REPORTING TUTORIAL KASUS BAYI BARU LAHIR Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Kelompok 1 Moudy M Putri
220110164001
Tri Prayuda Dwipha Surbakti
220110164003
Ajeng Ratnasari
220110164005
Rizka Muliani
220110164006
Kirana Fadliawati
220110164010
Rachmannisa Utami
220110164012
Robi Romadoni Huwae
220110164013
Rangga Qistansyah
220110164016
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2019
Kasus Bayi Baru Lahir Seorang bayi perempuan (Bayi Ny.S), lahir di sebuah rumah sakit umum daerah pada hari Selasa, 12 Maret 2019, pukul 03.00 WIB melalui proses persalinan spontan normal. Hasil pengkajian awal menunjukkan nilai APGAR pada 1 menit pertama adalah 7 dan 5 menit pertama adalah 8, berat badan lahir 2600 gr, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 31 cm, denyut jantung bayi 147 x/menit, suhu 36,8oC, frekuensi pernafasan 45 x/menit. Hasil pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya caput suksedum, kelopak mata edema, terdapat air mata, sklera tidak ikterik, bibir berwarna merah muda dan lembab. Bayi Ny.S juga menunjukkan adanya refleks rooting, sucking, gag, extrusion, dan glabelar. Pada tubuh bayi Ny.S tampak adanya lanugo dan vernix caseosa, tali pusat berwarna putih kebiruan dengan kondisi diklem dan tidak tertutup kassa, bergerak aktif, serta sudah mengeluarkan mekonium segera setelah dilahirkan. Hasil pemeriksaan laboratorium darah Bayi Ny.S menunjukkan nilai-nilai normal pada BBL. Saat ini Bayi Ny.S sudah mendapatkan salep mata, vitamin K, dan imunisasi hepatitis B. Learning Objectives: 1. Jelaskan karakteristik biologis yang dialami bayi tersebut? -
Sistem kardiovaskuler
-
Sistem pernafasan
-
Sistem pencernaan
-
Sistem perkemihan
-
Sistem hematopoesis
-
Sistem hepatika
-
Sistem imunitas
-
Sistem integumen
-
Sistem reproduksi
-
Sistem neuromuskuler
-
Sistem skelet
-
Sistem termogenik
2. Jelaskan karakteristik perilaku yang dialami bayi tersebut? -
Siklus tidur-terjaga
-
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bayi
-
Perilaku sensori
-
Respon terhadap stimulus lingkungan
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada bayi tersebut? 1. Pengkajian keperawatan -
penilaian APGAR
-
Pengkajian kongenital
-
Pengkajian fisik
-
Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa keperawatan 3. Intervensi keperawatan
JAWABAN 1. Karakteristik biologis yang dialami bayi 1) Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini karakteristik biologis sistem kardiovaskuler yang dialami bayi tersebut adalah denyut jantung bayi yaitu 147x/menit. Pada bayi normal karakteristik biologis pada sistem kardiovaskular adalah denyut jantung berkisar 140-160x/menit, tekanan darah berkisar 60-85/45-55 mmHg, volume darah bayi berkisar 80-110 ml/Kg. 2) Sistem pernafasan Pada kasus ini hanya terdapat data frekuensi pernafasan bayi yaitu 45x/menit. Pada bayi normal karakteristik sistem pernafasan antara lain paru-paru bayi mengandung 20ml cairan/KgBB, pola nafas biasanya dangkal dan teratur 30-60x/menit, biasanya disertai apneu sekitar 15 detik paling sering terjadi selama siklus tidur aktif (Rapid Eye Movement/REM). 3) Sistem pencernaan Keasaman lambung pada bayi baru lahir pada umumnya sama dengan keasaman lambung orang dewasa, tetapi akan menurun dalam satu minggu dan tetap rendah selama dua sampai tiga bulan. Biasanya bising usus dapat terdengar 1 jam setelah bayi lahir. Pada kasus ini bayi menunjukkan Gag refleks. 4) Sistem perkemihan Bayi baru lahir kemungkinan tidak mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Setelah 24 jam pertama biasanya bayi berkemih 6-10 kali dalam sehari dengan keluaran 15-60 ml/KgBB. 5) Sistem hematopoesis Hasil pemeriksaan laboratorium darah, bayi pada kasus ini menunjukkan nilai-nilai normal. Biasanya BBL memiliki nilai rata-rata Hb, Hematokrit, dan sel darah merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hb BBL berkisar 14,5-22,5 g/dl. Hematokrit bervariasi 44-72% dan Sel darah merah berkisar 5-7,5 juta/mm3. Leukosit janin berkisar 18.000/mm3 dan meningkat menjadi 23.000-24.000 mm3 pada hari pertama setelah bayi lahir. 6) Sistem hepatika Pada BBL hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm di bawah batas kanan iga karena hati besar dan menempati sekitar 40% rongga abdomen.
