LAPORAN PENDAHULUAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang dibimbing oleh Musviro.,S.Kep.Ners.,M.Kes
Oleh: Kerin Tri Utari Iftahul Meilidia Didik Wahyudi Yurita Nur Fariska Fifi Fatimatus Zahro
162303101065 172303101006 172303101028 172303101031 172303101038
PRODI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang kesehatan terutama kesehatan perinatal. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dan BBLR cukup bulan/lebih bulan. BBLR kurang bulan/prematur, biasanya mengalami penyulit, dan memerlu perawatan yang memadai. BBLR yang cukup/lebih bulan umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah dalam perawatannya (Depkes, 2009). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (Bayi Dengan Berat Lahir Rendah). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur kita dapat melihat dari sesuai masa kehamilan (SMK), besar masa kehamilan (BMK) (Sarwono, 2006). Hampir 13 juta bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram di seluruh dunia setiap tahunnya. Dan dari jumlah tersebut lebih sejuta meninggal dalam sebulan setelah kelahiran. World Health Organization (WHO) sendiri mendefinisikan Bayi Berat Lahir Rendah sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr. Definisi ini berdasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap kesehatan yang buruk. Menurunkan insiden Bayi Berat Lahir Rendah hingga sepertiganya menjadi salah satu tujuan utama “A World Fit For Children” hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan rencana kerja United Nations General Assembly Special Session on Children in 2002. Lebih dari 20 juta bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran, merupakan BBLR di Asia adalah 22% (Rahayu,2009). Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama kehidupan. Penyebabnya adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang (WHO, 2003.) Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal, setiap lima menit terdapat satu neonatus yang meninggal. Adapun penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27% yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Depkes 2008).
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa definisi BBLR? 1.2.2 Apa etiologi BBLR? 1.2.3 Apa klasifikasi dari BBLR? 1.2.4 Bagaimana patofisiologi BBLR? 1.2.5 Apa saja bentuk manifestasi klinis BBLR? 1.2.6 Apa pemeriksaan penunjang dari BBLR? 1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan dari BBLR? 1.2.8 Bagaimana prognosis dari BBLR? 1.2.9 Apa komplikasi yang timbul dari BBLR? 1.2.10 Apa yang perlu dikaji dari BBLR? 1.2.11 Apa diagnose yang muncul dari BBLR? 1.2.12 Bagaimana intervensi dari BBLR? 1.2.13 Bagaimana implementasi dari BBLR? 1.2.14 Apa saja evaluasi dari BBLR? 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui definisi dari BBLR 1.3.2 Mengetahui etiologi BBLR 1.3.3 Mengetaui klasifikasi dari BBLR 1.3.4 Mengetahui bagaimana patofisiologi BBLR 1.3.5 Mengetahui apa saja bentuk manifestasi klinis BBLR 1.3.6 Mengetahui pemeriksaan penunjang dari BBLR 1.3.7 Mengetahui penatalaksanaan dari BBLR 1.3.8 Mengetahui prognosis dari BBLR 1.3.9 Mengetahui komplikasi yang timbul dari BBLR 1.3.10 Mengetahui apa yang perlu dikaji dari BBLR 1.3.11 Mengetahui diagnosa yang muncul dari BBLR 1.3.12 Mengetahui intervensi dari BBLR 1.3.13 Mengetahui implementasi dari BBLR 1.3.14 Mengetahui apa saja evaluasi dari BBLR
BAB 2. TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Definisi Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013). Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan) (Ribek dkk, 2011) Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012). Dikutip dalam buku Nanda, (2013). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
2.1.2 Etiologi Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010 dalam (Muliani, 2016)): a. Faktor ibu 1) Penyakit a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih. b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung. c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol. 2) Ibu a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun). c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya. 3) Keadaan sosial ekonomi a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang. b) Aktivitas fisik yang berlebihan.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar. c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini. d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
2.1.3 Klasifikasi a. Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009) : 1) Prematuritas murni Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan. 2) Baby small for gestational age (SGA) Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari tiga jenis. a) Simetris (intrauterus for gestational age) Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama. b) Asimetris (intrauterus growth retardation) Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan. c) Dismaturitas Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan. b. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) : 1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. 2) Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi yang berat badannya kurang dari 1000 gram. 3) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR) merupakan bayi yang berat badannya kurang dari 1500 gram.
4) Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat badannya 1501 sampai 2500 gram. 5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat badannya antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin. 6) Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya merupakan bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan yang berat badan lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intrauterin. 7) Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi yang pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang digunakan istilah pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil untuk usia gestasinya). 8) Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan lahirnya diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
2.1.4 Patofisiologi Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar (Nelson, 2010).
2.1.5 Manifestasi Klinis Menurut (Proverawati, 2010 dalam (Muliani, 2016)), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR : a. Berat kurang dari 2500 gram b. Panjang kurang dari 45 cm c. Lingkar dada kurang dari 30 cm d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu g. Kepala lebih besar h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan dan sikunya k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak kaki halus. m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah. n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain : a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya. c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas. 2.1.7 Penatalaksanaan Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut (Proverawati, 2010 dalam (Muliani, 2016)), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut: a. Mempertahankan suhu tubuh bayi Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya. b. Pengawasan Nutrisi atau ASI Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari. c. Pencegahan Infeksi Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat. e. Ikterus Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat. f. Pernapasan Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan. g. Hipoglikemi Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.
2.1.8 Prognosis Winknjosastro (2008) menyebutkan bahwa prognosis bayi BBLR tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masagestasi makin mudah masagestasi atau makin rendah berat bayi, makin tinggi angka kematian, afikisa atau iskemia, sindroma gangguan pernafasan , perdarahan intraventrikuler, dysplasia bronkopulmonal, retrolental
fibriplasia,
infeksi,
gangguan
metabolic
(asidosis,
hipoglikemia,
hiperbilirubin). Prognosis ini juga tergantung dari keadaan social ekonom, pendidikan orangtua dan perawatan pada saat kehamilan persalinan.
2.1.9 Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani, 2009) : a. Sindrom aspirasi meconium Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi). b. Hipoglikemi simptomatik Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah ,terutama pada laki-laki. c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membrane surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya. d. Asfiksia neonatorum Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Manajemen Afiksia menurut (Irwanto, 2017) 1) Jika bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau megap-megap dan atau lemas lakukan pemotongan tali pusat dengan langkah awal: a) Jaga bayi tetap hangat b) Atur posisi bayi c) Isap lender d) Keringkan dan rangsang taktil e) Reposisi 2) Nilai napas a) Jika bayi bernapas normal, asuhan pasca resusitasi:
Pemantauan tanda bahaya
Perawatan tali pusat
Inisiasi menyusu dini
Pencegahan hipotermi
Pemberian vitamin K 1
Pemberian salep atau tetes mata
Pemeriksaan fisik
Pencatatan dan pelaporan
Hentikan veritasi
b) Jika bayi tidak bernapas/ bernapas megap-megap Ventilasi:
Pasang sungkup, perhatikan lekatan
Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air
Jika dada mengembang lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air selama 30 detik
Jika bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan rujukan, nilai denyut jantung
3) Keputusan Rujukan a) Jika bayi dirujuk
Konseling
Lanjutkan resusitasi
Pemantauan tanda bahaya
Perawatan tali pusat
Pencegahan hipotermi
Pemberian vitamin K1
Pemberian salep atau tetes mata
Pencatatan dan pelaporan
b) Jika bayi tidak mau dirujuk atau tidak berhasil
Seseudah 10 menit bayi tidak bernapas spontan dan tidak terdengar denyut jantung pertimbangkan menghentikan resusitasi
Konseling
Pencatatan dan pelaporan
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati) Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian Keperawatan Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi masalah yang menuntut
perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2008). 1. Pengkajian umum a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan menggunakan timbangan elektronik. b. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala. c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat, kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema. d. Observasi adanya deformitas yang tampak. e. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia, tidak responsive, dan apnea. 2. Pengkajian respirasi a.
Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi, slang dada, atau devisiasi lainnya.
b. Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping hidung atau
retraksi substernal, interkostal atau subklavikular. c. Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya. d. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi, suara
basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting), berkurangnya masukan udara, dan kesamaan suara napas. e. Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
3. Pengkajian kardiovaskuler a. Tentukan denyut jantung dan iramanya. b. Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising. c. Tentukan
titik
intensitas
maksimal
(point
of
maximum
intensity/
PMI), titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan teraba (perubahan PMI menunjukkan adanya pergeseran imediastinum). d. Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi atau
hematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercakbercak. e. Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir. f.
Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
4. Pengkajian gastrointestinal
a. Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding abdomen, tampak
pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus. b. Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan pemberian
makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar, jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipe penghisap, dan haluaran (warna, konsistensi, pH). c. Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan). d. Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah. e. Jelaskan bising usus.
5. Pengkajian genitourinaria a. Jelaskan setiap abnormalitas genitalia. b. Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH, temuan lab-
stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi). c. Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji hidrasi).
6. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal a. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap rangsang, dan
evaluasi sesuai masa gestasinya. b. Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi). c. Jelaskan refleks
yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick
neck, palmar). d. Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
7. Suhu tubuh a. Tentukan suhu kulit dan aksilar. b. Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
8. Pengkajian kulit a. Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda iritasi,
melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana peralatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan kulit. Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal plester, povidone-jodine). b. Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas dan lain-
lain. c. Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR (NANDA, 2011): 1. Tidak efektifnya pola pernafasan. a. Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang adekuat. b. Batasan karateristik: Napas dalam, perubahan gerakan dada, mengambil posisi tiga titik, bradipneu, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,p enurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispneu, peningkatan diameter anteriorposterior, napas cuping hidung, ortopneu, fase ekspirasi yang lama, pernapasan pursed-lip, takipneu dan penggunaan otot-otot bantu untuk bernapas. 2. Termoregulasi tubuh tidak efektif. a. Definisi : Fluktuasi suhu antara hipotermia dan hipertermia. b. Batasan karakteristik:
Kulit dingin, sianosis, fluktuasi suhu tubuh di atas dan di bawah kisaran normal, kulit memerah, hipertensi, peningkatan frekuensi napas, menggigil, pucat, piloereksi, penurunan suhu tubuh di bawah kisaran normal, teraba hangat. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. a. Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. b. Batasan karakteristik: Kram abnormal, sakit perut, keengganan untuk makan, berat badan 20% atau lebih di bawah ideal, kerapuhan kapiler, diare, kehilangan rambut yang berlebihan, hiperaktif suara usus, kekurangan makanan, membran mukosa kering, dan merasa tidak mampu menelan makanan. 4. Resiko infeksi. a. Definisi: peningkatan resiko invasif oleh organisme patogen. b. Faktor resiko: Prosedur invasif, trauma, kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan, ruptur membran amnion, malnutrisi, peningkatan paparan lingkungan pathogen, ketidakadekuatan sistem imun, penyakit kronik, tidakadekuat pertahanan tubuh primer ( kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan
peristaltik), ketidakadekuatan pertahanan tubuh skunder (penurunan Hb, leucopenia, penekanan respon inflamasi).
2.2.3 Intervensi Keperawatan No. 1.
Diagnosa
Tujuan Dan Kriteria Hasil
Keperawatan
(Noc)
Intervensi (Nic)
Tidak efektifnya pola
Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tingkat pernapasan,
pernafasan.
keperawatan jam,
selama
diharapkan
...... pasien
kedalaman, dan kemudahan bernafas.
mampu :
Rasional: Membantu
1. Status Pernapasan:
dalam membedakan
Kepatenan jalan napas. 2. Status Pernapasan: Ventilasi.
periode perputaran pernapasan normal dari serangan apnetik sejati,
3. Status tanda-tanda vital.
terutama sering terjadi
Dengan kriteria hasil :
pada gestasi minggu ke-30
1. Menunjukkan pola
2. Perhatikan pola nafas
pernapasan yang
klien.
mendukung hasil gas
Rasional: mengetahui jika
darah dalam parameter
terdapat tanda-tanda yang
atau kisaran normal.
menyebabkan dispneu.
2. Pasien melaporkan
3. Tentukan apakah klien
bernafas dengan
dispneu fisiologis atau
nyaman.
psikologis.
