MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2 Kevin Valentino Kiama
(201701112)
I Kadek Wardana
(201701110)
Mustikawati Lamunsari
(201701121)
Moh. Reza
(201701115)
Sri Ainun J.
(201701136)
Melisa A.
(201701113)
Nadhila
(201701123)
Mohammad Famdy
(201701117)
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU 2019
A. Definisi Berat Bayi Lahir Rendah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006). BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
B. Patofisiologi Berat Bayi Lahir Rendah Menurut Maryanti, et al (2012:169) faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR terdiri dari faktor ibu yang meliputi penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial ekonomi dan sebab lain berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. BBLR dengan faktor risiko paritas terjadi karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami penipisan akibat sering melahirkan Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun. Kehamilan yang berulangulang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya (Mahayana et al., 2015 : 669). Menurut
Samuel
S
Gidding
dalam
Amirudin
&
Hasmi (2014:85-
86) mekanisme pajanan asap rokok terhadap kejadian BBLR dan berat plasenta dengan beberapa mekanisme yaitu kandungan tembakau seperti nikotin, CO dan polysiklik hydrokarbon, diketahui dapat menembus plasenta. Carbonmonoksida mempunyai afinitas berikatan dengan hemoglobin membentuk karboksihemoglobin, yang menurunkan kapasitas darah mengangkut oksigen ke janin. Sedangkan nikotin menyebabkan vasokontriksi arteri umbilikal dan menekan aliran darah plasenta. Perubahan ini mempengaruhi aliran darah di plasenta. Kombinasi hypoxia intrauterine dan plasenta yang tidak sempurna mengalirkan darah diyakini menjadi penghambat pertumbuhan janin. Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit pada ibu hamil. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen ke jaringan, selain itu juga dapat merubah struktur vaskularisasi plasenta, hal ini akan mengganggu pertumbuhan janin sehingga akan memperkuat risiko terjadinya persalinan prematur dan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah terutama untuk kadar hemoglobin yang rendah mulai dari trimester awal kehamilan (Cunningham, et
al., 2010). Selain anemia, implantasi plasenta abnormal seperti plasenta previa berakibat terbatasnya ruang plasenta untuk tumbuh, sehingga akan mempengaruhi luas permukaannya. Pada keadaan ini lepasnya tepi plasenta disertai perdarahan dan terbentuknya jaringan parut sering terjadi, sehingga meningkatkan risiko untuk terjadi perdarahan antepartum (Prawirohardjo, 2008). Apabila perdarahan banyak dan kehamilan tidak dapat dipertahankan, maka terminasi kehamilan harus dilakukan pada usia gestasi berapapun. Hal ini menyebabkan tingginya kejadian prematuritas yang memiliki berat badan lahir rendah disertai mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi kejadian BBLR, karena pada umumnya ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah akan mempunyai intake makan yang lebih rendah baik secara kualitas maupun secra kuantitas, yang berakibat kepada rendahnya status gizi pada ibu hamil (Amalia, 2011 : 258). Selain itu, gangguan psikologis selama kehamilan berhubungan dengan terjadinya peningkatan indeks resistensi arteri uterina. Hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma, sehingga aliran darah ke uterus menurun dan uterus sangat sensitif terhadap noradrenalin sehingga menimbulkan efek vasokonstriksi.
Mekanisme inilah yang mengakibatkan
terhambatnya
proses
pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin sehingga terjadi BBLR (Hapisah, et al., 2010 : 86-87). Menurut Maryanti et al. (2012:169) penyebab BBLR dapat dipengaruhi dari faktor janin berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan koromosom. Hidramnion merupakan kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Produksi air ketuban berlebih dapat merangsang persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR. Pada kehamilan ganda berat badan kedua janin pada kehamilan tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan kembar distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi persalinan prematur (Amirudin & Hasmi, 2014 : 110-111). Menurut Saifuddin dalam Amirudin & Hasmi (2013 : 111-112) kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelaianan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil.
Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala, kulit kering pecah-pecah dan terkelupas serta tidak adanya jaringan subkutan (Mitayani, 2013 : 176). Karena suplai lemak subkutan terbatas dan area permukaan kulit yang besar dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan (Sondakh, 2013 : 152). Sehingga bayi dengan BBLR dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia (Maryanti, 2012 : 171). Selain itu tipisnya lemak subkutan menyebabkan struktur kulit belum matang dan rapuh. Sensitivitas kulit yang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama (Pantiawati, 2010 : 28). Pada bayi prematuritas juga mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna (Maryanti, 2012 : 172). Kesukaran pada pernafasan bayi prematur dapat disebabakan belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.
Hal tersebut menyebakan ketidakefektifan pola
nafas (Pantiawati, 2010 : 24-25). Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang (Maryanti et al., 2012 : 171). Selain itu jaringan lemak subkutan yang tipis menyebabkan cadangan energi berkurang yang menyebabkan malnutrisi dan hipoglikemi. Akibat fungsi organ-organ belum baik terutama pada otak dapat menyebabkan imaturitas pada sentrum-sentrum vital yang menyebabkan reflek menelan belum sempurna dan reflek menghisap lemah. Hal ini menyebabkan diskontinuitas pemberian ASI (Nurarif & Kusuma, 2015 54-55). C. Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah Menurut Deslidel et al. (2011: 108) klasifikasi BBLR, yaitu : a.
BBLR prematur atau kurang bulan 1) Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membran hialin) 2) Pnemonia aspirasi karena refkek menelan dan batuk belum sempurna, bayi belum dapat menyusu
3) Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler (P/IVH) otak lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan) 4) Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan yang masih sedikit maupun brown fat belum terbentuk. Beberapa ciri jika seorang bayi terkena hipotermi antara lain : a) Bayi menggigil b) Kulit anak terlihat belang, merah putih atau timbul bercak-bercak. c) Anak terlihat apatis atau diam saja. d) Gerakan bayi kurang dari normal. e)
Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan
ujung-ujung jarinya. (Walyani, 2015 : 161). 5) Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang b.
BBLR tidak sesuai usia kehamilan atau dimatur 1) Sindrom aspirasi mekonium 2) Hiperbilirubinemia 3) Hipoglikemia 4) Hipotermia
D. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir Rendah Beberapa penyebab dari bayi dengan berat bayi lahir rendah (Proverawati dan Ismawati, 2010), yaitu: a.
Faktor Orang Tua 1) Penyakit a) Mengalami
komplikasi
kehamilan,
seperti
anemia,
perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih. b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus), danpenyakit jantung. c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol. 2) Ibu a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya. 3) Keadaan sosial ekonomi a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang. b) Aktivitas fisik yang berlebihan c) Perkawinan yang tidak sah. b.
Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c.
Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d.
Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
E. Pathway
DAFTAR PUSTAKA
Anonymuous, 2015. http://www.pediatric.com/. Di akses Tanggal 10 April 2015. Arizona Health Matters. 2015. Babies with Low Birth Weight. http://www.arizonahealthmatters.org/modules.php?op=modload&name=NSIndicator&file=indicator&iid=17275074. Di akses Tanggal 10 April 2015. Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta : AR Group. Betz, LC dan Sowden, LA. 2002. Keperawatan Pediatrik - Edisi 3. Jakarta : EGC. Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC. Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3. Jakarta : EGC. Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta : EGC. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC. Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM. Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action Publishing. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.