Kelompok 5-kanker Payudara.docx

  • Uploaded by: lusia dirah
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 5-kanker Payudara.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,024
  • Pages: 44
KEPERAWATAN MATERNITAS “Kanker Payudara”

Disusun Oleh : M. Agung Akbar Fitri Yanti Erlinda Citra Dewi Levi Andrika Aprita Nadhira Afrimelta

1611316018 1611316006 1611316008 1611316031 16113160 36 1611316049

Dosen Pembimbing : Ns. Lili Fajria, S.Kep., M.Biomed

Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas 2017

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah keperawatan maternitas ini. Shalawat serta salam tidak lupa pula penyusun panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Penyusun berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan Kanker Payudara. Dalam penyusunan ini, berbagai hambatan telah penyusun alami, namun, berkat bimbingan,arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanp amelampaui batas waktuyang telah ditentukan. Penyusun menyadari pengetahuan dan pengalaman penyusun masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaaat. Serta akhir kata penyusun ucapkan semoga Allah SWT selalu membalas budi baik anda semua. Dan tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Padang ,

Penyusun

Oktober 2017

Daftar Isi Kata Pengantar ................................................................................................... i Daftar Isi ............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1 B. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2 C. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 3 BAB II ISI ......................................................................................................... 4 A. Konsep Penyakit ............................................................................................ 4 1. Pengertian Kanker Payudara ..................................................................... 4 2. Anatomi Fisiologi Payudara ..................................................................... 5 3. Etiologi ..................................................................................................... 6 4. Patofisiologi ............................................................................................ 10 5. WOC ....................................................................................................... 13 6. Tanda dan Gejala .................................................................................... 13 7. Tingkatan Stadium Kanker Payudara ..................................................... 14 8. Komplikasi .............................................................................................. 18 9. Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................... 18 10. Penatalaksanaan ................................................................................... 21 11. Pencegahan ........................................................................................... 23 B. Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................................... 25 1. Pengkajian ............................................................................................... 25 2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 32 3. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 33 4. Implementasi ........................................................................................... 39 5. Evaluasi ................................................................................................... 39 BAB III PENUTUP ........................................................................................ 40 A. Kesimpulan .................................................................................................. 40 B. Saran ............................................................................................................ 40 Daftar Pustaka ................................................................................................... 41

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan payudara (Rasjidi, 2010). Kanker payudara memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik berupa penurunan fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau di amputasi, rasa nyeri dan perubahan fisik karena efek samping dari pengobatan yang dijalani pasien. Dampak psikologis dapat berupa reaksi psikologis terhadap diagnosa kanker payudara yang harus dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan yang di jalani pasien dan kondisi fisik yang baru. Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan dari tempat pasien, perubahan peran dan tugas karena tidak mampu melakukan tugasnya sebagai salah satu anggota keluarga (Rachmadahniar,2005). Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada kanker payudara bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka tertingi pada usia 45-66 tahun. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO). Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi berkembang dan penting. Payudara merupakan salah satu organ paling penting

bagi wanita yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar memberikan gangguan kesakitan sebagaimna penyakit pada umumnya, tetapi juga akan mempunyai efek estetika dan psikologis khusus (bustan, 2000). Amerika Serikat tercatat lebih dari lebih dari 190.000 kasus baru dan 40.000 kematian.Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50 keatas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun. Di Negara Indonesia jumlah kanker payudara didapatkan kurang lebih 200 juta populasi atau 23.140 kasus baru setiap tahun (Emir & Suyatno,2010). Menurut Ramli dkk (2010), di dapatkan jumlah penderita kanker payudara stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, Stadium IV sebanyak 14,3 %, berbeda dengan negara maju dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak dalam stadium dini. Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara yaitu melalui upaya promotif,prepentif,kuratif dan rehabilitas.Upaya promotif meliputi pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit kanker payudara,upaya preventif yaitu mencegah infeksi pada luka post op dengan cara perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik,upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan penganjuran klien untuk mematuhi terapi,serta upaya rehabilitative meliputi perawatan luka di rumah dan menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah diberikan.Peran perawat dalam aspek psikologis yaitu memberikan informasi dan dukungan positif kepada klien tentang proses pengobatan yang akan di jalani bahwa itu adalah alternative untuk pengobatan.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat mampu dan memahami tentang asuhan keperawatan pada klien kanker payudara. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tentang konsep penyakit kanker payudara.

b. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan kanker payudara. c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara. d. Mampu membuat perencanaan terhadap klien dengan kanker payudara. e. Mampu melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara. f. Mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatan yang telah diberikan terhadap klien dengan kanker payudara. g. Mampu melakukan pedokumentasian asuhan keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara.

