ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA KASUS ATRIAL SENTRAL DEFEK (ASD)
OLEH : KELOMPOK 10 1. IVA ANNISHA NOVIRA (012SYE17) 2. MUSTIKA AMALIA
(019SYE17)
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D III MATARAM 2019
DAFTAR ISI BAB I KONSEP TEORI MEDIS 1.1 DEFINISI 1.2 ETIOLOGI 1.3 TANDA DAN GEJALA 1.4 PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY 1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.6 PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN 1.7 PROGNOSIS 1.8 PENCEGAHAN BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 2.1 PENGKAJIAN 2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN 2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 2.5 EVALUASI KEPERAWATAN BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN 3.2 SARAN DAFTAR PUSTAKA
BAB I TINJAUAN TEORI
A.
Definisi ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin. Defek Septum Atrium (ASD, Atrial Septal Defect) adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan). Kelainan jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letak kebocoran di septum antara serambi kiri dan kanan. Kelainan ini menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibanding VSD. Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kavasuperior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum
yaitu
kegagalan
pembentukan
septum
sekundum
dan
defek
septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan sepotong dakron.
B. Etiologi Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD, faktor – faktor tersebut diantaranya: 1. Faktor prenatal a. Ibu menderita infeksi rubella b. Ibu Alkoholisme c. Umur ibu lebih dari 40 Tahun d. Ibu menderita IDDM e. Ibu meminum obat – obatan penenang atau jamu 2. Faktor genetik a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan b. Ayah atau ibunya menderita penyakit jantung bawaan c. Kelainan kromosom misalnya sindrom down d. Lahir dengan kelainan bawaan lain ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan.Dalam keadaan normal, pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru.Pada saat bayi lahir, lubang ini biasanya menutup.Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt).Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum atrium ini tidak diketahui. C. Tanda Dan Gejala ASD di awalnya tidak menimbulkan gejala. Seiring dengan berjalannya waktu ASD besar yang tidak diperbaiki dapat merusak jantung dan paru dan menyebabkan gagal jantung. Tanda dan gejala gagal jantung diantaranya: 1. Sering mengalami infeksi saluran pernafasan 2. Dispnea (kesulitan dalam bernafas)
3. Sesak nafas ketika melaukan aktivitas 4. Jantung berdebar – debar (palpitasi) 5. Aritmia 6. Clubbing finger D. Patofisiologi Dan Pathway Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibat volume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis. Pathway
Defek
Darah yg mengandung oksigen Atrium kiri Atrium kanan Pembesaran complain ventrikel kanan
Berkurangnya ketebalan dinding ventrikel kanan
Proses pembesaran volume, ukuran dan complain atrium kanan
Tekanan ventrikel kanan menurun ( meningkatkan shunt dari kiri ke kanan )
Vascular paru meningkat( sindrom eisenmenger) Sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen Hipotensi dan sianosis
E. Pemeriksaan Penunjang 1.
Elektrokardiografi Menilai irama, heart rate, gangguan konduksindan perubahan pola
2.
Radiologi Rontgen thorak untuk mengetahui gambaran paru dan jantung
3. Ekokardiografi
Dari pemeriksaan ini maka akan dapat dilihat adanyan kebocoran aliran darah dari atrium kiri ke atrium kanan. 4. Kateterisasi Prosedur diagnostik dimana kateter radiopaque dimasukankedalam serambi jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran tekanan darah dan sample darah memberikan sumber-sumber informasi tambahan. 5· EKG Deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD secundum, RBBB, RVH.
F. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan Bila
pemeriksaan
klinis
dan
elektrokardiografi
sudah
dapat
memastikan adanya defek septum atrium, maka penderita dapat diajukan untuk operasi tanpa didahului pemeriksaan kateterisasi jantung. Bila telah terjadi hipertensi pulmonal dan penyakit vaskuler paru, serta pada kateterisasi jantung didapatkan tahanan arteri pulmonalis lebih dari 10U/m² yang tidak responsif dengan pemberian oksigen 100%, maka penutupan defek septum atrium merupakan indikasi kontra.
1.
Tindakan operasi Indikasi operasi penutupan ASD adalah bila rasio aliran darah ke paru dan sistemik lebih dari 1,5. Operasi dilakukan secara elektif pada usia pra sekolah (3–4 tahun) kecuali bila sebelum usia tersebut sudah timbul gejala gagal jantung kongaestif yang tidak teratasi secara medikamentosa. Defect atrial ditutup menggunakan patch
2.