7) Sistem imunitas Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin. Namun sel ini tidak aktif beberapa bulan. Selama tiga bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu. Barrier alami seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan tripsin yang mempertahankan kesterilan usu halus. IgA sebagai pelindung membran lenyap dari traktus naps, traktus uranius, dan traktus gastrointestinal kecuali bayi diberi ASI. 8) Sistem integumen Pada kasus ini saat pemeriksaan fisik terdapat caput suksedum, kelopak mata edema, lanugo dan vernix caseosa. 9) Sistem reproduksi Tidak terdapat tanda karakteristik biologis sistem reproduksi dalam kasus ini. Namun jika BBL perempuan sering terjadi pengeluaran suatu cairan mukoid atau terkadang pengeluaran bercak darah melalui vagina. Pada BBL cukup bulan labia mayora dan minira menutupi vestibulum. Sedangkan pada BBL Pria testis turun ke dalam skrotum pada 90% BBL pria. Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum dan hidrokel dan biasanya mengecil tanpa harus melakukan pengobatan. 10) Sistem neuromuskuler Pada kasus ini bayi menunjukkan adanya refleks rooting, sucking, gag, extrusion, dan glabelar. 11) Sistem skelet Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat oanjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak. Ada dua kurvatura pada kolumna vertebralis yaitu toraks dan sakrum. Ketika bayi mulai dapat mengendalikan kepalanya, kurtavura lain terbentuk di daerah servikal. Pada BBL lutut berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung dan tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. 12) Sistem termogenik Pada BBL mekanisme produksi panas dengan cara mengigil sangat jarang terjadi. Termogenesis tanpa megigil dapat dicapai akibat adanya lemak coklat pada BBL, yang kemudian dibentuk akibat peningkatan aktivitas metabolisme di otak, jantung, dan hati. Pada kasus ini suhu bayi tersebut adalah 36,8oC termasuk ke dalam rentang suhu normal BBL. 2. Karakteristik perilaku bayi
a. Siklus tidur terjaga Variasi tingkat kesadaran bayi baru lahir disebut siklus tidur-terjaga (Brazelton, 1984). Siklus ini membentuk siklus berkelanjutan, yang terdiri dari tidur dalam, narcosis, atau letargi di satu sisi dan iritabilitas di sisi lain. Ada dua keadaan tidur, yaitu tidur yang dalam, serta tidur yang tidak dalam da nada empat tahap terjaga, yakni keadaan mengantuk, waspada-tenang (quiet alert), waspada-aktif (active alert), dan menangis. Kemampuan bayi untuk menguasai atau memodifikasi responnya bervariasi sejalan pergerakan mereka dari suatu tingkat tidur tertentu atau suatu kondisi terjaga tertentu ke tingkat yang lain. Reaksi mereka dalam menghadapi stimulus eksternal dan internal mencerminkan potensi mereka dalam mengorganisisr perilaku. Bayi Ny.S berada dalam keadaan terjaga tahap waspada-tenang karena bayi bergerak aktif, dan tidak menunjukan periode rewel. Istilah organisasi perilaku mengacu pada fungsi disiologis dan system perilaku bayi yang terintegrasi (D’Apolito, 1991). Bayi yang terorganisasi dapat memproses kejadian-kejadian eksternal tanpa mengganggu fungsi fisiologis dan system perilaku bayi. Respons bayi yang menggambarkan organisasi sesuai dengan kasus diatas. a. Fungsi Fisiologis
Frekuensi denyut jantung dan pernapasan stabil, sesuai dengan kasus frekuensi denyut jantung dan pernapasan bayi Ny.S tampak normal.
