BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Setiap manusia yang berakal sehat pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur tentang suatu objek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui interaksi antar manusia dan lingkungannya. Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada baik bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta. Sehingga untuk faham betul semua masalah filsafat sangatlah sulit tanpa adanya pemetaan-pemetaan dan mungkin kita hanya bisa menguasai sebagian dari luasnya ruang lingkup filsafat. Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang membahas tentang guna pengetahuan. Sehingga, mempelajari ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang lingkup dan pembahansannya. Ketiga teori di atas sebenarnya sama-sama membahas tentang hakikat, hanya saja berangkat dari hal yang berbeda dan tujuan yang beda pula. Epistemologi sebagai teori pengetahuan membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain. Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir. Sedangkan aksiologi sebagai teori nilai membahas tentang pengetahuan kita akan pengetahuan di atas, klasifikasi, tujuan dan perkembangannya. Akan tetapi untuk sekarang ini penulis akan menitik-beratkan pembahasannya kepada masalah ontologi yang mana membahas tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.
1
B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah: 1. Apa yang dimaksud dengan ontologi? 2. Apa yang dimaksud dengan metafisika? 3. Apa yang dimaksud dengan asumsi? 4. Apa yang dimaksud dengan peluang? 5. Apa saja asumsi-asumsi yang terdapat dalam ilmu? 6. Bagaimana batas-batas penjelajahan ilmu?
C. TUJUAN PENULISAN Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui maksud dari ontologi 2. Mengetahui maksud darimetafisika 3. Mengetahui maksud dari asumsi 4. Mengetahui maksud dari peluang 5. Mengetahui asumsi-asumsi yang terdapat dalam ilmu 6. Mengetahui batas-batas penjelajahan ilmu
D. MANFAAT PENULISAN Adapun manfaat penulisan dalam makalah ini adalah: 1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang ontologi sebagai tugas mata kuliah filsafat ilmu. 2. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ontologi/hakikat yang dikaji.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Ontologi Menurut
bahasa, Ontologi
berasaldari
bahasa
Yunani
yaitu :
On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Jadi, ontology adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan menurut istilah ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat apa yang dikaji, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1936M, untuk menamai hakekat yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolf (1679-1754) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus. Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafiska atau otologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi menjadi Kosmologi, Psikologi dan Teologi. Ada beberapa pengertian ontology menurut para tokoh-tokoh filsafat diantaranya: 1. Menurut Suriasumantri (1985) Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan : a. Apakah obyek ilmu yang akan ditelaah? b. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? c. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan? 2. Menurut Soetriono & Hanafie (2007) Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita
3
(metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan. 3. Menurut Pandangan The Liang Gie Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi ke dalam beberapa hal berikut: a. Apakah artinya ada, hal ada ? b. Apakah golongan-golongan dari hal yang ada ? c. Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada ? d. Apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entitas dari kategorikategori logis yang berlainan (misalnya objek-objek fisis, pengertian universal, abstraksi dan bilangan) dapat dikatakan ada ? Sebuah ontologi memberikan pengertian untuk penjelasan secara eksplisit dari konsep terhadap representasi pengetahuan pada sebuah pengetahuan dasar. Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebuah struktur hirarki dari istilah untuk menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk sebuah pengetahuandasar”. Dengan demikian, ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek, property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu domain pengetahuan.Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada. Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang: a. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak. b. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum. Sehingga, secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.
4
Aliran- aliran ontology : Dalam mengkaji ontology, muncul beberapa pertanyaan yang kemudian melahirkan aliran-aliran dalam filsafat. Dari masing-masing pertanyaan menimbulkan beberapa sudut pandang mengenai ontology. Adapun pertanyaan tersebut adalah “Apakah yang ada itu?”, “bagaimana yang ada itu?”, dan “dimanakah yang ada itu?”. 1. Apakah yang ada itu. Dalam memberikan jawaban masalah ini lahir tujuh aliran dalam filsafat, yaitu sebagai berikut : a. Aliran monoisme Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa ruhani.tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri.
b. Aliran materiaisme Aliran ini sering disebut dengan naturalisme. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales. c. Aliran idealisme Aliran ini menganggap bahwa dibalik relitas fisik pasti ada sesuatu yang tidak Nampak. Bagi aliran ini,sejatinya sesuatu justru terletak dibalik yang fisik. d. Aliran dualisme Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, samasama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini
e. Aliran pluralisme Aliran ini berpandangan bahwa berbagai macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno ialah Anaxagoras dan Empledocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu udara.
