Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah Kita Panjatkan Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang masih memberikan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya kepada saya sehingga bisa menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “KALIMAT DAN JENISNYA DALAM BAHASA INDONESIA”. Makalah ini merupakan salah satu tugas individu yang diberikan oleh dosen sebagai tugas akhir semester, selain itu juga sebagai pengembangan wawasan ilmu bahasa indonesia, sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain. Akhirnya saya menyadari bahwa dalam makalah ini pastinya banyak kesalahan dan kekurangan sehingga saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih sempurna Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Palembang, 31 Desember 2013
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dalam bermasyarakat. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada pembicara. Adapun bahasa yang digunakan hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang diinginkan, dengan cara menggunakan kalimat yang benar, Kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, padat, singkat dan dapat dipahami oleh lawan bicaranya. Kalau pembicaraan yang disampaikan sudah tepat, pendengar mungkin dapat memahami pembicaraan tersebut dengan mudah. Akan tetapi kadang-kadang lawan bicara tidak memahami apa maksud yang dibicarakan, disinilah gunanya berbahasa indonesia dengan menggunakan kalimat yang mudah dimengerti. Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai karya ilmiah. Hal ini disebabkan antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan tidak logis, atau berteletele Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat dengan pembahasannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1.
Apa pengertian kalimat?
2. Apa unsur-unsur yang membentuk kalimat? 3. Berapa jenis-jenis kalimat? 4. Apa yang dimaksud kalimat efektif? 5. Apa Ciri-ciri kalimat efektif?
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kalimat
Pengertian kalimat menurut para ahli :
1.
Pengertian kalimat menurut Dardjowidojo
Dardjowidojo (1988) menyatakan bahwa kalimat ialah bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. 2.
Pengertian kalimat menurut Slametmuljana
Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai keseluruhan pemakaian kata yang berlagu, disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan; mungkin yang dipakai hanya satu kata, mungkin lebih. 3.
Pengertian kalimat menurut Kridalaksana
Kridalaksana (2001) mengungkapkan Kalimat sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa, klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan, satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan bebas, jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pemikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru(!)[1]. Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri yang mempunyai pola intonasiakhir dan yang terdiri dari klausa[2].
B. Unsur-unsur Kalimat Dalam satuan bahasa yang disebut kalimat itu terdapat[3] :
1.
Subjek (S)
Unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan, yang lazim disebut dengan istilah Subjek (S). Misalnya kata adik dalam kalimat : Adik membaca buku Yang biasa menjadi subjek adalah kata benda seperti contoh di atas, atau frase benda seperti
contoh : Majalah Mingguan itu terbit di jakarta
2.
Predikat (P)
Unsur atau bagian yang menjadi komentar tentang subjek, yang lazim disebut dengan istilah Predikat (P). Misalnya dalam kata membaca dalam kalimat : Adik membaca buku Yang biasa menjadi predikat adalah kata kerja seperti contoh di atas, tetapi dapat juga frase kerja, kata sifat, atau frase sifat, seperti contoh-contoh berikut : Saya tidak akan datang. Rumah itu besar. Rumah itu besar sekali.
3.
Objek (O)
Unsur yang menjadi pelengkap dari predikat, yang lazim disebut dengan istilah Objek (O). Misalnya kata buku dalam kalimat : Adik membaca buku Yang biasa menjadi objek adalah kata benda seperti contoh di atas, tetapi dapat juga frase benda, seperti contoh-contoh berikut : Adik membaca buku sejarah
4.
Keterangan (K)
Unsur atau bagian yang merupakan penjelasan lebih lanjut tentang predikat dan subjek, yang lazim disebut dengan istilah keterangan (K). Misalnya frase di perpustakaan dalam kalimat : Adik membaca buku di perpustakaan Unsur keterangan ini dapat memberi penjalasan tentang tempat seperti contoh di atas, tetapi dapat juga memberi berbagai penjelasan lain seperti waktu, sebab, akibat, syarat, alat, dan sebagainya. Hari ini dia datang terlambat ( keterangan waktu )
Dia terlambat karena hujan (keterangan sebab ) Dia dipukuli orang ramai sampai babak belur ( keterangan akibat ) Saya akan hadir di sana ( keterangan tempat ) Adik menulis dengan pena ( keterangan alat )
5.
Pelengkap (Pel)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menhjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif[4]. Contoh : Indonesia berasaskan Pancasila Kaki ahmad tersanndung batu
C. Jenis-jenis Kalimat
Beberapa ahli bahasa telah membuat pembagian jenis kalimat berdasarkan perluasannya. Berikut adalah klasifikasi kalimat yang banyak dipergunakan secara umum, terbagi menjadi lima macam, yakni kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, kalimat majemuk rapatan, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran[5].
1.
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakekatnya, kalau dilihat dari unsurunsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjangdalam bahasa indonesia dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat[6]. Contoh : Kakak membaca koran di ruang tamu Ibu memasak di dapur pada siang hari
2.
