KATA PENGANTAR Puji syukur tak luput dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya sehingga makalah dengan judul “Komunikasi dan Pemahaman Lintas Budaya”
dapat terselesaikan dengan baik
meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Adapun makalah ”Komunikasi dan Pemahaman Lintas Budaya” ini telah diusahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Makassar,16 Februari 2019 Kelompok 3
1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1 DAFTAR ISI .............................................................................................................. 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1................................................................................................................................ L atar Belakang ........................................................................................................ 3 1.2................................................................................................................................ R umusan Masalah ................................................................................................... 4 1.3................................................................................................................................ T ujuan Masalah ....................................................................................................... 4 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1.1. Pengertian Komunikasi Lintas Budaya ............................................................ 5 2.1.2. Karakteristik Komunikasi Lintas Budaya ........................................................ 6 2.1.3. Tujuan Mempelajari Lintas Budaya ................................................................. 7 2.1.4. Hambatan Yang Terjadi Dalam Komunikasi Lintas Budaya ............................10 2.1.5. Teori Yang Berkaitan Dengan Komunikasi Lintas Budaya ..............................12 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan ..........................................................................................................17 3.2. Saran ....................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................18
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Tak dapat dibantah bahwa kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi
dewasa ini telah memungkinkan manusia diberbagai penjuru dunia saling mengenal dan berhubungan dengan eratnya. Dalam waktu beberapa menit saja orang bisa berhubungan antar negara via telepon. Dengan menggunakan pesawat jet, sekian jam kemudian mereka bisa pula bertemu muka. Bahkan tanpa bepergian keluar negeri pun, kita orang Indonesia sering bertemu dengan orang berbeda budaya, baik dalam arti, ras, suku, agama, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendikan, tingkat ekonomi, atau sekedar usia yang berbeda. Perkembangan jaringan komunikasi, ditambah lagi dengan meningkatnya jumlah orang yang berkunjung dan menetap disuatu negara lain, baik untuk sementara ataupun selamanya, telah menumbuhkan kesadaran akan perlunya memahami budaya orang lain. Menurut Harris, Moran dan Moran, dewasa ini hanya 10% negara-negara di dunia secara rasial atau etnik homogen (Moodian, 2009:4). Dewasa ini budaya asing telah menjadi bagian penting bagi penduduk suatu negeri. Komunikasi yang efektif harus mereka lakukan untuk menjalin kerjasama dengan orang lain, seperti mitra bisnis, sejawat, bahkan tetangga, yang saling menguntungkan. Keberhasilan diplomat, pengusaha, pegawai militer, tenaga medis, pekerja sosial, dosen, mahasiswa, dsb. Di suatu negara lain ditentukan oleh kemampuan mereka dalam mengatasi masalah-masalah budaya. Tanpa pemahaman antarbudaya, seseorang yang tinggal dalam budaya lain hanya akan mengalami frustasi bahkan kegagalan dalam pekerjaan mereka. Bahkan bagi seorang insinyur sipil pun pemahaman antar budaya itu ternyata penting.
3
Dengan mempelajari budaya orang lain, sebenarnya kita mempelajari budaya diri kita sendiri, termasuk pengaruhnya atas cara kita berkomunikasi dengan orang lain. Seorang penulis Inggris abad ke-18, Samuel Johnson menyatakan, “Saya memahami negeri saya jauh lebih baik ketika saya berdiri dalam budaya seorang lain.” Dengan kata lain, seperti yang dikatakan filosof Prancis Jean Baudrillard. “ To open our eyes to the absurdity of our own customs is the charm and benefit of Travel.” Seperti air yang mengelilingi ikan, budaya mendistrosi bagaimana dunia melihat kita (Schneider dan Barsoux, 1997:10-11).
1.2. 1. 2. 3. 4. 5.
1.3. 1. 2. 3. 4. 5.
