TUGAS PENGUKURAN KESEHATAN PENGUKURAN BERAT BADAN (BB), TINGGI BADAN (TB), DAN LINGKAR PERUT (LP) PADA IBU – IBU DI DESA KALIREJO, BANYUWANGI
OLEH : KELOMPOK 6 Eka Zuristia Putri
(101611535010)
Ulviana Dewi Kumalasari
(101611535012)
Griselda Malinda Eliza Putri (101611535017) Rahmafika Cinthya Afro
(101611535025)
Adella Atika Larasati
(101611535032)
Bening Sekar Tanjung
(101611535039)
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA BANYUWANGI 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “PENGUKURAN BERAT BADAN (BB), TINGGI BADAN (TB), DAN LINGKAR PERUT (LP) PADA IBU – IBU DI DESA KALIREJO, BANYUWANGI” sesuai dengan yang diharapkan. Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Pengukuran Kesehatan.
Proses pembuatan makalah ini tidak akan mampu terselesaikan
dengan baik tanpa bantuan beberapa orang yang turut berperan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Santi Martini, dr,. M.Kes. selaku
PJMK
mata
kuliah
Pengukuran Kesehatan PSDKU Unair di Banyuwangi. 2. Ibu Ayik Mirayanti Mandagi, S. KM., M. Kes. selaku dosen mata kuliah Pengukuran Kesehatan PSDKU Unair di Banyuwangi. 3. Ibu Dr. Nurul Hartini, M. Psi. selaku dosen mata kuliah Pengukuran Kesehatan PSDKU Unair di Banyuwangi. 4. Ibu Erni Astutik, S.KM., M.Epid. selaku dosen mata kuliah Pengukuran Kesehatan PSDKU Unair di Banyuwangi. 5. Ibu Ayik Mirayanti Mandagi, S. KM., M. Kes. selaku dosen mata kuliah Pengukuran Kesehatan PSDKU Unair di Banyuwangi. 6. Teman-teman FKM PSDKU Unair di Banyuwangi yang selalu memberikan dukungan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, baik dari segi penulisan, bahasan, ataupun penyusunannya.Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran yang membangun.Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan
ilmu
pengehatuan bagi kita semua.
i
Banyuwangi, 16 November 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3
Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3 2.1
Berat Badan (BB) ..................................................................................... 3
2.2
Tinggi Badan (TB) ................................................................................... 4
2.3
Obesitas .................................................................................................... 6
2.4
Pengukuran Antropometri untuk Deteksi Awal Obesitas ........................ 7
2.5
Batasan Usia Orang Dewasa .................................................................... 9
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 12 4.1 Hasil............................................................................................................. 12 4.1.1 Usia Responden .................................................................................... 12 4.1.2 Berat Badan Responden ........................................................................ 13 4.1.3 Tinggi Badan Responden ...................................................................... 14 4.1.4 Kategori IMT (Indeks Massa Tubuh) Responden ................................ 15 4.1.5 Kategori Obesitas Sentrral dengan Pengukuran Lingkang Perut .......... 16 4.2 Pembahasan ................................................................................................. 16 BAB V PENUTUP ................................................................................................ 20 5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 20 5.2 Saran ............................................................................................................ 20 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator dalam indeks pembangunan manusia. Permasalahan gizi yang terjadi pada masyarakat memiliki pengaruh besar terhadap tingkat kualitas kesehatan masyarakat. Bukan hanya gizi kurang, namun gizi berlebih juga merupakan permasalahan gizi yang dewasa ini menjadi permasalahan baik di negara maju maupun berkembang. Prevalensi kejadian obesitas memiliki kecenderungan untuk meningkat seiring bertambahnya usia, dan mencapai puncaknya pada usia dewasa. Prevalensi gizi berlebih pada kelompok usia dewasa di Indonesia mengalami peningkatan. Hasil Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih kelompok usia dewasa pada tahun 2010 mencapai 21.7%, dan mengalami peningkatan menjadi 26.3% pada tahun 2013. Gizi lebih tidak hanya terjadi pada masyarakat perkotaan saja melainkan juga pada masyarakat pedesaan dengan status sosial ekonomi menengah ke bawah. Indonesia sendiri saat ini menempati peringkat sepuluh sebagai negara dengan angka obesitas terbesar di dunia (Gakidou et