Kalimat Majemuk Setara
Adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara baik secara struktur maupun makna kalimat itu. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal. Contoh : Anton pergi ke pasar Rani berangkat ke kantor
3.
Kalimat Majemuk Rapatan
Dua buah klausa (kalimat) atau lebih dapat digabungkan menjadi sebuah kalimat majemuk rapatan dengan cara merapatkan bagian atau unsur kalimat yang sama. Bagian atau unsur kalimat yang sama itu mungkin terdapat pad subjek, pada predikat, pada objek, pada keterangan, atau pada tiga bagian itu. Bagaiman cara merapatkan dan menggabungkannya, berikut ini akan dibahas satu per satu[7]. a.
Rapatan Subjek
Dua buah kalimat yang subjeknya merupakan identitas yang sama dapat digabung menjadi sebuah kalimat majemuk rapatan dengan cara merapatkan atau menyatukan kedua subjek itu, misalnya : Ayah makan nasi goreng Ayah minum teh botol Dirapatkan menjadi kalimat : Ayah makan nasi goreng dan minum teh botol b.
Rapatan Predikat
Dua buah kalimat yang subjeknya merupakan hal, peristiwa, atau tindakan yang sama dapat digbungkan menjadi sebuah kalimat, dengan cara merapatkan atau menyatukan kedua predikat kalimat itu, misalnya : Nenek minum kopi susu Ibu minum teh botol Dapat dirapatkan menjadi kalimat :
Nenek minum kopi susu sedangkan ibu teh botol c.
Rapatan Objek
Dua buah kalimat yang objeknya merupakan identitas yang samadapat digabungkan menjadi sebuah kalimat majemuk rapatan dengan cara merapatkan atau menyatukan kedua objek kalimat itu, misalnya : Kakak menangkap ayam itu Ayah menyembelih ayam itu Dapat dirapatkan menjadi kalimat : Kakak menangkap ayam itu dan ayah menyembelihnya d.
Rapatan Kompleks
Dua buah kalimat yang unsur keterangannya merupakan identitas yang sama dapat digabungkan menjadi sebuah kalimat majemuk rapatan dengan cara merapatkan atau menyatukan kedua keterangan kalimat itu, misalnya : Tadi pagi saya menulis surat Tadi pagi ayah membaca koran Dapat dirapatkan menjadi kalimat : Tadi pagi saya menulis surat dan ayah membaca koran
4.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibentuk dari dua buah kalimat, yang digabungkan menjadi satu. Biasanya dengan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan sebagainya. Kedudukan kalimat-kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat initidak sama derajatnya. Yang satu mempunyai kedudukan yang tinggi dari yang lainnya, atau yang satu mengikat atau terikat dengan yang lainnya.kalimat yang mempunyai kedudukan yang tinggi lmempunyai kedudukan yang bebas, sehingga tanpa kalimat yang laintetap dapat berdiri sendiri sebuah kalimat. Sedangkan kalimat yang kedudukannya lebih rendahmempunyai kedudukan yang tidak bebas, sehigga tidak mungkindapat berdiri sendiri sebagai sebuah kalimat[8]. Penggabungan dua buah kalimat menjadi kalimat majemuk bertingkat ini memberikan makna yang antara lain : 1.
Sebab
2.
Akibat
3.
Syarat
4.
Tujuan
5.
Waktu
6.
Kesungguhan
7.
Pembatasan
8.
Perbandingan
5.
Kalimat Majemuk Campuran
Adalah kalimat majemuk yang merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat. Contoh : Anton bermain dengan andi Dino membaca buku di kamar semalam
D. Kalimat Efektif
Beberapa defenisi kalimat efektifdisampaikan menurut beberapa ahli bahasa. Akhadijah,Arsjad, dan Ridwan (2001) menyatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga mudah dipahami orang lain secara tepat. Pendapat senada juga disampaikan oleh Arifin (1989) bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah ,ringkas dan enak dibaca[9]. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis[10].
Ciri-Ciri Kalimat Efektif [11] :
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya :
1.
Kehematan
Kehematan dalam kalimat berkaitan dengan kebergunaan setiap kata jika dipakai pada sasaran yang tepat. Bentuk penerapan kehematan kalimat adalah dengan menghindari pemakaian kata yang tidak perlu jadi kata menjadi padat berisi. Ketidakhematan kalimat dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya sebagai berikut : a.
Penjamakan kata yang sudah jamak
Jenis ketidakhematan ini merupakan yang paling banyak digunakan. Selain karna jenis kesalahannya yang paling terlihat, juga merupakan sudah lazim dipakai oleh sebagian orang sehingga terkesan bukan sebuah kesalahan. Contoh : Kalimat tidak hemat : Para bapak-bapak dan ibu-ibu hadirin sekalian dimohon berdiri Kalimat hemat
b.
: Bapak dan ibu sekalian dimohon berdiri
Penggunaan sinonim dalam satu kalimat
Contoh : Kalimat tidak hemat : kita harus belajar agar supaya lulus ujian dengan nilai terbaik Kalimat hemat
c.
