MAKALAH PENATALAKSANAAN RAPID ASSESSMENT DAN RAPID TEST PADA KASUS HIV/AIDS
TUGAS KEPERWATAN HIV/AIDS
Oleh Kelompok 4 Yurin Ainur Azifa
162310101220
Minnatul Bariyah Q.B
162310101230
Maviratul Husniyeh
162310101246
Ken Rangga Galang A.
162310101249
Izzatin Nafisah Amalia
162310101251
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/ mengidentifikasi sel darah putih yang menyebabkan turunya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Aquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi HIV. Akibat menurunya kekebalan maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit infeksi (infeksi oportunistik) yang sering berakibat fatal. Pada tahun 2013 terdapat 35 juta orang yang hidup dengan HIV, (16 juta perempuan dan 3,2 juta anak usia <15 tahun). Jumlah infeksi baru HIV pada tahun 2013 sebesar 2,1 juta terdiri dari dari dewasa sekitar 1,9 juta dan anak usia <15 tahun sekitar 240.000 anak. Selain itu jumlah kematian yang disebabkan oleh AIDS sekitar 1,5 juta. HIV di Indonesia pertama kali ditemukan di provinsi Bali, sampai saat ini HIV AIDS menyebar hingga 386 kabupaten / kota di seluruh Indonesia. Data di Indonesia salah satunya di padang pariaman didapatkan 43 kasus HIV pada tahun 2018 dengan data 21 orang aktif seksual dengan LSL, 10 orang seks bebas, 8 orang pasangannya HIV, dan 4 orang biseksual. Pada tahun ini sudah ditemukan sekitar 21 kasus HIV – AIDS. Pada juni 2018 ini ada 301.959 jiwa kasus HIV-AIDS yang ditemukan di Indonesia. Hal itu setara dengan 47 persen dari estimasi jumlah kasus HIV-AIDS tahun 2018 yaitu sebanyak 640.443 jiwa. DKI Jakarta sendiri masih tercatat sebagai provinsi dengan pengidap HIVAIDS tertinggi sebanyak 55.099 jiwa, diikuti Jawa Timur dengan 43.399 jiwa, Jawa Barat dengan 31.293 jiwa, Papua dengan 30.699 jiwa, dan Jawa Tengah 24.757 jiwa.
Berbagai upaya penanggulangan sudah dilakukan oleh Pemerintah dengan berbagai lembaga di dalam negeri dan di luar negeri Dengan terjadinya peningkatan yang terus menerus dibutuhkan suatu program skrining awal untuk mengetahui dan mendiagnosa terjadinya HIV, salah satu strategi skrining awal yaitu dengan pemeriksaan rapid test dan rapid assessment.
Dengan
Program
ini
diharapkan
dapat
menurunkan
morbiditas, mortalitas, dan penyebaran infeksi HIV. Hal ini penting bagi ketahanan nasional bidang kesehatan.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Strategi penjegahan penularan hiv pada level nasional dan global HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang/ mengidentifikasi sel darah putih yang menyebabkan turunya kekebalan tubuh manusia (Pusat Data dan Informasi, 2014). Di seluruh dunia pada tahun 2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV yang meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak berusia <15 tahun. Di Indonesia HIV AIDS pertamakali ditemukan di provinsi bali pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi, 2014). Hingga saat ini HIV AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota diseluruh provinsi di Indonesia (Pusat Data dan Informasi, 2014). Berbagai upaya penanggulangan sudah dilakukan oleh pemerintah. Salah satu strategi yang diterapkan oleh Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan untuk mengendalikan penyakit HIV/AIDS, adalah perluasan skrining HIV/AIDS (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2015). Dalam 5 tahun akan dilakukan pemeriksaan/tes pada 15.000.000 sasaran, dengan target tahun 2015 sebanyak 7.000.000 tes. Target tahun 2016 hingga 2019 akan dilakukan secara bertahap untuk memenuhi target 15.000.000 tes. Sasaran tes ini adalah populasi ibu hamil, pasangan ODHA, masyarakat yang terinfeksi TB dan hepatitis, dan populasi kunci yaitu: pengguna napza suntik, Wanita Pekerja Seks (WPS) langsung dan tidak langsung, pelanggan/pasangan seks wanita pekerja seks (WPS), gay, waria, lelaki seks lelaki (LSL), dan warga binaan lapas/rutan (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehata Lingkungan, 2015). Selain diagnosik HIV menggunakan rapid test diperlukan pengkajian untuk mengetahui faktor terjadinya HIV salah satu caranya