Warna stabil, sesuai dengan kasus warna bayi Ny.S stabil tidak terdapat sianosis dan kemerahan.
Menoleransi pemberian makan, terdapat relfeks refleks pada kasus seperti refleks rooting, sucking, ekstrusi, gag.
b. Faktor yang mempengaruhi perilaku bayi.
Usia gestasi bayi dan tingkat kematangan SSP akan mempengaruhi perilaku yang terlihat. Bayi yang SSP nya tidak matang, seluruh tubuhnya akan berespon terhadap tusukan peniti di kaki. Bayi yang matang hanya akan menarik
kakinya.
Ketidakmatangan
SSP
juga
akan
terlihat
pada
perkembangan refleks dan siklus tidur-terjaga.Dilihat dari kasus terdapat perkembangan refleks refleks pada Bayi Ny.S. Jadi usia gestasi bayi Ny.S normal dan SSP nya matang.
c. Perilaku sensori
Penglihatan Saat
lahir, pupil
bayi
bereaksi
terhadap
rangsangan cahaya
dan
memperlihatkan refleks mengedip dengan mudah. Kelenjar air mata biasaanya belum berfungsi sampai bayi berusia dua sampai empat minggu. Dilihat dari kasus terdapat kelopak mata bayi edema, keluaran air mata dan sclera tidak ikterik dan terdapat refleks glabella atau refleks kedipan kedua mata bayi.
Pendengaran Segera setelah cairan amnion keluar dari telinga, pendengaran bayi sama dengan orang dewasa. Keadaan ini terjadi sejak satu menit setelah bayi lahir. Bunyi
berkekuatan
90
desibel
membuat
bayi
berespon
dengan
memperlihatkan refleks terkejut. Dilihat dari kasus bayi Ny.S, tidak terkaji keluaran cairan amnion dari bayi.
Sentuhan Semua bagian tubuh bayi berespon terhadap sentuhan. Wajah, terutama mulut, tangan, dan telapak kaki tampaknya merupakan daerah yang paling sensitive. Respon bayi baru lahir terhadap sentuhan menunjukan bahwa system sensorinya telah dipersiapkan untuk menerima dan memproses pesanpesan taktil. Dilihat dari kasus terdapat refleks rooting pada bayi Ny.S, refleks terjadi ketika seseorang menyentuh pinggir mulut bayi. Bayi akan mengikuti arah sentuhan tersebut sambil membuka mulutnya. Hal ini membantu bayi ketika ia sedang ingin menyusu. Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 3-4 bulan.
Pengecap Bayi baru lahir memiliki system kecap yang berkembang baik dan larutan yang berbeda menyebabkan bayi memperlihatkan ekspresi wajah yang berbeda. Larutan yang hambar tidak membuat bayi berespon, sedangkan laruta yang manis membuat bayi mengisap dengan bersemangat. Larutan asam membuat bayi menggerakkan bibirnya dan larutan pahit membuat bayi marah. Bayi baru lahir dilaporkan lebih menyukai air gula daripada air steril (Pete, 1989). Dilihat dari kasus tidak terkaji refleks mengecapan pada bayi Ny.S.