Rumusan Masalah Apa pengertian komunikasi lintas budaya ? Apa karakteristik komunikasi lintas budaya ? Apa tujuan mempelajari lintas budaya ? Apa saja hambatan yang terjadi dalam komunikasi lintas budaya ? Apa saja teori yang berkaitan dengan komunikasi lintas budaya ?
Tujuan Pembahasan Mengetahui pengertian komunikasi lintas budaya. Mengetahui karakteristik komunikasi lintas budaya. Mengetahui tujuan mempelajari lintas budaya. Mengetahui hambatan yang terjadi dalam komunikasi lintas budaya. Mengetahui teori yang berkaitan dengan komunikasi lintas budaya.
BAB II
4
PEMBAHASAN 2.1.1. Pengertian Komunikasi Lintas Budaya Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Hafied Cangara). Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (E.B Taylor) Adapun komunikasi lintas budaya sendiri didefinisikan sebagai: 1. Komunikasi yang dilakukan oleh dua kebudayaan atau lebih 2. Komunikasi yang dilakukan sebagai akibat dari terjalinnya komunikasi antar unsur kebudayaan itu sendiri, seperti komunikasi antar masyarakatnya. Jika kita gabungkan dari kedua pengertian tentang komunikasi dan kebudayaan (budaya) maka akan mendapatkan pengertian sebagai berikut: “Komunikasi Lintas Budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling mempengaruhi satu sama lainnya, baik itu untuk kebaikan sebuah kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan atau bisa jadi sebagai tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan yang baru)” Definisi pertama dikemukakan dalam buku “Interculuture communication: A Reader”
dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (interculture
communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk dikonsumsi anggota dari budaya yang lain.
5
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antar pribadi dan komunikasi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Adapun definisi yang ada mengenai komunikasi anatar budaya (interculture communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi. Menurut Maletzke, komunikasi lintas budaya adalah proses perubahan mencari dan menentukan makna antar manusia yang berbeda budaya. Kim mengatakan bahwa komunikasi lintas budaya adalah suatu fenomena pengiriman komunikasi dalam diri partisipan kepada pihak lain yang berbeda latar belakang budayanya baik secara langsung maupun tidak langsung. Samover, Porter dan Jain mengatakan komunikasi lintas budaya adalah terjadinya pengiriman pesan dari seseorang yang berasal dari satu budaya yang berbeda dengan penerima pesan. Bila disederhanakan, komunikasi lintas budaya ini memberi penekanan pada aspek perbedaan budaya sebagai faktor yang menentukan sebagai keberlangsungan proses komunikasi. 2.1.2. Karakteristik Komunikasi Lintas Budaya Ada beberapa macam karaketeristik komunikasi lintas budaya, antara lain : 1. Ada dua atau lebih kebudayaan yang terlibat dalam komunikasi 2. Ada jalan atau tujuan yang sama yang akhirnya menciptakan komunikasi itu 3. Komunikasi lintas budaya menghasilkan keuntungan dan kerugian diantara dua budaya atau lebih yang terlibat 4. Komunikasi lintas budaya dijalin baik secara individu anggota masyarakat maupun dijallin secara berkelompok atau dewasa ini dapat dilakukan melalui media 5. Tidak semua komunikasi lintas budaya menghasilkan feedback yang dimaksud, hal ini tergantung kepada penafsiran dan penerimaan dari sebuah kebudayaan yang terlibat, mau atau tidaknya dipengaruhi 6
6. Bila dua kebudayaan melebur karena pengaruh komunikasi yang dijalin maka akan menghasilkan kebudayaan baru, dan inilah yang disebut akulturasi. Karakter budaya sendiri yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Komunikasi dan bahasa Pakaian dan penampilan Makanan dan kebiasaan makanan Waktu dan kesadaran akan waktu Hubungan-hubungan Nilai dan norma Rasa diri dan ruang Proses mental dan belajar Kepercayaan dan sikap
2.1.3 Tujuan Mempelajari Komunikasi Lintas Budaya Kebutuhan untuk mempelajari komunikasi lintas budaya ini semakin terasakan karena semakin terbukanya pergaulan kita dengan orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda, disamping juga karena kondisi bangsa Indonesia yang sangat majemuk dengan berbagai ras, suku bangsa, agama, latar belakang daerah, latar belakang pendidikan dan yang lainnya. Litvin menyebutkan beberapa alasan, tujuan kita mempelajari komunikasi lintas budaya. Yang antara lain: 1. Dunia sedang menyusut, kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat diperlukan. 2. Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda. 3. Nilai-nilai setiap masyarakat sebaik nilai-nilai masyarakat lainnya. 4. Setiap individu dan atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri. 5. Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku.