adalah dengan menggunakan Rapid Assessment. Rapid Assessment and Response (RAR) adalah penilaian secara komprehensif tentang masalah kesehatan masyarakat tertentu melibatkan fokus pada karakteristik masalah kesehatan, kelompok populasi yang terkena dampak perilaku kesehatan dan risiko serta konsekuensi sosial (WHO, 2004). Pengkajian ini dapat mengidentifikasi sumber daya yang ada dan menentukan intervensi yang sesuai, membantu merencanakan, mengembangkan dan mengimplementasikan intervensi program (WHO, 2004).. Selain diagnosik HIV menggunakan rapid test diperlukan pengkajian untuk mengetahui faktor terjadinya HIV salah satu caranya adalah dengan menggunakan Rapid Assessment. Rapid Assessment and Response (RAR) adalah penilaian secara komprehensif tentang masalah kesehatan masyarakat tertentu melibatkan fokus pada karakteristik masalah kesehatan, kelompok populasi yang terkena dampak perilaku kesehatan dan risiko serta konsekuensi sosial (WHO, 2004). Pengkajian ini dapat mengidentifikasi sumber daya yang ada dan menentukan intervensi yang sesuai, membantu merencanakan, mengembangkan dan mengimplementasikan
intervensi
program
(WHO,
2004).
Rapid
Assessment telah dilakukan di berbagai negara seperti di 10 negara Afrika sub-sahara dengan fokus pada pengguna narkoba dan juga pada negara besar seperti di eropa timur, rusia dan bekas republic soviet. 2.2 Keefektifan dan keberhasilan Rapid test dan Rapid Assessment 1. Keefektifan dan keberhasilan Rapid test
Keefektifan Rapid Test : Pemeriksaan Rapid Test ini merupakan peranan penting sebagai
penegakan diagnosis dini secara cepat kepada seseorang yang terinfeksi HIV dan tidak membutuhkan sarana yang sulit dan mahal. Rapid test ini dilakukan kurang lebih 20 menit untuk mendeteksi antibodi. Tes ini yang paling sering digunakan karena cukup sederhana, murah dan keakurasiannya cukup tinggi bila dilakukan dengan baik dan
benar. Tes ini bekerja dengan mendeteksi antibodi yang dikeluarkan tubuh sebagai respon dari infeksi HIV. Agar dapat bekerja dengan baik, tes ini biasanya dilakukan pada rentang 3 minggu - 12 minggu atau sekitar 21-84 hari pasca hubungan seksual berisiko. Keakurasiannya sendiri bisa mencapai lebih dari 95% dan meningkat menjadi lebih dari 99% bila dilakukan dua kali pada waktu yang berbeda. Setelah dilakukan 3x dan 81 hari pasca pajanan hasilnya masih juga negatif, bisa dikatakan bahwa Anda sudah jelas negatif terkena HIV.
Kelebihan Rapid test : - Dapat menentukan status infeksi dengan cepat, sehingga terapi dapat segera dilakukan - tes ini mendeteksi antibodi - bermanfaat pada kunjungan konseling pasien, karena dapat segera dilakukan terapi - mudah penggunaannya dan tidak memerlukan peralatan yang canggih, waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan relatif cepat sekitar
10-20
menit
(misal:
aglutinasi,
imunodot,
imunokromatografi) - hasil reaktif atau nonreaktif Test HIV ini dilihat dari seberapa mampu konselor meyakini pasien untuk menilai risiko infeksi HIV selama sebelum dan sesudah konseling, hingga dapat menyampaikan hasil test kepada pasien dengan akurat dan sejelas mungkin. 2. Keefektifan dan kelebihan Rapid Assessment Rapid Assessment adalah pengumpulan data topik yang spesifik dan singkat. Ini adalah metode yang dikenal dari bidang pengembangan internasional dan riset. Survei semacam itu dapat dilakukan secara lisan atau tertulis. Dalam formulir yang diusulkan di sini perlu waktu 10 menit atau kurang untuk menyelesaikannya.
