikan oleh ๐(๐, ๐ก) berada dalam elemen volume ๐๐ฃ di sekitar posisi ๐ pada saat ๐ก. Di dalam kasus satu dimensi ๐(๐ฅ, ๐ก) = |๐(๐ฅ, ๐ก)|2 ๐๐ฅ
(2.44)
Menyatakan besar kemungkinan partikel yang dideskripsikan oleh ๐(๐ฅ, ๐ก) berada di antara ๐ฅ dan ๐ฅ + ๐๐ฅ pada saat ๐ก. Jika partikel (memang) ada di dalam ruang, interpretasi di atas mensyaratkan โซ๐ ๐(๐, ๐ก)๐๐ฃ = 1
(2.45)
11
Dengan integrasi dilakukan ke seluruh ruang ๐. Fungsi gelombang yang memenuhi syarat (2.45) dikatakan sebagai fungsi gelombang temorrnalisasi. (Purwanto) Contoh 2 Fungsi gelombang sutu partikel yang bergerak sepanjang ๐ ๐ข๐๐๐ข ๐ฅ diberikan oleh: ๐(๐ฅ) = ๐ถ๐ โ|๐ฅ| sin ๐ ๐ฅ a. Tentukan konstanta ๐ถ jika fungsi gelombang temormalisasi b. Jika ๐ = ๐, hitung kemungkinan untuk mendapatknan partikel berada di sebelah kanan titik ๐ฅ = 1. Penyelesaian: a. Secara eksplisit ๐(๐ฅ) diberikan oleh ๐(๐ฅ) = {
๐ถ๐ ๐ฅ sin ๐ ๐ฅ, ๐ถ๐ โ๐ฅ sin ๐ ๐ฅ,
๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ฅ < 0 ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ฅ > 0
Sehingga |๐(๐ฅ)2 | = {
๐ถ 2 ๐ 2๐ฅ sin2 ๐ ๐ฅ, ๐ถ 2 ๐ โ2๐ฅ sin2 ๐ ๐ฅ,
๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ฅ < 0 ๐ข๐๐ก๐ข๐ ๐ฅ > 0
Tampak bahwa fungsi terakhir adalah fungsi genap, dan rekaan grafiknya diberikan oleh gambar berikut
GAMBAR 2.1 SOLUSI
Karena itu โ
โ
0
โซ |๐|2 ๐๐ฅ = 1 = ๐ถ 2 โซ ๐ โ2๐ฅ sin2 ๐๐ฅ ๐๐ฅ + ๐ถ 2 โซ ๐ 2๐ฅ sin2 ๐๐ฅ ๐๐ฅ โโ
0
โโ
โ
= 2๐ถ 2 โซ ๐ โ2๐ฅ sin2 ๐๐ฅ ๐๐ฅ 0
12
Untuk menghitung integral terakhir ini, tuliskan fungsi sinus dalam bentuk eksponensial dan akan didapatkan โ 1 1 = 2๐ถ 2 โซ โ {๐ (21๐โ2) + ๐ โ(21๐+2) โ 2๐ โ2๐ฅ }๐๐ฅ 4 0 โ
๐ถ 2 ๐ (21๐โ2)๐ฅ ๐ โ(21๐+2)๐ฅ =โ { + โ ๐ โ2๐ฅ }| 2 2๐๐ โ 2 2๐๐ + 2 0 ๐ถ2 1 1 = { + + 1} 2 2๐๐ โ 2 2๐๐ + 2 ๐ถ2 โ4 = { 2 + 1} 2 4๐ + 4 Dipatkan konstanta normalisasi ๐ถ ๐ถ=โ
2(1 + ๐2 ) ๐2
sehingga 2(1 + ๐2 ) โ|๐ฅ| โ ๐(๐ฅ) = ๐ sin ๐๐ฅ ๐2 b. Besar kemungkinan partikel berada di ๐ฅ โฅ 1 โ