C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penyusun Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penyusun sendiri dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara 2. Bagi Institusi Pedidikan Dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang payudara. .

BAB II ISI A. Konsep Penyakit 1. Pengertian Kanker Payudara Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ). Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005). Kanker payudara adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker dkk,1998). Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan mammae (Tapan, 2005). Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari parenkim, stoma areola, dan papila mamae (Taufan Nugroho,2011). Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papila mammae, yang disebut duktus laktiferus. Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri Perforantes Anterior dari arteri Mammaria Interna, arteri torakalis yang bercabang dari arteri aksilaris dan beberapa arteri Interkostalis. Penyaliran limf dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontra lateral, ke m. rektus abdominis lewat ligamentum falsifarum hepatis ke hati, pleura dan payudara kontra lateral. (Sjamsuhidajat, 2004).

2. Anatomi Fisiologi Payudara a. Anatomi Payudara Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,di atas otot dada.Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama yaitu: 1) Korpus Korpus (badan) yaitu bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus). 2) Areola Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putingndan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus

maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar. 3) Papilla / Puting Papila atau Puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Bentuk puting ada 4, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). b. Fisiologi Payudara Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabangcabang, terdiri atas 15-20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai duktus ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting susu, disebut duktus laktiferus, yang dilapisi epitel kuboid selapis yang rendah, lalu ke duktus alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir pada putting susu. Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara, yaitu : 1) Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia 2) Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid 3) Perubahan karena kehamilan dan laktasi.

3. Etiologi Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya serangkaian faktor

genetik, hormonal,

dan kemungkinan kejadian

lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner dan Sudart, 2001).

Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu: Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable) : 1) Umur Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun. 2) Menarche Usia Dini Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara. 3) Menoupause usia lanjut Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis. 4) Riwayat keluarga Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu kerentanan terhadap kanker payudara, untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen probabilitas. 5) Riwayat penyakit payudara jinak Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan resiko untuk mengalami kanker payudara. Menurut

penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara 4,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).

Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable) 1) Riwayat kehamilan Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0) 2) Obesitas dan konsumsi lemak tinggi Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko terjadinya kanker payudara. 3) Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral Hormone berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai resiko untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. 4) Konsumsi Rokok Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara daripada waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control

menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36). 5) Riwayat Keterpaparan Radiasi Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko kanker payudara.Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan resiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi (OR=3,12)

Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti (Price & Wilson, 1995), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya Ca mammae, yaitu: 1) Mekanisme hormonal Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi ca mammae (Smeltzer & Bare, 2002: 1589). 2) Virus Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi. 3) Genetik  Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic” autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997).  Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17 mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan (Reeder, Martin, 1997).  mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen supresor tumor p 53 (Murray, 2002).

4) Defisiensi imun Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan meningkatkan aktivitas antitumor.

4. Patofisiologi Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara namun apa yang menyebabkan genetik masih belum diketahui.Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko,faktor ini penting dalam membantu mengembangkan program pencegahan.Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali lingkungan hormonal mereka. Di masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk mengalami kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk

mengidentifikasi

wanita

yang

mungkin

diuntungkan

dari

kelangsungan hidup yang harus meningkat dan pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006). Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995). Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi abnormal sel kanker akan

mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006). Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran dan sinar matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000). Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (Cerwin ,2000). Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000). Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh

karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen). Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker payudara menginvasi secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah, atau keduanya. Kanker payudara yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010). Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya,yaitu histopologi, PA, rontgen, usg, dan bila memungkinkan CT Scan, Scintigrafi (Sukarja,2000).