5
f. Aliran nihilisme Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas aternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgniev pada tahun 1862 di Rusia.
g. Aliran agnistisime Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata agonostisime berasal dari bahasa Grik Agnostos, yang berarti unknown. A artinya not, gno artinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
2. Bagaimana yang ada itu? Apakah yang ada itu sebagai sesuatu yang tetap, abadi, atau berubah-ubah? Dalam hal ini, Zeno menyatakan sesuatu itu sebenarnya khayalan belaka. Pendapat ini dibantah oleh Bergson dan Russel. Seperti yang dikatakan oleh Whitehead bahwa alam ini dinamis, terus bergerak, dan merupakan struktur peristiwa yang mengalir terus secara kreatif.
3. Dimanakah yang ada itu? Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu berada dalam alam ide, adi kodrati, universal, tetap abadi, dan abstrak.
B. Metafisika Metafisika dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki apa hakikat di balik alam nyata ini. Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika membicarakan segala sesuatu yang dianggap ada, mempersoalkan hakekat. Hakekat ini tidak dapat dijangkau oleh panca indera karena tak terbentuk, berupa, berwaktu dan bertempat. Dengan mempelajari hakikat kita dapat memperoleh pengetahuan dan dapat menjawab pertanyaan tentang apa hakekat ilmu itu.
Ilmu metafisika merupakan turunan dari ilmu filsafat yang membahas dan menggali sebab dari sesuatu sehingga menjadi sebuah sesuatu yang nyata. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
6
Menurut Suriasumantri (2005:64) mengatakan bahwa bidang telaah filsafat yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.Jadi metafisika berasal dari pemikiran manusia. Metafisika itu sendiri merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang hal-hal yang sangat mendasar yang di luar pengalaman manusia. Metafisika mengakaji segala sesuatu secara komprehensif. Menurut Asmoro Achmadi dalam GIE ( 2012:4) metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan sesuatu yang bersifat “ keluarbiasaan” (beyond nature”) yang berada di luar pengalaman manusia ( immediate experience). Metafisika mengkaji sesuatu yang berada di luar hal-hal yang biasa berlaku pada umumnya atau hal-hal yang tidak alami, serta hal-hal yang berada di luar pengalaman manusia. Menurut Prof. Ir. Podjawijatna, metafisika merupakan nama lain bagi filsafat di Eropa. Metafisika merupakan ilmu yang mendasarkan pembuktian kebenarannya tidak pada pengalaman, tetapi sesudah pengalaman. Secara umum, tafsiran metafisika terbagi menjadi dua jenis, yakni : a. Supernaturalisme, yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat ghaib, yang tidak dapat diketahui dengan pasti. b. Naturalisme / materialisme, adalah pendapat bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh yang bersifat ghaib melainkan oleh kekuatan yang berasal dari alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan diketahui. Super naturalisme terlihat jelas dalam aliran animisme yang memegang teguh kepercayaan terhadap roh dan hal-hal gaib lainnya. Animisme ini merupakan
kepercayaan
yang
paling
tua
umurnya
dalam
sejarah
perkembangan kebudayaan manusia dan masih di peluk oleh beberapa masyarakat di muka bumi ini. Dengan demikian, metafisika merupakan cabang filsafat ilmu yang mempelajari penyebab segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada.Sebagai contoh, pada prinsip materialisme yang dikembangkan oleh Democritos (460 – 370 SM), menyatakan bahwa unsur dasar darialam ini adalah atom. Hanya berdasarkan kebiasaan saja maka manis adalah manis dan
7
panas adalah panas. Dengan kata lain, manis, panas, dingin, atau warna adalah terminologi yang kita berikan kepada gejala yang kita tangkap lewat pancaindera. Rangsangan pancaindera inilah yang disalurkan ke otak kita dan menghadirkan gejala tersebut. Pentingnya metafisika bagi pembahasan filsafat komunikasi, dikutip pendapat Suria Sumantri dalam bukunya “Filsafat Ilmu” mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan pikiran. Secara umum metafisika dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Metafisika umum (yang disebut ontology) Metafisika umum (ontology) berbicara tentang segala sesuatu sekaligus. 2. Metafisika khusus ( yang disebut kosmologi) Merupakan ilmu pengetahuan tentang struktur alam semesta yang membicarakan tentang ruang, waktu dan gerakan. Kosmologi berasal dari kata “kosmos” = dunia atau ketertiban,lawan dari “chaos” atau kacau balau atau tidak tertib, dan “logos” = ilmu atau Percakapan.kosmologi berarti ilmu tentang dunia dan ketertiban yang paling fundamental dari seluruh realitas.