al. 2014). Obesitas berdampak pada kehidupan manusia secara luas. Kegemukan atau obesitas dapat meningkatkan resiko penyakit tidak menular. Orang dengan berat badan berlebih 4.5 kali lebih beresiko terhadap diabetes, 2.5 kali lebih beresiko terhadap hipertensi dan 32% lebih beresiko terhadap penyakit jantung koroner. Selain itu, obesitas erat hubungannya dengan kejadian penyakit kardiovaskuler, sindrom metabolik dan dislipidemia. Tingginya resiko obesitas terhadap penyakit menular akan meningkatkan biaya perawatan kesehatan, hilangnya produktivitas dan resiko kematian. Oleh karena itu, obesitas memiliki pengaruh besar terhadap penurunan kualitas hidup manusia. Ibu rumah tangga memegang peranan yang sangat penting dalam suatu rumah tangga. Sehingga kesehatan ibu perlu diperhatikan demi keberlangsungan keluarga. Ibu rumah tangga rentan memiliki gaya hidup tidak sehat. Kegiatan yang dilakukan ibu rumah tangga sebagian besar merupakan kegiatan yang dilakukan di dalam rumah, seperti memasak, mencuci, membereskan rumah dan mengurus anak (Rosdiana, 2014). Terdapat beberapa faktor yang dapat
1
mempengaruhi kejadian obesitas, diantaranya umur, riwayat keluarga, paritas, asupan gizi (energi, karbohidrat, lemak, protein, serat) dan aktivitas fisik. Obesitas pada usia dewasa dapat menyerang baik laki-laki maupun perempuan, namun ibu rumah tangga memiliki resiko tinggi terhadap obesitas. Ibu rumah tangga cenderung memiliki asupan makanan yang tinggi karbohidrat, lemak serta rendah serat dan protein. Tingginya kalori harian yang dikonsumsi ibu rumah tangga tidak sebanding dengan aktivitas fisik yang dilakukan. Sehingga dalam hal ini, kami melakukan pengukuran kesehatan meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut pada ibu-ibu PKK wilayah Panderejo. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian obesitas pada kelompok ibu rumah tangga di wilayah Panderejo. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana hasil pengukuran kesehatan meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar pinggang pada kelompok ibu PKK di wilayah Panderejo serta hubungannya dengan faktor resiko obesitas pada ibu rumah tangga ? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui bagaimana hasil pengukuran kesehatan meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar pinggang pada kelompok ibu PKK di wilayah Panderejo serta hubungannya dengan faktor resiko obesitas pada ibu rumah tangga.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Berat Badan (BB) Berat Badan merupakan seluruh hasil dari peningkatan jaringan tulang, otot, lemak, dan cairan tubuh yang ada pada tubuh manusia (Santoso dan Anne, 1995:48). Menurut Surono dalam Mabella (2000:10) Untuk melihat sisi berat dari setiap orang, dapat diukur menggunakan alat ukur berat badan dengan keadaan memakai pakaian minimal dan tidak menggunakan perlengkapan lain. Satuan yang digunakan pada alat ukur berat badan yaitu kilogram. Berat badan juga dapat diartikan sebagai parameter antropometer yang sangat labil, dimana pada keadaan normal seseorang dapat dilihat dari keseimbangan antara kebutuhan zat gizi dan konsumsi, keadaan kesehatan yang baik, serta berkembangnya berat badan dapat menyesuaikan umur pada seseorang. Jika seseorang dalam keadaan abnormal maka terdapat dua kemungkinan yaitu seseorang berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Pengukuran berat badan setiap kali harus di monitor agar dapat memberi informasi sedini mugkin pada intervensi gizi guna mengatasi terjadinya penambahan maupun penurunan berat badan yang tidak di kehendaki serta dilakukan evaluasi agar bisa melihat status berat badan dan gaya hidup yang terakhir. Beberapa hal yang bisa mempengaruhi berat badan yaitu makan dan minum karena setiap manusia membutuhkan gizi lengkap seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral sehingga jika seseorang mengonsumsi makanan dengan berlebih maka dapat berubah menjadi lemak. Dalam menentukan berat badan dapat dilakukan dengan menimbang (Anggraeni, 2012). Alat ukur yang digunakan dalam menukur berat badan yaitu menggunakan timbangan injak atau timbangan dengan pengukur tinggi badan. Timbangan ini sangat akurat untuk mengukur berat badan pada orang normal dan orang dewasa sehingga dapat memudahkan orang dalam membaca hasil pengukurannya. Berikut contoh timbangan injak maupun timbangan dengan pengukur tinggi badan:
3
a. Timbangan injak
Sumber: camry-timbangan-badan-analog
Sumber : gea Timbangan Badan Digital 9350
b. Timbangan dengan pengukur berat badan dan tinggi badan
Sumber : Knight45 Corp.