๐(๐ฅ โฅ ๐ก) = โซ |๐(๐ฅ)|2 ๐๐ฅ ๐ก โ
2(1 + ๐2 ) = โซ ๐ โ2๐ฅ sin2 ๐๐ฅ ๐๐ฅ ๐2 ๐ก
=
๐2 {1 + ๐2 + sin 2๐ โ cos 2๐} 2๐2
Untuk ๐ = ๐ ๐(๐ฅ โฅ 1) =
1 = 0,068 2๐ 2
4. Persamaan Kontinyuitas Kembali pada probabilitas (2.44), dan diferensiasi terhadap waktu atas besaran ini memberikan:
13
๐๐ ๐ ๐๐ โ ๐๐ โ (๐ , ๐) = {( = ) ๐ + ๐ โ ( )} ๐๐ก ๐๐ก ๐๐ก ๐๐ก 1 {โ(๐ป๐)โ ๐ + ๐ โ (๐ป๐)} = ๐โ =
1 โ2 2 {๐ โ (โ ๐ป ๐น + ๐๐น) ๐โ 2๐
โ (โ
๐2 2 โ ๐ป ๐ + ๐๐ โ ) ๐} 2๐
๐โ {๐ โ (๐ป 2 ๐) โ (๐ป 2 ๐ โ )๐} 2๐ ๐โ = ๐ป. {๐ โ (๐ป๐) โ (๐ป๐ โ )๐} 2๐ =
Atau ๐
|๐|2 โ ๐ป โ
๐๐ก
๐โ 2๐
{๐ โ (๐ป๐) โ (๐ป๐ โ )๐} = 0
(2.46)
Persamaan (2.46) ini tidak lain adalah persamaan kontinyuitas: ๐๐ ๐๐ก
+๐ปโ
๐ =0
(2.47)
dengan ๐ adalah rapat probabilitas (2.44) dan fluks atau rapat arus probabilitas ๐ ๐โ
๐ = โ 2๐ {๐ โ ๐ป๐ โ (๐ป๐ โ )๐}
(2.48)
Untuk kasus satu dimensi, persarnaan kontinyuitas (2.46) menjadi: ๐๐ (๐ฅ, ๐ก) ๐๐ก
+
๐๐ (๐ฅ, ๐ก) ๐๐ฅ
=0
(2.49)
dengan rapat arus ๐ ๐โ
๐๐
๐ = โ 2๐ {๐ โ ๐๐ฅ โ
๐๐โ ๐๐ฅ
๐}
(2.50)
5. Nilai Harap Sekali lagi, seandainya fungsi gelombang ๐ sudah diperoleh kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan lagi. Misalnya, dimana partikel sering berada atau berapa momentum rata-rata partikel? Jawaban atas
14
pertanyaan ini diberikan oleh teorema Ehrenfest. Misalkan kita ingin tahu nilai rata-rata variabel dinamis ๐ด(๐ฅ, ๐) , maka didefinisikan nilai harap (๐๐ฅ๐๐๐๐ก๐๐ก๐๐๐ ๐ฃ๐๐๐ข๐) dari besaran ๐ด sebagai โฉ๐ดโช = โซ ๐ โ ๐ด๐๐ ๐ ๐๐ฃ
(2.51)
โ ) yang mempresentasikan variabel Dengan ๐ด๐๐ adalah operator ๐ด(๐ฅ, โ๐โโ ๐ด di dalam mekanika kuantum. Secara lebih umum, jika ๐ tak ternormalisasi maka persamaan (2.51) menjadi (Purwanto) โฉ๐ดโช =
โซ ๐โ ๐ด๐๐ ๐ ๐๐ฃ
(2.52)
โซ ๐โ ๐ ๐๐ฃ
Sebagai contoh, nilai rata-rata posisi ๐ โฉ๐โช = โซ ๐ โ ๐๐ ๐๐ฃ
(2.53)
Sedang dari analogi klasik untuk nilai rata-rata momentum ๐ โฉ๐โช = ๐
๐ ๐๐ก
โฉ๐โช = ๐ {โซ
๐๐โ ๐๐ก
๐๐ ๐๐ฃ + โซ ๐ โ ๐
๐๐ ๐๐ก