C. Asumsi Secara Kamus Besar Bahasa Indonesia, asumsi berarti dugaan yang diterima sebagai dasar, atau landasan berpikir karena dianggap benar. Menurut Prof. Ir. Podjawijatna dalam bukunya “Tahu dan Pengetahuan (pengantar keilmu dan filsafat)” menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil dari sebuah putusan. Sehingga untuk mendapatkan pengetahuan, ilmu membuat beberapa asumsi mengenai objek – objek empiris. Asumsi ini diperlukan sebagai arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan kita. Menurut Suriasumantri (2005:72) sebuah pengetahuan baru di anggap benar, selama kita bisa menerima asumsi yang di kemukakannya. Asumsi dalam filsafat ilmu ini merupakan anggapan/andaian dasar tentang realitas suatu objek yang menjadi pusat penelaahan atau pondasi bagi
8
penyusunan pengetahuan ilmiah yang diperlukan dalam pengembangan ilmu. Tanpa asumsi anggapan orang atau pihak tentang realitas bisa berbeda, tergantung dari sudut pandang dan kacamata apa. Dalam perjalanan mencari ilmu, perlu adanya kegiatan pengamatan terhadap suatu atau beberapa kejadian. Asumsi merupakan perkiraanperkiraan yang muncul dari adanya pengamatan terhadap hukum, gejala atau kejadian-kejadian yang sudah berlaku. Asumsi merupakan merupakan proses “kompromi” dalam perjalanan menemukan atau merumuskan pengetahuan. Selanjutnya kaidah asumsi menurut Suriasumantri (2005:73) antara lain : a. Asumsi harus relevan dengan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi ini mendasari telaah ilmiah. b. Asumsi harus disimpulkan dari “ keadaan bagaimana adanya “ bukan “ seharusnya “ . Asumsi ini mendasari telaah moral. Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektual suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. McMullin (2002) menyatakan hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan adalah menentukan asumsi pokok (the standard presumption) keberadaan suatu obyek sebelum melakukan penelitian. Sebuah contoh asumsi yang baik adalah pada Pembukaan UUD 1945: “ …kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa..” “…penjajahan diatas bumi… tidak sesuai dengan perikemanusiaandan perikeadilan”. Tanpa asumsi-asumsi ini, semua pasal UUD 1945 menjadi tidak bermakna. Sehingga muncul pernyataan ilmuwan harus mengenal asumsi yang digunakan dalam analisis keilmuannya karena akan berpengaruh pada konsep pemikiran yang digunakan.Asumsi berkaitan pula dengan kegiatan penalaran. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.