Tanpa operasi Lubang ASD dapat ditutup dengan tindakan nonbedah, Amplatzer Septal Occluder (ASO), yakni memasang alat penyumbat yang dimasukkan melalui pembuluh darah di lipatan paha. Meski sebagian kasus tak dapat ditangani dengan metode ini dan memerlukan pembedahan. Amplatzer septal occluder (ASO) adalah alat yang mengkombinasikan diskus ganda dengan mekanisme pemusatan tersendiri
(self-centering mechanism). Ini adalah alat pertama dan hanya menerima persetujuan klinis pada anak dan dewasa dengan defek atrium sekundum (DAS) dari the United States Food and Drug Administration (FDA US). Alat ini telah berhasil untuk menutup defek septum atrium sekundum, patensi foramen ovale, dan fenestrasi fontanella
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Pengkajian meupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui permasalahan yang ada. Untuk melakukan langkah pertama ini dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang perawat diantaranya pengetahuan tentang kebutuhan atau bio-psiko-sosial dan spiritual, bagi manusia yang memandang manusia dari segi aspek biologis, pikologis, sosial dan tinjauan dari aspek spiritual juga pengetahuan akan kebutuhan pengembangan manusia (tumbuh kembang dari kebutuhan dasarnya) pengetahuan dari konsep sehat dan sakit, pengetahuan tentang patofosiologi dan penyakit yang dialami, pengetahuan tentang sistem keluarga dan kultur budaya serta nilai keyakinan yang dialami klien ( Hidayat, 2011). 1. Identitas pasien Meliputi nama, umur, no MR, pekerjaan, alamat, agama, cara masuk, riwayat alergi, tanggal masuk RS dan lain-lain. Umur ,Suku, Tempat tinggal.
2. Identitas penanggung jawab: nama orangtua, umur, jenis kelamin, pendidikan
(karena
tingkat
pendidikan
mempengaruhi
tingkat
pemahaman penanggung jawab tentang kondisi penyakit klien dan cara mengatasi penyakit klien), agama, pekerjaan, alamat, data ini sangat diperlukan karena penanggung jawab adalah orang yang bisa perawat hubungi saat akan dilakukan suatu tindakan. 3. Riwayat kesehatan a. Keluhan Utama Sesak napas b. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya Klien mengalami sesak yang dirasakan terus menerus, sesak terlihat saat klien melakukan aktifitas ringan seperti diajak bermain, posisi tengkurap dan diberi minum susu. Sesak disertai menangis terus, menolak minum susu, dan BB dan TB yang tidak mengalami peningkatan signifikan sejak klien dilahirkan. c. Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya Riwayat penyakit jantung dalam keluarga ada, riwayat batuk dari keluarga klien, 4. Riwayat Perinatal dan Neonatal a. Hamil Untuk mengetahui Kondisi ibu selama hamil, periksa kehamilan dimana dan berapa kali, serta mendapatkan apa saja dari petugas kesehatan selama hamil. b. Persalinan Untuk mengetahui cara persalinan, ditolong oleh siapa, adakah penyulit selama melahirkan seperti perdarahan. Kaji dimana klien dilahirkan, berat badan, panjang badan bayi. c. Neonatal
Untuk mengetahui apakah bayi minum ASI atau Pasi, berapa BB Lahir, PB lahir, apakah saat lahir bayi langsung menangis/tidak. 5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan 6. Riwayat imunisasi anak dan kesehatan keluarga. 7. Riwayat alergi 8. Riwayat Riwayat bio, psiko, sosial, spiritual (Virginia Handerson): a. Pernafasan Pada anak dengan ASD ditemukan sesak saat bernafas b. Eliminasi Biasanya pada kasus ASD yang perlu dikaji pada eliminasi adalah frekuensi jumlah dan konsistensi BAB dan BAK. c. Nutrisi
d. Kebutuhan istirahat tidur
Pada anak dengan ASD biasanya ditemukan gangguan istirahat tidur karena adanya sesak.
e. Kebutuhan keseimbangan tubuh Biasanya anak dengan ASD keseimbangan tubuh/pergerakannya agak lambat karena terganggu oleh sesaknya.
