Kelompok 3 Promosi Kesehatan.docx

  • Uploaded by: yayuk suseno
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 3 Promosi Kesehatan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 17,222
  • Pages: 92
MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

DOSEN PEMBIMBING : Ps. Kurniawati, SST, M.Kes

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3

1. Dwi Diana Oktari 2. Luthfianiiq Syahda 3. Putri Belinda Permatasari 4. Velly Aprillia D

PRODI DIV KEBIDANAN TINGKAT 2 POLTEKKES KEMENKES BENGKULU 2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan

kita kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas

pembuatan makalah ini dengan judul “Promosi Kesehatan”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah promosi kesehatan . Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang sangat kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Bengkulu, 13 Februari 2019

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………. DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang ………………………………………………………. B Rumusan Masalah …………………………………………………… C Tujuan Masalah ………………………………………………………. BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep, Prinsip, Lingkup Dan Visi Promosi Kesehatan………....... B. Konsep Dasar Perilaku Dan Perubahan Perilaku…………………… C. Berbagai Media Promosi…………………………………………… D. Perencanaan Program Promosi Di Puskesmas…………………….. E. Kebutuhan Pendidikan Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan…… F. Teknik Menyusun Sap Dan Metode Pembelajaran Promosi……… G. Etika Dalam Promosi Kesehatan…………………………………… BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………..……………....... DAFTAR PUSTAKA………………………………………......…..............

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun banyak orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan didalam kehidupannya. Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh pelayanan kesehatan hal ini berdasarkan undang-undang dasar 1945 yang tercantum didalam pasal 28 ayat I. Untuk itu diperlukan suatu tindakan yang harus diambil dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tindakan yang perlu bagi masyarakat adalah salah satunya dengan promosi kesehatan. Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki prinsip, metode, media juga strategi dan akan diintervensikan ketika dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarkat.Sehingga promosi kesehatan yang diberikan kepada masyarakat dapat dimengerti masyarakat dan ditampilkan dalam bentuk perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik dalam prilaku kesehatan. Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara faktor – faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan , baik kesehatan individu maupunkelompok sangatlah besar. Salah satu usaha yang sangat penting di dalam upaya merubah perilaku adalah dengan melakukan kegiatan pendidikan kesehatan atau yang biasa dikenal dengan penyuluhan. Sejauh mana kegiatan tersebut bisamerubah perilaku masyarakat akan sangat dipengaruhi oleh faktor – faktor lain yang ikut berperan dan saling berkaitandalam proses perubahan perilaku

itu

sendiri.

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktifitas

organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manuasia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi

dan

emosi

juga

merupakan

perilaku

manusia.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Upaya mewujudkan kesehatan masyarakat di Indonesia terutama dilakukan dengan melakukan perubahan perilaku kesehatan melalui promosi kesehatan. Promosi

kesehatan

meliputi

kegiatan

pendidikan

kesehatan

disertai

pemberdayaan masyarakat. Pendidikan kesehatan memiliki tujuan utama mengubah pengetahuan masyarakat agar terbentuk perilaku sehat sesuai yang diharapkan. Peningkatan pengetahuan kesehatan masyarakat diharapkan memicu sikap mendukung perilaku sehat, bila didukung faktor pemungkin dan pendorong akan membentuk perilaku sehat. Proses pendidikan kesehatan merupakan proses transfer informasi tentang kesehatan yang diharapkan melalui komunikasi. Komponen komunikasi tersusun atas pengirim dan penerima pesan, isi pesan, media dan efek dari pesan. Media sebagai saluran informasi merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan kesehatan. Memilih media sebagai saluran menyampaikan pesan kesehatan dipengaruhi metode yang digunakanMedia pendidikan kesehatan pada hakekatnya alat bantu pendidikan kesehatan. Menurut fungsi sebagai saluran pesan media pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan atas media cetak, media elektronik dan media papan (billboard). Beberapa media cetak dikenal antara lain booklet, leaflet, selebaran (flyer), lembar balik (flip chart), artikel atau rubrik, poster dan foto. Media elektronik dapat berupa televisi, radio, video, slide, film strip dan sekarang dikenal internet. Media papan berupa baliho biasanya dipasang di tempat-tempat umum yang menjadi pusat kegiatan masyarakat.Alat peraga yang dipergunakan dalam pendidikan kesehatan dapat

berupa alat bantu lihat (visual), alat bantu dengar (audio) atau kombinasi audio visual. Penggunaan alat peraga memperhatikan tujuan penggunaannya (sederhana dan kompleks), sasaran, tempat dan penggunanya. Dengan memahami komunikasi khususnya alat peraga dan media pendidikan kesehatan diharapkan analis laboratorium mampu menyampaikan informasi kesehatan terutama preventif sehingga timbul perubahan perilaku kesehatan masyarakat agar lebih mendahulukan mencegah penyakit dan meningkatkan derajat kesehatan. Pendidikan kesehatan yang tepat akan mendorong peran analis laboratorium untuk mengajak masyarakat memanfaatkan profesi analis kesehatan bukan hanya pada saat sakit tetapi dimulai dari pencegahan penyakit serta meningkatkan kondisi kesehatannya melalui deteksi dini. Etika promosi kesehatan diperlukan sebagai dasar dalam menentukan langkah-langkah

mencapai

tujuan

yang

berorientasi

pada

masyarakat,

mengetahui masing-masing peran baik sebagai petugas kesehatan atau masyarakat agar program promosi kesehatan yang akan dijalankan dapat terorganisasi dengan baik dan strategis.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep, prinsip, lingkup dan visi promosi kesehatan.? 2. Bagaimana konsep dasar perilaku dan perubahan perilaku? 3. Apa saja berbagai media promosi? 4. Bagaimana perencanaan program promosi di Puskesmas? 5. Bagaimana Kebutuhan pendidikan kesehatan dalam pelayanan kebidanan? 6. Bagaimana Teknik menyusun SAP dan metode pembelajaran promosi? 7. Bagaimana etika dalam promosi kesehatan? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui konsep, prinsip, lingkup dan visi promosi kesehatan. 2. Untuk mengetahui konsep dasar perilaku dan perubahan perilaku

3. Untuk mengetahui berbagai media promosi 4. Untuk mengetahui perencanaan program promosi di Puskesmas 5. Untuk mengetahui Kebutuhan pendidikan kesehatan dalam pelayanan kebidanan 6. Untuk mengetahui Teknik menyusun SAP dan metode pembelajaran promosi 7. Untuk mengetahui etika dalam promosi kesehatan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep, Prinsip, Lingkup Dan Visi Promosi Kesehatan 1. Pengertian promosi kesehatan a. Lawrence Green (1984) Pomosi Kesehatan adalah Segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,

politik,

dan

organisasi

yang

dirancang

untuk

memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan b. Ottawa Charter, 1986 Promosi Ksehatan adalah Suatu proses untuk untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya

dan

mampu

mengubah

atau

mengatasi

lingkungannya (fisik, sosial budaya, dsb). c. Green & Ottoson,(1998) Promosi Kesehatan adalah Kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan d. Promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984). e. Menurut

Departemen

Kesehatan,

yang

dimaksud

Promosi

Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatanya. f. Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya. WHO

menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi

yang

jelas

mengenai

pemberdayaan

diri

sendiri

(Maulana,2009).

2. Determinan Kesehatan Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa adanya 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut

besarnya

pengaruh

terhadap

kesehatan

adalah:

a).

lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun lingkungan non fisik (sosial,budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya), b). perilaku, c). pelayanan kesehatan, dan d).keturunan atau herediter. Determinan lingkungan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana dan parasarana, dan sebagainya), dan lingkungan non fisik, seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagianya. Derajat kesehatan dalam pengertian tersebut di atas jelas dibedakan antara derajat kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena derajat kesehatan perorangan (individu), kelompok dan masyarakat memang berbeda. Determinan untuk kesehatan kelompok atau komunitas mungkin sama, tetapi untuk kesehatan individu, disamping empat faktor tersebut, juga faktor internal individu juga berperan, misalnya : umur, gender, pendidikan, dan sebagainya, disamping faktor herediter. Bila kita analisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua faktor diluar kehidupan manusia, baik secara individual, kelompok, maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal ini berarti, disamping determinan-determinan

derajat kesehatan yang telah dirumuskan oleh Blum tersebut masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat. Faktor-faktor atau determinan-determinan yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat ini, dalam Piagam Otawa (Ottawa Charter) disebut prasyarat untuk kesehatan (prerequisites for health). Piagam Ottawa, 1986 mengidentifikasikan prasayarat untuk kesehatan ini dalam 9 faktor, yakni: Perdamaian atau keamanan (peace) Tempat tinggal (shelter) Pendidikan (education) Makanan (food) Pendapatan (income) Ekosistem yang stabil dan seimbang (a stable eco-sistem) Sumber daya yang berkesinambungan (sustainable resources) Keadilan sosial (social justice) Pemerataan (equity)

3. Perkembangan Dan Keterkaitan Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Kesehatan, Kesehata

Dasar, Pendidikan Kesehatan Dan Promosi

Kesehatan Perkembangan Kesehatan Masyarakat (Notoatmojo, 2007) Perkembangan

kesehatan

masyarakat

di

uraikan

menjadi

perkembangan kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period) a.

Pre-Scientific Period (sebelum perkembangan ilmu pengetahuan) Berawal dari kebudayaan yang paling luas yakni babylonia, mesir, yunani dan roma dimana tercatat sebagai manusia yang telah melakukan usaha untuk penanggulangan masalah kesehatan

masyarakat dan penyakit, juga telah ditemukannya dokumen tertulis,

bahkan

peraturan

tertulis

yang

mengatur

tentang

pembuangan air limbah, pengaturan air minum dan sebagainya. Pada permulaan abad pertama sampai kira kira abad ke 7 kesehatan makin dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemic bahkan di beberapa kota telah menjadi endemic, india sejak abad ke-7 menjadi pusat endemic penyakit kolera. Upaya untuk mengatasi endemic tersebut, orang telah mulai memperhatikan masalah lingkungan terutama hygiene dan sanitasi lingkungan. Wabah pes yang paling dahsyat terjadi pada abad ke-14 di cina dan india, jumlah yang meninggal karena wabah pes di dunia pada waktu itu mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu waktu itu di sebut dengan “The Black Death”. Keadaan ini berlangsung sampai abad ke-18. b.

Scientific Period (periode ilmu pengetahuan) Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, di sini pendekatan masalah kesehatan harus di lakukan secara komprehensif dan multisektoral. Pada abad ini juga mulai ditemukannya vaksin. Penyelidikan dan upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai di lakukan di inggris pada tahun 1832, pada waktu itu sebagian besar rakyat inggris terserang epidemic kolera, sebagai ketua komisinya pada waktu itu Edwin chardwich yaitu seorang pakar social (social scientist). Pada akhir abad ke-19 dan awal abad mulai dikembangkannya pendidikan tenaga kesehatan yang professional oleh john Hopkins, memelopori berdirinya universitas yang di dalamnya terdapat fakultas kedokteran.

Pada tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang orang yang mempunyai perhatian kesehatan masyarakat, baik dari universitas maupun dari pemerintah di kota new York. Pertemuan tersebut menghasilkan Assosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health Association). Tujuan Kesehatan Masyarakat Tujuan Umum : Terciptanya keadaan lingkungan yang sehat, terberantasnya penyakit menular, meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang prinsip-prinsip kesehatan perseorangan, tersedianya berbagai usaha keseehatan yang dibutuhkan masyarakat yang terorganisir dan terlibatnya badan-badan kemasyarakatan dalam usaha kesehatan. Tujuan Akhir : Terciptanya jaminan bagi tiap individu masyarakat untuk mencapai suatu derajat hidup yang cukup guna untuk mempertahankan kesehatan.