9
Terdapat beberapa jenis asumsi yang dikenal, antara lain: a. Aksioma. b. Pernyataan yang disetujui umum tanpa memerlukan pembuktian karena kebenaran sudah membuktikan sendiri. c. Postulat. Pernyataan yang dimintakan persetujuan umum tanpa pembuktian, atau suatu fakta yang hendaknya diterima saja sebagaimana adanya Premise. Untuk meyakinkan bahwa asumsi digunakan secara tepat, menurut suriasumantri (2005:75)perlu adanya tinjauan awal bahwa gejala alam tunduk pada tiga karakteristik: a. Deterministik. Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Thomas Hobbes (1588-1679) yang menyimpulkan
bahwa
pengetahuan
adalah
bersifat
empiris
yangdicerminkan oleh zat dan gerak universal. Aliran filsafat ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditetapkan lebih dahulu. b. Pilihan Bebas Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat pada hukum alam yang tidak memberikan alternatif. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial. Sebagai misal, tidak ada tolak ukur yang tepat dalam melambangkan arti kebahagiaan. Masyarakat materialistik menunjukkan semakin banyak harta semakin bahagia, tetapi di belahan dunia lain, kebahagiaan suatu suku primitif bisa jadi diartikan jika mampu melestarikan budaya animismenya. Sebagai mana pula masyarakat brahmana di India mengartikan bahagia jika mampu membendung hasrat keduniawiannya. Tidak ada ukuran yang pasti dalam pilihan bebas, semua tergantung ruang dan waktu. c. Probabilistik Pada sifat probabilstik, kecenderungan keumuman dikenal memang ada namun sifatnya berupa peluang. Sesuatu akan berlaku
deterministik
dengan
peluang
tertentu.
Probabilistik
menunjukkan sesuatu memiliki kesempatan untuk memiliki sifat
10
deterministik dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu pengetahuan modern, karakteristik probabilitas ini lebih banyak dipergunakan. Dalam ilmuekonomi misalnya, kebenaran suatu hubungan variabel diukur dengan metode statistik dengan derajat kesalahan ukur sebesar 5%. Pernyataan ini berarti suatu variabel dicoba diukur kondisi deterministiknya hanya sebesar 95%, sisanya adalah kesalahan yang bisa ditoleransi. Jika kebenaran statistiknya kurang dari 95% berarti hubungan variabel tesebut tidak mencapai sifat-sifat deterministik menurut kriteria ilmu ekonomi. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid jika penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara-cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut sebagai logika, yakni pengkajian untuk berpikir secara benar atau shahih. Terdapat dua cara penarikan kesimpulan, yakni : a. Logika induktif yang merupakan penarikan kesimpulan dari kasuskasus individu nyata yang bersifat khusus menjadi sebuah kesimpulan yang bersifat umum. b. Logika deduktif yang merupakan penarikan kesimpulan dari hal- hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus. Dengan demikian, asumsi menjadi masalah yang penting dalam setiap bidang ilmu pengetahuan. Kesalahan menggunakan asumsi akan berakibat kesalahan dalam pengambilan kesimpulan. Asumsi yang benar akan menjembatani tujuan penelitian sampai penarikan kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis. Bahkan asumsi bergunasebagai jembatan untuk melompati suatu bagian jalur penalaran yang sedikit atau bahkan hampa fakta atau data.
D. Peluang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peluang berarti ruang gerak, baik yang konkret maupun yang abstrak, yang memberikan kemungkinan bagi suatu kegiatan untuk memanfaatkannya dalam usaha mencapai tujuan; kesempatan.
11
Menurut Murwani (2009), peluang merupakan perbandingan antara banyaknya kejadian yang muncul (observed) dengan banyaknya seluruh kejadian yang mungkin muncul (expected). Sehingga dalam proses pencarian ilmu, peluang merupakan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam pencarian atau perumusan suatu pengetahuan yang pasti (kepastian). Ilmu Probabilistik atau ilmu tentang peluang termasuk cabang ilmu yang baru. Walau termasuk ilmu yang relatif baru, ilmu ini bersama dengan statistika berkembang cukup pesat. Peluang dinyatakan dari angka 0 sampai 1. Angka 0 menyatakan bahwa suatu kejadian itu tidak mungkin terjadi. Dan angka 1 menyatakan bahwa sesuatu itu pasti terjadi. Misalnya bahwa peluang semua makhluk hidup itu akan mati dinyatakan dengan angka 1. Karena itu ilmu menyimpulkan sesuatu dengan kesimpulan probabilistik. Ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan lewat penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif (Suriasumantri, 2010:78-80).