2.2 Tinggi Badan (TB) Menurut Barry L. Johnson (1979: 166) yang dikutip oleh Murtiantmo Wibowo Adi (2008: 32), tinggi badan (TB) merupakan kondisi seseorang dimana pengukuran ini dengan posisi berdiri (vertikal), kaki menempel lantai, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat, serta posisi kepala dan leher tegak. Dalam mengukur tinggi badan yang akurat dapat di ukur mulai dari
4
kepala bagian atas sampai telapak kaki bagian bawah. Pertumbuhan tinggi badan yang nornal sering dilihat sesuai dengan pertambahan umur dimana pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi. Akan tetapi pengaruh defisiensi tinggi badan terhadap gizi akan terlihat dalam waktu yang lebih lama (Supariasa, dkk. 2011). Pengukuran tinggi badan pada seseorang dapat dilihat melalui pengukuran panjang badan untuk anak yang belum bisa berdiri, serta pengukuran tinggi badan pada orang normal (sudah bisa berdiri). a. Pengukuran panjang badan Pada anak yang mempunyai panjang <50 cm atau usia <2 tahun dapat dilakukan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan alat ukur antropometri anak. Alat ini menggunakan satuan centimeter dan alatnya terbuat dari kayu pinus.
Sumber : tarantellavestal
b. Pengukuran tinggi badan orang normal Pengukuran tinggi badan yang digunakan pada orang dewasa atau anak yang dapat berdiri tegap tanpa bantuan dapat menggunakan alat ukur Microtoise (stature meter) atau Shortboar.
Sumber : apki.or.id
5
2.3 Obesitas Obesitas merupakan suatu kondisi seseorang dengan akumulasi lemak yang berlebihan atau tidak normal pada jaringan adiposa yang data mengganggu kesehatan (Suegondo, 2010 yang dikutip dalam Interna Publishing, 2010). Menurut
WHO
(2002),
kegemukan
atau
obesitas
terjadi
dikarenakan
ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu sehingga energi menjadi berlebihan yang kemudian disimpan dalam bentuk jaringan lemak.di dalam tubuh. Menurut Terauchi et al (2004), obesitas adalah suatu kelinan kompleks dalam pengaturan nafsu makan dan metabolism energi yang dikontrol oleh suatu faktor biologis spesifik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa obesitas adalah suatu kondisi dengan penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh seseorang, baik di seluruh tubuh ataupun pada bagian tertentu. Obesitas berkaitan erat dengan distribusi lemak tubuh. Menurut WHO (2015), disebutkan bahwa kondisi seseorang dikatakan obesitas apabila Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 30 kg/m2. Dengan mengukur IMT maka dapat menentukan obesitas umum (seluruh tubuh) dan obesitas sentral yang berdasarkan lingkar perut. Terdapat dua hal yang dapat meningkatkan kelebihan lemak seseorang yaitu terlalu banyak makan dan terlalu sedikit bergerak (Arisman, 2010). Berdasarkan pola distribusi jaringan lemak, tubuh, klasifikasi obesitas dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu : 1. Obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) adalah suatu kondisi dimana dominasi atau distribusi jaringan lemak tubuh lebih banyak dibagian rongga perut dan pinggang sehingga tubuh menyerupai buah apel. Obesitas ini lebih banyak terjadi pada pria atau disebut dengan android obesity dan berkaitan erat dengan hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskuler. 2. Obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity) adalah suatu kondisi dimana distribusi lemak akumulasi lemah tubuh lebih banyak pada panggul dan paha sehingga tubuh menyerupai buah pear. Tipe obesitas ini lebih banayk terjadi pada wanita atau disebut dengan gynoid obesity dan berkaitan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita. (Sugondo, 2009)