Perkembanagn pelayanan kesehatan Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat di indonesia telah berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan secara lebih merata. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengakibatkan golongan masyarakat yang berpendidikan dan menguasai informasi semakin bertambah sehingga mereka dapat memilih dan menuntut untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas (Sabarguna, 2004). Puskesmas

sebagai

salah

satu

pelayanan

kesehatan

masyarakat

mempunyai tugas pokok memberikan pembinaan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar. Saat ini distribusi puskesmas dan puskesmas pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Setiap puskesmas melayani 30.000 - 50.000 penduduk

atau sekurang-kurangnya satu kecamatan mempunyai satu puskesmas. Untuk memperluas jangkauan layanan kesehatan, setiap puskesmas dibantu oleh 3-4 puskesmas pembantu dan satu puskesmas keliling (DepKes RI, 2003). Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan pada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan untuk menurunkan biaya pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien sekarang konsumen masih tetap menjadi tolok ukur (Benchmark) utama keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan (Nurachmah, 2001 Menurut Depkes RI, Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang menyelenggarakan perorangan atau bersama-sama dalam organisasi untuk mencegah

dan

meningkatkan

kesehatan,

memelihara

serta

menyembuhkan penyakit dan juga memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga dan ataupun publik masyarakat. 

Promotif, yaitu pemelihara dan peningkatkan kesehatan hal-hal ini sangat diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi.



Preventif, yaitu pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap penyakit, terdiri dari :



Preventif primer, yaitu terdiri dari program pendidikan, misalnya imunisasi, penyediaan nutrisi yang baik.



Preventif sekunder, yaitu pengobatan penyakit tahap dini.



Preventif tersier, yaitu diagnosa penyakit, pembuatan diagnosa dan pengobatan.



Kuratif, yaitu penyembuhan penyakit



Rehabilitasi, yaitu pemulihan dan proses pengobatan

Perkembahangan Promosi Kesehatan di Indonesia. Perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan Promosi Kesehatan International, yaitu secara seremonial di Indonesia di mulai program Pembangunan Kesehatan Masyarakat

Desa

(PKMD)

pada

tahun

1975,

dan

tingkat

Internasional Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Primary Health Care (Departemen Kesehatan, 1994). Kegiatan Primary Helath Care tersebut sebagai tonggak sejarah cika-lbakal Promosi Kesehatan. Khusus konvesi yang membahas tentang Promosi Kesehatan di mulai dari Konvesi Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada dengan melahirkan The Ottawa Charter tahun 1986 sampai Konvesi Promosi Kesehatan yang dilaksanakan di Jakarta tahun 1997 dengan melahirkan The Jakrata Declaration. Selanjutnya perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia adalah seperti berikut dibawah ini. a.

Sebelum Tahun 1965 (sebelum sampai awal kemerdekaan).

Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Dalam program-program kesehatan Pendidikan Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan, terutama pada saat terjadi keadaab kritis seperti wabah penyaki, bencana, dsb. Sasarannya perseorangan (individu), dengan sasaran program lebih kepada perubahan pengetahuan seseorang. b.

Periode Tahun 1965-1975.

Pada priode ini mulai perhatiannya kepada masyarakat. Saat itu juga dimulainya peningkatan profesional tenaga melalui program Health Educational Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat individual walau sudah mulai aktif ke masyarakat.

Sasaran program adalah perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. c.

Periode Tahun 1975-1985.

Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluh Kesehatan. Di Tingkat Departemen Kesehatan ada Diterektorat PKM. PKMD menjadi andalan program sebagai pendekatan Community Development. Saat itu program UKS di SD diperkenalkannya Dokter Kecil. Sudah mulai aktif membina dan mem- berdayakan masyarakat. Saat itulah Posyandu

lahir sebagai pusat pemberdayaan dan mobilisasi

masyarakat. Sasaran program adalah perubahan perilaku masyarakat tentang kesehatan. Misi dipengaruhi oleh Deklarasai Alma Ata. d.

Periode Tahun 1985-1995.

Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas memberdayakan masyarakat. Sirektoral PMK berubah menjadi Pusat PKM, yang tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu. Tujuan dari PKM dan PSM saat itu adalah perubahan perilaku. Pandangan (Visi) mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa Charter’ tentang Promosi Kesehatan. e.

Periode Tahun 1995-Sekarang.

Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik kesehatan (termasuk advokasi). Sehingga sasaran Promosi Kesehatan bukan saja perubahan perilaku tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju perubahan sistem atau faktor lingkungan kesehatan. Pada Tahun 1997 diadakan konvensi internasional Promosi Kesehatan dengan tema ”Health Promotion Towards The

21’stCentury,

Indonesian

Policy

for

The

Future”

dengan

melahirkan ‘The Jakarta Declaration’. Tujuan promosi kesehatan Tujuan utama promosi kesehatan adalah :  Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat  Peningkatan perilaku masyarakat  Peningkatan status kesehatan masyarakat. Menurut Green (1990), tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu : 1. Tujuan program Tujuan program merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. 2. Tujuan pendidikan Tujuan pendidikan merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada. 3. Tujuan perilaku Tujuan perilaku merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.

Keterkaitan

Kesehatan

Masyarakat,

Pelayanan

Kesehatan,

Kesehata Dasar, Pendidikan Kesehatan Dan Promosi Kesehatan 1. Promotif. Istilah promotif diartikan sebagai "peningkatan", hal tersebut tidak terlepas dari asal mula digunakannya istilah promotif itu sendiri. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan untuk membantu indivudu,

kelompok

atau

masyarakat

dalam

meningkatkan

kemampuan atau perilakunya, untuk mencapai kesehatan secara

optimal. Sedangkan WHO (World Health Organization) yang merupakan organisasi kesehatan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merumuskan promosi kesehatan sebagai perluasan makna dari pendidikan kesehatan, sebagai berikut : 

Promosi kesehatan adalah proses untuk kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.

2. Preventif. Usaha pencegahan suatu penyakit lebih baik dari mengobati suatu penyakit. Hal ini dikarenakan usaha pencegahan suatu penyakit akan memunculkan hasil yang lebih baik dan biaya yang lebih murah. 3. Kuratif. Termasuk dalam tindakan ini adalah mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan yang tepat dan segera. Tujuan utama dari usaha pengobatan (kuratif) adalah pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera. 4. Rehabilitatif. Proses rehabilitatif adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat sesuai dengan kemampuannya. Usaha rehabilitasi ini memerlukan bantuan dan pengertian dari seluruh anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keadaan mereka (bekas penderita), sehingga memudahkan mereka (bekas penderita) dalam proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat dengan kondisinya yang

sekarang

ini.

4. Lima Ruang Lingkup Promosi Kesehatan. Ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu: 1. Ruang Lingkup Berdasarkan Area Masalah Dilihat dari area masalah, ruang lingkup upaya promosi mencakup berbagai ideologi dari kesehatan dan penyakit seperti kesehatan ibu, kesehatan anak, penyakit infeksi dan penyakit infeksi menular, penyakit tidak menular, kecelakaan dan bencana, kesehatan manula. Pada saat ini, model kesehatan yang baru yaitu social model of health, mulai diterima, meninggalkan medical model. Pada model sosial, masalah kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya, bukan semata-mata dengan mengobati penyakit yang merupakan akaibat dari masalah kesehatan. 2. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pencegahan Oleh karena masyarakat berada dalam berbagai status atau kondisi, maka promosi kesehatan harus bersifat komprehensif. Di dalam upaya kesehatan, dikenal 5 tingkat pencegahan dari Leavell and Clark (1967): a. Pencegahan primer, yang terdiri dari: I. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion) II. Perlidungan khusus (specific protection) b. Pencegahan sekunder III. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) IV. Pembatasan cacat (disability limitation) c. Pencegahan tertier V. Rehabilitasi (rehabilitation) 3. Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Dasar Deklarasi Alma Ata (1978) yang terkenal dengan visi “Sehat untuk semua tahun 2000” menghasilkan konsep Pelayanan Kesehatan dasar (Primary Health Care), yang meliputi: Acute primary care; Health education; Health promotion;

Disease

surveilance

and

monitoring;

Community

Development. Sigerist (1945) mengkategorikan upaya-upaya seperti di atas menjadi 4 tingkat pelayanan dan menyebutnya sebagai fungsi kedokteran (Tones and Green, 2004: 14) a. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion) b. Pencegahan penyakit (prevention of disease) c. Perawatan/pengobatan penyakit (curation of disease) d. Pemulihan dari sakit (rehabilitation) 4. Ruang lingkup aktivitas Diperluasnya peran Pendidikan Kesehatan menjadi Promosi Kesehatan oleh WHO menggambarkan juga luasnya ruang

lingkup

aktivitas

promosi

kesehatan.

Ottawa

Charter

mengemukakan 5 (lima) pilar utama/cara untuk mempromosikan kesehatan (yang bunyi pernyataannya sesungguhnya bersifat perintah), yaitu: a. Build Healthy Public Policy (Buat kebijakan publik yang sehat) b. Create Supportive Environment (Ciptakan lingkungan yang mendukung) c. Strengthen Community Action (Perkuat kegiatan masyarakat) d. Develop Personal Skills (Kembangkan / tumbuhkan keterampilan pribadi) e. Reorient Health Services (Orientasi ulang pelayanan kesehatan) 5. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (Health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan (health practice). Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Benjamin Bloom. Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan

individu

yang

menjadi

unit

analisis.

mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi:

Becker

a. Pengetahuan Kesehatan. Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, pengetahuan

seperti tentang

pengetahuan

tentang

faktor-faktor

yang

penyakit terkait

menular, dan

atau

mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan. b. Sikap terhadap kesehatan. Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan. c. Praktek kesehatan. Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan

5. Visi dan Misi Promosi Kesehatan Promosi kesehatan memiliki visi misi dan strategi yang jelas, sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang kebijakan nasional promosi kesehatan, apabila dilihat kembali hal ini sejalan dengan visi global. Visi promosi kesehatan adalah PHBS 2010 yang mengindikasikan tentang terwujudnya masyarakat indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut menunjukkan dinamika atau gerak maju dari suasana lama (ingin diperbaiki) suasana baru (ingin dicapai).

Visi ini diperlukan agar promosi kesehatan yang diharapkan mempunyai arah yang jelas, dalam hal ini adalah apa yang menjadi harapan dari promosi kesehatan sebagai penunjang dalam program kesehatan yang lain. Visi promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihgara dan meningkatkan status kesehatannya, baik fisik, mental, sosial dan diharapkan pula mampu produktif secara ekonomi maupun sosial sebagaimana dituangkan dalam undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO. Empat kata kunci Visi Promosi Kesehatan: a. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatan b. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatan c. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit, melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan, dan mencari pertolongan pengobatan yang professional bila sakit. d. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya . Kesehatan perlu ditingkatkan, karena derajat kesehatan baik individu, kelompok , atau masyarakat itu bersifat dinamis, tidak elastis. Untuk mencapai visi tersebut diatas perlu upaya-upaya yang dilakukan dan biasanya dituangkan dalam misi. Misi promosi kesehatan secara garis besar dirumuskan sebagai berikut: 1.Advokat (Advocate), melakukan kegiatan advokasi / upaya –upaya terhadap para pengambil keputusan diberbagai program / sektor yang terkait dengan kesehatan. Dengan maksud agar program kesehatan yang ditawarkan dipercayai dan perlu dukungan melalui kebijakankebijakan / keputusan politik. 2.Menjembatani (Mediate), menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerja sama dengan program lain dilingkungan kesehatan , maupun

lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap maslah kesehatan tersebut. oleh karena itu promosi kesehatan memilikiu peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitaraan ini. 3.Memampukan (Enable), memberikan ketrampilan / kemampuan pada masyarakat agar mereka mempercayai dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mampunyai kemauan dan kemampuan yang mandiri dibidang kesehatan termasuk kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan diri masing-masing

B. Konsep Dasar Perilaku Dan Perubahan Perilaku 1. Pengertian Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku(manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. ( Notoatmodjo, 2003). Seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). (Skinner, 1938 yang dikutip dalam Notoatmodjo,2003). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :

a. Perilaku Tertutup (Covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.Misalnya: Seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya. b. Perilaku Terbuka (Overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka,yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.Misalnya: seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. c.

Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan. (Dinas Kesehatan Polewali Mandar,2008)

2. Batasan Bentuk Dan Domain Perilaku a. Batasan Perilaku Kesehatan Batasan perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Perilaku

pemeliharaan

kesehatan

(health

maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan

kesehatan

ini

terdiri

dari

3

aspek:

a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin. c) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman

dapat

memelihara

dan

meningkatkan

kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. 2.

Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan

(health

seeking

behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri (selftreatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. 3. Perilaku Kesehatan Lingkungan Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.Klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan antara lain: a.) Perilaku hidup sehat Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :



Menu seimbang



Olahraga teratur



Tidak merokok



Tidak minum-minuman keras dan narkoba



Istirahat yang cukup



Mengendalikan stress



Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

b) Perilaku Sakit(illness behavior) Mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya. Perilaku peran sakit ( the sick role behavior) Perilaku ini mencakup : •

Tindakan untuk memperoleh kesembuhan



Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana

pelayanan atau penyembuhan penyakit yang layak. •

Mengetahui hak(misalnya: hak memperoleh

perawatan,pelayanan kesehatan dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter atau petugas kesehatan,tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya. b. Domain Perilaku Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang),namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons

terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas.Sehingga membagi perilaku manusia menjadi 3 domain,ranah atau kawasan

yakni:kognitif,afektif,dan

psikomotor.

Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:  Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). a. Proses adopsi perilaku Penilitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni



Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. •

Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus.



Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). •

Triall, orang telah mencoba perilaku baru.



Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya tehadap stimulus.

b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: •

Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall). Tahu merupakan tingkat yang paling rendah dan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,meguraikan,mendefinisikan,menyatakan dan sebagainya. •

Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. •

Applikasi (Aplication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang real atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, perinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. •

Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. •

Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya menyusun,merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori. •

Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi. Evaluasi ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada. 1. Sikap (Attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. a.

Komponen pokok sikap

Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu: •

Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu

objek •

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek



Kecenderungan untuk bertindak (tend to

behave)(Alport,1954 yang dikutip dalam Notoatmodjo) b.

Berbagai Tingkatan Sikap terdiri

dari:menerima (receiving),merespon(responding) menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible) c.

Praktek atau Tindakan (practice) terdiri dari : persepsi

(perception), respon terpimpin (guided response), mekanisme (mechanism), adopsi (adoption). Faktor penentu (Determinan) perilaku kesehatan pada umumnya melibatkan banyak faktor. Kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: faktor pembawa (predisposing faktor) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai. faktor pendukung (enabling faktor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan,faktor pendorong (reinforcing faktor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari periaku masyarakat. Dari faktor-faktor di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas kesehatan dan periaku petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku (Dinas Kesehatan Polewali Mandar,2008).

2. Proses Perubahan Perilaku Ada beberapa teori proses perubahan perilaku antara lain: a.

Penelitian pengembangan dan penyebaran (Research development Teori

mengembangkan

and bahwa

dissemination). manusia

mempunyai

kemampuan untuk mengembangkan diri melalui proses belajar sendiri. Proses belajar sendiri yang dimaksud adalah proses belajar dari pengalaman hidup dengan trial and eror atau mencoba lagi, dan seterusnya sehingga menemukan sesuatau yang dianggap sebagai pengetahuan atau perilaku “baru”.

b.

Teori perubahan sikap Teori menyatakan bahwa sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh orang lain karena: 1.

Penyesuaian yaitu seseorang mengubah sikapnya sesuai orang yang mempengaruhinya apabila menguntungkan dirinya,

tetapi

akan

menolak

apabila

tidak

menyenangkan atau menguntungkan dirinya. 2. identifikasi yaitu seseorang akan menganut sikap oaring

lain yang dikagumi atau disegani atau disenangi. 3. Internalisasi yaitu seseorang menerima sikap yang baru

oleh karena sikap yang baru tersebut masih selaras dengan sikap dan nilai-nilai yang dimiliki sebelumnya. c.

Proses adopsi perilaku Menurut Roger, seseorang akan mengikuti atau menganut perilaku baru melalui tahapan sebagai berikut: 1. Sadar (Awareness) : seseorang sadar akan adanya

informasi baru. Misalnya menggosok gigi. 2. Tertarik (Interest) : seseorang mulai tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai manfaat menggosok gigi sehingga orang tersebut mencari informasi lebih lanjut pada orang lain yang dianggap tahu, membaca atau mendengarkan dari sumber yang dianggap tahu. 3. Evaluasi (Evaluasion) : pada tahap ini seseorang mulai

menilai, apakah akan memulai menggosok gigi atau tidak, dengan mempertimbangkan berbagai sudut misalnya, kemampuan membeli sikat gigi, pasta gigi, atau melihat orang lain yang rajin menggosoki gigi. 4. Mencoba (Triad) : orang tersebut mulai menggosok

gigi. Dengan mempertimbangkan untung ruginya, orang tersebut akan terus mencoba atau menghentikannya.

Misalnya, apabila orang tersebut setelah menggosok gigi merasa mulutnya nyaman, giginya bersih sehingga menambah rasa percaya diri, ia kan melanjutkan menggosok gigi secara teratur. Namun, jila menggosok gigi membuat gigi ngilu kegiatan menggosok gigi tidak akan dilanjutkan atau diberhentikan sementara. 5. Adopsi (Adopsion) : pada tahap ini, orang yakin dan

telah

menerima

bahwa

informasi

baru

berupa

menggosok gigi memberi keuntungan bagi dirinya sehingga menggosok gigi menjadi kebutuhan.

3. Teori Perubahan Perilaku a.

Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R) Teori

ini

mendasarkan

asumsi

bahwa

penyebab

terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources ), misalnya: kredibilitas,

kepemimpinan,

gaya

berbicara

sangat

menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses

belajar.

Proses

perubahan

perilaku

tersebut

menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari: 1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organism dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus

diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. 2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari oragnisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. 3. Setelah itu organism mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesedian untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap) 4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Proses perubahan perilaku berdasarkan teori S-O-R ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Stimulus

- Perhatian - Pengertian - Penerimaan

Reaksi tertutup (Perubahan sikap)

Reaksi terbuka (Perubahan Praktek)

b. Teori Festinger (dissonance Theory) Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi social. Teori ini sebenarnya sama dengan konsep “imbalance” (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan “cognitive dissonance” adalah merupakan keadaan ketidak seimbangan psikologis yang diliputi oleh letegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut “consonance” (keseimbangan). Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentangan.

Yang

dimaksud

elemen

kognisi

adalah

pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan

pendapat

atau

keyakinan

yang

berbeda/bertentangan di dalam individu sendiri, maka terjadilah dissonance. Contoh: seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Di satu pihak, dengan bekerja ia dapat

tambahan

pendapatan bagi keluarganya, yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan bagi keluarga dan anak-anaknya, termasuk kebutuhan makanan yang bergizi. Apabila ia tidak bekerja, jelas ia tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di pihak yang lain, apabila ia bekerja, ia khawatir terhadap perawatan

terhadap

anak-anaknya

yang

menimbulkan

masalah. Kledus elemen (argumentasi) ini sama-sama pentingnya, yakni rasa tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang baik.

Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri secara kognitif. Dengan penyesuaian diri ini maka

terjadi

keseimbangan

kembali.

Keberhasilan

tercapainya keseimbangan kembali ini menunjukkan adanya perubahan sikap dan akhirnya akan terjadinya perubahan perilaku.

c. Teori Fungsi Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimngerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa: 1. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memnuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya, orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar sudah menjadi kebutuhannya. 2. Perilaku dapat berfungsi sebagai ‘defence mecanism’ atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya, orang dapat menghindari penyakit demam berdarah, karena penyakit tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.

3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya dengan tindakannya itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. 4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku dapat merupakan layar di mana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.

Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu, dan senantisas menyesuaikan

diri

dengan

lingkungannya

menurut

kebutuhannya. Oleh sebab itu, di dalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus menerus dan berubah sevara relatif.

d.

Teori Kurt Lewin Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatankekuatan penahan (reinstraining forces). Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang. Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni:

1. Kekuatan –kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan

perilaku.

Stimulus

ini

berupa

penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya, seseorang yang belum ikot KB (ada keseimbangan antara penting anak sedikit, dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber- Kb di naikkan dengan penyuluhan-penyluhan atau usaha-usaha lain. 2. Kekuatan –kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya contoh diatas, dengan pemberian pengertian kepada orang tersebut bahwa anak banyak rezeki, adalah kepercayaan yang salah, maka kekuatan penahan tersebut melemah, adan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut. Kekuatan

pendorong

meningkat,

kekuatan

pendorong

menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti pada contoh diatas juga, penyuluhan KB yang berisikan memberikan pengertian terhadap orang tesebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki akan meningkat kekuatan pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.

5. Penyebab perubahan perilaku Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern.

Faktor interna mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisikmaupun non fisik seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.3 Menurut Green, perilaku itu sendiri ditentukan oleh oleh 3 faktor utama, yaitu:2 a. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors) Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai tradisi, dan sebagainya. Seorang ibu mau membawa anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya. b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) Faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya Puskesmas, Posyandu, tempat pembuangan sampah dan sebagainya. c. faktor-faktor penguat (reinforcing factors) Faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadangkadang meskipun sesorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa kehamilan, dan di dekat rumahnya ada Polindes, dekat dengan bidan, tetapi ia tidak mau memeriksa kehamilannya, karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh lainnya tidak pernah periksa kehamilan, namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyrakat.

C. Media Promosi 1. Konsep Media Dalam Promosi Kesehatan

Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah, perantara, atau pengantar. Secara harfiah dalam bahasa Arab, media berarti

perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartika sebagai alat bantu promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan oenyebarluasan informasi. Media promosi kesehatan adalah semua saranana atau upaya menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika, dan media luar ruang, sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat mengubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan (Soekidjo, 2005). Alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan ide atau gagasan yang terkandung didalamnya harus dapat diterima oleh sasaran. Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan, antara lain : 1.

Dapat menghindari kesalahan pengertian/pemahaman atau salah tafsir.

2.

Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.

3.

Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.

4.

Dapat menarik serta memusatkan perhatian.

5.

Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.

2. Penggolongan Media Promosi Kesehatan

Media dapat digolongkan menjadi dua, berdasarkan bentuk umum penggunaan dan berdasarkan cara produksi. a. Berdasarkan bentuk umum penggunaan. 1) Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah, buletin, tabloid, dan lain-lain.

2) Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi, slide, film, dan lain-lain. b. Berdasarkan cara produksi 1) Media cetak. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesanpesan visual. Pada umumnya terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna. Contohnya poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker, dan pamflet. Fungsi utamanya adalah memberi informasi dan menghibur. Kelebihan yang dimiliki media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak terlalu tinggi, tidak perlu energi listrik, dapat dibawa, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya tidak dapat menstimulasi efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat. b.

Media elektronik. Media elektronik aitu suatu media bergerak, dinamis, dapat dilihat, didengar, dan dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contohnya televisi, radio, film, kaset, CD, VCD, DVD, slide show, CD interaktif, dan lain-lain. Kelebihan media elektronik antara lain sudah dikenal masyarakat, melibatkan semua pancaindra, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar, adanya tatap muka, penyajian dapat dikendalikan, janagkauan relatif lebih besar/luas, serta dapat diulang-ulang jika digunakan sebagai alat diskusi. Kelemahannya

yaitu

biaya

lebih

tinggi,

sedikit

rumit,

memerlukan energi listrik, diperlukan alat canggih dalam proses produksi, perlu persiapan matang, peralatan yang selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan, dan perlu keterampilan dalam pengoprasian

c.