๐๐ฃ}
(2.54)
Untuk menghitung secara rinci, lakukan evaluasi perkomponen misalkan komponen โ ๐ฅ ๐ ๐๐ โ ๐๐ โฉ๐๐ฅ โช = ๐ โฉ๐ฅโช = ๐ {โซ ๐ฅ๐ ๐๐ฃ + โซ ๐ โ ๐ฅ ๐๐ฃ} ๐๐ก ๐๐ก ๐๐ก 1 โฤง2 2 ฤง2 2 = ๐ ( ) {โ ( โ ๐) ๐ฅ๐ ๐๐ฃ + โซ ๐ โ ๐ฅ (โ โ ๐) ๐๐ฃ} ๐ฤง 2๐ 2๐ =
๐ฤง 2
{โซ ๐ โ ๐ฅโ2 ๐ ๐๐ฃ โ โซ(โ2 ๐โ )๐ฅ๐ ๐๐ฃ}
(2.55b)
Suku kedua ruas kanan dapat diuraikan menjadi โ ๐ โ )โ โ (๐ฅ๐)๐๐ฃ โซ(โ2 ๐โ )๐ฅ๐ ๐๐ฃ = โซ โ โ {(โ๐ โ )๐ฅ๐}๐๐ฃ โ โซ(โ = โฎ{(โ๐โ )๐ฅ๐} โ ๐ฬ๐๐ โ {โซ โ โ [๐ โ โโ(๐ฅ๐)]๐๐ฃ โ โซ ๐ โ โ2 (๐ฅ๐)๐๐ฃ} = 0 โ 0 + โซ ๐ โ โ โ โ(๐ฅ๐)๐๐ฃ = โซ ๐ โ โ โ {(โx)๐ + ๐ฅ(โ๐)}๐๐ฃ
15
= โซ ๐ โ {|(โ2 ๐ฅ)๐ + (โ๐ฅ) โ (โ๐)|} + [(โ๐ฅ) โ ๐ฅ(โ2 ๐)]๐๐ฃ = โซ ๐ โ {0 + 2โ๐ฅ โ โ๐ + ๐ฅ(โ2 ๐)}๐๐ฃ ๐๐
= 2 โซ ๐ โ ๐๐ฅ ๐๐ฃ + โซ ๐ โ ๐ฅ(โ2 ๐)๐๐ฃ
(2.55c)
Substitusi kembali ke dalam persamaan (2.55b), memberikan โฉ๐๐ฅ โช = โ๐ฤง โซ ๐ โ
๐๐ ๐๐ฅ
๐
๐๐ฃ = โซ ๐ โ (โ๐ฤง ๐๐ฅ) ๐ ๐๐ฃ
(2.55d)
Sehingga โฉ๐โช = โซ ๐ โ (๐ฤงโ๐) ๐๐ฃ
(2.56)
6. Syarat Untuk Fungsi Gelombang Interpretasi probabilitas untuk fungsi gelombang mensyaratkan bahwa fungsi ฮจ harus merupakan fungsi yang kuadratnya dapat diintegralkan dan bernilai hingga ( ๐ ๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐ก๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ข๐๐๐ก๐๐๐ ). (Purwanto) โซ |๐น|2 ๐๐ฃ < โ
(2.57)
Karena integral dilakukan terhadap seluruh ruang, syarat rumus di atas berakibat. ฮจ (๐, ๐ก) โ 0 untuk ๐ < โ
(2.58)
Selain itu juga harus t erpenuhi ฮจ (๐, ๐ก) berhingga, agar |๐น|2 ๐๐ฃ berharga anatara 0 dan 1. ฮจ dan turunan pertamanya
๐ฮจ ๐ฮจ ๐ฮจ ๐๐ฅ
,
๐๐ฆ
,
๐๐ง
kontinyu disetiap ๐ . Syarat
kontinyuitas turunan pertama dari ฮจ data dipahami sebagai berikut. Perhatikan persamaan ๐๐โ๐ฬ ๐๐๐๐๐๐ satu dimensi (Purwanto) ๐ฤง
๐ฮจ ๐๐ก
ฤง2 ๐2 ฮจ
= โ 2๐ ๐๐ฅ 2 + ๐ฮจ
(2.59)
Jika ฮจ fungsi kontinu dari x untuk semua waktu t maka
๐ฮจ ๐๐ก
. Juga
fungsi kontinyu dari ๐ฅ. karena itu, ruas kanan persamaan di atas juga harus kontinyu diskontinuitas dari satu suku ruas kanan ini dilenyapkan oleh