Seseorang yang mengenal dengan baik hakikat ilmu akan lebih mempercayai pernyataan “80% anda akan sembuh jika meminum obat ini “daripada pernyataan “ yakinlah bahwa akan pasti sembuh setelah meminum obat ini “. Hal ini menyadarkan kita bahwa suatu ilmu menawarkan kepada kita suatu jawaban yang berupa peluang. Yang di dalamnya terdapat nilai benar dan juga mengandung kemungkinan yang bernilai salah. Nilai kebenarannya pun tergantung dari persentase kebenaran yang di kandung ilmu tersebut. Sehingga iniakan menuntun kita kepada seberapa besar kepercayaan kita akan kita tumpukan kepada jawaban yang diberikan oleh ilmu tersebut. Dalam
proses
pembuktian
sebuah
ilmu,
peluang
merupakan
kemungkinan- kemungkinan yang mendasari terbentuknya sebuah hipotesa. Hipotesa menurut Prof. Ir. Podjawijatna, muncul dari adanya problema atau pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Hipotesa ilmiah mengutarakan peluangpeluang yang mungkin yang mungkin menjadi jawaban sementara dari problema yang dihadapi. Akan tetapi, kebenaran dari sebuah hipotesa harus dibuktikan dengan adanya fenomen atau kejadian nyata
12
E. Beberapa Asumsi dalam Ilmu Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang dapat membantu kehidupan manusia secara pragmatis.Suatu permasalahan kehidupan tidak bisa dianalisis secara cermat dan saksama hanya oleh satu disiplin keilmuan saja. Dalam mengembangkan asumsi kita harus perhatikan beberapa hal. Pertama, asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis. Kedua, asumsi ini harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya bukan bagaimana keaadaan yang seharusnya. Asumsi yang pertama adalah mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi yang kedua adalah asumsi yang mendasari telaah moral. F. Batas-batas Penjelajahan Ilmu Dalam hal penjelajahan ilmu, muncullah beberapa pertanyaan : Apakah nilai kebenaran dari ilmu bersifat mutlak? Apakah seluruh permasalahan manusia di dunia dapat dijawab dengan tuntas oleh pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan? Inilah pertanyaan pokok yang timbul bagi setiap yang mengejar ilmu pengetahuan kapan saja dan dimana saja. Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan- pertanyaan itu, baiklah kia akan menoleh sejenak kepada apa yang telah diungkapkan oleh beberapa ahli di dunia dalam hubungan eksistensi ilmu pengetahuan itu. Jean Paul Sartre, seorang filsuf eksistensialis yang atheist bangsa Perancis pernah mengemukakan, Apakah pengetahuan? Ilmu pengetahuan bukanlah suatu hal yang sudah selesai terfikirkan, sesuatu hal yang tidak pernah mutlak, sebab akan selalu disisihkan oleh hasil- hasil penelitian dan percobaanpercobaan baru yang dilakukan dengan metode- metode baru atau karena adanya perlengkapan- perlengkapan yang lebih sempurna. Dan penemuanpenemuan baru ini akan disisihkan pula oleh ahli- ahli lainnya, kadangkadang kembali mundur, tetapi seringnya lebih maju. Begitulah selalu akan terjadi. Menurut Prof. Ir. Podjawijatna, pengetahuan merupakan hasil dari sebuah putusan. Sedangkan Ilmu merupakan sesuatu yang membedakan dari pengetahuan biasa, karena ilmu sangat menghiraukan kegunaan dari sebuah 13
pengetahuan (Prof. Ir. Podjawijatna). Sebagai contoh, tidak puas hanya dengan sifat air, tapi diselidiki lebih lanjut tentang bagaimanakah air? Unsur seperti apakah air? Berapa suhu untuk mendidihkannya? Untuk apa kegunaannya? Tujuan ilmu yang utama adalah untuk mencapai kebenaran, sehingga ilmu memiliki objektivitas. Itulah sifat ilmiah yang pertama. Selain itu, ilmu juga harus bersifat universal. Jika pengetahuan hendak disebut ilmu maka haruslah memiliki objektivitas, bermetode, universal dan bersistem. Dr. Mr. D.C Mulder menulis dalam karyanya yang berjudul Iman dan Ilmu Pengetahuan, : “Tiap- tiap ahli ilmu menghadapi soal- soal yang tak dapat dipecahkan dengan memakai pengetahuan itu sendiri. Ada soal- soal pokok atau soalsoal dasar yang melalui kompetensi dari ilmu itu sendiri. Misalnya, dimanakah batas- batas lapangan yang saya selidiki ini? Dimanakah tempatnya di dalam kenyataan seluruhnya ini? Metode yang saya gunakan ini sampai dimanakah? Umpamanya soal yang sangat sulit sekali apakah causalitas kealaman (natuur causaliteit) berlaku juga atas lapangan