Keefektifan dan kelebihan dari Rapid Assessment adalah dapat diintegrasikan
ke
dalam
pekerjaan
penjangkauan
praktis
karena
cakupannya yang kecil. Dengan cara ini dapat menjangkau banyak orang yang biasanya tidak menanggapi survei. Organisasi Kesehatan Dunia, Gabungan Program Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang HIV / AIDS, 7 dan Dokter Tanpa Batas telah melakukan Rapid Assessment di Eropa Timur, Rusia, dan bekas republik Soviet8-10 yang berfokus pada epidemi yang terjadi secara mendadak dan eksplosif dari penggunaan narkoba suntikan dan HIV di sana. Program Rapid Assessment juga telah dilakukan di 10 negara Afrika sub-Sahara, dengan fokus pada pola penggunaan narkoba, 11 dengan dukungan dari Program Pengawasan Obat Internasional PBB. Pejabat kesehatan masyarakat di banyak negara telah beralih ke metodologi sensitif waktu seperti Rapid Assessment untuk mendeteksi tren epidemiologi yang muncul. Program Rapid Assessment ini memiliki penilaian dan respon cepat yang dilaksanakan dengan benar14 dapat menghubungkan temuantemuan lokal dengan intervensi yang relevan secara lokal dan berbiaya rendah, yang memungkinkan negara-negara yang mengalami kesulitan sumber daya atau masyarakat yang sangat terpengaruh untuk menanggapi masalah HIV / AIDS, terlepas dari keterbatasan infrastruktur yang ada.
2.3 Kelebihan dan kekurangan program yang telah dijalankan 1. Pemeriksaan rapid test saat ini banyak digunakan dalam beberapa pelayanan kesehatan, pemeriksaan jenis ini lebih cepat serta tidak memerlukan waktu khusus. Istilah rapid test sendiri diartikan bahwa proses tes yang dilakukan dengan cepat, sekitar 10 menit. Sebagian besar pemeriksaan rapid test memiliki sensitivitas dan spesifitas diatas 99% dan 98% sesuai WHO.
Keuntungan rapid test
-
Hasil bisa didapatkan pada hari yang sama sehingga klien dapat mengetahui status HIV nya, selain itu klien lebih mudah menerima hasil dari konelor yang sama sehingga pre dan post tes bisa dilakukan oleh orang yang sama,
Biaya yang dikeluarkan relative murah.
Kelemahan -
Pemeriksaan ini hanya mendeteksi keberadaan anti-HIV (yang berarti individu dalam masa jendela infeksi tidak dapat terdeteksi)
-
Pembacaan dilakukan dengan mata dan jika tergesa-gesa / saat jumlah specimen banyak, bisa saja terjadi kesalahan sehingga berakibat harus dilakukan pemeriksaan ulang dan berdampak pada pembiayaan.