Media luar ruang Media luar ruang yaitu suatu media yang penyampaian pesannya di luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronik secara statis. Contohnya papan reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar, dan lain-lain. Kelebihan media luar ruang diantaranya sebagai informasi umum dan hiburan, melibatkan semua pancaindra, lebih menarik karena ada suara dan gambar, adanya tatap muka, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih luas. Kelemahannya yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, ada yang memerlukan listrik atau alat canggih, perlu kesiapan yang matang, peralatan yang selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan.

3. Memilih Saluran Media Promosi

a) Poster Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar dengan sedikit kata-kata. Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar dnegan tujuan memengaruhi seseorang agar tertarik atau bertindakan pada sesuatu. Makna kata-kata dalam poster harus jelas dan tepat serta dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih enam meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau foto. b) Leaflet Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat singkat, padat, mudah dimengerti, dan gambar-gambar yang sederhana. Leaflet atau sering juga disebut pamflet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus

untuk sasaran dan tujuan tertentu. Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm yang berisi tulisan 200 – 400 kata. Ada beberapa leaflet yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air ditingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare serta pencegahannya, dan lainlain. Isis harus bisa ditangkap dnegan sekali baca. Leaflet dpat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan Focus Group Discussion (FGD), pertemuan posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. c) Papan Pengumuman Papan pengumuman biasanya dibuat dari papan dengan ukuran 90 x 120 cm, biasa dipasang di dinding atau ditempat tertentu seperti balai desa, posyandu, masjid, puskesmas, sekolah, dan lain-lain. Pada papan tersebut gambar-gambar atau tulisan-tulisan dari suatu topik tertentu. d) Gambar Optik Gambar optik mencakup foto, slide, film, dan lain-lain.

4. Karakteristik Media Promosi Kesehatan: a. Media Above Line (Media Lini Atas) 1) Media Cetak Contoh: Surat kabar, majalah, tabloid Kelebihan : 1) Bersifat permanen karena penyampaian pesan dilakukan secara 2) berulang-ulang sehingga ada pendalaman efek 2) Bersifat Space Organized sehingga isi lebih rinci dan mendalam 3) komunikan dapat menentukan waktu dalam menikmati isi pesan 4) Repeatable, dapat di baca berkali-kali dengan menyimpannya atau

menglipingnya. 5)

Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.

Kelemahan : 1) Komunikan tidak mampu membaca 2) Menuntut kemauan membaca, jika reading habbitnya rendah akan sulit 3) Mahal 4) Memerlukan konsentrasi 5) Lambat, dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi kepada masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak sering kali hanya memuat berita yang telah disebarluaskan oleh media lainnya. 6) Tidak adanya audio, media cetak hanya berupa tulisan yang tentu saja tidak dapat didengar. 7) Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita. 8) Produksi, biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak harus mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.

b.

Media Radio Media ini banyak diandalkan oleh masyarakat. Kelebihan : 1)

Santai dan praktis

2)

Daya langsung

3)

Mengatasi bagi yang buta huruf

4)

Bersikap akrab dan personal

Kekurangan :

c.

1)

Hanya sekilas dengar

2)

Banyak gangguan

3)

Tidak dapat menyampaikan pesan yang kompleks

4)

Pesan kurang atraktif

Media Televisi Kelebihan : 1)

Merekam dengan distorsi rendah

2)

Digunakan secara berulang-ulang oleh audience yang heterogen

3)

Mampu mgungkap peraaan dengan gambar, musik, maupun

kata sehingga multiple effect 4)

Mampu mengajak penonton sehingga pendekatan individu

melalui tokoh 5)

Dapat mengemukakan individu yang abstrak

Kekurangan : 1)

Mahal

2)

Komunikan dituntut intensitas perhatian

3)

Kurang akrab

d. Media Film Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar, dan kolosal. Kekurangan dan kelebihan sama dengan media televisi karena sifatnya yang audio visual. Kelebihan : 1) Merekam dengan distorsi rendah 2) Digunakan secara berulang-ulang oleh audience yang heterogen

3) Mampu mgungkap peraaan dengan gambar, musik, maupun kata sehingga multiple effect 4) Mampu mengajak penonton sehingga pendekatan individu melalui tokoh 5) Dapat mengemukakan individu yang abstrak Kekurangan : 1) Mahal 2) Komunikan dituntut intensitas perhatian 3) Kurang akrab

b. Media Below The Line (Media Lini Bawah) 1.

Poster Berupa lembaran-lembaran cetak yang terdiri dari dua aspek yaitu aspek verbal (naskah dan teks) dan visual (ilustrasi). Poster juga bisa berupa selembar kertas dengan ketebalan tertentu yang isinya didesain sedemikian rupa sehingga mampu menarik perhatian orangorang yang melihatnya. Berisi pemberitahuan dengan pesan-pesan yang persuasive. Untuk itu poster harus ditempatkan/ditempelkan di tempattempat umum/keramaian yang tentunya disesuaikan dengan jenis posternya, dalam hal ini adalah tempat-tempat yang berhubungan dengan dunia seni dan pendidikan. Lebih singkatnya poster dapat didefinisikan sebagai plakat berupa pengumuman atau iklan yang dipasang di tempat umum (WJS Poerwadarminta, 1986:783) Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-

gambar dengan sedikit kata-kata. Katakata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.

Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak. Kelebihan : 1) Bahasa singkat, sederhana, dan mudah dipahami 2) Menggunakan huruf besar sehingga tetap terlihat pada jarak jauh 3) Ilustrassi bervariasi, yang berupa gambar, foto, dan warna yang menarik 4) Pesan yang sederhana, misalnya menunjukan produk 5) Ukuran bervariasi, ada besar dan ada kecil 6) Wilayah sesuai keinginan Kelemahan : 1) Luas jangkauan terbatas karena bersifat local 2) Tidak dapat memilah khalayak 3) Khalayak hanya melihat sepintas

2.

Leaflet Berupa lembaran, tanpa lipatan, jumlah satu lembar, dan dirancang khusus. Merupakan jenis pamflet atau brosur yang paling populer. Biasanya terdiri dari satu lembar saja dengan cetakan dua muka. Namun yang khas dari leaflet adalah adanya lipatan yang membentuk beberapa bagian leaflet seolah-olah merupakan panel atau halaman tersendiri. Kualitas cetakan leaflet biasanya bagus, dibuat dengan desain yang menarik, dan berisi informasi yang lengkap baik berupa gambar maupun tulisan.

Karena

bentuknya

lipatan,

pembuatan

leaflet

biasanya

memperhatikan sisi psikologi orang membuka leaflet, sehingga desainnya pun dibuat untuk memudahkan orang menerima informasi yang ada pada leaflet tanpa terlalu banyak membolak-balik leaflet. Dibanding dengan media promosi lain (booklet, katalog, flyer), leaflet sangat sering dijumpai

karena bisa digunakan untuk bermacam hal misalnya mengenalkan produk, sebagai katalog mini atau booklet mini, profil perusahaan, dan lain sebagainya.

3. Bentuk Booklet Bentuk buku meskipun hanya satu lembar. Tetapi biasanya terdiri dari beberapa halaman dan seringkali memiliki sampul, halaman judul, dijilid baik secara sederhana menggunakan staples maupun dijilid dengan hiasan misalnya menggunakan ring. Sejumlah produk konsumen seperti barang elektronik (misalnya handphone), sering menyertakan buklet berisi spesifikasi produk atau penjelasan cara penggunaan (manual book) secara ringkas. Booklet atau buklet yang menyertai barang elektronik kadangkadang memiliki jumlah halaman yang banyak dan tidak untuk habis dibaca dalam satu kali kesempatan. Album rekaman, seperti kaset atau CD sering menyertakan buklet yang berisi lirik lagu, foto, dan nama-nama artis pendukung. Booklet yang biasanya terlihat seperti sebuah buku mini, bukan merupakan sarana beriklan secara langsung.

Kelebihan leaflet dan booklet : 1)

Dapat disimpan sehingga dapat dibaca berulang-ulang

2)

Isinya dapat terperinci

3)

Desain cetak, ilustrasi dibuat menarik

4)

Mampu memilah khalayak

Kekurangan : 1) Adanya nir massa yaitu khalayak yang tidak tercover 2) Tidak cocok untuk audience dengan tingkat pendidikan rendah 3) Adanya eye catcher yaitu umpan menangkap mata tetapi tergantung ilustrasi, desain, jenis kertas, dan kualitas cetak.

5. Merancang Mengembangkan Berbagai Jenis Media Promosi Langkah-langkah dalam merancang pengembangan media promosi kesehatan adalah sebagai berikut : a. Menetapkan tujuan Tujuan harus realistis, jelas, dan dapat diukur (apa yang diukur, siapa sasaran yang akan diukur, seberapa banyak perubahan akan diukur, berapa lama dan dimana pengukuran dilakukan). Penetapan tujuan merupakan dasar untuk merancang media promosi dan merancang evaluasi. b. Menetapkan segmentasi sasaran Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya antara lain memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, memberikan kepuasan pada masing-masing segmen, menentukan ketersediaan jumlah dan jangkauan produk, serta menghitung jenis dan penempatan media. c. Memposisikan pesan (positioning) Memposisikan pesan adalah proses atau upaya menempatkan suatu prosuk perusahaan, individu atau apa saja ke dalam alam pikiran sasaran atau konsumennya. Positioning membentuk citra. d. Menentukan strategi positioning Identifikasi para pesaing, termasuk persepsi konsumen, menentukan posisi pesaing, menganalisis preferensi khalayak sasaran, menetukan posisi merek produk sendiri, serta mengikuti perkembangan posisi. e. Memilih media promosi kesehatan Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran. Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas. Setiap media akan memberikan peranan yang berbeda. Penggunaan beberapa media secara seremoak dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi, dan efektivitas pesan.

6. Promosi Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagau suatu proses dimana proses tersebut mempaunyai masukan (input) dan keluaran (output). beberapa contoh promosi pendidikan kesehatan melalui media ini, antara lain : a. Ceramah umum (public speaking) Pada acar-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan untuk

lainnya

berpidato

dihadapan

massa

rakyat

menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga

merupakan salah satu bentuk

pendekatan massa.

b. Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa. c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa. d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa. e. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu

7.

Evaluasi Media Promosi Evaluasi pada media promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan dengan tahap evaluasi pada prosesnya secara umum.. Didalam tahapan evaluasi hal penting yang harus diperhatikan adalah standar ukuran yang digunakan untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini

diperoleh dari tujuan dan hasil yang diharapkan diadakannya suatu media tersebut. Contoh : a. Menimbulakan minat sasaran pendidikan b. Mencapai sasaran yang lebih banyak c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman d. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain e. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indra. Menurut penelitian para ahli, indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuanke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% samapi 25% lainnyatersalur melalui indra lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan. g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik. Orng yang melihat sesuatu yang memang diperlukan tentu akan menarik perhatiaanya, dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan pengertian baru baginya, yang merupakan pendorong untuk melakukan/memakai sesuatu yang baru tersebut. h.

Membantu menegakan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa terhadap pengertian yang telah diterima. Untuk mengatasi hal ini alat bantu akan membantu menegakan pengetahuanpengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima akan lebih lama tersimpan didalam ingatan.