5. WOC

6. Tanda dan Gejala Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli M, 2013). Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin bayak , seperti: a. Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan. b. Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.

c. Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi pembengkakan. d. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak. e. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan. f. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak sedang hamil. g. Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati. h. Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

7. Tingkatan Stadium Kanker Payudara a. Stadium I Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.

b. Stadium IIa Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.

c. Stadium IIb Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.

d. Stadium IIIa Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa penyebaran jauh.

e. Stadium IIIb Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan. Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh

f. Stadium IIIc Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral

g. Stadium IV Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk

Status penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) : 0 : Baik, dapat bekerja normal. 1 : Cukup, tidak dapat bekerja berat namun bekerja ringan bisa. 2 : Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri sendiri 50% dari waktu sadar. 3 : Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri, perlu tiduran lebih 50% dari waktu sadar. 4 : Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri, hanya tiduran saja.

8. Komplikasi Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura, tulang dan hati. a. Limpedema limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe di angkat maka sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka. Limfedema dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang prokximal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Brunner & Suddharta,2011). b. Sidroma hiperkalsemik Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang meningkatkan kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang. 9. Pemeriksanaan Diagnostik Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non invasive dan invasive. a. Non Invasive 1) SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Teknik SADARI merupakan langkah yang mudah dilakukan oleh semua orang untuk mendeteksi secara diri kanker payudara.

2) Mammografi Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 114 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar antara 83%-95%. 3) Ultrasound Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam membedakan antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri. 4) Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam mengevaluasi axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan. b. Invasives 1) Sitologi aspirasi Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan sekitar. Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum diamerika

serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk menentukan secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah dikembangkan namun masih belum merata keberadaanya dilaboratorium patologi anatomi. 2) Core Needle Biopsy (CNB) Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih akurat dan bisa digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi. 3) Biopsy Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu: a) Biopsy Eksisi Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan mengangkat seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone. b) Biopsi Insisi Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal ini bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien poli. 4) Needle-Guided Biopsy (GNB) Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi mencurigakan sebelum muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa

dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum dengan bantuan mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf. 5) Ultrasound-Guided Biopsy (UGB) Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan payudara discan menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound. 6) Nipple Discharge Smear (NDS) Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian dalam menginterprestasi hasil tersebut. 7) Nipple Biopsy Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau nipple discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting. Sebuah potongan nipple /areola complex bisa dieksisi dalam lokal anatesi dengan tepi minimal

10. Penatalaksanaan Adanya

beberapa

cara

pengobatan

kanker

payudara

yang

penerapannya tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara biasanya meliputi pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi, dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi.

1) Pembedahan Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit). Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan dengan cara : a) Mastectomy radikal yang dimodifikasi Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat. b) Mastectomy total Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat. c) Lumpectomy/tumor Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dari payudara tidak turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di sekitar tumor tersebut. d) Wide excision/mastektomy parsial. Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal. e) Ouadranectomy. Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor. 2) Radioterapi Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan. 3) Kemoterapi

Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit. 4) Terapi Hormonal Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah

bermetastase.

Dapat

juga

dengan

dilakukan

bilateral

oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.

11. Pencegahan Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka kematian akibat kanker payudara. a. Pencegahan primodial Yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang sehat yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat. b. Pencegahan Primer Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan : 1) Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi. 2) Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga. 3) Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.

4) Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap zat-zat yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feces. 5) Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker. 6) Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian. c. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi dini dan pemberian pengobata

Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada payudara. Untuk mengetahui

perubahan-perubahantersebut

dilakukan

pemeriksaan

sederhana yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI). SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas Klien Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab b. Riwayat Kesehatan Dahulu  Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara jinak ,hyperplasia tipikal.  Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini  Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti estrogen suplemen.  Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.  Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan yang memakai penyedap dan pengawet.  Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama pada usia yang relative mudah dan menopause pada usia yang relative lebih tua  Biasanya

klien

mempunyai

riwayat

nulipara

(belum

pernah

melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada usia yang relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak menyusui c. Riwayat Kesehatan Sekarang  Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.  Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai membesar.

 Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak hamil.  Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.  Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan , mual, muntah, ansietas.  Terdapat edema (bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit, dan ulserasi. d. Riwayat Kesehatan Keluarga  Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.  Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker payudara atau ovarium.  Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.  Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau ovarium.  Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

e. Pemeriksaan Fisik 

Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.



Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.



Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.



Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tandatanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.



Hidung : Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paruparu.



Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.



Leher: tidak terjadi pembesaran KGB.



Thorak : -Inspeksi Pada stadium 1: biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2 cm. Pada stadium 2: biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm. Pada stadium 3A : biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam payudara besar tumor 510 cm. Pada stadium 3B : bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan otot dada. Pada stadium 4 :Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.

-Palpasi Pada stadium 1:

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain

Pada stadium 2 : biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain Pada stadium 3A : biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain Pada stadium 3B: biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot dada . Pada stadium 4: biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh karena kanker sudah metastase ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paru –paru mengalami kerusakan

dan

tidak

mampu

melakukan

fungsinya.

Perkusi Pada stadium 1: biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paruparu klien. Pada stadium 2: biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paruparu klien karena kanker belum mengalami metastase. Pada stadium 3A: Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker belum metastase. Pada stadium 3B: biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada infiltrate paru dimana parenkim paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika kanker telah bermetastase pada organ paru.

Pada stadium 4: biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan pada paru-paru pasien didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker mammae yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.

-Auskultasi Pada stadium 1: biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar seluruh lapangan pare dan inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak ada, seprti ronchi (-) dan wheezing (-) Pada stadium 2: biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru clan inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga dapat terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-) Pada stadium 3 A : Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu pada daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element vaskuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-) Pada stadium 3 B : biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas tambahan seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah

menyebar ke seluruh bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada

sehingga

penurunan

mengakibatkan

ekspansi

paru

dan

terjadinya compressive

atelektasis. Pada stadium 4 :biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapatsuara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker metastase ke bagian tubuh lainnya seperti paru-pare sehingga mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada daerah lobus paru. 

Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.



Mammae (payudara) : Inspeksi :Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan berwarna merah dan payudara mengerut seperti kulit jeruk. Palpasi : Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.



Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

f. Pengkajian 11 Fungsional Gordon 

Persepsi

dan

Manajemen

:Biasanya

klien

tidak

langsung

memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa. 

Nutrisi – Metabolik : Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG.



Eliminasi : Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.



Aktivitas dan Latihan :Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.



Kognitif dan Persepsi : Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.



Istirahat dan Tidur : Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.



Persepsi dan Konsep Diri : Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.



Peran dan Hubungan : Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.



Reproduksi dan Seksual : Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat kepuasan.



Koping dan Toleransi Stress : Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.



Nilai dan Keyakinan : Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang dada.

g. Pemeriksaan Diagnostik 

Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi.



biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2



Penanda tumor



Mammografi



sinar X dada

2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan dignosa keperawatan yang timbul adalah:  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan, misalnya; anoreksia  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah jaringan  Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan prognosanya .  Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan,pengobatan kurang paparan terhadap informasi.  Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan fungsi tubuh

3. Rencana Keperawatan

No 1

Diagnosa Keperawatan Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit

NOC NOC :  Pain Level,  Pain control,  Comfort level Kriteria Hasil :  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang  Tanda vital dalam rentang normal

NIC NIC : Pain Management  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan  Kurangi faktor presipitasi nyeri  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi  Ajarkan tentang teknik non farmakologi  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

 Tingkatkan istirahat  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

2

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan, misalnya; anoreksia

Analgesic Administration  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat  Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi  Cek riwayat alergi  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu  Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal  Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali  Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat  Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping) NOC : Nutritional Status : NIC : food and Fluid Intake Nutrition Management  Kaji adanya alergi makanan Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan  Adanya peningkatan berat nutrisi yang dibutuhkan pasien. badan sesuai dengan tujuan  Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe  Berat badan ideal sesuai  Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

dengan tinggi badan  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi  Tidak ada tanda tanda malnutrisi  Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