6
Obesitas juga dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu obesitas umum (seluruh tubuh) dan obesitas abdominal atau sental. Obesitas umum (seluruh tubuh) dapar diukur dengan menggunakan pengukuran antropometri tubuh yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diperoleh dari perbandingan berat badan (dalam satuan kilogram) dengan tinggi badan (dalam satuan meter) dikuadratkan, sedangkan obesitas abdominal atau sentral dapat diukur dengan menggunakan pengukuran antropometri tubuh yaitu Lingkar Perut (LP) yang diperoleh dari hasil pengukuran LP (dalam satuan cm). 2.4 Pengukuran Antropometri untuk Deteksi Awal Obesitas Dalam mendeteksi awal obesitas dapat diukur dengan menggunakan pengukuran antropometri seperti pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Lingkar Perut (LP). Berikut penjelasan dua metode dalam pengukuran antropometri yaitu : a. Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan sebuah pengukuran yang digunakan untuk membandingkan tinggi badan dan berat badan pada seseorang. Alat yang digunakan untuk mendiagnosa berat badan yang underweight, normal, overwight dan obesitas yaitu menggunakan pengukuran IMT. IMT yang didapatkan tidak dapat menggambarkan penyebaran lemak dalam tubuh. Cara mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu dengan membandingkan berat badan (dalam satuan kilogram) dengan tinggi badan (dalam satuan meter) dikuadratkan. 𝐵𝑀𝐼 =
Berat Badan (dalam satuan kilogram) Tinggi Badan (dalam satuan meter)2
Pada orang yang berusia >20 tahun, menurut kriteria World Health Organization (WHO)/International Association for the Study of Obesity (IASO)/International Obesity Task Force(IOTF) dalam The Asia-Pasific Perspective : Redefining Obesity and Its Treatment (2000) dikutip oleh Sugondo (2007) pada kawasan Asia Pasifik. Berikut tabel untuk melihat berat basan lebih dan obesitas yaitu : Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih (Obesitas) berdasarkan IMT dan LP Menurut Kriteria dari Asia Pasifik
7
No
IMT (kg/m2)
Klasifikasi
1.
<18,5
2.
18,5 – 22,9
3.
≥23,0
4.
23,0– 24,9
Berisiko
5.
25 ,0– 29,9
Kegemukan (Obesitas) Tingkat I
6.
>30,0
Kegemukan (Obesitas) Tingkat II
Berat Badan Kurang (Kurus) Normal (Ideal) Berat Badan Lebih
Sumber : WHOWPR/IASO/IOTF dalam The Asia Pasific Perspective: Redefening Obesity and its Traetment dalam Sugondo, 2009.
b. Lingkar Perut (LP) Pengukuran lingkar perut adalah metode yang digunakan untuk mengukur kelebihan lemak perut atau mengetahui ada tidaknya obesitas sentral. Parameter penentuan obesitas yang digunakan setiap etnis atau negara berbeda dilihat dari cutt of point terhadap lingkar pinggang maupun IMT. Menurut International Diabetes Federation (IDF), mennyebutkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis yaitu Tabel 2. Kriteria Ukuran Pinggang Berdasarkan Etnis Etnis / Negara
Lingkar Pinggang (cm) pada obesitas
Eropa
Pria >94 Wanita >80
Asia selatan, Populasi China,
Pria >90
Melayu dan Asia-India
Wanita >80
China
Pria >90 Wanita >80
Jepang
Pria >85 Wanita >90
Amerika Tengah
Menggunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data yang spesifik
Sub-Sahara Afrika
Menggunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data yang spesifik.
Timur Tengah
Menggunakan rekomendasi Eropa
8
hingga tersedia data yang spesifik.