D. Perencanaan Program Promosi Di Puskesmas 1. Analisa Komunitas

Analisis komunitas berperan dalam mengidentifikasi masalah serta menentukan tujuan. Analisis komunitas dapat berarti menelaah berbagai aspek baik berupa unsur-unsur internal yang melekat secara khas dalam kehidupan masyarakat, maupun unsur-unsur eksternal yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan kehidupan masyarakat secara umum. Beberapa aspek yang menjadi sasaran dalam melakukan analisis komunitas, antara lain identifikasi anggota masyarakat, batas-batas geografis, kebutuhan-kebutuhan, kepentingan-kepentingan, aspirasi-aspirasi, motivasi-motivasi para anggotanya dan atau efektifitas sistem pelayanan kesehatan yang tersedia.Secara lebih rinci tahapan-tahapan dalam melakukan analisis komunitas adalah mengumpulkan informasi, mendefinisikan batasbatas, mendefinisikan latar belakang, menganalisis status kesehatan masyarakat termasuk analisis terhadap sistem perawatan kesehatan dan potensi keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. 2. Diagnosa Komunitas

Pada tahap selanjutnya dilakukan diagnosis masyarakat untuk menentukan kondisi kesehatan masyarakat, menentukan pola pelayanan kesehatan di masyarakat, menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan/perawatan kesehatan serta mengidentifikasi dan menentukan determinan-determinan dari problem utama yang berkaitan dengan kebutuhan dan sumberdaya kesehatan dalam masyarakat bersangkutan. 3. Penyusunan Fokus Program

a.

Identifikasi Masalah, Potensi dan Analisis Situasi

b. Menentukan Tujuan Promosi Kesehatan

Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu : 1. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat 2. Peningkatan perilaku masyarakat 3. Peningkatan status kesehatan masyarakat c. Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan Di dalam promosi kesehatan yang dimaksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran, yaitu individu, kelompok maupun keduanya. d.

Menentukan Isi/Materi Promosi Kesehatan Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat menggunakan gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.

e. Menentukan Metode 1. Pengetahuan : penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk, penyebaran leaflet, dll. 2. Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat menggugah emosi,

dan sikap sasaran, misalnya dengan memperlihatkan

foto, slide atau melalui pemutaran film/video. 3. Keterampilan : sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut. 4.

Pertimbangkan sumber dana & sumber daya.

f. Menetapkan Media 1. Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan menggunakan media. 2. Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran, tk pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber daya yang ada. g. Menyusun Rencana Evaluasi

Rencana evaluasi harus dijabarkan yaitu mengenai kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan dievaluasi & siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut. h. Menyusun Jadwal Pelaksanaan Penjabaran dari waktu,tempat & pelaksanaan yang biasanya disajikan

dalam

bentuk gan

chart

(Listyaningrum,

2008).

Setelah melalui tahapan perencanaan, selanjutnya dilakukan tahap implementasi Program promosi kesehatan. 3. Analisa Target Analisa target penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang akan dilakukan terfokus pada prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu memberikan layanan keperawatan terbaik pada klien meliputi individu, kelompok maupun masyarakat. Analisa target diperlukan dalam promosi kesehatan karena perencanaan menyediakan cara untuk memandu pilihan sehingga keputusan yang dibuat mewakili cara terbaik untuk mencapai target yang diinginkan. Pendekatan rasional menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau option harus diidentifikasi dan dipertimbangkan sebelum program komprehensif disusun. Model perencanaan rasional (Rational planning model) memberika pedoman pilihan dalam mengambil keputusan yang mewakili langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Perencanaan memiliki keuntungan supaya tujuan yang akan dicapai jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan memerlukan: 1. Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan 2. Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai 3. Penentuan taget berhubungan dengan tepat hasil. Target harus SMART; Sesific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time-limited

4. Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian tujuan 4. Pengembangan Pelaksanaan Program Langkah-langkah dalam merancang pengembangan program promosi kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Menetapkan tujuan Tujuan harus realistis, jelas, dan dapat diukur (apa yang diukur, siapa sasaran yang akan diukur, seberapa banyak perubahan akan diukur, berapa lama dan dimana pengukuran dilakukan). Penetapan tujuan merupakan dasar untuk merancang media promosi dan merancang evaluasi. 2. Menetapkan segmentasi sasaran Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya antara lain memberikan pelayanan yang sebaikbaiknya, memberikan kepuasan pada masing-masing segmen, menentukan ketersediaan jumlah dan jangkauan produk, serta menghitung jenis dan penempatan media. 3. Memilih media promosi kesehatan Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran. Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas. Setiap media akan memberikan peranan yang berbeda. Penggunaan beberapa media secara seremoak dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi, dan efektivitas pesan.

5. Implementasi Program Implementasi Program Promosi Kesehatan 1. Persiapan Pelaksanaan Meliputi persiapan alat pendukung dan media fasilitasi dalam program promosi kesehatan.

2.

Implementasi Kegiatan a. Melaksanakan kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan promosi kesehatan (apabila ada rencana pelatihan dalam Rencana Kerja Masyarakat). b. Melaksanakan kegiatan program promosi kesehatan dengan sasaran yang telah ditentukan.

6. Evaluasi Program Hawe et al.(1998) mengatakan evaluasi adalah proses yang memungkinkan kita untuk menetapkan kebenaran atau nilai dari sesuatu. Evaluasi meliputi dua proses yaitu: observasi (pengamatan) dan pengukuran, serta membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria atau standar yang dianggap merupakan hal yang baik. Evaluasi juga meliputi pengamatan dan pengumpulan hasil pengukuran tentang operasionalisasi program dan pengaruh progam terhadap masalah dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan program (Masyuni, 2010). Monitoring dan evaluasi program promosi kesehatan dilaksanakan secara terus menerus dan kontinyu untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan (target) program promosi kesehatan. a. Mengetahui Kemajuan Perubahan Secara Fisik dengan menggunakan peta sosial, b. Memeriksa Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dengan menggunakan tabel perencanaan yang disusun berdasar data dalam RKM, untuk mengetahui apakah jenis dan volume kegiatan yang direncanakan, pada saat ini sudah dilaksanakan. c. Evaluasi Perubahan Perilaku Secara Partisipatif (pada target sasaran) d. Monitoring Kesinambungan

E. Kebutuhan pendidikan kesehatan dalam pelayanan kebidanan 1. Konsep Kebutuhan Individu Dan Kelompok

Kebutuhan adalah keinginan manusia terhadap barang dan jasa yang dapat memberikan kepuasan jasmani dan rohani untuk kelangsungan hidupnya serta untuk memperoleh kesejahteraan dan kenyamanan. Menurut

Murray,

kebutuhan

adalah

sebuah

konstruk

yang

menunjukkan “sebuah dorongan dalam wilayah otak” yang mengatur berbagai proses seperti persepsi, pikiran, dan tindakan dengan maksud untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak memuaskan. Sebuah kebutuhan dapat diakibatkan oleh proses internal namun lebih dari sepuluh distimulasi oleh faktor lingkungan. Secara umum, sebuah kebutuhan disertai oleh perasaan tertentu atau emosi dan ia memiliki sebuah cara khusus mengekspresikan dirinya dalam mencapai resolusi (Murray, 1938,hal 123-125) Apabila sebagian besar kebutuhannya terpenuhi, maka manusia tersebut disebut makmur. Dengan kemampuan kita dalam memenuhi kebutuhan, kelangsungan hidup manusia terus berlanjut dan menjadikan hidupnya sejahtera. Kebutuhan manusia tidakterbatas pada kebutuhan yang bersifat konkret (nyata) tetapi juga bersifat abstrak (tidak nyata). Misalnya

rasa

aman,

ingin

dihargai,

atau

dihormati,sehingga kebutuhan manusia bersifat tidak terbatas. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan mencerminkan adanya perasaan kekurangan dalam diri manusia yang ingin dipuaskan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan manusia adalah sebagai berikut : a. Keadaan Alam (tempat)

Keadaan alam mengakibatkan perbedaan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Orang yang tinggal di daerah kutub, membutuhkan pakaian yang tebal untuk menahan hawa dingin. Lain halnya dengan kita yang tinggal di daerah tropis, cukup memakai pakaian yang tipis. Oleh karena itu tampak disini bahwa keadaan alam dapat mendorong manusia untuk menginginkan barang-barang yang sesuai dengan kondisi alam ditempat yang bersangkutan. b. Agama dan Kepercayaan Ajaran agama yang berbeda dapat mengakibatkan kebutuhan yang berbeda pula. Misalnya, penganut agama Islam membutuhkan membaca Al- Quran sehingga terpenuhinya kebutuhan rohani, sedangkan penganut agama Kristen membutuhkan membaca Kitab sehingga terpenuhinya kebutuhan rohaninya. c. Adat Istiadat Adat atau tradisi yang berlaku di masyarakat sangat mempengaruhi kebutuhan hidup masyarakat. Alasannya, suatu adat atau tradisi akan mempengaruhi baik perilaku maupun tujuan hidup masyarakat setempat. Akibatnya, tradisi yang berbeda akan mennimbulkan kebutuhan yang berbeda pula. Misalnya upacara perkawinan. Pelaksanaan upacara antar daerah akan berbeda-beda. d. Tingkat Peradaban Makin tinggi peradaban suatu masyarakat makin banyak kebutuhan dan makin tinggi pula kualitas atau mutu barang yang dibutuhkan. Pada zaman purba, kebutuhan manusia sangat sedikit. Namun seiring berkembangnya

peradaban,

kebutuhan

manusia

semakin

banyak.Misalnya, dahulu manusia tidak memerlukan sepeda motor, namun sekarang sepeda motor menjadi kebutuhan yang sangat penting. Karena dapat mengefisiensikanwaktu sampai tempat tujuan. Selain itu cita rasa kebutuhan manusia modern juga semakin meningkat. Manusia menuntut kualitas tinggi dari barang-barang atau jasa yang dibutuhkan.

Dengan demikian, membuktikan bahwa perkembangan peradaban akan menyebabkan kebutuhan akan berkembang dan beragam.

2. Kebutuhan Pengetahuan/Pendidikan Kesehatan

Menurut Malcolm S Knowless,

kebutuhan pendidikan

adalah

sesuatu yang harus dipelajari oleh seseorang guna kelangsungan hidupnya, organisasi yang dimasuki, atau untuk kelangsungan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan pendidikan adalah kebutuhan pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo. S ( 2003 : 20 ), pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 dan WHO, tujuan

pendidikan

kesehatan

adalah

meningkatkan

kemampuan

masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya. Pendidikan

kesehatan

dianggap

sebagai

komponen

promosi

kesehatan ( Kolbe, 1988, De Leeuw 1989, Schmidt dkk., 1990, Kok dkk., 1990 ). Menurut Tones dalam De Leeuw (1989), pendidikan kesehatan berfungsi membangkitkan keinsyafan dalam masyarakat tentang aspekaspek kerugian kesehatan lingkungan dan sumber-sumber sosial penyakit,

yang secara ideal diikuti dengan keterlibatan masyarakat dengan giat. Pendidikan kesehatan berusaha membantu orang-orang mengontrol kesehatan

mereka

dengan

memengaruhi,

memungkinkan,

dan

menguatkan keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri. Ada beberapa alasan mengapa pendidikan kesehatan itu penting dan perlu diberikan, antara lain : 1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat, dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yg optimal. 2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yg sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. 3. Agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, salah satu alasan pentingnya pendidikan kesehatan adalah tercapainya perubahan prilaku baik individu, keluarga, dan masyarakat. Perubahan prilaku ini adalah menuju prilaku kesehatan. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam

mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur. Yang kedua adalah perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku

ini

disebut

perilaku

pencarian

pelayanan

kesehatan

(health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan- tindakan yang diambil seseorang bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.

Kok dkk. (1990) mengungkapkan bahwa pendidikan kesehatan dilandasi dengan motivasi, dengan mengubah tiga faktor penentu perilaku, yaitu sikap, pengaruh sosial, dan kemampuan lewat komunikasi. Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan kesehatan, tempat dalam memberikan pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat, sehingga dengan sendirinya sasaranya juga berbeda. Misalnya : 1. Pendidikan kesehatan di keluarga 2. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran guru dan murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah 3. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat kesehatan masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien 4. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan

5. Pendidikan kesehatan di tempat umum, misalnya pasar, tempat ibadah, terminal, dsb

3. Teknik Identifikasi Kebutuhan

Identifikasi berasal dari kata “ identify ” yang artinya meneliti, menelaah. Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari lapangan.