7
6. Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan memahami nilai-niai budaya lain. 7. Dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan orang lain kita memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan dan masalah manusia. 8. Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antar pribadi adalah suatu usaha yang memerlukan keberanian dan kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu bagi pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita pelajari dari dia, tetapi semakin berbahaya untuk memahaminya. 9. Pengalaman-pengalaman
antar
budaya
sangat
menyenangkan
dan
menumbuhkan kepribadian. 10. Keterampilan-keterampilan
komunikasi
yang
diperoleh
memudahkan
perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan multikultural. 11. Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaan-perbedaan tersebut secara arbitrer tidaklah menyusahkan atau memudahkan. 12. Situasi-situasi komunikasi antar budaya tidaklah statik dan bukan pula stereotip. Karena itu seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Dalam konteks ini, kepekaan pengetahuan dan ketrampilannya bisa membuatnya siap untuk berperan serta dalam menciptakan lingkungan komunikasi yang efektif dan saling memuaskan. Sedangkan menurut Litvin, bila kita mempelajari komunikasi lintas budaya mengenai tujuan itu, dia menguraikan tujuannya yang bersifat kognitif dan afektif, yaitu untuk: 1. Menyadari bias budaya sendiri 2. Lebih peka secara budaya
8
3. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut. 4. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri 5. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang 6. Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri. 7. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya. 8. Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri, baik asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya. 9. Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasiaplikasi bidang komunikasi antar budaya. 10. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan dan dipahami. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan kita mempelajari komunikasi lintas budaya yaitu: 1. Untuk menghindari gegar budaya. 2. Untuk menghindari kesalahpahaman. 3. Untuk menghindari pertentangan
2.1.4. Hambatan Komunikasi Lintas Budaya Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Contoh kasus: Kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti. Sedangkan, di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang
9
tersebut mendengarkan. Contoh lain adalah bahasa, di daerah sebut saja Surabaya, untuk memanggil kamu dengan panggilan kon sudah menjadi biasa, di Cilacap kowe sudah menjadi kebiasaan untuk memanggil sebagai ganti kamu, di Jakarta kadang menggunakan kata loe sebagai sebutan kamu. Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi semacam ini dapat dilalui. Jenis-jenis hambatan dalam komunikasi antar budaya mempunyai bentuk seperti gunung es yang terbenam di dalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang di atas air (above waterline) dan di bawah air (below waterline). 1) Above waterline Ada 9 jenis hambatan komunikasi antar budaya yang berada diatas air, hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik. Hambatan-hambatan tersebut antara lain adalah : a. Fisik (Physical) Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik. b. Budaya (Cultural) Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dan yang lain. c. Persepsi (Perceptual) Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan setiap satu budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda. d. Motivasi (Motivational) Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi. e. Pengalaman (Experiential)
10