2.5 Batasan Usia Orang Dewasa Menurut WHO, penetapan kriteria baru kelompok usia yang dibagi menjadi lima kelompok usia yaitu : a. 0-17 tahun
: anak-anak dibawah umur
b. 18-65 tahun
: pemuda
c. 66-79 tahun
: setengah baya
d. 80-99 tahun
: orang tua
e. 100 tahun ke atas
: orang tua berusia panjang.
Sedangkan menurut Koesoemato Setyonegoro, mengelompokkan usia lanjut menjadi 3 yaitu : 1. Usia dewasa muda (Eldery Adulhood)
: 18/20 tahun -25 tahun
2. Usia dewasa penuh (Middle Years)
: 25 tahun -60/65 tahun
3. Usia lanjut (Geriatric Age)
: >65/70 tahun yang terbagi
ke dalam : a. Umur 70 tahun – 75 tahun (Young Old) b. Umur 75 tahun – 80 tahun (Old) c. Umur > 80 tahun (Very Old)
9
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di salah satu rumah Ibu PKK di Jalan Citarum Kelurahan Panderejo Kecamatan Banyuwangi pada hari minggu, 17 maret 2019 pukul 19.00-20.00 WIB. Subyek penelitian ini adalah Ibu PKK yang berusia 2565 tahun yang berjumlah sebanyak 35 orang. Pengukuran yang dilakukan yaitu dengan mengkur berat badan, tinggi badan dan lingkar perut. Cara mengukur tinggi badan dengan melakukan posisi berdiri (vertikal), kaki menempel lantai, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat, serta posisi kepala dan leher tegak. Cara menimbang berat badan seseorang dengan posisi seseorang dalam keadaan diam, pandangan kedepan, melepas alas kaki, melepas aksesoris yang digunakan, dan tidak memakai pakaian luar. Dan cara mengukur lingkar perut seseorang dengan keadaan diam dan berdiri (vertical), tarik nafas dan pada saat pengukuran buang nafas dengan lembut. Pengukuran antropometri digunakan untuk mengidentifikasi obesitas adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Indeks (BMI) dan lingkar perut. Pengukuran berat badan dilakukan dengan meggunakan timbangan digital 9350, tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise, IMT dihitung dengan menggunakan rumus berat badan (dalam satuan kilogram) dibagi tinggi badan (dalam satuan meter) dikuadratkan dan lingkar perut diukur dengan menggunakan pita ukur non elastis. Seluruh data yang diperoleh yaitu data primer dimana data berasal dari pengukuran langsung terhadap responden. Kemudian data yang terkumpul akan dianalisis melalui laptop dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 21. Dalam menentukan tingkat obesitas pada manusia dapat dilakukan melaui perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh) dan lingkar perut. Hal tersebut dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
No
IMT (kg/m2)
1.
<18,5
2.
18,5 – 22,9
3.
≥23,0
Klasifikasi Berat Badan Kurang (Kurus) Normal (Ideal) Berat Badan Lebih
10
4.
23,0– 24,9
Berisiko
5.
25 ,0– 29,9
Kegemukan (Obesitas) Tingkat I
6.
>30,0
Kegemukan (Obesitas) Tingkat II
Sumber : WHOWPR/IASO/IOTF dalam The Asia Pasific Perspective: Redefening Obesity and its Traetment dalam Sugondo, 2009.
11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Usia Responden
Sumber : data primer terolah
Gambar 4.1 Kategori Umur Responden Kategori umur 1 adalah 25-35 tahun. Kategori umur 2 adalah 36-45 tahun. Untuk kategori umur 3 adalah 46-55 tahun dan kategori umur 4 adalah 56-65 tahun. Dari diagram diatas, rata-rata paling banyak umur responden adalah 46-55 tahun sebanyak 37,14% dari total seluruh responden. Sedangkan rata-rata paling sedikit umur responden adalah pada rentang 25-35 tahun sebanyak 17,14%.