Jadi,

identifikasi

kebutuhan

adalah

kegiatan

yang

mencari/menemukan kebutuhan yang diperlukan oleh individu atau masyarakat. Sebelum mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, harus memahami masyarakat secara menyeluruh dan himpun dan ukur seluruh informasi dasar mengenai masyarakat. Hal ini dilakukan, agar bisa mengetahui kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, ada beberapa teknik yang dilakukan, antara lain : a. Memanfaatkan rapat – rapat perangkat desa yang dilaksanakan pada setiap desa b. Mengikuti rapat dengar pendapat yang biasanya dilaksanakan di tingkat kecamatan dimana setiap kepala desa berkumpul pada acara tersebut. c. Memanfaatkan pertemuan kader kesehatan. d. Kotak saran juga dapat di gunakan untuk menampung aspirasi masyarakat e. Melakukan survey aspirasi kebutuhan masyarakat ( bisa dilakukan dengan metode terbuka atau metode tertutup dengan sudah kita siapkan pertanyaannya ). f. Grup diskusi internal yang memanfaatkan komunitas – komunitas kecil dalam masyarakat. Setelah

mengindentifikasi

kebutuhan

masyarakat,

kemudian

merangkum dan menganalisa kebutuhan tersebut, setelah itu menetapkan

kegiatan yang akan dilakukan guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 4. Survey Kebutuhan

Survey merupakan penelitian yang mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi (Faenkel dan Wallen, 1990). Survey merupakan salah satu jenis penelitian yang banyak dilakukan oleh peneliti dalam bidang sosiologi, bisnis, politik, pemerintahan, pendidikan, dan kesehatan. Tujuan dari survey, antara lain : a. Mencari informasi faktual secara mendetail yang sedang menggejala b. Mengindentifikasikan

masalah-masalah

atau

untuk

mendapat

justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan c. Untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh orang – orang yang menjadi sasaran penelitian dalam memecahkan masalah, sebagai bahan penyusunan rencana dan pemganbilan keputusan dimasa mendatang.

F. Teknik menyusun SAP dan metode pembelajaran promosi 1.

Memilih Kebutuhan a. Syarat Tercapainya Rencana Penyuluhan Promosi Kesehatan yang Baik b. Syarat Tercapainya Rencana Penyuluhan Promosi Kesehatan yang Baik c. Syarat Tercapainya Rencana Penyuluhan Promosi Kesehatan yang Baik

2. Menyusun TIU dan TIK Menentukan Media Penyuluhan a. Memilih Alat bantu (Media) Penyuluhan yang Dibutuhkan 1) Pengertian Media

adalah alat

menyampaikan

yang

bahan

digunakan

pendidikan

oleh

atau

pendidik

dalam

pengajaran.

Media

pendidikan kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran. Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui pancaindera. Semakin banyak pancaindra yang digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengarahkan indra sebanyak pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman. 2) Intensitas Alat Bantu Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu permasalahan seseorang. Sebagai contoh, Elgar Dale menggambarkan intensitas setiap alat peraga dalam suatu kerucut. Alat peraga yang memiliki tingkat intensitas paling tinggi adalah benda asli dan yang memiliki intensitas paling rendah adalah katakata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya dengan katakata saja kurang efektif. Seperti penggunaan metode, akan lebih efektif dan efesien bila yang digunakan tidak hanya satu alat peraga, tetapi gabungan dari beberapa media.

3. Menyusun Materi 1. Mengenal Masalah, Masyarakat, dan Wilayah Tindakan yang dilakukan pertama kali oleh penyuluh adalah melakukan pengumpulan data tentang berbagai hal yang diperlukan, baik untuk kepentingan perencanaan maupun data awal sebagai pembanding penilaian. a. Mengenal Masalah Untuk dapat mengenal masalah, kegiatan yang dilakukan di antaranya :

1) Mengenal program yang akan ditunjang dengan penyuluhan 2) Mengenal masalah yang akan ditanggulangi oleh program tersebut. Misalnya program mengenal gejala dini penyakit DHF seperti demam, kepala pusing, sendi terasa ngilu dan lemas, masalah yang akan ditanggulangi adalah risiko syok yang berakibat pada ancaman kematian pada pasien. Masalah gizi (program penanggulangan kekurangan vitamin A), maka masalah yang akan ditanggulangi adalah xeroftalmia yang bisa mengakibatkan kebutaan. 3) Dasar pertimbangan apa yang dipergunakan untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan. Bagaimana pandangan para pimpinan dan ahli kesehatan terhadap masalah tersebut, apakah masalah tersebut merupakan prioritas masalah sehingga perlu untuk segera ditanggulangi, bagaimana pandangan masyarakat terhadap masalah, apakah mereka menganggap masalah tersebut sebagai

masalah

utama,

apakah

masalah

tersebut

bisa

dipecahkan, serta apakah dengan penyuluhan masalah sudah bisa diatasi. 4) Pelajari masalah tersebut serta kenali dari segi perilakunya. Pelajari pengertian, sikap, dan tindakan apa dari individu, kelompok atau masyarakat yang menyebabkan masalah tersebut. b. Mengenal Masayarakat Program penyuluhan ini adalah untuk masyarakat, maka pada tahap perencanaan penyuluhan yang harus sudah terkaji pada masyarakat adalah sebagai berikut : 2) Jumlah penduduk, berapa jumlah penduduknya, bagaimana dengan kelompok-kelompok khusus yang beresiko seperti ibu hamil, ibu menyusui, lansia, dan lainnya. 3) Keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, bagaimana dengan tingkat pendidikan masyarakat (apakah masih ada yang

tidak bisa baca tulis), norma masyarakat setempat, adakah tantangan sehubungan dengan prilaku yang diharapakan, pola kepemimpinan yang diterapkan, adakah kelompok-kelompok yang berpengaruh, hubungan yang satu dengan yang lainnya (siapa yang berpengaruh dalam mengambil keputusan di masyarakat termasuk keluarga), pola partisipasi masyarakat setempat dan organisasi sosial yang ada, serta tingkat ekonomi masyarakat setempat (mata pencaharian). 4) Pola

komunikasi

di

masyarakat,

bagaimana

informasi

disebarluaskan di masyarakat, siapa sebagai sumber informasi, pusat-pusat penyebaran informasi (warung, arisan, jamaah-jamah yasinan, tahlil, atau lainnya), serta saluran komunikasi yang ada di masyarakat (radio, surat kabar, pengeras suara, dan lainlainnya). 5) Sumber daya yang ada (resources) a) Sarana apa saja yang dimiliki masyarakat, baik sebagai individu maupun masyarakat secara keseluruhan yang bisa dipergunakan oleh mereka untuk perubahan prilaku yang diharapkan. b) Sarana apa saja yang ada, baik pada istitusi pemerintah maupun non pemerintah yang bisa dipergunakan oleh masyarakat untuk mengubah prilaku. Informasi tentang penyakit DHF bisa ke unit P2M di puskesmas dan informasi tentang adanya klinik gizi. c) Sarana apa saja yang ada, baik pada institusi pemerintah maupun swasta, juga masyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan, seperti pengeras suara, ruang pertemuan balai RW, kelurahan, sekolah, masjid, dan tempat lainnya.

d) Sumber daya tenaga yang ada, petugas kesehatan yang bisa dilibatkan dalam penyuluhan, tugas pokok masing-masing tenaga, latihan yang pernah diperoleh di bidang penyuluhan kesehatan, bimbingan yang diterima dalam penyuluhan kesehatan pada masing-masing petugas kesehatan, hambatan dalam melibatkan petugas kesehatan dalam melakukan program penyuluhan, apakah ada petugas lain yang dapat membantu, serta apakah tenaga yang ada di masyarakat yang bisa membantu 6) Pengalaman masyarakat program sebelumnya, sikap mereka terhadap pelayanan yang diberikan, terhadap para petugas, sikap ini mempunyai pengaruh positif/negatif terhadap penyuluhan yang akan direncakan, apakah dari program-program tersebut ada yang memberikan pengalaman yang kurang menyenangkan. 7) Pengalaman masyarakat di masa lalu sehubungan dengan program penaggulangan penyakit DHF atau penanganan penyakit gizi buruk yang pernah dilaksanakan di daerah tersebut. Apakah berkesan atau malah mengecewakan masyarakat. c. Mengenal Wilayah Program

bisa

dilaksanakan

dengan

baik

jika

yang

melaksanakan program tersebut mengetahui benar situasi lapangan. Berikut ini dua hal pengkajian yang perlu dilakukan dalam mengenal wilayah : 1) Lokasinya, apakah terpencil (tidak berbatasan dengan desa lain), apakah daerahnya datar atau pegunungan apakah ada jalur transpor umum dan lainnya. 2) Sifatnya, kapan musim hujan, kemarau panjang, daerah kering/gersang atau cukup sumber air, sering banjir, pasang surut, apakah daerah perbatasan, dan lainnya.

4. Menentukan Metode Menentukan Metode Penyuluhan yang Akan Dipergunakan Metode diartikan sebagai cara pendekatan tertentu. Didalam proses belajar, pendidik harus dapat memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar yang cocok atau relevan, sesuai dengan kondisi setempat. Meskipun berlaku pedoman umum bahwa tidak ada satu pun metode belajar yang paling baik dan tidak ada satu pun metode belajar yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cukup tentang penerapan, metode yang sesuai dengan sasaran, tempat, dan waktu yang berbeda. Pemberian pendidikan kesehatan pada sasaran yang sama, tetapi waktu dan atau tempat yang berbeda dalam pelaksanaanya memerlukan metode yang berbeda. Demikian juga sebaliknya, pada sasaran yang berbeda dengan tempat yang sama, membutuhkan metode yang mungkin berbeda atau bahkan metode yang sama. Ketepatan pemilihan metode sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan kesehatan itu sendiri. a. Jenis Metode Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode sokratik. Metode didaktik didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau one way method. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif (misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster, dan siaran radio, kecuali siaran radio yang bersifat interaktif, dan tulisan di media cetak). Metode sokratik. Metode ini dilakukan secara dua arah (two ways method). Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif (misalanya: diskusi kelompok, debat, panel, forum, seminar, bermain peran, demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan perorangan).

Metode dalam melakukan pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Metode Pendidikan Individual (Perorangan) 2) Metode Pendidikan Kelompok 3) Metode Pendidikan Massa b. Aspek Penilaian Metode Pemilihan metode belajar yang efektif dan efesien harus mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Disesuaikan dengan tujuan pendidikan 2) Bergantung pada kemampuan pendidiknya 3) Bergantung pada besarnya kelompok sasaran atau kelas 4) Harus disesuaikan dengan waktu penyampaian pesan 5) Mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada c. Klasifikasi Metode Menurut Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992), metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu metode pendidikan individu, kelompok, dan massa. 1) Metode pendidikan inividu a) Bimbingan dan Konseling Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak langsung. Konseling

adalah

proses

belajar

yang

bertujuan

memungkinkan konseling (peserta pendidik) mengenal dan menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian dengan lingkungannya (Nurihsan, 2005). Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan, dan merupakan teknik

standar dan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan. Konseling membantu

konseling dalam

masalah-masalah

pribadi (sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat serta membantu mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. Proses konseling terdiri atas tiga tahap (Cavagnh, 1982), yaitu : i). Tahap awal. Meliputi pengenalan, kunjugan, dan dukungan lingkungan ii). Tahap pertengahan. Berupa kegiatan penjelasan masalah klien, dan membantu apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kemabli masalah klien iii). Tahap akhir. Ditandai oleh penurunan kecemasan klien. Terdapat perubahan perilaku kearah positif, sehat dan dinamik, tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang, dan terjadi perubahan sikap b) Wawancara Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan konseling. Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. 2) Metode pendidikan kelompok Metode kelompok dibagi menjadi 2 yaitu: a) Kelompok Besar Sasarannya

berjumlah

lebih

dari

15

menggunakan metode ceramah dan seminar. i). Ceramah

orang,

dapat

Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Persiapan : Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu

sendiri

menguasai

diceramahkan.