16
perilaku berlawanan dari suku lainnya. Sebagai contoh, jika otensial ๐ (dan tentu ๐ฮจ) mempunyai diskontinyuitas berhingga di titik ๐ฅ = ๐, maka
๐2 ฮจ ๐๐ฅ 2
juga mempunyai diskontinyuitas berhingga di titik ๐ฅ = ๐. Hal ini berarti harus kontinu tetapi kemiringannya (slope) yakni
๐2 ฮจ ๐๐ฅ 2
๐ฮจ ๐๐ฅ
di sebelah kiri tidak
sama dengan kemiringannya di sebelah kanan. Sebagai ilustrasi diberikan oleh gambar berikut: (Purwanto)
GAMBAR 2.2 ILUSTRASI
7. Keadaan Stasioner dan Persamaan Nilai Eigen Tinjau partikel yang bergerak di dalam ruangan dengan potensial โ ) untuk sistem seperti ini, ฮจ(๐ โ , ๐) dapat tidak bergantung waktu ๐ฝ = ๐ฝ (๐ diuraikan menjadi perkalian bagian yang hanya bergantung ruang dan bagian yang hanya bergantung waktu. (Purwanto) ฮจ(๐, ๐ก) = ๐(๐)๐ (๐ก)
(2.60)
Catatan: ๐(๐) di sini tidak terkait dengan ๐(๐) pada persamaan (2.28) dan hanya sama notasi belaka. (Purwanto) Selanjutnya, subtitusi uraian ke dalam persamaan kemudian di bagi ๐(๐)๐ (๐ก) maka didapatkan
17
๐ฤง ๐๐ ๐(๐ก) ๐๐ก
ฤง2 โ2 ๐
= โ 2๐
๐
+ ๐(๐)
(2.61)
Karena ruas kiri persamaan (2.61) hanya bergantung waktu sedangkan ruas kanan hanya bergantung variable ruang (๐), maka keduanya akan selalu sama jika dan hanya jika keduanya sama dengan konstanta, misalkan ๐ธ dengan demikian persamaan (2.61) akan terpisah menjadi dua persamaan: ๐ฤง ๐๐ ๐ ๐๐ก
=๐ธ
(2.62) Dan
โ
ฤง2 โ2 ๐ 2๐ ๐
+ ๐(๐) = ๐ธ
(2.63) Atau
๐๐ ๐๐ก
๐ธ
= โ๐ ฤง ๐
(2.64a) Dan
ฤง2
{โ 2๐ โ2 + ๐(๐)} ๐(๐) = ๐ธ ๐(๐)
(2.64b)
Persamaan (2.64a) adalah pesamaan diferensial orde satu dengan solusi akan sebanding dengan ๐๐ฅ๐(โ
๐๐ธ๐ก ฤง
) . karena itu uraian (2.60) menjadi
๐๐ธ๐ก
ฮจ(๐, ๐ก) = ๐(๐)๐ โ ฤง
(2.65)