hayat, psychs, historis, sosial, dan yuridis? Dan tentu ada lain- lain lagi. Jelaslah untuk menjawab soal- soal semacam itu ilmu- ilmu membutuhkan suatu instansi yang sedemikian ituyaitu ilmu filsafat.” Apakah batas yang merupakan lingkup penjelajahan ilmu? Di manakah ilmu berhenti dan meyerahkan pengkajian selanjutnya kepada pengetahuan lain? Apakah yang menjadi karakteristik obyek ontologi ilmu yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya? Jawab dari semua pertanyaan itu adalah sangat sederhana: ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti pada batas pengalaman manusia. Jadi menurut Suriasumantri (2005)ilmu tidak mempelajari masalah surga dan neraka dan juga tidak mempelajari sebab musabab kejadian terjadinya manusia, sebab kejadian itu berada di luar jangkauan pengalaman manusia Mengapa ilmu hanya membatasi daripada hal-hal yang berbeda dalam pengalaman kita? Jawabnya terletak pada fungsi ilmu itu sendiri dalam kehidupan
manusia;
yakni
sebagai
alat
pembantu
manusia
dalam
menanggulangi masalah yang dihadapi sehari-hari. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris. 14
Memang demikian, jawab filsuf ilmu, bahkan dalam batas pengalaman manusiapun, ilmu hanya berwenang dalam menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Tentang baik dan buruk, semua berpaling kepada sumbersumber moral; tentang indah dan jelek semua berpaling kepada pengkajian estetik. Dapat disimpulkan bahwa batas dari penjelajahan ilmu hanyalah ”Pengalaman” manusia, yaitu mulai dari pengalaman manusia dan berhenti pada pengalaman manusia juga. Ilmu diperoleh melalui panca indera, oleh karena itu jika pengalaman diperoleh dengan melihat maka ”ilmu adalah penglihatanmu”, jika pengalaman diperoleh dengan mendengarkan, maka ”Ilmu adalah pendengaranmu” begitu juga untuk indera yang lainnya. Ini mengindikasikan bahwa ilmu seseorang mencapai batas ketika ia harus meninggalkan dunia ini.
E. Cabang-cabang Ilmu Ilmu
berkembang
sangat
pesat, demikian
juga
jumlah
cabang-
cabangnya.Diperkirakan sekarang terdapat 650 cabang Ilmu yang kebanyakan belum dikenal oleh awam. Ilmu terbagi menjadi 2, yakni : 1. Ilmu Alam ( physical science) , terdiri dari : a. Ilmu Fisika. 1) Astronomi. astronomi mempelajari pergerakan benda-beda langit, tapi tidak hanya Matahari, bintang, bulan, dan planet saja. Ilmu ini juga mempelajari galaksi lain atau bahkan kembali ke masa lalu, yaitu mempelajari
sejarah
atau
asal-usul
alam
semesta.
Para
ahli astronomi ini mendasarkan ilmunya pada metode ilmiah. Para ahli astronomi lebih banyak meneliti suatu bintang, planet, atau penghuni angkasa lainnya dengan pendekatan fisika dan matematika. Walaupun begitu, para astronom tidak bisa mengutak-atik objek yang ditelitinya. Berbeda dengan fisikawan
15
yang dapat melakukan percobaan di laboratorium. Laboratorium para ahli astronomi adalah alam semesta 2) Astro fisika. Astrofisika atau Fisika berhubungan
Bintang adalah
dengan fisika jagat
raya,
cabang astronomi yang termasuk
sifat
fisik
(luminositas, kepadatan, suhu, dan komposisi kimia) dari objek astronomi seperti planet, bintang, galaksi dan medium
antar
bintang, dan juga interaksinya. Kosmologi adalah teori astrofisika pada skala terbesar b. Fisika . 1) Mekanika → Mekanika Teknik. Mekanika adalah jenis ilmu khusus yang mempelajari fungsi dan pelaksanaan mesin, alat atau benda yang seperti mesin. Mekanika merupakan bagian yang sangat penting dalam ilmu fisika terutama untuk ahli sains dan ahli teknik Mekanika (Mechanics) juga berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan suatu benda serta efek gaya dalam gerakan itu. Cabang ilmu Mekanika terbagi dua ; Mekanika Statik dan Mekanika Dinamik , sedang Mekanika Dinamik dapat dibagi dua pula , yaitu Kinematik dan Kinetik. 2) Hidrodinamika → Teknik Auronautika dan Desain Kapal. Hidrodinamika dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari gerak liquid atau gerak fluida cair khususnya gerak air. Ruang lingkup cabang ilmu ini cenderung untuk mengkaji gerak partikel air sehingga disebut kajian skala makroskopik. Skala makroskopik disini disebabkan karena air itu terdiri dari partikel-partikel fluida, sedangkan seperti kita tahu bahwa skala terkecil air itu adalah atom bukan partikel.