Untuk

mempersiapkan

diri.

materi itu

apa

yang

penceramah

Mempelajari

materi

akan harus dengan

sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya. Pelaksanaan : Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal seperti sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara yang cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju pada seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (di pertengahan) tidak duduk, menggunakan alat-alat bantu lihat. ii). Seminar Metode ini digunakan untuk pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting iii). Kelompok Kecil Peserta kegiatan dalam kelompok kecil berjumlah kurang dari 15 orang. iv). Diskusi Kelompok Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi

duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat. Untuk

memulai

diskusi,

pemimpin

diskusi

harus

memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta. v). Curah pendapat (Brain Storming) Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan metode diskusi kelompok.

Bedanya,

kelompok

memancing

pada

permulaan

dengan

satu

pemimpin

masalah

dan

kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawabanjawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi. vi). Bola Salju (Snow Bailing)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung mendiskusikan

menjadi masalah

satu.

Msreka

tersebut,

dan

tetap mencari

kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok. vii). Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group) Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil

(buzz group) yang kemudian diberi suatu

permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya. viii). Bermain peran (Role Play) Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunika sehari-hari dalam melaksanakan tugas. ix). Permainan Simulasi (Simulation Game) Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk

arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber. 3) Metode pendidikan massa Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan tingkat pendiidkan. Umumnya, bentuk pendekatan massa diberikan secara tidak langsung, biasanya menggunakan atau melalui media massa. Berikut ini merupakan contoh metode pendidikan massa yakni: a) Ceramah umum (public speaking). Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk

menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

Safari KB juga merupakan salah satu bentuk

pendekatan

massa. b) Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa. c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa. d) Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.

e) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa.

5. Merancang Tempat, Waktu a.

Menentukan Sasaran Penyuluhan Sasaran program dan sarana penyuluhan tidak selalu sama, yang di maksud dengan sasaran adalah kelompok sasaran seperti individu atau kelompok yang akan diberi penyuluhan.menentukan kelompok sasaran menyangkut pula strategi. Sebagai contoh, tujuan penyuluhan adalah agar kelompok lanjut usia mau melakukan senam lansia tiap seminggu sekali dalam hal ini sasaran penyuluhannya mungkin bukan hanya para lansia saja, tetapi juga pada orang-orang yang berpengaruh dalam mengambil keputusan dalam keluarga atau mungkin anggota keluarga yang non-lansia bisa diikutsertakan dengan harapan mereka bisa membujuk orang-orang yang sudah lanjut usia untuk mengikuti senam lansia.

b.

Menentukan Isi Penyuluhan Setelah tujuan, sasaran, situasi, masalah, dan latarbelakang sasaran ditentukan, maka isi penyuluhan dapat ditentukan. Isi penyuluhan dan keuntungan terhadap kelompok sasaran harus juga disebutkan. Isi penyuluhan harus dituangkan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran, pesan harus benar-benar bisa dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana yang mereka miliki, atau yang terjangkau oleh mereka. Dasar-dasar komunikasi perlu dipahami dalam menyusun isi penyuluhan.

6. Merancang Strategi Pendidikan Promosi 1) Langkah-Langkah Penetapan Media Langkah-langkah

dalam

merancang

pengembangan

media

promosi kesehatan adalah sebagai berikut: a) Menetapkan tujuan Tujuan harus relaistis, jelas, dan dapat diukur (apa yang diukur, siapa sasaran yang akan diukur, seberapa banyak perubahan akan diukur, berapa lama dan dimana pengukuran dilakukan). Penetapan tujuan merupakan dasar untuk merancang media promosi dan merancang evaluasi. b) Menetapkan segmentasi sasaran Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya antara lain memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, memberikan kepuasan pada masing-masing segmen, menentukan ketersediaan jumlah dan jangkauan produk, serta menghitung jenis dan penempatan media. c) Memposisikan pesan (positioning) Memposisikan pesan adalah proses atau upaya menempatkan suatu prosuk perusahaan, individu atau apa saja ke dalam alam pikiran sasaran atau konsumennya. Positioning membentuk citra. d) Menentukan strategi positioning Identifikasi

para

pesaing,

termasuk

persepsi

konsumen,

menentukan posisi pesaing, menganalisis preferensi khalayak sasaran, menetukan posisi merek produk sendiri, serta mengikuti perkembangan posisi. e) Memilih media promosi kesehatan Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran. Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas. Setiap media akan memberikan peranan yang berbeda. Penggunaan beberapa

media secara seremoak dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi, dan efektivitas pesan.

7. Merancang Evaluasi Dalam Promosi Menyusun Rencana Penilaian a. Dirumuskan apakah tujuan yang sudah dijabarkan secara khusus dan jelas mencantumkan kapan akan dievalusi di daerah mana akan dilakukan, serta siapa kelompok sasaran yang akan dievaluasi. b. Indikator apa yang digunakan dalam penilaian. c. Perlu dilihat kembali apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program. d. Kegiatan-kegiatan penyuluhan mana yang akan dievaluasi. e. Metode dan istrumen yang akan dipergunakan untuk evaluasi. f. Siapa yang akan melaksanakan evaluasi. g. Sarana-sarana (peralatan, biaya, tenaga, dan lain-lain), yang diperlukan dalam evaluasi, dan dimana sarana tersebut bisa diperoleh. h. Apakah ada fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenagatenaga yang akan melaksanakan evaluasi. i. Bagaiman rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi ini kepada para pimpinan program. Menyusun Rencana Kerja atau Pelaksanaannya Setelah pokok-pokok kegiatan penyuluhan ditetapkan, termasuk waktu tempat dan pelaksanaannya, maka dibuat jadwal pelaksanaan yang dicantumkan dalam suatu daftar. Jadwal pelaksanaan bermacam-macam, misalnya PERT (Program, Evaluation Riview, Technic), RAGPIE (Recources, Activity, Gol, Planning, Implementation Evaluation).

G. Etika Dalam Promosi Kesehatan 1. Pengertian Etika

Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti norma-norma, nilainilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini: a. Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. b. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. c. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut : a. Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.

b. Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain: a. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of the right). b. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions). c. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual). d. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty).

Etika dalam promosi kesehatan Pada tahun 2002, American Public Health Association secara resmi mengadopsi dua belas prinsip praktek kode etik untuk umum. Dua belas prinsip yang diuraikan: 1.

Kesehatan masyarakat terutama harus membahas penyebab dasar penyakit dan persyaratan untuk kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan.

2.

Kesehatan masyarakat harus mencapai kesehatan masyarakat dengan cara yang menghormati hak-hak individu dalam masyarakat.

3.

Kebijakan

kesehatan

masyarakat,

program,

dan

prioritas

harus

dikembangkan dan dievaluasi melalui proses yang menjamin kesempatan untuk masukan dari anggota masyarakat.

4.

Kesehatan

masyarakat

harus

mengadvokasi

dan

bekerja

untuk

pemberdayaan dari pemuda anggota masyarakat, yang bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya dasar dan kondisi diperlukan untuk kesehatan dapat diakses oleh semua. 5.

Kesehatan masyarakat harus mencari informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan yang efektif dan program yang melindungi dan mempromosikan kesehatan.

6.

Institusi kesehatan umum harus menyediakan masyarakat dengan informasi yang mereka miliki yang diperlukan untuk keputusan tentang kebijakan atau program-program dan harus mendapatkan persetujuan masyarakat untuk pelaksanaannya.

7.

Lembaga kesehatan publik harus bertindak secara tepat waktu pada informasi yang mereka miliki dalam sumber daya dan mandat yang diberikan kepada mereka oleh masyarakat.

8.

Program kesehatan umum dan kebijakan harus menggabungkan berbagai pendekatan yang mengantisipasi dan menghormati nilai-nilai yang beragam, keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.

9.

Program kesehatan umum dan kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang paling meningkatkan lingkungan fisik dan sosial.

10. Lembaga kesehatan publik harus melindungi kerahasiaan informasi yang dapat membawa kerugian bagi individu atau komunitas jika dibuat publik. Pengecualian harus dibenarkan 11. Atas dasar kemungkinan tinggi membahayakan signifikan terhadap individu atau orang lain. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu paradigma sehat yang merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran

yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventive. Dalam Indonesia sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia serta 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

2. Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa Latin "mos" (jamak: mores) yang berarti kebiasaan atau adat. Kata "mos" (mores) dalam bahasa Latin sama artinya dengan etos dalam bahasa Yunani. Di dalam bahasa Indonesia, kata moral diterjemahkan dengan arti susila. Adapun pengertian moral yang paling umum adalah tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide yang diterima umum, yaitu berkaitan dengan makna yang baik dan wajar. Dengan kata lain, pengertian moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuranukuran tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata moral selalu mengacu pada baik dan buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Telah banyak ahli yang mencoba memberikan pengertian moral. Seperti apa pengertian moral menurut mereka? Berikut ini beberapa Pengertian Moral Menurut para Ahli: 1. Pengertian Moral Menurut Chaplin (2006): Moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.

2. Pengertian Moral Menurut Hurlock (1990): moral adalah tata cara, kebiasaan, dan adat peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. 3. Pengertian Moral Menurut Wantah (2005): Moral adalah sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik buruknya tingkah laku. Dari tiga pengertian moral di atas, dapat disimpulkan bahwa Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan atau pemikiran. Jadi, moral sangat berhubungan dengan benar salah, baik buruk, keyakinan, diri sendiri, dan lingkungan sosial.

3. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Dalam Etika Promosi Kesehatan

a. Analisis Masalah Kesehatan dan Perilaku Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Suatu masalah adalah suatu masalah atau kendala yang membuatnya sulit untuk mencapai tujuan yang diinginkan, objektif atau tujuan. Ini mengacu pada situasi, kondisi, atau masalah yang belum terselesaikan. Dalam arti luas, sebuah masalah ada ketika seorang individu menjadi sadar akan perbedaan yang signifikan antara apa yang sebenarnya dan apa yang diinginkan. Dalam melakukan upaya promkes masalah yang ada perlu dianalisis secara cermat agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Analisis

masalah

mengidentifikasi

kesehatan masalah

merupakan

yang

hendak

upaya

sistematis

ditanggulangi,

untuk dengan

mengumpulkan data dasar, membuat rumusan masalah, mencari “akar” masalah dan prioritas masalah sehingga hasil analisis harus dapat dirumuskan secara jelas. Perilaku, promosi kesehatan sebagai proses perubahan perilaku. Tujuan promosi kesehatan adalah mengubah perilaku individu, kelompok, dan masyarakat menuju hal-hal positif secara

terencana melalui proses belajar. Perubahan perilaku mencakup tiga ranah perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Melalui promosi kesehatan (perilaku sehat) akan terjadi emosi yang positif, pengetahuan yang baik, pikiran sehat, keinginan yang realistis, dan lain sebagainya yang selanjutnya perilaku tersebut di aplikasikan secara nyata oleh tiap-tiap individu dalam lingkungan keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Menetapkan Sasaran Sasaran perlu ditetapkan agar promosi kesehatan dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Missal sasaran pada ibu hamil, balita, lansia, penyakit khusus dengan resiko tinggi. Juga menyangkut strategi individu, kelompok, dan masyarakat. Kelompok sasaran: jelas,realistis,dan bisa diukur. Telah di sebutkan di atas bahwa tujuan akhir atau visi promosi kesehatan adalah kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Dari visi ini jelas bahwa yang menjadi sasaran utama promosi kesehatan adalah masyarakat, khususnya lagi perilaku masyarakat. Namun demikian, karena terbatasnya sumber daya, akan tidak efektif apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan, baik yang di selenggarakan oleh pemerintah maupun swasta itu, langsung di alamatkan kepada masyarakat. Oleh sebab itu perlu di lakukan pentahapan sasaran promosi kesehatan Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan ini, maka sasaran di bagi dalam 3 kelompok sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.

c.