12
4.1.2 Berat Badan Responden
Sumber : data primer terolah
Gambar 4.2 Kategori Berat Badan Responden Kategori berat badan 1 adalah 38-51 kg. Kategori berat badan 2 adalah 5265 kg dan kategori berat badan 3 adalah 66-79 kg Dari diagram diatas, rata-rata paling banyak berat badan responden adalah pada rentang 52-65 kg sebanyak 42,86%. Untuk rata-rata berat badan yang paling sedikit pada responden adalah rentang 38-51 kg sebesar 22,86%.
13
4.1.3 Tinggi Badan Responden
Sumber : data primer terolah
Gambar 4.3 Kategori Tinggi Badan Responden Kategori tinggi badan 1 adalah 134-141 cm. Kategori tinggi badan 2 adalah 142-149 cm dan kategori tinggi badan 3 adalah 150-157 cm. Dari diagram diatas, rata-rata paling banyak tinggi badan responden adalah pada rentang 142-149 cm sebanyak 54,29%. Untuk rata-rata berat badan yang paling sedikit pada responden adalah rentang 134-141 cm sebesar 8,57%.
14
4.1.4 Kategori IMT (Indeks Massa Tubuh) Responden
Sumber : data primer terolah
Gambar 4.4 Kategori IMT Responden Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa rata-rata responden memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) pada kategori gemuk yaitu sebesar 45,71% atau sebanyak 16 responden masuk dalam kategori gemuk atau overweight. Lalu untuk rata-rata paling sedikit terdapat pada kategori kurus dan obesitas tingkat II masing-masing adalah 1 responden dengan persentase sebesar 2,857%.
15
4.1.5 Kategori Obesitas Sentral dengan Pengukuran Lingkar Perut Responden
Sumber : data primer terolah
Gambar 4.5 Kategori Obesitas Sentral Responden Pada obesitas sentral dibagi menjadi 2 kategori yaitu tidak obesitas sentral dan obesitas sentral. Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa rata-rata responden mengalami obesitas sentral (lingkar perut >80cm) yaitu sebesar 85,71% atau sebanyak 30 responden. Artinya hampir semua responden mengalami obesitas sentral. Sedangkana responden yang tidak mengalami obesitas sentral (lingkar perut ≤80 cm) sebesar 14,29% atau hanya 5 responden yang tidak mengalami obesitas sentral. 4.2 Pembahasan Karakteristik usia responden dalam pengukuran ini, dikelompokkan menjadi empat kelompok yakni usia 26-35, usia 36-45, 46-55 tahun dan 56-65 tahun. Beberapa kelompok usia antara rentang tersebut juga merupakan kategori kelompok dewasa akhir. Banyak kita jumpai bahwa seseorang yang masuk dalam usia dewasa terkadang mereka kurang memperhatikan pola makannya. Faktor
16
resiko terjadinya kegemukan atau overweight pada orang dewasa terutama pada perempuan dapat dipengaruhi oleh perilaku mereka terhadap pola konsumsi makanan. Hasil pengukuran menunjukan bahwa dari 35 responden dewasa perempuan yang di ukur menggunakan pengukuran antropometri, terdapat 2,85% responden yang masuk dalam kategori kurus atau 1 orang responden, 22,66% responden masuk dalam kategori normal atau 8 orang responden, 45,71% responden masuk dalam kategori gemuk atau 16 orang responden, 25,71% responden masuk dalam kategori obesitas I atau 9 orang responden dan 2,85% responden masuk dalam kategori obesitas II atau 1 orang responden. Dari 35 responden tersebut, wanita dewasa yang mengalami tidak obesitas yaitu sebanyak 14,29% atau 5 orang responden dan yang mengalamu obesitas sentral yaitu 85,71% atau 30 orang responden. Hasil pengukuran ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahmat, I.C, et al, 2018) tentang “Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Wanita Di Kota Malang” hasil hasil korelasi BMI dengan tingkat obesitas di kota Malang adalah rhitung 0,820 > rtabel 0,297 dengan taraf signifikansi 5%. Dengan denikian H0 di tolak dan H1 di terima. Jadi dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara IMT dengan tingkat obesitas pada wanita di Kota Malang. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh (Diana, R, 2013) tentang “Faktor Risiko Kegemukan Pada Wanita Dewasa Indonesia” hasil dari penelitian ini menujukan bahwa prevalensi kegemukan (termasuk obes) pada perempuan dewasa usia 19-55 tahun sebesar 29,4%. Nilai tersebut lebih tinggi dari prevaensi nasional kegemukan (termasuk obes) pada perempuan dewasa usia >18tahun yaitu sebesar 26,9% (balitbangkes, 2010). Menerut penelitian lain yang dilakukan oleh (Sugianti, E, 2009) tentag “Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Orang Dewasa Di Dki Jakarta”hasil dari penelitian tersebut adalah prevalensi obesitas sentral lebih tinggi terjadi pada perempuan berumur ≥55 tahun yang berstatus sebagai ibu rumah tangga, selain itu faktor resiko terjadinya obesitas sentral di DKI Jakarta adalah perempuan ≥35 tahun yang berstatus sebagai ibu rumah tangga.