Persamaan (2.37) secara implisit menyatakan bahwa ๐ธ harus riel, karena bila mempunyai harga imajiner โ, ฮจ akan lenyap untuk semua ๐ jika๐ก โ โ atau โ sesuai tanda (โ) atau (+) dari โ. hal ini tidak memenuhi syarat keberadaan partikel di dalam ruang (2.45) selanjutnya persamaan (2.65) memberikan rapat probabilitas (Purwanto) |ฮจ(๐, ๐ก)|๐ = |ฮจ(๐)|๐
(2.66)
Yang tidak bergantug waktu. Karena itu ฮจ(๐, ๐ก) pada persamaan (2.65) menggambarkan keadaan stasioner (stationary state) karena tidak ada karakter atau sifat partikel yang berubah terhadap waktu. Sedangkan
18
persamaan (2.64b) di sebut persamaan ๐ ๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐ tak bergantung waktu. (Purwanto) Mengingat bentuk persamaan (2.41) dengan ๐ = ๐(๐) persamaan (2.64b) dapat ditulis menjadi ๐ป๐(๐) = ๐ธ๐(๐)
(2.67)
Persamaan (2.67) ini di sebut persamaan karakteristik atau persamaan nilai eigen dengan ๐(๐) sebagai fungsi eigen dan ๐ป adalah operator diferensial dari energi. ๐ธ adalah nilai eigen dari operator ๐ป, dan di sebut sebagai energi eigen dan ditafsirkan sebagai energi partikel. (Purwanto) C. Sifat-Sifat Fungsi Gelombang Dalam persmaan (2.8); ๐(๐ฅ) adalah fungsi gelombang partikel yang tidak bergantung waktu. Dengan fungsi gelombang itu, peluang menemukan partikel di ๐ฅ dalam interval dx adalah ๐ โ (๐ฅ) ๐(๐ฅ)๐๐ฅ, dan total peluang untuk menemukan partikel itu disepanjang sumbu-x adalah โ
โ
โซโโ ๐ โ (๐ฅ)๐(๐ฅ)๐๐ฅ = โซโโ|๐(๐ฅ)|2 ๐๐ฅ = 1
(2.68)
Dimana |๐(๐ฅ)|2 disebut rapat peluang. Dalam persamaan ini, ๐ โ (๐ฅ) adalah konjugasi dari ๐(๐ฅ). Fungsi ๐(๐ฅ) yang memenuhi persamaan (2.68) disebut fungsi yang dinormalisasi. (Siregar, 2018) Suatu fungsi gelombang partikel harus memiliki kelakuan yang baik agar sifat yang diungkapkan oleh Persamaan (2.68) dapat terpenuhi. Sifat-sifat tersebut adalah: 1.
Tidak sama dengan nol, dan merupakan ๐ ๐๐๐๐๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐๐, artinya ๐(๐ฅ) memiliki hanya satu harga saja untuk suatu harga ๐ฅ.
2.
Fungsi dan turunannya kontinu di semua harga ๐ฅ, dan
3.