Menetapkan Tujuan Begitu juga tujuan yang diharapkan harus dirumuskan pula secara

jelas. Apa akan dicapai dalam jangka pendek,menengah atau jangka panjang. Tujuan utama promosi kesehatan adalah menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri,memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah

dengan dukungan dari luar, serta memutuskan kegiatan yang paling tepat guna meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahtaraan masyarakat. Sedangkan

tujuan

pembangunan

kesehatan

adalah

meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya

derajat

kesehatan

masyarakat

yang

optimal

melalui

terciptanya masyarakat ,bangsa,dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu,adil,dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia. Tujuan biasanya merupakan hal yang paling penting dalam proses dan produk. “Proses” promosi kesehatan mencakup cara individu mendapatkan informasi dan wawasannya, serta bagaimana kemampuan

pengambilan

keputusan

mengalami

kemajuan

sejak

menggunakan atau membuang informasi yang ia anggap tepat. “Produk” promosi kesehatan atau hasil akhir, seringkali tidak dapat dihitung sehingga sulit untuk di ukur, tanpa memerhatikan secara signifikan jumlah sampel, dan jutaan faktor lain yang dapat menyebabkan efek yang tidak diperhitungkan (Crafter, 1997).

d. Menetapkan Pesan Pokok Pesan adalah informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuh atau ekspresi wajah. Pesan yang akan disampaikan dalam promosi kesehatan adalah pesan yang terus diingat, dapat juga digunakan sewaktu-waktu oleh sasaran, cara penyampaian menarik, menggunakan kata-kata yang baik serta ekspresi wajah dan intonasi yang membuat klien nyaman. Penyebab alasan sasaran lupa pesan yang disampaikan meliputi alasan psikologis, merasa kurang tertarik dengan pesan yang disampaikan, ingatan (fading), pesan tidak dipergunakan dalam waktu yang lama, blocking, serta banyak pesan-pesan baru, sedangkan pesan lama belu melekat

secara

mantap.

Pesan

dalam

program

pembangunan

dikelompokkan dalam pokok-pokok program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sector lain yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Ada tujuh program pembangunan kesehatan yaitu (Depkes, 1999): 1.

Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat;

2.

Program lingkungan sehat;

3.

Program upaya kesehatan;

4.

Program pembangunan sumber daya kesehatan;

5.

Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya;

6.

Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan;

7.

Program pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan

masyarakat yang dinilai penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan sepuluh program unggulan kesehatan (Depkes,1999): 1.

Program kebijakan kesehatan,pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan;

2.

Program perbaikan gizi;

3.

Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi;

4.

Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental;

5.

Program lingkungan pemukiman, air da sehat;

6.

Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi, dan keluarga berencana;

7.

Program kesehatan dan kesehatan kerja;

8.

Program anti tembakau, alcohol dan madat;

9.

Program pengawasan obat,bahan berbahaya, makanan dan minuman;

10. Program pencegahan kecelakaan dan keselamatan lalu lintas. e.

Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu kombinasi

antara cara – cara atai metode alat – alat bantu atau media yang di gunakan

dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan. Dengan perkataan lain, metode dan teknik promosi kesehatan, adalah dengan cara dan alat apa yang di gunakan oleh pelaku promosi kesehatan untuk menyampaikan pesan – pesan kesehatan atau mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat. Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik promosi kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu : 1.

Metode promosi kesehatan individual Metode ini di gunakan apabila promoter kesehatan dan sasaran atau kliennya dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka (face to face) maupun melalui sasaran komunikasi lainnya, misalnya telepon. Cara ini paling efektif, karena antara petugas kesehatan dengan klien dapat saling dialog, saling merespons dalam waktu yang bersamaan. Dalam menjelaskan masalah kesehatan bagi kliennya petugas kesehatan dapat menggunakan alat bantu peraga yang relevan dengan masalahnya. Metode dan teknik promosi kesehatan, antara lain: a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Councelling) Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). b. Wawancara (interview) Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode promosi kesehatan kelompok Teknik dan metode promosi kesehatan kelompok ini di gunakan untuk sasara kelompok. Sasaran kelompok di bedakan menjadi dua, yakni kelompok kecil dan kelompok besar. Disebut kelompok kecil kalau kelompok sasaram terdiri antara 6 – 15 orang, sedang kelompok besar bila sasaran di atas 15 sampai dengan 50 orang. Oleh sebab itu, metode promosi kesehatan kelompok juga di bedakan menjadi 2 yaitu : a) Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya : diskusi kelompok, metode curah pendapat (brain storming), bola salju (snow ball), bermain peran (role play), kelompok kecil (buzz group) metode permainan simulasi (simulation game), dan sebagainya. Untuk mengefektifkan metode ini perlu di bantu dengan alat bantu atau media, misalnya : lembar balik (flip chart), alat peraga, slide, dan sebagainya. b) Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok besar, misalnya : metode ceramah yang di ikuti atau tanpa di ikuti dengan Tanya jawab, seminar, loka karya, dan sebagainya. Untuk memperkuat metode ini perlu di bantu pula dengan alat bantu misalnya, overhead projector, slide projector, film, sound system, dan sebagainya.

3. Metode promosi kesehatan massa Apabila sasaran promosi kesehatan adalah massal atau public, maka metode – metode dan teknik promosi kesehatan tersebut tidak akan efektif, karena itu harus di gunakan metode promosi kesehatan massa. Merancang metode promosi kesehatan massal memang paling sulit, sebab sasaran publik sangat hiterogen, baik di lihat dari kelompok umur, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, sosio –

budaya dan sebagainya. Kita memahami masing – masing kelompok sasaran sangat variatif tersebut berpengaruh terhadap cara merespons, cara mempersepsikan dan pemahaman terhadap pesan – pesan kesehatan. Padahal kita harus merancang dan meluncurkan pesan – pesan kesehatan tersebut kepada massa tersebut dengan metode, teknik, dan isi yang sama. Metode dan teknik promosi kesehatan untuk massa yang sering di gunakan adalah : 1)

Ceramah umum (public speaking), misalnya di lapangan terbuka dan tempat – tempat umum (public place).

2)

Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televise. Penyampaian pesan melalui radio dan TV ini dapat di rancang dengan berbagai bentuk, misalnya : sandiwara (drama), talk show, dialog interaktif, simulasi, spot dan sebagainya.

3)

Penggunaan

media

cetak,

seperti

Koran,

majalah,

buku, leaflet, selebaran, poster, dan sebagainya. Bentuk sajian dalam media cetak ini juga bermacam – macam, antara lain : artikel, Tanya jawab, komik, dan sebagainya. 4)

Penggunaan

media

di

luar

ruangan,

misalnya

: billboard, spanduk, umbul – umbul dan sebagainya. Selanjutnya Saluran Komunikasi atau Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik, dan media luar ruang sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan. 1.

Tujuan media promosi kesehatan Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan antara lain:

a.

Media dapat mempermudah penyampaian informasi

b.

Media dapat menghindari kesalahan persepsi

c.

Dapat memperjelas informasi

d.

Media dapat mempermudah pengertian

e.

Mengurangi komunikasi yang verbalistik

f.

Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata

g.

2.

Memperlancar komunikasi, dll

Penggolongan media promosi kesehatan berdasarkan cara produksinya, yaitu: a.

Media cetak, yaitu media yang mengutamakan pesan-pesan visual umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Macam-macam dari media cetak antara lain: poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, dan pamflet.

b.

Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektonika. Adapun macamnya antara lain televise, radio, video, slide, flim, cassette, CD dan VCD.

c.

Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar ruang secara umum, misalnya papan reklame, spanduk, banner dan TV layar lebar.

f.

Menetapkan Kegiatan Operasional Penetapan kegiatan operasional menyangkut waktu,tempat,dan jadwal pelaksanaan. Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua,yang terpenting adalah menetapkan kegiatan operasional yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar:

1.

Pendidikan tentang masalah kesehatan umum ,cara pencegahan, dan pemberantasannya;

2.

Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi;

3.

Penyediaan air minum dan sanitasi dasar;

4.

Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana;

5.

Imunisasi;

6.

Pengobatan dan pengadaan obat.

g. Menetapkan Pemantauan dan Evaluasi Dalam promosi kesehatan evaluasi diselenggarakan dalam praktik dan ditujukan untuk merefleksikan atau membentuk praktik promosi kesehatan secara eksplisit. Tones dan Tilford (1994, hlm. 49) menyatakan bahwa: Evaluasi berfokus pada pengkajian suatu aktivitas terhadap nilai dan tujuan dalam beberapa cara yang hasilnya dapat berkontribusi dalam pembuatan keputusan dan/ suatu kebijakan di masa datang.... Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan mencakup hal-hal berikut: 1.

Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku program promosi kesehatan melelui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular melalui perubahan perilaku masyarakat secara luas. Program ini dimulai dari apa yang diketahui,diinginkan dan dilakukan masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan di atasa atau bekerja sama dengan pihak yang terlibat, untuk diperlukan pesanpesan

sederhana,positif,dan

menarik

yang

dirancang

untuk

dikomunikasikan lewat sarana local seperti poster, leaflet. 2.

Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat. Identifikasi perilaku beresiko dilakukan pada tahap ini melalui pengamatan

terstruktur. Dengan demikian, cara pendekatan baru terhadap perbaikan hygiene dapat ditemukan. 3.

Memotivasi

perubahan

perilaku

masyarakat.

Langkah-langkah

memotivasi orang untuk menerapkan perilaku hygiene, termasuk memilih beberapa perubahan perilaku yang diharapkan. 4.

Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut melalui diskusi terfokus,wawancara dan uji coba perilaku

5.

Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku.

6.

Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran.

h.

Pertimbangan-pertimbangan Etis Etika pada umunya mengajarkan bahwa setiap pribadi manusia mempunyai

otonomi

moral. Manusia mempunyai

untuk menentukan sendiri

hak kewajiban

tindakan-tindakannya,

serta mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. Keberadaan etika dalam strata kehidupan sosial tidak terlepas dari system kemasyarakatan. Manusia terdiri atas aspek jasmaniah dan aspek rohaniah. Etika bertujuan sebagai alat bantu utnuk mengukur perilaku dan moral, menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat dan profesi bidan. Menurut Americans Ethic Commission Bureau on Teaching, tujuan etika profesi adalah: 1.

Mampu mengenal dan mengidentifikasi unsure moral dalam praktek kebidanan;

2.

Manganalisis masalah moral dalam praktik kebidanan;

3.

Dapat dipertanggungjawabkan kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan Tuhan

Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yaitu petugas kesehatan tidak boleh secara sengaja menunda pelayanan atau informasi peningkatan status pengetahuan klien dapat bermanfaat terhadap pengembangan promosi kesehatan kepada klien tersebut;petugas kesehatan menghargai kerahasiaan informasi klien kecuali atas permintaan hukum atau demi kepentingan klien;dan petugas kesehatan yang tidak kompeten tidak boleh mengerjakan kegiatan promosi kesehatan.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya 2. Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah siatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik 3. Pendidik atau petugas yang melakukan promosi kesehatan memerlukan pengetahuan yang baik mengenai metode penyampaian pesan-pesan kesehatan dan alat bantu pendidikan kesehatan. 4. Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Maulana, Heri D. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC Bahan ajar Ayubi Dian( 2010 ).Konsep Promosi Kesehatan. Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI. Efendi, F & Makhfudli.( 2009 ). Keperawataan kesehatan Komunitas teoti dan praktik dalam keperawatan. Jakarta; Salemba Medika Maulana, Herry.( 2007 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC Notoatmodjo, Soekidjo.( 2003 ). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka Cipta. Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo,soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Renekacita. Depok. 2010

Related Documents

Promosi
April 2020 28
Promosi
November 2019 41
Kelompok 3
May 2020 25
Kelompok 3
May 2020 26

More Documents from "hesti enjelikaa"