MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA USIA LANJUT YANG MENGALAMI GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN (DM)
Disusun Oleh : KELOMPOK 4
KHAIRI MASYITHA
SNR172120064
SAHADI
SNR172120062
ULFHA FITRIANI
SNR172120030
SATRIAWIN
SNR172120049
S1 NON REGULER KEPERAWATAN STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penyusun selama menempuh pendidikan dan dalam menyusun makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Usia Lanjut Yang Mengalami Gangguan Sistem Endokrin (DM). Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu prasyarat dari mata kuliah Keperawatan Anak II Program Studi S1 Non Reguler Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) Muhammadiyah Pontianak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di masyarakat.
Kubu Raya, 4 Desember 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 C. Tujuan .......................................................................................................... 2 BAB II ..................................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3 A. Konsep Dasar Penyakit ................................................................................ 3 1.
Pengertian Lansia ..................................................................................... 3
2.
Penyebab terjadinya penuaan pada lansia ................................................ 3
3.
Perubahan sistem endokrin pada lansia .................................................... 3
4.
Patofisiologi penyakit diabetes akibat penuaan ........................................ 4
5.
Karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia................................ 7
6.
Faktor Resiko ........................................................................................... 7
7.
Komplikasi ............................................................................................. 10
8.
Pencegahan ............................................................................................. 13
B. Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................... 14 1.
Pengkajian .............................................................................................. 14
2.
Diagnosa ................................................................................................. 16
3.
Intervensi ................................................................................................ 16
4.
Implementasi .......................................................................................... 16
5.
Evaluasi .................................................................................................. 17
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 24 A. Kesimpulan ................................................................................................ 24 B. Saran ........................................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin khususnya penyakit diabetes mellitus. Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia >65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International Diabetik Federation menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007). Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita usia 45-64 tahun, yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 24.420 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2. Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2 (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010). Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada lanjut usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di
1
2
beberapa negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif. Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan gerontik untuk “Asuhan Keperawatan Gerontik Gangguan Sistem Endokrin Dengan Diabetes Mellitus.”
B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan lansia? 2. Apa saja penyebab terjadinya penuaan pada lansia? 3. Apa saja perubahan dari system endokrin pada lansia? 4. Bagaimana patofisiologi pada penyakit diabetes mellitus pada lansia? 5. Apa saja karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia? 6. Apa saja factor resiko dari penyakit diabetes mellitus pada lansia? 7. Apa saja komplikasi dari diabetes mellitus pada lansia? 8. Bagaimana pencegahan dari diabetes mellitus pada lansia? 9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan penyakit diabetes mellitus pada
lansia?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan lansia 2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penuaan pada lansia 3. Untuk mengetahui perubahan dari system endokrin pada lansia 4. Untuk mengetahui patofisiologi pada penyakit diabetes mellitus pada
lansia 5. Untuk mengetahui karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia 6. Untuk mengetahui factor resiko dari penyakit diabetes mellitus pada lansia 7. Untuk mengetahui komplikasi dari diabetes mellitus pada lansia 8. Untuk mengetahui pencegahan dari diabetes mellitus pada lansia 9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan penyakit diabetes mellitus
pada lansia?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Lansia Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakangerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2008). 2. Penyebab terjadinya penuaan pada lansia Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan.
Pada
dasarnya
berbagai
faktor
tersebut
dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa, 2014). 3. Perubahan sistem endokrin pada lansia Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah
3
4
tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin akibat proses menua: 1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah glukosa darah puasa 140 mg/dL dianggap normal. 2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal. 3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan. 4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun, dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah serum T3 dan T4 tetap stabil. 4. Patofisiologi penyakit diabetes akibat penuaan Diabetes
mellitus
adalah
“suatu
gangguan
metabolik
yang
melibatkan berbagai sistem fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa.” Fungsi vaskular, renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang mengalami diabetes dapat terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun perubahan-perubahan ini terjadi pada jaringan yang tidak memerlukan insulin untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006). Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk mengalami diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi bila seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endogen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini terutama dialami oleh orang yang lebih muda. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang paling sering pada penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki tipe NIDDM, yang lebih dekat dihubungkan dengan obesitas
5
daripada dengan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin (Stanley, Mickey, 2006). NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang dialami dalam hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami penurunan akibat penuaan. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik, suatu komplikasi diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia, peningkatan osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia (Stanley, Mickey, 2006).