Funsgi (harga mutlaknya) tetap terbatas (finite) untuk ๐ฅ menuju ยฑโ; dalam keadaan terikat ๐ โ (๐ฅ) ๐(๐ฅ) = 0 di ๐ฅ menuju ยฑโ (Siregar, 2018)
19
Jika ketiga persyaratan di atas dipenuhi, maka fungsi ๐(๐ฅ) disebut sebagai fungsi yang berkelakuan baik. Perhatikan fungsi gelombang dalam persamaan (2.10) (Siregar, 2018) ๐๐
๐๐ (๐ฅ) = ๐ถ๐ ๐๐ ( ๐ฟ ๐ฅ)
(2.69)
Normalisasinya harus memenuhi: โ
๐ฟ
๐๐
โซโโ|๐๐ (๐ฅ)|2 ๐๐ฅ = ๐ถ 2 โซ0 ๐ ๐๐2 ( ๐ฟ ๐ฅ) ๐๐ฅ = 1 Dengan menggunakan ๐ ๐๐2 ๐ = ๐ฟ
1โ๐๐๐ 2๐ 2
(2.70)
, maka hasil integral di atas
2
adalah ๐ถ 2 (2) = 1 sehingga ๐ถ = โ๐ฟ . Jadi secara lengkap fungsi yang dinormalisasi adalah (Siregar, 2018) 2
๐๐
๐๐ (๐ฅ) = โ๐ฟ ๐ ๐๐ ( ๐ฟ ๐ฅ)
(2.71)
Berdasarkan integral di atas, maka untuk daerah ๐ฅ โค 0 dan ๐ฅ โฅ ๐ฟ, ๐๐ (๐ฅ) = 0. Suatu fungsi gelombang yang donormalisasi dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari beberapa fungsi yang masing-masing dinormalisasi juga. Jika ๐ (๐ฅ) adalah
kombinasi
linier
dari
sekumpulan
fungsi-fungsi
{๐๐ (๐ฅ)}, maka penulisannya secara umum adalah seperti: ๐(๐ฅ) = โ๐ ๐ถ๐ ๐๐ (๐ฅ)
(2.72)
Di mana ๐ถ๐ adalah koefisien bagi fungsi ๐๐ (๐ฅ) yang biasanya rill atau kompleks. Koefisien itu memenuhi integral ๐๐ฃ๐๐๐๐๐ seperti: (Siregar, 2018) โ
โ (๐ฅ)๐(๐ฅ)๐๐ฅ ๐ถ๐ = โซโโ ๐๐
(2.73)
Jika fungsi-fungsi {๐๐ (๐ฅ)} selain ternormalisasi juga ortogonal satu sama lain maka berlaku : โ
โซโโ ๐ โ๐ (๐ฅ)๐๐ (๐ฅ)๐๐ฅ = ๐ฟ๐๐
(2.74)
Dan โ๐ ๐ถ โ๐ ๐ถ๐ = 1
(2.75)
Harga ๐ฟ๐๐ = 1 Jika ๐ = ๐, dan ๐ฟ๐๐ = 0 jika ๐ โ ๐. Fungsi-fungsi yang memenuhi persamaan (2.74) disebut ortonormal, yakni orthogonal satu
20
sama lain dan masing-masing ternomalisasi. Dalam persamaan (2.3.2) {๐๐ } disebut fungsi basis bagi pembentukan fungsi ๐. (Siregar, 2018) Contoh 3 ๐ฅ; 0 โค ๐ฅ โค ๐ฟ/2 Misalkan fungsi ๐(๐ฅ)={ ๐ฟ โ ๐ฅ; ๐ฟ/2 โค ๐ฅ โค ๐ฟ 2
๐๐
Jika ๐(๐ฅ) = โ๐ ๐๐ ๐๐ (๐ฅ); ๐๐ (๐ฅ) = โ๐ฟ ๐ ๐๐ ( ๐ฟ ๐ฅ) tentukanlah harga-harga koefisien ๐ถ๐ . Fungsi ๐(0) = 0, dan ๐(๐ฟ) = 0; harga-harga ini sama dengan ๐๐ (0) = ๐๐ (๐ฟ) = 0; jadi ๐(๐ฅ) dan ๐๐ (๐ฅ) memiliki syarat batas yang sama sehingga ๐(๐ฅ) dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari fungsi-fungsi ๐๐ (๐ฅ). Berdasarkan persamaan (2.27) dan Apendiks 2 (Siregar, 2018) ๐ฟ