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsen yang berbeda dalam melihat sesuatu. f. Emosi (Emotional) Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui. g. Bahasa (Linguistic) Hambatan komunikasi berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (reciever) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan. h. Non Verbal Hambatan non verbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk katakata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contoh: wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan. i. Kompetisi (Competition) Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contoh: Menerima telepon seluler sambil menyetir, karena melakukan 2 kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selulernya secara maksimal. 2) Below waterline Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang. Hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah: a. Persepsi (perception) b. Norma (norms) c. Stereotip (stereotyps) d. Filosofi bisnis (business philosoph) e. Aturan (rules) 11
f. Jaringan (networks) g. Nilai (values) h. Grup cabang (subcultures group)
2.1.5. Teori-Teori Komunikasi Lintas Budaya Berkenaan dengan pembahasan komunikasi antar budaya, Griffin menyadur beberapa teori, antara lain: 1. Anxiety / Uncertainty Management Theory (Teori Pengelolaan Kecemasan / Ketidakpastian). Teori yang dipublikasikan William Gudykunst ini memfokuskan pada perbedaan budaya pada kelompok dan orang asing. Ia berniat bahwa teorinya dapat digunakan pada segala situasi dimana terdapat perbedaan diantara keraguan dan ketakutan. Gudykunst meyakini bahwa kecemasan dan ketidakpastian adalah dasar penyebab dari kegagalan komuniksi pada situasi antar kelompok. Terdapat dua penyebab dari mis-interpretasi yang berhubungan erat, kemudian melihat itu sebagai perbedaan pada ketidakpastian yang bersifat kognitif dan kecemasan yang bersifat afeksi- suatu emosi. Konsep-konsep dasar Anxiety/Uncertainty Management Theory: a. Konsep diri dan diri. Meningkatnya harga diri ketika berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan. b. Motivasi untuk berinteraksi dengan orang asing. Meningkatnya kebutuhan diri untuk masuk di dalam kelompok ketika kita berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kecemasan. c. Reaksi terhadap orang asing Sebuah peningkatan dalam kemampuan untuk memproses informasi yang kompleks tentang orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan untuk memprediksi secara tepat perilaku mereka. Sebuah peningkatan untuk mentoleransi ketika berinteraksi dengan orang asing menghasilkan sebuah peningkatan mengelola kecemasan dan 12
menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan memprediksi secara akurat perilaku orang asing. Sebuah peningkatan berempati dengan orang asing akan menghasilkan suatu peningkatan kemampuan memprediksi perilaku orang asing secara akurat. d. Kategori sosial dari orang asing. Sebuah peningkatan kesamaan personal yang kita persepsi antara diri kita dan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan kita dan kemampuan memprediksi perilaku mereka secara akurat. Pembatas kondisi: pemahaman perbedaan-perbedaan kelompok kritis hanya ketika orang orang asing mengidentifikasikan secara kuat dengan kelompok. Sebuah peningkatan kesadaran terhadap pelanggaran orang asing dari harapan positif kita dan atau harapan negatif akan menghasilkan peningkatan kecemasan kita dan akan menghasilkan penurunan di dalam rasa percaya diri dalam memperkrakan perilaku mereka. e. Proses situasional. Sebuah peningkatan di dalam situasi informal di mana kita sedang berkomunikasi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah penurunan kecemasan kita dan sebuah peningkatan rasa percaya diri kita terhadap f.
perilaku mereka. Koneksi dengan orang asing. Sebuah peningkatan di dalam rasa ketertarikan kita pada orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita dan peningkatan rasa percaya diri dalam memperkirakan perilaku mereka. Sebuah peningkatan dalam jaringan kerja yang kita berbagi dengan orang
asing
akan
menghasilkan
penurunan
kecemasan
kita
dan
menghasilkan peningkatan rasa percaya diri kita untuk memprediksi perilaku orang lain. 2. Face-Negotiation Theory.