-
Hasil dari pemeriksaan ini tidak dapat dijadikan sebagai suatu sumber untuk mendiagnosa seseorang HIV, dikarenakan jenis pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan awal walaupun hasilnya cukup sensitif dan memiliki spesifitas tinggi namun apabia didapatkan hasil positif maka perlu dilakukan pemeriksaan ulang dengan menggunakan tes yang memiliki prinsip dasar tes yang berbeda untuk meminimalkan terjadinya hasil tes positif palsu yaitu dengan melakukan pemeriksaan ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
2. Rapid assessment Merupakan suatu penilaian terhadap masalah dan perilaku kesehatan yang kompleks dalam waktu singkat. Penilaian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang berfokus pada karakteristik masalah, perilaku kesehatan dan risiko, dll. Setelah data dikumpulkan maka dengan cepat akan dilakukan beberapa langkah – langkah, dan mengidentifikasi sumber daya yang ada serta peluang untuk intervensi, membantu
perencanaan, mengembangkan dan mengimplementasikan intervensi dan program
Kelebihan dari program ini yaitu: -
Memiliki riwayat keberhasilan yang terdokumentasi di masyarakat
-
Proses penilaian ini memiliki sejumlah kekuatan metodologi yang diidentifikasi dengan jelas
Kelemahan -
Sangat bergantung kepada teknik pengumpulan dan analisis data (kualitatif)
2.4 Peran perawat dalam stategi rapid assessment dan rapid tes 1. Peran perawat dalam strategi rapid tes Di daerah epidemi terkonsentrasi, perawat dan tenga kesehatan lainnya di Pustu, Polindes/poskesdes dan petugas di FKTP terkait lainnya yang mampu melakukan tes HIV dan dapat melakukan tes skrining HIV strategi I dan rapid tes sifilis salah satunya ibu hamil di layanan antenatal. Jika hasil tes skrining HIV dan rapid tes sifilis adalah (positif), maka ibu hamil dirujuk ke puskesmas yang mampu memberikan layanan lajutan(Kemenkes,2015). Dalam penegakan diagnosa menggunakan tes cepat HIV ( Rapid tes) dengan tuujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi HIV . Perawat
dalam
melakukana
pemeriksaan
secara
serial
dengan
menggunakan 3 jenis reagen(contoh: Kit Anti HIV) yang berbeda sesuai pedoman nasional. Penyimpanan reagen HIV dilakukan sesuai dengan instruksi yang sudah tertera dilembar informasi dan digunakan sebelum tangga kadauwarsa. Bila tidak tersedia petugas laboratorium maa tes HIV dapat dilakukan oleh perawat ataupun tenaga kesehatan lainnya yang
sudah terlatih. Interpretasi hasil tes dan keputusan tindak lanjut dilakukan oleh dokter yang meminta pemeriksaan tes(Kemenkes, 2016) 2. Peran perawat dalam strategi rapid assessment Penggunaan rapid tes HIV tidak cukup, perlu melakuakan rapid assessment pengkajian untuk mengetahui masalah dan perilaku kesehatan dalam waktu singkat. Salah satunya dengan menggunakan metode Rapid Assessment, Response, andEvaluation (RARE) pada metode ini
dapat
mengidentifikasi pola yang berdasarkan dari waktu dari kegiatan yang dilakukan yang berdampak pada risiko HIV dan pengurangan HIV. RARE memiliki pengaruh pada masyarakat dan tenaga kesehatan untuk menentukan atau mengidentifikan kembali pentingnya orang – orang disekitar kita, tempat dan fonfigurasi waktu. Bagi tenaga kesehatan untuk lebih strategis dalam melakukan intervensi pencegahan memberikan memberikan motivasi pada masyarakat(Richard, 2003)
dan