16
3) Bunyi → Teknik Akustik. Pengertian Bunyi Menurut Fisika | Bunyi termasuk salah satu jenis gelombang yang dapat dirasakan oleh indera pendengaran (telinga). Dalam fisika, Pengertian bunyi adalah sesuatu yang dihasilkan dari benda yang bergetar. Benda yang menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Sumber bunyi yang bergetar akan menggetarkan molekul-molekul udara yang ada disekitarnya. Dengan demikian, syarat terjadinya bunyi adalah adanya benda yang bergetar. Perambatan bunyi memerlukan medium. Kita dapat mendengar bunyi jika ada medium yang dapat merambatkan bunyi. 4) Cahaya dan optic → Teknik Iluminasi. Cahaya merupakan
sejenis
radiasi
berbentuk
gelombang
elekromagnetik yang bisa dilihat dengan mata. 5) Kelistrikan dan Magnetisme → Teknik Elektronik dan Teknik Kelistrikan. 6) Fisika Nuklir → Teknik Nuklir. Fisika nuklir adalah ilmu yang mempelajari mengenai inti atom, serta perubahan-perubahan pada inti atom. Dalam fisika nuklir, sebuah reaksi nuklir adalah sebuah proses di mana dua nuklei atau partikel nuklir bertubrukan, untuk memproduksi hasil yang berbeda dari produk awal 7) Kimia Fisika. c. Kimia. 1) Kimia Anorganik → Kimia Teknik. Kimia anorganik adalah cabang kimia yang mempelajari sifat dan reaksi senyawa
anorganik.
Ini
mencakup
semua senyawa
kimia kecuali yang berupa rantai atau cincin atom-atom karbon, yang disebut senyawa organik dan dipelajari dalam kimia organik. 2) Kimia Organik. Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik.
Senyawa
organik
dibangun
terutama
17
oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur-unsur lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang. 3) Metalurgi. Metalurgi adalah salah satu bidang ilmu dan teknik bahan yang mempelajari tentang perilaku fisika dan kimia dari unsurunsur logam, senyawa-senyawa antarlogam, dan paduan-paduan logam
yang
disebut aloi atau
lakur.
Metalurgi
juga
adalah teknologi logam, yakni penerapan sains dalam produksi logam dan rekayasa komponen-komponen logam untuk digunakan pada produk-produk yang ditujukan bagi konsumen dan industriindustri manukfaktur d. Ilmu Bumi. 1) Paleontology. Paleontologi atau palaeontologi adalah mempelajari kehidupan praaksara. studi fosil untuk interaksinya
ilmu Paleontologi
menentukan evolusi suatu
dengan
organisme
lain
yang mencakup
organisme dan
dan
lingkungannya
(paleoekologi) 2) Ekologi. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).[1] Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
e. Teknik Pertambangan. 1) Geofisika. Geofisika adalah
bagian
dari ilmu
bumi yang
mempelajari bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan
18
bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal. 2) Geokimia. Geokimia adalah sains yang menggunakan prinsip dan teknologi bidang kimia untuk menganalisis dan menjelaskan mekanisme di balik sistem geologi seperti kerak bumi dan lautan yang berada di atasnya 3) Geografi. Geografi adalah ilmu yang
mempelajari
tentang
lokasi
serta
persamaan, dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik, dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo ("Bumi"), dan graphein ("tulisan" atau "menjelaskan"). Para sarjana, praktisi, atau penulis di bidang geografi disebut geograf atau geografer. 4) Oceanografi. Oseanografi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, adalah cabang ilmu Bumi yang mempelajari samudra atau lautan. Ilmu ini mencakup
berbagai
dinamika ekosistem; arus cairan
geofisika; tektonik
topik
seperti organisme
samudra, gelombang, lempengdan
laut dan
dan
geologi
dinamika
dasar
laut,
dan arus berbagai zat kimia dan fisika di dalam lautan dan perbatasannya 2. Ilmu Hayat ( Biological science ). a. Biofisika. Biofisika merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang mengkaji aplikasi aneka perangkat dan hukum fisika untuk menjelaskan aneka fenomena hayati atau biologi. Biofisika berkembang sangat pesat sejak awal tahun 1980 dengan makin mapannya aneka teori fisika yang telah ada.