๐ถ๐ = โซ ๐๐ (๐ฅ)๐(๐ฅ)๐๐ฅ 0 ๐ฟ 2
๐ฟ
2 ๐๐ 2 ๐๐ = โ โซ ๐ฅ sin ( ๐ฅ) ๐๐ฅ + โ โซ ( ๐ฅ) ๐๐ฅ ๐ฟ ๐ฟ ๐ฟ ๐ฟ ๐ฟ 2
0
=
(2๐ฟ)3/2 ๐๐ ๐ ๐๐ ( ) 2 2 ๐ ๐ 2
Integral-integral di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan Apendiks 1. Maka fungsi ๐(๐ฅ) sebagai kombinasi linier dari fungsi-fungsi ๐๐ (๐ฅ) adalah โด ๐(๐ฅ) =
(2๐ฟ)3/2 ๐2
โ๐
1 ๐2
๐๐
๐ ๐๐ ( 2 )
(2.76)
Jika {๐๐ (๐ฅ)} fungsi-fungsi non-orthogonal, maka secara umum โ
โซ ๐ โ๐ (๐ฅ)๐๐ (๐ฅ)๐๐ฅ = ๐๐๐ ; โโ
โ๐๐ ๐ถ๐ ๐ถ๐ ๐๐๐ = 1
(2.77)
Persamaan (2.77) ini disebut integral overlap antara fungsi ๐๐ dan fungsi ๐๐ . Untuk memudahkan penulisan, fungsi-fungsi dituliskan dalam keterangan seperti |๐๐ โฉ dan konjugasinya dalam bra, โจ๐๐ |. Integral overlap dituliskan seperti: (Siregar, 2018)
21
โ
โซโโ ๐ โ๐ (๐ฅ)๐๐ (๐ฅ)๐๐ฅ โก โจ๐๐ |๐๐ โฉ
22
(2.78)
3. BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Setelah melakukan penurunan pada gelombang maka persamaan 2๐
gelombang dapat ditulis ๐๐ (๐ฅ) = ๐ถ sin ( ๐ ๐ฅ) 2. Setelah melakukan penurunan pada persamaan ๐๐โ๐๐ฬ ๐๐๐๐๐๐ , maka persamaannya dapat ditulis Persamaan ๐๐โ๐รถ๐๐๐๐๐๐ yang tidak bergantung waktu. ๐ 2 ๐(๐ฅ) 2๐ + 2 (๐ธ โ ๐)๐(๐ฅ) = 0 ๐๐ฅ 2 ฤง Persamaan ๐๐โ๐รถ๐๐๐๐๐๐ yang bergantung waktu. ๐ฤง
๐ ๐๐ก
ฬ ๐น (๐ฅ, ๐ก) ๐น (๐ฅ, ๐ก) = ๐ป
(2.22)
3. Sifat-sifat fungsi dari gelombang yaitu tidak sama dengan nol, dan merupakan ๐ ๐๐๐๐๐ โ ๐ฃ๐๐๐ข๐๐, artinya ๐(๐ฅ) memiliki hanya satu harga saja untuk suatu harga ๐ฅ, fungsi dan turunannya kontinu di semua harga ๐ฅ, dan fungsi (harga mutlaknya) tetap terbatas ( ๐๐๐๐๐ก๐ ) untuk ๐ฅ menuju ยฑโ ; dalam keadaan terikat ๐ โ (๐ฅ) ๐(๐ฅ) = 0 di ๐ฅ menuju ยฑโ. B. Saran Penulis makalah ini tentu saja menyadari masih terdapat kekurangankekurangan dalam menulis. Oleh karena itu, saran dan masukan untuk makalah ini kami harapkan sebagai upaya memperbaiki kesalahan dalam penulisan makalah kami. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi semua pihak. Aamiin yaa robbal โalamiin.
23
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, A. (n.d.). Fisika Kuantum. Yogyakarta: Penerbit Gava Media. Siregar, R. E. (2018). Fisika Kuantum. Jatinangor: Fakultas MIPA Universitas Padjajaran.
vi
LAMPIRAN
vii
CATATAN
viii