17
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (pasumbang, E et al, 2015) status sosial dan ekonomi sering dikaitkan dengan obesitas. Obesitas disebabkan oleh adanya kemampua daya beli masyarakat yang meningkat. Masyarakat yang ada pada posisi sosial ekonomi yang tinggi biasanya menderita obesitas. hal ini disebabka karena daya beli yang dimiliki masyarakat dengan ekonomi tinggi mampu membeli semua kebutuhan yang diinginkan tanpa takut kekurangan. Selain itu biasanya seseorang dengan status social dan ekonomi tinggi memiliki aktifitas fisik yang kurang karena kemanjaan akibat kemajuan tekologi yang di miliki, misalnya di rumah sudah tersedia vacuum cleaner dan mesin cuci sehingga orang tidak perlu menyapu untuk membersikan lantai atau mencuci pakaian kotor dengan tangan. Selain itu pada penelitian lain yang dilakukan oleh (Apriaty, L et al, 2015) faktor yang mempegaruhi kejadian obesitas pada ibu rumah tagga diantaranya disebabkan oleh aktivitas fisik yang rendah. Penelitian ini menjelaskan bahwa aktivitas fisik yang rendah menjadi faktor risiko terjadinya obesitas pada ibu rumah tangga. Faktor lain yang mempengaruhi obesitas pada ibu rumah tangga adalah asupan energy yang masuk pada tubuh lebih besar dibandingka degan energy yang keluar. Dari asupan energy yag berlebih tersebut nantinya akan meningkatkan resiko seseorang mengalami obesitas. selain dipengaruhi oleh kedua faktor resiko tersebur peggunaa alat kontrasepsi hormonal seperti suntik, pil dan impla pada ibu rumah tangga akan menyebabkan kenaikan berat badan, hal ini disebabkan oleh peningkatan hormone esterogen dan progestin dalam tubuh yang menyebabkan retensi cairan dalam tubuh menigkat sehingga, nafsu makan dapat meningkatkan berat badan. Oleh karena itu, dampak obesitas terhadap kesehatan bagi perempuan, salah satunya yakni terjadinya gagguan metabolisme sel-sel lemak yang mengalami hipertrofi, sehingga menurunkan jumlah reseptor insulin dan dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin yaitu suatu kondisi dimana sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin mengalami penurunan sehingga menyebabkan peningkatan sekresi insulin sebagai bentuk kompensasi dari sel beta pancreas dan apabila hal ini di sertai dengan destruksi dari sel beta maka akan terjadi Diabetes Millitus tipe 2 (pasumbang, E et al, 2015). Selain resistensi insulin, obesitas dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi (Faragina, 2015). Hipertensi sangat
18
umum terjadi pada orang obesitas, peningkata tekanan darah pada perempuan obesitas lebih mudah terjadi dibandingkan dengan laki-laki. Peningkatan tekanan darah juga mudah terjadi pada orang dengan obesitas tipe apel atau central obesity atau konsentrasi lemak pada perut. Bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki tipe obesitas buah pear. Seseorang yag obesitas juga memiliki resiko terkena penyakit jantung, bahkan berisiko hingga empat kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang yang normal.