13
Untuk menyampaikan makna tertentu, manusia menggunakan pesan verbal dan non verbal. Salah satu pesan non verbal yang digunakan adalah pesan fasial atau air muka. Leathers dalam Rakhmat (2001 : 289 – 290) menyatakan bahwa wajah dapat menyampaikan minimal 10 makna yaitu: 1) Kebahagiaan 2) Rasa terkejut 3) Ketakutan 4) Kemarahan 5) Kesedihan 6) Kemuakan 7) Pengecaman 8) Minat 9) Ketakjuban 10) Tekad Kemudian, Ia menyimpulkan bahwa wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi. Seperti diantaranya senang dan tidak senang, berminat atau tidak berminat pada orang lain atau lingkungan, intensitas keterlibatan dalam suatu situasi. Serta tingkat pengendalian individu terhadap pernyataannya sendiri serta ada atau kurangnya pengertian. Pesan fasial ini juga diaplikasikan dalam komunikasi lintas budaya. Dari teropong komunikasi lintas budaya, manusia dengan berbagai latar belakang budaya yang berbeda tentu tidak bisa menghindari kodratnya untuk berhubungan atau berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Dalam membangun hubungan antar manusia tidak jarang sering menemui konflik. Stella Ting-Toomey kemudian merumuskan face negotiation theory untuk menjelaskan pengaruh perbedaan budaya dalam menangani atau mengelola konflik yang terjadi melalui “manajemen” wajah. Menurut teori ini, norma dan budaya yang dianut oleh manusia akan mempengaruhi cara mengelola situasi konflik dan membentuk citra di mata publik. 3. Speech Codes Theory. Teori yang dipublikaskan Gerry Philipsen ini berusaha menjawab tentang keberadaan speech code dalam suatu budaya, bagaimana substansi dan
14
kekuatannya dalam sebuah budaya. Ia menyampaikan proposisi-proposisi sebagai berikut. a) Dimanapun ada sebuah budaya, disitu diketemukan speech code yang khas. b) Sebuah speech code mencakup retorikal, psikologi, dan sosiologi budaya. c) Pembicaraan yang signifikan bergantung speech code yang digunakan pembicara dan pendengar untuk mengkreasi dan menginterpretasi komunikasi mereka. d) Istilah, aturan, dan premis terkait ke dalam pembicaraan itu sendiri. e) Kegunaan suatu speech code bersama adalah menciptakan kondisi memadai untuk memprediksi, menjelaskan, dan mengontrol formula wacana tentang intelijenitas, prudens (bijaksana, hati-hati) dan moralitas dari perilaku komunikasi.
15
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Komunikasi Lintas Budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling mempengaruhi satu sma lainnya, baik itu untuk kebaikan sebuah kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan atau bisa jadi sebagai tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan yang baru) Ada beberapa macam karaketeristik komunikasi lintas budaya, antara lain : 1) Ada dua atau lebih kebudayaan yang terlibat dalam komunikasi 2) Ada jalan atau tujuan yang sama yang akhirnya menciptakan komunikasi itu. 3) Komunikasi lintas budaya menghasilkan keuntungan dan kerugian diantara dua budaya atau lebih yang terlibat. 4) Komunikasi lintas budaya dapat dilakukan melalui media. 5) Tidak semua komunikasi lintas budaya menghasilkan feedback. 6) Komunikasi lintas budaya akan menghasilkan akulturasi. 3.2. Saran Diharapkan mahasiswa yang mempelajari Komunikasi Lintas Budaya dapat menjadi manusia antarbudaya atau manusia multibudaya, yakni manusia yang memiliki kepekaan budaya, menghormati semua budaya, memahami apa yang orang lain pikirkan, rasakan dan percayai, serta mengahargai perbedaan antarabudaya.
16
DAFTAR PUSTAKA Ambar. 2017. Komunikasi Lintas Budaya yang Efektif – Hambatan dan Cara Mengatasinya. https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-lintas-budaya, diakses 16 Februari 2019. Mulyana, Deddy. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Romerto, Aprillia. 2016. Komunikasi Lintas Budaya (Makalah). http://romerto.blogspot.com/2016/01/komunikasi-lintas-buduayamakalah.html, diakses 16 Februari 2019.
17