3. Mendemonstrasikan kemampuan untuk 4. melakukan pernapasan
Rasional: Studi menemukan bahwa ketika penyebabnya adalah
dengan pursed lip
fisiologis memiliki tanda
(mengerutkan bibir) dan
gejala kecemasan dan
pernapasan dapat
kesemutan pada
terkontrol.
extremitas, sedangkan bila
5. Mengidentifikasi dan
dipsneu itu psikologisl
menghindari faktor-
tanda gejalanya mengi
faktor spesifik yang
terkait, batuk, dahak, dan
dapat
palpitasi.
6. memperburuk pola nafas.
4. Berikan terapi oksigenasi (Atur peralatan oksigenasi, monitor aliran oksigen, pertahankan posisi pasien). Rasional: Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan 5. Monitor Tekanan darah, nadi, suhu, dan Respiration rate (pernafasan). Rasional: memantau vital sign klien.
2.
Termoregulasi tidak efektif.
tubuh Setelah dilakukan tindakan
1. Ukur suhu setiap 2 jam,
keperawatan selama.....jam,
gunakan termometer
diharapkan pasien mampu:
elektronik di ketiak pada
Termoregulasi menjadi
bayi di bawah usia 4
efektif sesuai dengan
minggu
perkembangan.
Rasional: memantau
Dengan kriteria hasil:
apakah adanya
1. Dapat mempertahankan
peningkatan atau
suhu tubuh dalam kisaran normal. 2. Menjelaskan langkah-
penurunan suhu tubuh. 2. Catat apakah ada tandatanda hipertermi dan
langkah yang diperlukan
hipotermi.
untuk mempertahankan
Rasional: Hipertermi
suhu tubuh agar dalam
dengan peningkatan laju
batas normal.
metabolisme kebutuhan
3. Menjelaskan gejala
oksigen dan glukosa serta
hipotermia atau
kehilangan air dapat
hipertermia.
terjadi bila suhu
lingkungan terlalu tinggi. 3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi. Rasional: untuk mencegah terjadinya Dehidrasi 4. Lakukan tepid sponge. Rasional: dapat menurunkan suhu tubuh bayi.
3.
Perubahan
nutrisi Setelah dilakukan tindakan
1. Perhatikan gejala
kurang dari kebutuhan keperawatan selama...... jam
kekurangan gizi termasuk
tubuh.
diharapkan pasien mampu:
perawakan pendek, lengan
1. Intake nutrien normal.
kurus dan kaki.
2. Intake makanan dan
Rasional: sebagai langkah
cairan normal.
awal pengkajian untuk
3. Berat badan normal.
melaksanakan intervensi
4. Massa tubuh normal.
selanjutnya
5. Pengukuran biokimia normal.
2. Perhatikan adanya penurunan berat badan. Rasional:
Dengan kriteria hasil:
Mengidentifikasikan
1. Berat badan bertambah.
adanya resiko derajat dan
2. Berat badan dalam
resiko terhadap pola
kisaran normal untuk
pertumbuhan. Bayi SGA
tinggi dan usia.
(Baby small for
3. Mengenali faktor yang
gestational age) dengan
berkontribusi terhadap
kelebihan cairan ekstrasel
berat badan dibawah
yang kemungkinan
normal.
kehilangan 15% BB lahir.
4. Mengidentifikasi
Bayi SGA (Baby small for
kebutuhan gizi.
gestational age) mungkin
5. Bebas dari kekurangan gizi.
telah mengalami penurunan berat badan dalam uterus atau
mengalami penurunan simpanan lemak atau glikogen. 3. Kaji kulit apakah kering, monitor turgor kulit dan perubahan pigmentasi. Rasional : untuk mengetahui adanya tandatanda dehidrasi. 4. Berikan makanan yang terpilih.(sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi). Rasional: membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual 5. Monitor kalori dan intake nutrisi. Rasional: mengawasi masukan nutrisi dan kalori dalam tubuh. 4.
Resiko infeksi
Setelah dilakukan tindakan
1. Kaji adanya fluktuasi suhu
keperawatan selama..... jam
tubuh, letargi, apnea,
diharapkan pasien mampu:
malas minum, gelisah dan
Terhindar dari resiko infeksi
ikterus.
dengan kriteria hasil:
Rasional: suhu tubuh
1. Pengetahuan: Kontrol
meningkat dan nadi cepat
infeksi
mmerupakn awal
Indikador:
terjadinya infeksi.
a. Menerangkan caracara penyebaran. b. Menerangkan
2. Kaji riwayat ibu, kondisi bayi selama kehamilan, dan epidemi infeksi
faktor-faktor yang
diruang perawatan.
berkontribusi
Rasional: mengetahui
dengan penyebaran.
adanya riwayat infeksi
c. Menjelaskan tanda-
selama kehamilan.
tanda dan gejala.