19
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kelompok usia antara rentang 26-35 tahun merupakan kategori kelompok dewasa akhir. Pada rentang usia tersebut sering dijumpai bahwa mereka kurang memperhatikan pola makannya. Hal itulah yang menjadi faktor resiko terjadinya kegemukan atau overweight pada orang dewasa. Dari hasil pengukuran antropometri yang dilakukan di Desa Kalirejo didapatkan bahwa rata – rata berat badan responden adalah rentang 52-56 kg, yakni sebanyak 42,86%. Sedangkan untuk tinggi badan responden rata – rata adalah rentang 142-149 cm yakni sebanyak 54,29%. Indeks Massa Tubuh (IMT) responden rata – rata pada kategori gemuk yakni sebesar 45,7% atau 16 responden. Hampir semua responden mengalami obesitas sentral (lingkar perut >80cm) yakni sebesar 85,71% atau 30 responden. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari 35 orang responden kebanyakan memiliki IMT pada kategori gemuk dan mengalami obesitas sentral.
5.2 Saran Mengingat masih banyaknya responden di Desa Kalirejo yang mengalami obesitas sentral, maka perlu dilakukan upaya pencegahan obesitas sentral. Sebaiknya masyarakat Desa Panderejo mengatur pola makan yang sehat dan melakukan aktivitas fisik yang cukup . Selain itu pemerintah juga harus turut serta dalam upaya pencegahan ini melalui promosi kesehatan mengenai faktor risiko obesitas sentral dan dampaknya terhadap kesehatan.
20
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. Bab 2 Kajian Pustaka Hakekat Tinggi Badan. Diambil dari https://eprints.uny.ac.id/7743/3/BAB %20II%20-%2008601244105.pdf. Diakses
pada tanggal 21 Maret 2019. Anonymous.
Batasan
Usia
Menurut
WHO.
Diambil
dari
ttps://www.pdfcoke.com/doc/315219169/Batasan-Usia-Menurut-WHO. Diakses pada tanggal 21 Maret 2019. Anonymous. BAB 2 Tinjauan Pustaka. Diambil dari http://repository.usu.ac.id. Universitas Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 21 Maret 2019. Anonymous.
2011.
Pengertian
Berat
Badan.
Diambil
dari
http://www.sarjanaku.com. Diakses pada tanggal 21 Maret 2019.
Anonymous. 2013. Berat Badan Ideal dan Indeks Massa Tubuh. Diambil dari https://www.jevuska.com. Diakses pada tanggal 21 Maret 2019.
Anonymous. 2017. WHO Mengeluarkan Kriteria Baru Kelompok Usia. Diambil dari
http://www.erabaru.net/2017/03/15/who-mengeluarkan-kriteria-baru-
kelompok-usia/. Diakses pada tanggal 21 Maret 2019.
Arisman, 2010. Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC, Jakarta. Diana, R et al. 2013. Faktor Risiko Kegemukan Pada Wanita Dewasa Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan, ISSN 1978-1059 Di akses melalui : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/7226
Faragina. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas Pada
Ibu
Postpartum.
Di
akses
melalui
:
https://lib.unnes.ac.id/28042/1/6411411133.pdf Pasumbang, Eva dan Maria Magdalena. 2015. Faktor Risiko Obesitas Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggangdi SMA Katolik Palangkaraya. Jurnal Vokasi Kesehatan. Vol. 1., No. 1.
21
Putri,
Eka.
2014.
Alat
Ukur
Tinggi
Badan.
Diambil
dari
https://www.pdfcoke.com/doc/233632097/alat-ukur-tinggi-badan. Diakses pada
tanggal 21 Maret 2019. Rahmat, I.C. 2018. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Wanita Di Kota Malang. Jurnal Sport Science, ISSN :2620-4681 Di akses melalui : http://journal2.um.ac.id/index.php/sport-science/article/view/5288/2847 Soegondo, Sidartawan, et all. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Terpadu. Badan Penerbit FKUI, Jakarta. Sugianti, E et al. 2009. Faktor Risiko Obesitas Sentral Pada Orang Dewasa Di DKI Jakarta: Analisis Lanjut Data Riskesdas 2007. Gizi Indo, 32 (2) :105116di akses melalui :https://ejournal.persagi.org/index.php/Gizi_Indon/article/view/73
22