f. Kebutuhan personal hygine Biasanya personal hygineakan dibantu oleh orang tua dan perawat. g. Kebutuhan berkomunikasi Biasanya anak dengan ASD akan menangis jika BAB atau BAK,begitu juga bila anak merasa sesak.
h. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Biasanya anak dengan ASD menunjukan rasa tidak aman dan nyaman dengan menangis seperti jika merasakan perubahan pada tubuhnya anak akan menunjukan dengan cara menangis dan merasa aman bila bersama ibunya.
i. Kebutuhan berpakaian Biasanya anak dengan ASD berpakaian akan dibantu oleh perawat ataupun keluarganya.
j. Pengaturan suhu tubuh Anak dengan ASD biasanya Tidak mengalami demam dengan suhu tubuh normal 36,5-37,50 C.
k. Kebutuhan spiritual Biasanya pada anak kebutuhan spiritualnya masih tergantung pada orang tuanya seperti orang tuanya mengajarkan berdoa keda anaknya.
l. Kebutuhan bermain dan rekreasi Pada anak dengan ASD tidak mampu beraktifitas seperti biasanya apabila dalam keadaan lemah kesadarannya menurun apalagi respon terhadap ransangan serta tonus otot pun menurun.
m. Kebutuhan belajar Biasanya pada anak dengan ASD kurang mampu mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan sekitarnya. Biasanya akan lemah dan malas.
9. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum biasanya meliputi ringan,sedang dan berat. b. Kesadaran c. Tanda-tanda vital
1) Pada anak (lebih dari110 x/menit), suhu (kurang dari 370C) dan RR (26x/menit meningkat ). 2) Antropometri Rumusan cara mencari berat badan normal: a) Perkiraan berat badan dengan kilogram (1) Lahir
: 3,25 kg
(2) 3-12 bulan
:1/2x(usia dalam bulan +9) kg
(3) 1-6 tahun
: 2x(usia anak dalam tahun)+8 kg
b) Perkiraan tinggi badan dalam sentimeter (1) Lahir
:50 cm
(2) Umur 1 tahun
:75 cm
(3) 2-12 tahun :6 x (usia anak)+77cm c) Periksa Lingkar Lengan atas dalam sentimeter (1) Lahir
:11 cm
(2) 1-3 tahun
: 16 cm
(3) 1 tahun
: bertambah 5 cm/tahun
d) Periksa lingkar lengan atas dalam sentimeter (1) Lahir
: 11 cm
(2) 1 tahun
: 16 cm
e) Pemeriksaan dengan pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT): IMT = Berat badan (BB) Kg (Tinggi badan (TB) m)2 Keterangan: < 16
: Malnutrisi
16-19
: BB kurang
20-25
: Normal
26-30
: BB lebih
31-40
: Kegemukan sedang menuju berat
>40
: Kegemukan yang tidak wajar
3) Pemeriksaan head to toe Head to Inspeksi
Palpasi
toe Kepala
Perkus Auskultasi i
simetris/tidak,
Teraba
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
bibir -
-
-
tampak benjolan benjolan abnormal/tidak, ada
/tidak
lesi/tidak,
kulit
kepala
bersih Mata
Tampak simetris kiri-kanan, conjungtiva pucat/tidak, scelera kuning/tidak, tampak cowong
Hidung
simetris/tidak, tampak bersih/tidak, ada secret/tidak, ada pernafasan cuping hidung/tidak.
Wajah
Pucat/tidak
Mulut
mukosa
terlihat lembab,
tidak
bersih,
tampak
ada
stomatitis/tidak. Telinga
Ada secret tidak
Ada
nyeri -
-
tekan tidak Leher
tampak
teraba
pembesaran
pembesaran
kelenjar
tyorid, kelenjar
kelenjar
lymfe tyorid,
maupun
kelenjar
pembesaran
lymfe
vena
maupun
jugolaris/tidak
pembesaran
-
-
-
Terdengar
vena jugolaris/ti dak Dada
simetris/tidak,
-
tampak benjolan
ronchi
dan
yang
wheezing/tidakti
abnormal/tidak,
dak ada bising
nafas
aorta dan mur-
teratur/tidak.
mur,
suara
jantung
S1
“Lup”,
S2
“Dup” Abdome
Tampak
Ada
nyeri Ada
n
kembung tidak, tekan tidak
tidak
ada lesi tidak
bunyi nyaring
Peristaltic x/menit
3-5
khas kembu ng Ekstremit Replek as
bisep Akral
-
-
-
-
-
-
(+), trisep (+), teraba kekuatan otot (1- hangat atau 5)
panas.