: kita harus belajar agar lulus ujian dengan nilai terbaik
Pengulangan subjek
Contoh : Kalimat tidak hemat : karena indah tidak diundang, dia tidak datang ke acara itu Kalimat hemat
d.
: karena tidak diundang, indah tidak datang ke acara itu
Pemakaian superordinat pada hiponimi
Contoh :
Kalimat tidak hemat : sekuntum bunga mawar telah menyejukkan hatinya Kalimat hemat
: sekuntum mawar telah menyejukkan hatinya
Ket: mawar merupakan bagian dari bunga
2. Kesepadanan Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan dalam kalimat memiliki beberapa karakteristik, antara lain : a. Mempunyai struktur yang jelas b.
Memiliki kejelasan subjek dan predikat
c.
Menggunakan predikat yang tidak didahului oleh kata yang
d. Tidak menggunakan subjek ganda
3. Kesejajaran Bentuk Adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, maka sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai dalam kalimat. Artinya, jika ada dua kata atau lebih yang menduduki fungsi yang sama dalam kalimat, harus dibuat dalam bentuk yang sma pula, baik dari segi jenis maupun kategori frasa/kata. Contoh : Kalimat tidak sejajar : Pemerintah menaikkan harga BBM kemudian diturunkan setelah adanya desakan dari masyarakat Kalimat sejajar : Pemerintah menaikkan harga BBM kemudian menurunkan setelah adanya desakan masyarakat 4. Ketegasan /Penekanan Ialah perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat, antara lain sebagai berikut : a. Peletakkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat
b.
Penggunaan pengulangan (repetisi)
c.
Pengontrasan kata kunci
d. Penggunaan partikel penegas
5. Kecermatan Adalah penggunaan kata-kata yang cermat dalam pembuatan kalimat. Contoh : a. Anak bu guru yang cantik itu adalah sahabatku b.
Ahmad berkata pada teman aisyah bahwa ia tidak bisa masuk kuliah
Analisis : Dua kalimat ini sama-sama tidak memenuhi syarat kecermatan sehingga menimbulkan makna ganda. Kalimat (a)bermakna ganda karena tidak jelas siapa yang cantik, bisa bu guru atau anaknya Kalimat (b) bermakna ganda karena yang tidak masuk kuliah bisa Ahmad atau Aisyah
6. Kelogisan Adalah terdapatnya arti kalimat yang logis atau masuk akaldan penulisannya sesuai dengan kebahasaan sehngga tidak mengubah substansial makna yang ingin disampaikan oleh penulis/pembicara.
Berikut adalah contoh kalimat-kalimat yang tidak logis :
1.
Yang membawa HP harap dimatikan.
2. Kepada Bapak Dekan, waktu dan tempat kami persilakan. 3. Karena lama tinggal di asrama putri, maka anak ibu itu semuanya perempuan. 4. Kalau hakim masuk desa, di desa tidak ada lagi ketidakadilan. 5. Saya tidak lulus karena dosen saya tidak suka pada saya.
7. Kesatuan Gagasan
Adalah terdapatnya satu ide pokok dalam satu kalimat. Sebagaimana jenis syarat kalimat efektif lain, syarat kalimat efektif ini pun sering tidak diperhatikan karna sekilas seperti kalimat yang tidak memenuhi syarat ini tidak salah. Kesalahan ini banyak disebabkan ketidakhadiran subjek dalam kalimat atau ketidakjelasan subjek dan predikat sehingga menimbulkan permasalahan gagasan. Berikut adalah contoh kalimat-kalimat tidak efektif karena tidak memiliki kesatuan gagasan. Contoh : Kalimat tidak efektif : Guru menugaskan siswa membuat karangan Kalimat efektif
: Guru menugasi siswa membuat karangan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pemikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. 2.
Unsur-unsur yang membentuk kalimat ialah :
a. Subjek (S) b.
Predikat (P)
c.
Objek (O)
d. Pelengkap (Pel)
e. 3.
Keterangan (K) Jenis-jenis kalimat secara umum dibagi menjadi lima macam :
Kalimat Tunggal, Kalimat Majemuk Setara, Kalimat Majemuk Rapatan, Kalimat, Bertimgkat, Kalimat Majemuk Campuran
Majemuk
4. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasangagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. 5.
Ciri-ciri kalimat efektif :
Kehematan, Kesepadanan, Kesejajaran bentuk, Ketegasan, Kecermatan, Kelogisan, Kesatuan gagasan
B. Saran 1. Dari pemahaman yang didapat, dapat kita mengaplikasikannya dalam karya tulis dengan menggunakan kalimat yang efektif 2. Agar lebih memperhatikan dalam penulisan atau berbahasa dengan bahasa yang baik dan benar
Daftar Pustaka
Chaer, A. (2000). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. E Zaenal Arifin, S Amran Tasai. (2009). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress. Solikhah, H. A. (2013). Bahasa Indonesia Komprehensif. Palembang: Noer Fikri. Sugono, D. (2004). Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Tim Kreatif Puspa Swara. Tarigan, P. G. (1989). Pengajaran Tata Bahasa Tagmenik. Bandung: Angkasa.