19
b. Biokimia. Biokimia adalah kimia makhluk hidup. Biokimiawan mempelajari molekul dan reaksi kimia terkatalisis oleh enzim yang berlangsung dalam semua organisme. Lihat artikel biologi molekular untuk diagram dan deskripsi hubungan antara biokimia, biologi molekular, dan genetika. Biokimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi komponen seluler, seperti protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat, dan biomolekul lainnya. Saat ini biokimia lebih terfokus secara khusus pada kimia reaksi termediasi enzim dan sifat-sifat protein. c. Mikrobiologi. Mikrobiologi adalah
sebuah
cabang
dari
ilmu biologi yang
mempelajari mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk
(hidup)
yang
perlu
dilihat
dengan mikroskop,
khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa,dan Archaea. Vir us sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup 1) Industri Peragian. 2) Virologi. 3) Bakteriologi. 4) Mycologi. 5) Protozoologi. d. Botani. Botani adalah
ilmu tumbuh-tumbuhan,
juga jamur dan alga dengan mikologi dan fikologi berada
termasuk di
dalam
cabang ilmu botani. Dengan demikian, dalam botani dipelajari semua disiplin,ilmu biologi,seperti genetika, pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, perkembangan, interaksi dengan komponen biotik dan komponen abiotik, serta evolusi yang berhubungan dengan tumbuhan Fisologi tanaman.
20
1) Genetika tanaman. 2) Pemuliaan tanaman. e. Zoologi. f. Obat-obatan. g. Embriologi.
21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Ontologi dapat disimpulkan bahwa ontologi meliputi hakikat kebenaran dan kenyataan yang sesuai dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari perspektif filsafat tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu. Adapun monoisme, duaisme, pluralisme, nihilisme dan agnostisisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologi yang pada akhirnya menentukan pendapat serta keyakinan kita masing-masing tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu. Metafisika dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki apa hakikat di balik alam nyata ini. Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah. Asumsi dalam filsafat ilmu ini merupakan anggapan/andaian dasar tentang realitas suatu objek yang menjadi pusat penelaahan atau pondasi bagi penyusunan pengetahuan ilmiah yang diperlukan dalam pengembangan ilmu. peluang berarti ruang gerak, baik yang konkret maupun yang abstrak, yang memberikan kemungkinan bagi suatu kegiatan untuk memanfaatkannya dalam usaha mencapai tujuan; kesempatan.
B. Saran Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui dan paham tentang Ontologi (hakikat apa yang dikaji). Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pemikiran dan sumber yang diperoleh penulis. Oleh karena itu saran dan kritikan dari pembaca sangat membantu dalam penyempurnaan karya tulis ini.
22
DAFTAR PUSTAKA https://www.academia.edu/9182473/CABANG-CABANG_FILSAFAT https://www.academia.edu/29884311/MAKALAH_ONTOLOGI_DAN_METAFI SIKA_Filsafat_Ilmu_Sekolah_Tinggi_Agama_Islam_STAI_AlHikmah_PASCA_SARJANA S. Suriasumantri, Jujun. 2005. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Suriasumantri, Jujun S. 2010. Filsafat ilmu: Sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Soetriono dan Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset
23