Genetalia Bersih tidak, ada lesi. Integume
Tampak
nt
sianosis, kulit
turgor
menurun
normal
(2-5
detik)
10. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan laboratorium
B. Diagnosa Keperawatan Tabel Analisa Data : No.
Systom 1. DO : -
-
Etiologi
Problem
Kien dengan VSD,
Gangguang
Sesak napas (RR
perfusi
jaringan
42 x/menit)
Terdapat
kebocoran
Retraksi
pada ventrikel kiri
intercostae (+) -
-
Retraksi
Transport oksigen ke
epigastrium (+)
jaringan menurun
Tampak lelah saat melakukan
Gangguan
aktifitas ringan
jaringan
perfusi
DS : 2.
3. 4.
Rumusan Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan
atau
masalah
aktual
atau
resiko
dalam
rangka
mengidentifikasikan dan membentuk intervensi keperawatan untuk mengurangi,menghilangkan atau mencegah,masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawab (Tarwoto&Wartonah, 2011).
C. Rencana Keperawatan/ intervensi Intervensi keperawatan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ke
tiga dalam membuat suatu proses keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktik keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, menulis tujuan serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan kesehatan lain. Pada tahap perencanaan untuk menentukan kriteria hasil berdasarkan “SMART”: S
: Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda).
M
: Measurable (tujuan keperawatan harus: dapat diukur, khususnya tentang prilaku klien: dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau).
A
: Achievable (tujuan harus dapat dicapai).
R
: Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah).
T:
: Time (tujuan keperawatan).
Tabel: Intervensi Keperawatan No
Tujuan
dan Intervensi keperawatan
Dx
kriteria hasil
1
Setelah dilakukan 1. Lakukan auskultasi suara 1. Mengetahui
suara
tindakan
suara
keperawatan selama … x 24 jam
jantung dan suara paru 2. Ukur tanda tanda vital dan irama denyut jantung
diharapkan 3. Monitor angkat PT, PTT
ketidakefektifan
dan AT
Rasional
jantung
dan
paru apakah normal atau tidak 2. Observasi status klien
perfusi
jaringan 4. Monitor status cairan dan 3. Patokan
kardiopulmonal teratasi
dengan 5. Monitor
kriteria hasil : -
TTV dalam rentang normal
-
Tidak ada edema perifer dan ascites
-
Bunyi jantung abnormal tidak ada
-
memonitor adanya edema
Nyeri dada dan kelelahan ekstrem tidak ada
peningkatan
adanya
6. Monitor
pada perfusi jaringan jantung
kelemahan 4. Memantau
dan kelalahan
masalah
status
cairan klien adanya 5. Indikasi
penggunaan tambahan 7. Tingkatkan istirahat
otot
memburuknya status klien 6. Salah satu indikasi masalah pada perfusi 7. Menciptakan suasana nyaman dan tenang
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin. Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit jantung bawaan dimana terdapat lubang ( defek ) pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan atrium kiri dan kanan yang terjadi karena kegagalan fungsi septum interatial semasa janin. Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.Adapun faktor yang menyebabkan ASD adalah faktor prenatal dan faktor genetik. Secara umum ASD dapat dklasifikasikan menjadi 3 yaitu Defek Sinus Venosus, Defek Ostium Sekundum, Defek Ostium Prinum. B. Saran Dalam menangani penyakit pada sistem kardiovaskular dharapkan perawat dan tenaga medis lainnya mampu memberikan asuhan sesui prosedur yang ditetapkan agar diperoleh hasil yang maksimal.Dan bagi calon tenaga kesehatan diharapkan mampu menambah pengetahuannya tentang sistem kardiovaskular.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous . (2008 ). Asuhan Keperawatan pada Anak, Retreived Selasa, 6 April 2010 Anonymous. (2010 ). Atrial Septal Defect, Retreived Selasa 6 April 2010 Mutaqin, Arief. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika Nurarif, Amin Huda dkk. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & NANDA. Jakarta: Medi Action.