6
Pathway Umur
Penurunan fungsi indra pengecap
Penurunan fungsi pankreas
Konsuumsi makanan manis berlebihan
Penurunan kualitas dan kuantitas insulin
Gaya Hidup
Hiperglikemia
Penurunan glukosa dalam sel Cadangan lemak dan protein turun
BB Turun
Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
Kerusakan Vaskuler Neuropati perifer
Ulkus
Kerusakan integritas kulit
Pembedahan ( Debridement)
Nyeri akut Gangguan mobilitas fisik
Pengeluaran histamin dan prosglandin
Adanya perlukaan pada kaki
Luka insisi tidak terawat
Peningkatan leukosit
Resiko Infeksi
( Mutaqqin, 2008 )
7
5. Karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas yang berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (American Diabetes Assosiation, 2004 dalam Smeltzer&Bare, 2008). Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun sedangkan DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak (9095% dari seluruh kasus diabetes) yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi insulin (American Council on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare, 2008). DM tipe 2 berlangsung lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang dialami pasien sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer&Bare, 2008) 6. Faktor Resiko Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, factor yang banyak berperan menurut riyadi (2008) antara lain : a. Riwayat keluarga Keluarga merupakan salah satu factor resiko diabetes mellitus. Jika salah satu orang tua mereka menderita diabetes tipe II, resiko anak terkena diabetes tipe II sebesar 40%, gen pembawa diabetes mellitus ikut mengatur fungsi dari sel yang memproduksi insulin Beta ( Masharani,2008 ) b. Jenis kelamin Menurut penelitian Spielgelman dan Mark 1946 dalam Gale & Gilaspie 2010, dimana diabetes mellitus tipe II dominan terjadi pada wanita daripada pria. Tidak ada perbedaan prevalensi
8
diabetes mellitus tipe II antara pria dan wanita ketika berumur dibawah 25 tahun. Tetapi mulai ada perbedaan sebesar 20% pada wanita daripada pria yang berumur 25-34 tahun. Pada kelompok umur 35-44 tahun perbedaannya menjadi 60% dan kelompok umur 45-64 tahun diabetes mellitus tipe II lebih tinggi dua kali lipat dari pria. ( Wong et al, 2009). Wanita lebih berpeluang untuk terjadi DM dibandingkan laki-laki dengan alas an factor hormonal dan metabolism, bahwa wanita mengalami siklus bulanan dan menoupouse yang berkontribusi membuat distribusi peningkatan jumlah lemak tubuh menjadi sangat mudah terakumulasi akibat proses tersebut sehingga wanita beresiko terkena penyakit DM tipe 2 (Irawan,2010) c. Kelainan genetic Diabetes dapat menurun silsilah keluarga yang mengidap diabetes ini terjadi karena DNA pada orang DM akan ikut di informasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin d. Usia Menurut Merck (2008), DM Tipe II biasanya bermula pada pasien yang umurnya lebih dari 30 dan semakin menjadi lebih umum dengan peningkatan usia. Di Amerika orang yang berusia 45-55 tahun terkena diabetes mellitus 4 kali lebih banyak dibandingkan pada mereka yang berusia 20-44 tahun (Finucane & Popplewell, 2010) e. Gaya hidup ( stress) Stress meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan sumber energy yang berakibat pada kenaikan kerja pancreas sehingga mudah rusak dan mengalami penurunan insulin. (Novayanti,2012). Menurut Surwit, 2002 bahwa stress merupakan contributor potensial untuk kondisi hiperglikemia pada penderita diabetes, selain itu stress juga dapat mengganggu
9
control diabetes secara tidak langsung melalui efek pada diet, latihan, dan perilaku perawatan diri pada penderita DM. f. Pola makan yang salah Kurang gizi ada atau kelebihan berat badan sama-sama beresiko terkena diabetes. Mal nutrisi dapat merusak pancreas sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja dan resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur juga akan berperan pada ketidak stabilan kerja pancreas ( Zhong et al, 2011) g. Obesitas Menurut Zhong et al 2011, obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertropi pancreas disebabkan karena peningkatan beban metabolism glukosa pada penderita obesitas untuk mencukupi energy sel yang terlalu banyak. Terjadi peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar kolesterol HDL, resistensi insulin, dan peningkatan kadar faktor-faktor inflamasi pada pasien obesitas. h. Kebiasaan merokok Merokok merupakan salah satu factor resiko dari diabetes mellitus 2. Penelitian Will et al (2010) menemukan bahwa pria yang merokok 40 batang bahkan lebih per hari memiliki risiko 45% lebih tinggi terkena diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan yang tidak merokok. Merokok dapat mengakibatkan peningkatan sementara kadar glukosa darah. Selain itu, merokok juga dapat merusak sensitivitas organ dan jaringan terhadap aksi insulin. Asupan nikotin dapat meningkatkan kadar hormone seperti kortisol yang dapat menganggu efek insulin ( Ko & Cockram 2005) i. Infeksi Masuknya bakteri atau virus kedalam pancreas dapat merusak selsel pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pancreas. Seseorang yang menderita sakit karena virus atau
10
bakteri tertentu, merangsang produksi hormone tertentu yang secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah ( Tandra, 2008 ). 7. Komplikasi a. Komplikasi akut 1) Hipoglikemi Terjadi apabila kadar glukosa darah turun dibawah 50-60 mg/dl akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemi
terbagi dalam (1) hipoglikemi ringan,
gejala yang muncul seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan, dan rasa lapar. (2) hipoglikemi sedang, gejala yang muncul seperti
ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala
vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, baal di daerah bibir dan lidah, bicara pelo, gerakan tak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku tidak rasional, penglihatan ganda, perasaan ingin pingsan. (3) Hipoglikemia berat,
gejala yang muncul seperti disorientasi,
serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur, dan kehilangan kesadaran . Smeltzer,S.C dan B..G Bare ( 2002 ) 2) Ketoasidosis diabetik KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat cacat molekul insulin atau defisiensi relatif insulin. Keadaan ini meningkatkan kadar glukosa di urin yang menyebabkan terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar melalui urine. Kurangnya kadar insulin akan menyebabkan penggunaan lemak sebagai sumber energi sehingga hal ini akan menghasilkan benda keton yang akhirnya akan dilepaskan ke darah. Benda keton mengakibatkan pH darah menjadi turun, suatu kondisi yang disebut ketoasidosis. Asidosis ditandai dengan gejala rasa mual, muntah, nyeri pada perut, bila tidak segera ditangani akan menyebabkan shock, koma ataupun kematian dalam waktu singkat. Sehubungan dengan terjadinya dehidrasi pada
11
peningkatan kadar glukosa darah secara cepat akan mengakibatkan peningkatan osmolaritas darah (hiperosmolar). Keadaan ini akan mengakibatkan koma (koma hiperosmolar). (Manaf, 2007) b. Komplikasi jangka panjang 1) Komplikasi makrovaskuler Beberapa komplikasi makrovaskuler : a. Penyakit
arteri
peningkatan
koroner.
insiden
Penderita
infark
diabetes
mengalami
akibat
perubahan
miokard
artherosklerotik pada pembuluh arteri koroner. Salah satu ciri unik penyakit arteri koroner pada penderita diabetes adalah tidak terdapatnya gejala iskemik yang khas. b. Penyakit serebrovaskuler. Penderita diabetes beresiko dua kali lipat untuk terkena penyakit
serebrovaskuler seperti TIA
(Transient Ischemic Attack) dan stroke. c. Penyakit Vaskuler perifer. Tanda dan gejala mencakup berkurangnya denyut nadi perifer dan klaudikasio intermiten ( nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan) 2) Komplikasi Mikrovaskuler Komplikasi mikrovaskuler yang sering terjadi pada pasien diabetes adalah a. Retinopati diabetik. Merupakan kelainan patologis mata disebabkan perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata. Penglihatan yang kabur merupakan gjala umum yang terjadi. Penderita yang melihat benda tampak mengambang (floaters) dapat mengindikasikan terjadinya perdarahan. b. Nefropati diabetik merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit ginjal stadium terminal pada penderita diabetes. c. Neuropati Mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf termasuk saraf perifer (sensori otonom) dan spinal.