3. Ambil sampel darah.
d. Menjelaskan
Rasional: untuk sampel
aktivitas yang dapat
pada pemeriksaan
meningkatkan
laboratorium seperti
resistensi terhadap
eritrosit, leukosit,
infeksi.
diferensiasi,dan
2. Status Nutrisi
immunoglobulin.
Indikator:
4. Upayakan pencegahan
a. Asupan nutrisi
infeksi dari lingkungan.
b. Asupan makanan
Misalnya : cuci tangan
dan cairan
sebelum dan sesudah
c. Energi
memegang bayi.
d. Masa tubuh
Rasional: untuk mencegah
e. Berat badan
berpindahnya
3. Penyembuhan luka: Primer a. Kulit utuh b. Berkurangnya drainase purulent c. Eritema disekitar kulit berkurang d. Edema disekitar kulit berkurang e. Suhu kulit tidak meningkat f. Luka tidak berbau
mikroorganisme dari jari tangan ke tubuh bayi
2.2.4 Implementasi No 1
Diagnosa Tidak efektifnya pola Pernafasan
Implementasi 1. Memantau tingkat pernapasan, kedalaman, dan kemudahan bernafas. 2. Memerhatikan pola nafas klien. 3. Menentukan apakah klien dispneu fisiologis atau psikologis. 4. Memberikan terapi oksigenasi (Atur peralatan oksigenasi, monitor aliran oksigen, pertahankan posisi pasien). 5. Memonitor Tekanan darah, nadi, suhu, dan Respiration rate (pernafasan).
2
Termoregulasi tubuh tidak efektif
1. Mengukur suhu setiap 2 jam, gunakan termometer elektronik di ketiak pada bayi di bawah usia 4 minggu 2. Mencatat apakah ada tanda-tanda hipertermi dan hipotermi. 3. Meningkatkan intake cairan dan nutrisi. 4. Melakukan tepid sponge.
3
Perubahan nutrisi kurang dari 1. Memerhatikan kebutuhan tubuh
gejala
kekurangan
gizi
termasuk perawakan pendek, lengan kurus dan kaki 2. Memerhatikan adanya penurunan berat badan 3. Mengkaji kulit apakah kering, monitor turgor kulit dan perubahan pigmentasi 4. Memberikan makanan yang terpilih.(sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 5. Memonitor kalori dan intake nutrisi
4
Resiko infeksi
1. Mengkaji adanya fluktuasi suhu tubuh, letargi, apnea, malas minum, gelisah dan icterus 2. Mengkaji riwayat ibu, kondisi bayi selama kehamilan,
dan
epidemi
perawatan 3. Mengambil sampel darah
infeksi
diruang
4. Mengupayakan
pencegahan
infeksi
dari
lingkungan. Misalnya : cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
2.2.5 Evaluasi Setelah tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil mengacu pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-masing diagnosa keperawatan sehingga : •
Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervensi di hentikan)
•
Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan)
•
Masalah tidak teratasi / tujuan tidak tercapai (perlu dilakukan pengkajian ulang & intervensi dirubah).
DAFTAR PUSTAKA Ribek, Nyoman dkk. (2011). Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan. Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action. Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri Sosial Edisi 3 Jilid 1 & 2. Jakarta: EGC Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran Pudjiadi, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI Proverawati, Atikah., Ismawati, Cahayo. (2010). BBLR: Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika Muliani, 2016. Hubungan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Dengan Riwayat Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis Wilayah Kerja Puskesmas Pantoloan. Promotif, 6, pp.25-30. Nelson (2010). Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Jakarta: EGC Pantiawati dkk.2010.Asuhan Kebidanan 1.Jakarta:Nuha Medika NANDA (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC Irwanto, 2017. Asfiksia pada Bayi Baru Lahir dan Resusitasi. Seminar Kebidanan Stikes Karya Husada, p.7.