Penciuman Indera penciuman bayi baru lahir sudah berkembang baik saat bayi lahir. Bayi baru lahir tampaknya memberi reaksi yang sama dengan reaksi orang dewasa, bila diberi bau yang menyenangkan. Dilihat dari kasus tidak terkaji refleks penciuman pada bayi Ny.S.
d. Respon terhadap stimulus lingkungan
Temperamen
Habituasi
Konsolasi
Menggendong bayi
Iritabilitas
Menangis
Dilihat dari kasus tidak terkaji tanda-tanda respon terhadap stimulus lingkungan pada bayi Ny.S. 3. Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Keperawatan
Penilaian APGAR a. 1 menit kelahiran: untuk memberi kesempatan pada bayi untuk memulai perubahan b. Menit ke lima: untuk menentukan prognosa c. Menit ke sepuluh: penilaian dapat dilakukan lebih sering jika nilai APGAR rendah atau perlu tindakan resusitasi Angka Penilaian
Tanda
0
1
2
Bunyi jantung
tidak ada
lambat (<100)
diatas 100
Usaha bernafas
tidak ada
tidak teratur
baik, menangis
Tonus otot
Iritabilitas refleks
Lemas
tidak ada reaksi
sedikit feksi
pergerakan
ekstremitas
aktif
menyeringai
menangis kuat
Warna kulit
biru pucat
badan merak
semua badan
ekstremitas biru
merah
APGAR ditentukan setelah 1-5 menit: a. Angka 0 menandakan anak dalam keadaan bahaya b. Angka kurang dari 5 memerlukan pertolongan berupa tindakan-tindakan tertentu c. Angka 7-10 menunjukkan keadaan bayi yang baik. Berdasarkan kasus di atas, hasil pengkajian awal menunjukkan nilai APGAR pada 1 menit pertama adalah 7 dan 5 menit pertama adalah 8, berarti keadaan bayi tersebut baik.
Pengkajian kongenital Dalam jurnal karya Sonja et al.,2014 ada 3 pendekatan dalam mengkaji kelainan kongenital pada BBL: Penelitian
Pendekatan
Menetapkan
Timing
kelainan mayor atau minor North American
Melakukan laporan
Hanya bisa
Bisa
Antiepileptic Drug
maternal diikuti
mendeteksi
teridentifikasi
Pregnancy
dengan peninjauan
kelainan mayor
pada minggu
Registry
catatan
ke 12 setelah
pemeriksaan medis
kelahiran
hingga bayi berumur 12 minggu National
Menggunakan
Mendeteksi
Pengkajian
Children’s Study
photografic
kelainan mayor
dilakukan
protocol (15 foto
dan minor
pada saat
dan 3 video
bayi baru
berdurasi 10 detik)
lahir, 6 bulan
dan Pengkajian
setelah
fisik (daftar periksa
kelahiran,
25 bagian tubuh)
dan 12 bulan setelah
kelahiran. Organization od
Pemeriksaan fisik
Mendeteksi
Satu kali
Teratology
oleh ahli
kelainan mayor
pemeriksaan
information
dismorpologi
dan minor
pada 6 bulan
Specialists
pertama kelahiran
Pengkajian fisik Area yang dikaji
Data
TTV Denyut jantung
147 x/menit
Suhu
36,8 oC
Pernapasan
45 x/menit
Berat
2600 gram
Panjang
48 cm
LK
32 cm
LD
31 cm
Integumen Inspeksi dan palpasi
Adanya edema di kelopak mata
Vernix kaseosa
terdapat pada tubuh bayi
Lanugo
terdapat pada tubuh bayi
Kepala Palpasi kulit
Adanya caput suksedum
Mata Bentuk dan ukuran
Ukuran, bentuk simetris dan
simetris
ada refleks mengedip
bola mata; keberadaan,
keluaran air mata, kedua bola
ukuran, bentuk
mata ada dan ukuran sama
pupil
tidak ikterik
Hidung
Normal
Telinga
Normal
Wajah
Normal
Mulut bibir;warna refleks
Merah muda rooting, sucking, ekstrusi
Leher
Normal
Dada
Normal
Abdomen tali pusat
Warna putih kebiruan, di klem dan tidak tertutup kassa
Genitalia
Normal
Ekstrimitas
Normal
Punggung
Normal
Anus
Normal
Tinja
Sudah mengeluarkan mekonium
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium darah.