12
1. Neuropati perifer. Sering mengenai bagian distal serabut saraf khususnya saraf ekstremitas bawah. Gejala awal adalah paratesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar khususnya malam hari. Bila terus berlanjut penderita akan mengalami baal (mati rasa) dikaki, penurunana sensibilitas nyeri dan suhu yang meningkatkan resiko untuk mengalami cedera dan infeksi di kaki. 2. Neuropati otonom mengakibatkan berbagai disfungsi yang mengenai hampir seluruh sistem organ tubuh. Contohnya kardiovaskuler: Takikardi, hipotensi ortostatik, infark miokard tanpa nyeri. muntah,
Gastrointestinal: cepat kenyang, kembung, mual,
hiperfluktuasi gula
darah, konstipasi, diare. Urinari:
retensi urin, penurunan kemampuan untuk merasakan kandung kemih yang penuh. Kelenjar adrenal : tidak ada atau kurangnya gejala hipoglikemia, tidak merasa gemetar, berkeringat, gelisah dan palpitasi. Neuropati sudomotorik : penurunan pengeluaran keringat ( anhidrosis) pada ekstremitas. Disfungsi seksual, akibat angiopati pada sistem pembuluh darah dan neuropati pada sistem syaraf atau campuran keduanya dapat menyebabkan kerusakan di berbagai organ dan tempat seluruh tubuh. (Harahap, 2006) d. Masalah kaki dan tungkai pada diabetes. Terdapat tiga komplikasi yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada kaki, antara lain : 1. Neuropati, menyebabkan hilangnya perasaan nyeri dan sensibilitas tekanan
(neuropati
sensorik).
Sedangkan
neuropati
otonom
menimbulkan peningkatan kekeringan ( akibat penurunan perspirasi ). 2. Penyakit vaskuler perifer : sirkulasi ekstremitas bawah yang buruk menyebabkaan lamanya kesembuhan luka dan menyebabkan terjadinya ganggren.
13
3. Penurunan daya imun imunitas : hiperglikemi mengganggu kemampuan leukosit khusus untuk menghancurkan bakteri. 8. Pencegahan a. Pencegahan primer Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin (Stanley, Mickey, 2006). Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga baik untuk para pemula. b. Pencegahan sekunder 1. Penapisan Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak dapat dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral pada umumnya dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang dapat diandalkan daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley, Mickey, 2006). 2. Nutrisi Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat mengambil kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien tentang prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan klien tentang membaca label untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih
sumber-sumber
makanan
rendah
kolesterol,
dan
memasukkan serat yang adekuat dalam diet mereka (Stanley, Mickey, 2006).
14
3. Olahraga Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi. Walaupun berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak. Seseorang dengan NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap 3 hari (Stanley, Mickey, 2006). 4. Pengobatan Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan untuk menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ? b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya. c. Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun. d. Sirkulasi Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah e. Integritas Ego
15
Stress, ansietas f. Eliminasi Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare g. Makanan / Cairan Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. h. Neurosensori Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan. i.
Nyeri / Kenyamanan Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j.
Pernapasan Batuk dengan atau tanpa sputum (tergantung adanya infeksi / tidak)
k.
Keamanan Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
l.
Kaji riwayat adanya faktor resiko : 1. Riwayat keluarga tentang penyakit 2. Riwayat pankreatitis kronis 3. Kegemukan
m. Kaji terhadap manifestasi DM : 1. Poliuri (akibat diuresis osmotic bila ambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa akan keluar) 2. Polidipsi (disebabkan oleh dehidrasi dari poliuri) 3. Polifagia (disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energy dari perubahan sintesis protein dan lemak) 4. Penurunan berat badan (akibat dari katabolisme protein dan lemak) n.
Gejala tambahan pada DM tipe II meliputi: Pruritus vulvular, kelelahan, gangguan pengelihatan, peka rangsang, dan kram otot. (Kushariyadi,2010)
16
2. Diagnosa Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respons diagnosa atau potensial terhadap masalah kesehatan pada individu, keluarga atau komunitas. Tahap kedua dalam proses keperawatan ini berfokus pada masalah kesehatan yang diagnosa atau potensial dibandingkan keadaan fisiologis, komplikasi, atau penyakit (Potter & Perry, 2009). Terdapat beberapa diagnose yang lazim mundul pada penderita diabetes mellitus menurut (Huda & Kusuma, 2015) dalam buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis dan NANDA yaitu: a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Resiko syok c. Gangguan integritas kulit d. Resiko infeksi e. Retensi urine f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit h. Keletihan 3. Intervensi Intervensi keperawatan adalah tindakan perawat yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis untuk meningkatkan perawatan klien (Potter & Perry, 2009). Intervensi keperawatan adalah suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan hasil atau outcome pasien (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013). 4. Implementasi Implementasi merupakan tindakan dari sebuah perencanaan. Tindakan keperawatan terdiri dari tindakan mandiri (independen) dan kolaborasi (dependen). Tindakan mandiri merupakan tindakan yang berasal dari keputusan sendiri. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang berdasarkan hasil keputusan bersama dengan profesi lain (Tarwoto & Wartonah, 2015)
17
5. Evaluasi Evaluasi adalah proses keperawatan yang terakhir untuk menentukan tercapainya asuhan keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi membandingkan keperawatan.