 Berikan substansi gula  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi  Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring  BB pasien dalam batas normal  Monitor adanya penurunan berat badan  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan  Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan  Monitor lingkungan selama makan  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan  Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi  Monitor turgor kulit  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah  Monitor mual dan muntah  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht  Monitor makanan kesukaan  Monitor pertumbuhan dan perkembangan  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva  Monitor kalori dan intake nuntrisi

3

4

Kerusakan integritas NOC : Tissue Integrity : Skin kulit berhubungan and Mucous Membranes dengan pengangkatan bedah jaringan Kriteria Hasil :  Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)  Tidak ada luka/lesi pada kulit  Perfusi jaringan baik  Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang  Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami Ansietas NOC : berhubungan dengan  Anxiety control diagnosa, pengobatan,  Coping dan prognosanya . Kriteria Hasil :

 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet NIC : Pressure Management  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar  Hindari kerutan padaa tempat tidur  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali  Monitor kulit akan adanya kemerahan  Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien  Monitor status nutrisi pasien

NIC : Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)  Gunakan pendekatan yang menenangkan  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

5

 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas  Vital sign dalam batas normal  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan Kurang pengetahuan NOC : tentang penyakit,  Knowlwdge: disease process perawatan,pengobatan  Knowledge: health Behavior kurang paparan terhadap informasi Kriteria Hasil :  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar  Pasien dan keluarga mampu

 Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis  Dorong keluarga untuk menemani anak  Lakukan back / neck rub  Dengarkan dengan penuh perhatian  Identifikasi tingkat kecemasan  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi  Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi  Berikan obat untuk mengurangi kecemasan Teaching : Dissease Process  Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit  Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebabnya  Sediakan informasi tentang kondisi klien  Berikan informasi tentang perkembangan klien  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit  Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi  Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi  Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit

6

menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya Gangguan body  Klien tidak malu dengan image berhubungan keadaan dirinya. dengan kehilangan  Klien dapat menerima efek bagian dan fungsi pembedahan. tubuh

 Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada  Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan  Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.  Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah · Tinjau ulang efek pembedahan  Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi. · Berikan dukungan emosi klien.  Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya. · Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.  Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.

4. Implementasi Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus kanker payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and Sorensen, 2000). 5. Evaluasi Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada kanker payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan dari implementasi kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and Sorensen, 2000).

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan mengenai kanker payudara, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya. Etiologi kanker payudara tidak diketahui tetapi ada faktor predisposisi yang menyertainya yaitu keturunan, usia yang makin bertambah, tidak memiliki anak, kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun, periode menstruasi yang lebih lama dan faktor hormonal. Tahapan patofisiologi kanker payudara yaitu transformasi, fase inisiasi, fase promosi, dan fase metastasis. Tanda dan gejala kanker payudara adalah terdapatnya benjolan dan kulit berubah warna, nyeri hilang timbul. Klasifikasi kanker payudara terdiri dari klasifikasi patologik dan klasifikasi klinik. Pencegahan kanker payudara terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Penanganan kanker payudara diantaranya adalah mastektomi, radiasi, kemoterapi, dan lintasan metabolisme.

B. Saran Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, maka kami sarankan bahwa sebaiknya para wanita Indonesia melakukan pencegahan dengan cara pendeteksian dini agar mengurangi risiko terkena kanker payudara.

Daftar Pustaka Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 .Jakarta : EGC Brunner & Suddarth.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 .Jakarta : EGC. Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis :Mosby Year-Book. Donengoes Marilynn E.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. Jakarta: EGC. Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby Year-Book Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta:EGC Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius Marilyan, Doenges E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien) .Jakarta : EGC Nugroho ,Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika. Price Sylvia, A (1994). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC. Rahayu Wahyu .(2011). Menggali,Mencegah dan mengobati 35 jenis kanker. Jakarta : Victory Inti Cipta. Rasjidi Iman .(2009). Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker. Jakarta : CV Sagung Seto. Sjamsuhidajat R.(1997). Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi Revisi. Jakarta : ECG. Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. (1998). Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta. Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2. Jakarta : EGC. Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011, NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd.

Related Documents

Kelompok
May 2020 52
Kelompok
May 2020 50
Kelompok
May 2020 61
Kelompok
June 2020 49
Kelompok 7 Kelompok 12
June 2020 53

More Documents from "lisa evangelista"