B. Diagnosa keperawatan Menurut Dongoes (2001) antara lain: a. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas b/d produksi mukosa berlebih. b. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kebutuhan kalori tinggi akibat peningkatan laju metabolik. c. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan imunitas yang didapat, jaringan trauma, serta pemajanan lingkungan. d. Resiko tinggi terhadap cedera b/d trauma lahir, aspirasi, profil darah abnormal, serta anomaly congenital. e. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d keterbatasan masukan oral, pemberian makan lambat serta peningkatan kehilangan air tidak kasat mata. f. Resiko tinggi terhadap konstipasi b/d ketidakadekuatan masukan cairan, serta obstruksi intestinal.
g. Resiko perubahan suhu tubuh b/d pengendalian suhu yang imatur, perubahan suhu lingkungan (Wong, 2009). C. Intervensi keperawatan a. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas b/d produksi mukosa berlebih. Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi perubahan suhu. Kriteria Hasil
:
Pertahanan jalan nafas paten dengan frekuensi pernapasan dalam atas normal (antara 30-60 x/menit). Serta bebas dari tanda-tanda distress pernapasan. Intervensi
:
1) Tinjau ulang kejadian prenatal dan intrapartum, perhatikan faktor resiko yang dapat memperberat kelebihan cairan paru atau aspirasi cairan amniotik. 2) Kaji frekuensi dan upaya pernapasan. 3) Hisap nasofaring sesuai kebutuhan. 4) Posisikan bayi miring dengan gulungan handuk. 5) Kaji bayi terhadap adanya, lokasi, dan derajat sianosis dan hubungan dengan aktivitas. 6) Pantau tanda-tanda hipotermi atau hipertermi pada bayi. 7) Perhatikan simetris gerakan dada. 8) Auskultasi bunyi jantung: perhatikan bunyi murmur. b. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kebutuhan kalori tinggi akibat peningkatan laju metabolik. Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi perubahan nutrisi. Kriteria Hasil
:
Bebas dari tanda-tanda hipoglikemia, dengan kadar glukosa darah.
Menunjukkan penurunan berat badan sama dengan atau kurang dari 5%10% berat badan lahir pada waktu pulang.
Intervensi
:
1) Tinjau ulang riwayat prenatal ibu terhadap kemungkinan stressor yang berdampak pada simpanan glukosa neonatus, seperti diabetes, hipertensi karena kehamilan (HKK), atau gangguan jantung atau ginjal. 2) Perhatikan APGAR skor, kondisi saat lahir, tipe/waktu pemberian obat, dan suhu awal pada penerimaan di ruang perawatan bayi. 3) Turunkan stressor fisik seperti stress dingin, pengarahan fisik, dan pemajanan berlebihan pada pemancar panas. 4) Timbang berat badan bayi saat menerima di ruang perawatan dan setelah itu setiap hari. 5) Observasi bayi terhadap tremor; iritabilitas, takipnea, sianosis, pucat, dan aktivitas kejang. 6) Auskultasi bising usus. 7) Anjurkan ibu segera memberi ASI. 8) Evaluasi kepuasan bayi setelah pemberian ASI. 9) Pantau warna, konsistensi, dan frekuensi berkemih. c. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan imunitas yang didapat, jaringan trauma, serta pemajanan lingkungan. Tujuan
:
Setelah tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada tandatanda infeksi. Kriteria Hasil
:
Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, kalor, loss of fungtion). Intervensi
:
1) Tinjau ulang faktor-faktor resiko pada ibu yang cenderung membuat bayi terkea infeksi, yang didapatkan secara transplasenta, melalui rute asenden atau saat kelahiran. 2) Tentukan usia gestasi bayi baru lahir. 3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi. 4) Pelihara peralatan individu dan bahan-bahan persediaan untuk setiap bayi. 5) Inspeksi kulit setiap hari terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit. 6) Kaji tali pusat dan ari kulit pada dasar pusat setiap hari dari tanda-tanda infeksi.