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupaka jenis virus yang menyerang sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Sedangkan, AIDS (Aquired Immune Deficiency Syndrome ) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul sebab turunnya kekebalan tubuh karena infeksi HIV. Diulas pada tahun 2013 terdapat 35 juta orang yang hidup dengan HIV, (16 juta perempuan dan 3,2 juta anak usia <15 tahun). Pada juni 2018 ini ada 301.959 jiwa kasus HIV-AIDS yang ditemukan di Indonesia. Hal itu setara dengan 47 persen dari estimasi jumlah kasus HIV-AIDS tahun 2018 yaitu sebanyak 640.443 jiwa. upaya penanggulangan sudah dilakukan oleh Pemerintah dengan berbagai lembaga di dalam negeri dan di luar negeri. Salah satu strategi skrining awal yaitu dengan pemeriksaan rapid test dan rapid assessment yang diharapkan dapat menurunkan morbiditas, mortalitas, dan penyebaran infeksi HIV. Rapid test dan rapid assessment adalah salah satu dari upaya pemerintah untuk mengetahui HIV dini yang memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, seperti akurasiannya cukup tinggi bila dilakukan dengan baik dan benar, mencapai lebih dari 95% dan meningkat menjadi lebih dari 99% bila dilakukan dua kali pada waktu yang berbeda. Namun, jika Pembacaan dilakukan dengan mata dan tergesa-gesa pada saat jumlah specimen banyak, bisa saja terjadi kesalahan sehingga berakibat harus dilakukan pemeriksaan ulang dan berdampak pada pembiayaan. 3.2 Saran Dari kesimpulan diatas seharusnya masyarakat, khususnya masyarakat indonesia dapat lebih bijak untuk memanfaatkan upaya
penanggulanga HIV/AIDS yang sudah disediakan oleh pemerintah. Serta tetap menjaga pola aktivitas dan waspada pada penyebaran HIV/AIDS agar tercipta lingkungan hidup yang sehat. Perawat di Indonesia harus berkontribusi dalam menangani upaaya penanggulangan HIV/AIDS pada pasien ataupun masyarakat sehat secara dini, agar pasien dapat ditangani lebih cepat dan terkontrol. Bagi tim kesehatan diharapkan memberi bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat untuk lebih mengetahui tentang penanganan HIV/AIDS.
DAFAR PUSTAKA Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2015). Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 20152019. Jakarta Elisanti, A.D. 2018. HIV-AIDS, Ibu Hamil dan Pencegahan pada Janin. Yogyakarta: Deepublish HTA Indonesia. 2010. Skrining HIV di Rumah Sakit dalam Upaya Pencegahan Penyebaran HIV. Dirjen Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [https://www.pdfcoke.com/doc/92797788/Skrining-HIVDi-Rumah-Sakit-Dalam-Upaya-Pencegahan-Penyebara[diakses hari sabtu, 16 maret 2019]] https://www.pq-hiv.de/en/method/rapid-assessment [diakses pada tanggal 16 Maret 2019
pukul 18.30]
https://www.who.int/school_youth_health/assessment/raapp/en/ tanggal 16
[diakses
pada
Maret 2019 pukul 18.40]
Kemenkes. 2016. Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/4_ _Pedoman_Fasyankes_Primer_ok.pdf [Diakses pada 16 Maret 2019 pukul 15:00] Kemenkes.
2015. Pedoman Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV
dan Sifilis dari Ibu Ke Anak http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/Pedoman_Manajemen_PPIApdf. pdf [Diakses pada 16 Maret 2019 Pukul 12:00] Kurniawati dan Ayuningtyas. 2016. Kinerja Pemeriksaan Hiv Pada Layanan Konseling Dan Tes Hiv Provinsi Dki Jakarta: Analisis Hasil Pemantapan Mutu Eksternal Imunologi Tahun 2016.
Ethos (Jurnal Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat) Needle, R. H., R. T. T. Ii, M. Singer, C. Bates, J. B. Page, D. Metzger, dan L. H. Marcelin. 2003. Rapid assessment of the hiv / aids crisis in racial and ethnic
minority communities : an approach for timely community interventions. 93(6) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 15 Tahun 2015. [http://hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK%20No.%2015%20ttg%2 0Laboratorium%20HIV%20dan%20Infeksi%20Oportunistik.pdf[diakses hari sabtu, 16 maret 2019]] Pusat Data dan Informasi. 2014. Situasi dan Analisis HIV AIDS. Kementrian Kesehatan RI. Subuh.,M.2016. Porgram Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama.Kemenkes:Jakarta
WHO. 2004. Rapid Assessment and Response Adaptation Guide on HIV and Men
Who
Have
Sex
With
[https://www.who.int/hiv/pub/prev_care/en/msmrar.pdf?ua=1[diakses sabtu, 16 maret 2019]]
Men hari