antara
intervensi
dan
hasil
dari
implementasi
18
1
2
3
4
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
NOC:
NIC:
KEPERAWATAN 1
Ketidakseimbangan nutrisi Definisi: nutrisi
asupan tidak
untuk kebutuhan.
cukup
memenuhi
a. Asupan
intake
dan
output
makanan
a. Memonitoring nutrisi b. Memonitor
adekuat
dan
b. BB terkontrol
BB jumlah
aktivitas
Kriteria hasil:
yang
biasa dilakukan
a. Adanya
c. Monitor
peningkatan BB
lingkungan
yang
selama makan
sesuai
dengan tujuan
d. Jadwalkan
b. BB ideal sesuai
pengobatan
dengan TB
tindakan
c. Mampu
selama
mengidentifikas i
kebutuhan
monitor kering
malnutrisi
perubahan
e. Menunjukkan
pigmentasi
pengecapan dan menelan
jam
e. Melakukan
d. Tidak ada tanda
fungsi
tidak
makan
nutrisi
peningkatan
dan
f.
kulit dan
Monitor mual dan muntah
g. Monitor
kadar
albumin,
total
protein, Hb, dan kadar ht h. Monitor
tanda
tanda
pucat,
kemerahan,
dan
konjungtiva yang
19
anemis i.
Monitor
kalori
dan intake nutrisi j.
Mencatat apakah adanya
edema
hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas oral. 2
Resiko Syok Definisi:
NOC: Berisiko
terhadap
NIC:
a. Syok prevention
a. Memonitor status
b. Syok
ketidakcukupan aliran darah
ke
tubuh
yang
sirkulasi
Management
warna kulit, suhu
jaringan Kriteria Hasil:
kulit, denyut nadi,
a. Nadi
dalam
mengakibatkan
batas
yang
disfungsi seluler yang
diharapkan
mengancam jiwa
dapat
BP,
HR, ritme, nadi perifer, kapiller refill
b. Irama
jantung
dalam
batas
b. Memonitor inadekuat
yang diharapkan
oksigenisasi
c. Frekuensi nafas dalam
dan
batas
jaringan c. Memonitor suhu
yang diharapkan d. Irama
pernafasan d. Memonitor input
pernafasan yang diharapkan
dan output e. Melakukan
e. Natrium serum
pemantauan nilai
f.
laboratorium
Kalium serum
g. Klorida serum h. Magnesium
i.
f.
Memonitor tanda dan
gejala
serum
ansietas
serta
Ph darah serum
tanda awal syok
20
g. Mengajarkan pasien
dan
keluarga tentang tanda dan gejala datangnya syok h. Mengajarkan pasien
dan
keluarga tentang langkah
untuk
mengatasi gejala syok 3
Gangguan
Integritas NOC:
jaringan
a. Tissue integrity:
Definisi:
kerusakan
jaringan
membrane,
mukosa, kornea, atau subkutan.
NIC:
Skin
and
Mucous b. Wound Healing: primary
and
a. Observasi
luka:
Lokasi luka, luas luka,
kedalaman
luka,
warna
kemerahan,
Secondary
jaringan nekrotik,
Intention
dan tanda tanda
Kriteria Hasil: a. Perfusi jaringan normal b. Tidak ada tanda tanda infeksi
infeksi. b. Anjurkan
pasien
untuk mengenakan pakaian
yang
longgar. c. Jaga
kulit
agar
tetap bersih dan kering d. Oleskan
lotion
atau minyak pada daerah
yang
tertekan e. Monitor aktivitas
21
dan
mobilisasi
pasien f.
Pantau diit pasien
g. Memandikan pasien dengan air hangat h. Ajarkan keluarga pasien
tentang
luka
beserta
perawatannya i.