7) Perhatikan adanya letargi, gelisah, dan peningkatan suhu. d. Resiko tinggi terhadap cedera b/d trauma lahir, aspirasi, profil darah abnormal, serta anomaly congenital. Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko tinggi terhadap cedera teratasi. Kriteria Hasil
:
Bebas dari cedera atau aspirasi Intervensi
:
1) Lakukan temuan abnormal melalui pengkajian pada bayi baru lahir. Perhatikan krepitasi, gangguan klavikula, atau tidak adanya gerakan ekstremitas. 2) Kaji bayi terhadap anomaly kongenital, khususnya sumbing bibir atau palatum, kaki tabuh serta dislokasi panggul congenital. 3) Jangan meninggalkan bayi tidak diperhatikan di dalam ruangan atau pada tempat datar yang tidak ada penghalang. e. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d keterbatasan masukan oral, pemberian makan lambat serta peningkatan kehilangan air tidak kasat mata. Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan teratasi. Kriteria Hasil
:
Berkemih 2-6 x dengan haluan 15-60 ml/kg/hari dari hari kedua kehidupan. Intervensi
:
1) Catat berkemih pertama dan selanjutnya. 2) Lakukan pemberian makanan oral (ASI), perhatikan jumlah yang ditelan dan yang dikeluarkan. 3) Pantau masukan dan haluan cairan. 4) Perhatikan darah dalam urin. 5) Perhatikan adanya edema; kaji tingkat hidrasi bayi. 6) Kurangi stressor dingin.
7) Palpasi adanya distensi kandung kemih, kegelisahan, ketidaknyamanan, atau tekanan kandung kemih bila bayi gagal berkemih dalam 24 jam setelah kelahiran. f. Resiko tinggi terhadap konstipasi b/d ketidakadekuatan masukan cairan, serta obstruksi intestinal. Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan resiko tinggi terhadap konstipasi teratasi. Kriteria Hasil
:
Mengeluarkan feses mekonium dalam 48 jam setelah kelahiran. Intervensi
:
1) Tinjau ulang catatan terhadap indikasi-indikasi pasase mekonium. 2) Catat komplikasi maternal yang mempengaruhi pasase mekonium secara negatif. 3) Auskultasi bising usus. 4) Ukur suhu rectal. 5) Pantau frekuensi atau lamanya pemberian makan (ASI), frekuensi perkemihan, turgor kulit dan status fontanel. 6) Perhatikan pasase mekonium awal. 7) Catat frekuensi, warna, konsistensi, dan bau feses. 8) Kaji abdomen terhadap adanya distensi konstan atau intermiten. g. Resiko perubahan suhu tubuh b/d pengendalian suhu yang imatur, perubahan suhu lingkungan. Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan keperawatnn selama 1 x 24 jam diharapkan tidak terjadi perubahan suhu tubuh. Kriteria Hasil
:
Suhu tubuh bayi tetap pada tingkat optimal (36,5 oC - 37,5 oC). Intervensi
:
1) Bungkus bayi dengan selimut hangat. 2) Letakkan bayi dalam suhu lingkungan yang telah diatur sebelumnya (di bawah pemanas radiasi atau dekat dengan ibu). 3) Ukurlah suhu bayi saat tiba ke ruangan bayi atau ruang ibu. 4) Pertahankan suhu ruangan antara 24 oC dan 25 oC.
5) Mandikan pertama kali sesuai kebijakan rumah sakit. 6) Tutup kepala bayi apabila bayi kehilangan panas merupakan masalah, karena permukaan kepala yang luas memudahkan kehilangan panas. 7) Jauhkan bayi dari kekeringan, angina penyejuk udara, atau kipas angin. 8) Letakkan bayi dalam kotak yang dinginnya cukup tinggi agar terlindung dari ventilasi silang. 9) Hangatkan semua objek yang akan digunakan untuk memeriksa atau menutup bayi. 10) Buka baju bayi hanya pada tubuh yang akan diperiksa atau dilakukan prosedur. 11) Tunda sirkumsisi sampai suhu tubuh normal, atau gunakan pemanas radiasi selama prosedur. 12) Waspada pada hipotermia atau hipertermia.
Sumber: Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., Jensen, M. D., & Perry, S. E. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (4 ed.). Jakarta: EGC.