Berikan
posisi
untuk mengurangi tekanan pada luka 4
Resiko Infeksi Definisi:
Mengalami
peningkatan terserang patogenik
NOC:
risiko organisme
NIC:
a. Immune Status b. Knowledge: Infection control c. Risk Control Kriteria hasil:
a. Membersihkan lingkungan setelah
dipakai
oleh pasien lain b. Mempertahankan
a. Kline bebas dari tanda dan gejala b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
teknik isolasi c. Membatasi pengunjung
bila
diperlukan d. Menginstruksikan
timbulnya
pada pengunjung
infeksi
untuk
mencuci
tangan
sebelum
dan
sesudah
c. Jumlah leukosit dalam
batas
normal
berkunjung
d. Menunjukkan perilaku sehat
hidup
e. Mempertahankan lingkungan yang aspetik
selama
pemasangan alat
22
f.
Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik
g. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas,
dan
drainase 5
Resiko
ketidak NOC:
NIC:
seimbangan elektrolit
a. Fluid Balance
Definisi:
b. Hydration
popok
atau
c. Nutritional
pembalut
jika
Berisiko perubahan
mengalami kadar
elektrolit serum yang dapat kesehatan
Status:
a. Menimbang
Food
and Fluid
diperlukan b. Mempertahankan
menganggu Kriteria hasil:
catatan intake dan
a. Mempertahanka
output
n urine output
akurat
sesuai
dengan
BB, BJ
yang
c. Memonitor status
urine
hidrasi
normal , dan Ht
(kelembaban
normal
memberane
b. Tekanan darah,
mukosa,
nadi
nadi, suhu tubuh
adekuat, tekanan
dalam
darah
batas
normal
ortostatik,
jika diperlukan)
c. Tidak ada tanda
d. Memoniotr
tanda dehidrasi, elastisitas
vital
sign e. Memonitor
menurun, turgor
masuk cairan dan
kulit
makanan harian
kering,
mukosa lembab, dan tidak da rsa
f.
Mengkolaborasik an
pemberian
23
haus
yang
berlebihan
cairan IV g. Memonitor status nutrisi h. Mendorong masukan oral i.
Mendorong keluarga
untuk
membantu
dan
memotivasi pasien makan 6
Keletihan Definisi:
NOC: rasa
letih
NIC:
a. Endurance
a. Memonitor
yang luar biasa dan
b. Concentration
adanya
penurunan
c. Energy
pembatasan
kapasitas
kerja fisik dan jiwa pada
tingkat
conservation
pasien
yang Kriteria hasil:
biasanya secara terus
melakukan
a. Memverbalisasi
menerus
kan peningkatan energy
dan
merasa
lebih
baik
aktivitas b. Mengkaji adanya faktor
yang
menyebabkan kelelahan
b. Menjelaskan
c. Memonitor nutrisi
penggunaan
dan
energy
energy
untuk
sumber yang
mengatasi
adekuat
kelelahan
d. Memoniotor
c. Kecemasan
pasien
menurun
adanya
d. GDS
adekuat
dan normal e. Kualitas
hidup
meningkat f.
dalam
Istirahat cukup
akan
kekelelahan fisik dan
perubahan
emosi
secara
berlebihan e. Monitor
respon
24
kardiovaskuler terhadap aktivitas f.
Monitor
pola
tidur dan lamanya tidur atau istirahat pasien g. Membantu aktivitas
sehari
hari pasien sesuai dengan kemampuan
dan
kebutuhan h. Meningkatkan tirah baring dan pemabatasan aktivitas i.
Menkonsultasikan kepada ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang
berenergi
tinggi. (Sumber: Huda & Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA, 2015)
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari tersebut
mempunyai
gejala,
dan
sebagian
jumlah
menunjukkan “apatheic
thyrotoxicosis”. NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang dialami dalam hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami penurunan akibat penuaan. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik, suatu komplikasi diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia, peningkatan osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia
B. Saran Melalui makalah ini, diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran untuk lebih memahami asuhan keperawatan pada usia lanjut yang mengalami gangguan endokrin (DM). Dengan ilmu keperawatan yang bersifat dinamis, kami harapkan kepada pembaca agar dapat mengembangkan dan melengkapi isi dari makalah ini sehingga dapat digunakan dan bermanfaat sebagaimana mestinya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Dinkes Kota Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinkes Kota Semarang. Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta. NANDA, 2005/2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa, Prima Medika, NANDA. Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC. Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. WHO., 2008. Integrated Chronic Disease Prevention and Control. www.who.int
25