Kelompok 1, Kelas A2, Kanker Endometritis,.docx

  • Uploaded by: ايبون
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kelompok 1, Kelas A2, Kanker Endometritis,.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,125
  • Pages: 27
MAKALAH Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kanker Endometrium Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II Dosen : Ns. Arlina Mukhtar, S.Kep., M.Kes.

Kelompok 1 Kelas A2 S1 Keperawatan Angk. 2016

Ikhsan

(NH0116073)

Hartina Rumfot

(NH0116066)

Andi Dea Shafira

(NH0116014)

Kharisma Lolok

(NH0116083)

Maratul Azizah

(NH0116085)

Masita Duhaling

(NH0116089)

Ulfa Muhriana

(NH0116201)

Moh. Wafri Matorang (NH0116093)

Munira U Papua

(NH0116100)

Herman

(NH0116065)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2018

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kanker endometrium” makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami, Ns. Arlina Mukhtar, S.Kep., M.Kes. dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.

Makassar, 10 Juni 2018

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah..................................................................... 2 C. Tujuan Penyusunan................................................................... 2

BAB II

KONSEP MEDIS ........................................................................ 3 A. Definisi ..................................................................................... 3 B. Klasifikasi ................................................................................. 4 C. Etiologi ..................................................................................... 6 D. Patofisiologi.............................................................................. 6 E. Tanda & Gejala ......................................................................... 8 F. Pemeriksaan Diagnostik............................................................ 8 G. Penatalaksanaan........................................................................ 12 H. Pencegahan ............................................................................... 16

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN ..................................................... 17 A. Pengkajian ................................................................................ 17 B. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 18 C. Intervensi Keperawatan ............................................................ 18 D. Implementasi Keperawatan ...................................................... 19

iii

BAB IV

KESIMPULAN ............................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA

iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Di seluruh dunia, setiap tahun, 142,000 perempuan terdiagnosis, dan sebanyak 42.000 perempuan meninggal karena penyakit ini (Amant, 2005). Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker endometrium. Pada tahun 2007, diperkirakan 1 dari 38 perempuan di Amerika Serikat terdiagnosis kanker endometrium. Insiden kanker endometrium berdasarkan data dari Office of National Statistic meningkat dari dua per 100.000 perempuan per tahun di bawah usia 40 tahun sampai 40-50 per 100.000 perempuan per tahun pada dekade ke-6, ke-7 dan ke-8. Angka kematian di Amerika Serikat meningkat dua kali antara tahun 1988 dan 1998. Di regional Asia Tenggara di mana Indonesia termasuk di dalamnya insiden kanker endometrium mencapai 4,8 persen dari 670.587 kasus kanker pada perempuan. Sementara kanker payudara sebanyak 30,9%; serviks 19,8% dan ovarium 6,6%.1 Peningkatan angka kejadian karsinoma endometrium berkaitan dengan meningkatnya status kesehatan sehingga usia harapan hidup kaum wanita semakin tinggi yang menyebabkan jumlah wanita yang berusia lanjut semakin banyak yang diiringi dengan penggunaan terapi hormone pengganti

untuk

mengatasi

gejala-gejala

menopausenya.

Kanker

endometrium umumnya ditemukan pada penderita berusia 60 keatas. Selain itu,telah ditemukan bahwa peningkatan kejadian obesitas juga memegang peranan penting dalam meningkatnya angka kejadian kanker endomerium. Kanker endometrium lebih banyak menyerang para wanita yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas. Tingginya kemampuan ekonomi selanjutnya 1

mengakibatkan gizi

yang

mereka peroleh berlebihan

Anderton.C, 2010 1

sehingga berubah menjadi obesitas. Karena prevalensi faktor resiko ini semakin meningkat, maka insiden kanker endometrium juga semakin meningkat akhir-khir ini. Di masa depan, dengan makin tingginya angka penderita obesitas maka angka kejadian kanker endometrium diperkirakan akan makin bertambah, yang sudah terbukti di Amerika Serikat.2 Pasien dengan kanker endometrium biasanya mencari perhatian medis sejak awal akibat adanya keluhan perdarahan vagina, dan biopsi endometrium akan mengarahkan diagnosis dengan cepat.

Hal ini

menyebabkan meskipun kanker endometrium menempati urutan ke empat kanker yang paling sering terjadi namun kanker endometrium tersebut menempati urutan ke delapan kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan.

Terapi

primer

untuk

endometrium adalah histerektomi

kebanyakan

penderita

kanker

disertai dengan bilateral salpingo-

oophorectomy (BSO) dan limfadeneknomi. Tiga perempat dari pasien terdiagnosis saat menderita kanker endometrium stadium satu yang dapat disembuhkan dengan operasi. Pasien dengan stadium yang lebih lanjut biasanya memerlukan kombinasi pascaoperasi kemoterapi, radioterapi, atau keduanya.3

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep medis kanker endometritis? 2. Bagaimana konsep keperawatan pasien dengan kanker endometritis?

C. Tujuan Penyusunan 1. Mahasiswa mampu memahami konsep medis kanker endometritis. 2. Mahasiswa mampu memahami konsep keperawatan pasien dengan kanekr endometritis.

2 3

Schorge JO, et al, 2008 Prawirohardjo.S, 2008 2

BAB II KONSEP MEDIS

A. Definisi Kanker endometrium merupakan tumor ganas primer yang berasal dari endometrium atau miometrium. Sebagian besarnya merupakan adenokarsinoma (90%). Karsinoma endometrium terutama adalah penyakit pada wanita pascamenopause, walaupun 25% kasus terdapat pada wanita yang berusia kurang dari 50 tahun dan 5% kasus terdapat pada usia dibawah 40 tahun. Umur rata-rata penderita kanker endometrium adalah 55-66 tahun. Insidensi kanker endometrium pada wanita premenopause 5 kali lebih rendah daripada wanita yang telah mengalami menopause, Insidensi ini meningkat sesuai bertambahnya usia kemudian menetap setelah umur 70 tahun.4

4

Anderton.C, 2010 3

Sebagian besar kanker endometrium adalah adenokarsinoma (75 %), yang berasal dari lapisan tunggal dari sel-sel epitel yang melapisi endometrium dan membentuk kelenjar endometrium. Ada banyak subtipe mikroskopis karsinoma endometrium, termasuk jenis common endometrioid, di mana sel kanker menyerupai gambaran endometrium normal, Papillary serous carcinoma yang agresif serta clear cell carcinoma.5 B. Klasifikasi Saat ini, stadium kanker endometrium ditetapkan berdasarkan surgical staging, menurut The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) 20106 :

5 6

Anderton.C, 2010 Schorge JO, et al, 2008 4

Kanker endometrium juga dibagi menurut grade. Grade adalah derajat diferensiasi tumor. Sel yang normal mampu bermultiplikasi dengan kecepatan yang teratur dan mampu berinteraksi dengan sel lainnya. Sel kanker tidak mempunyai sifat seperti sel normal dan lebih jarang berdiferensiasi. Sel yang mempunyai sifat seperti sel normal dikatakan berdiferensiasi baik. Jika suatu tumor glandular terdiri dari kurang dari 5% bagian yang padat dikatakan grade I. Jika tumor terdiri dari lebih dari 50% bagian yang padat dikatakan grade III. Diantara grade I dan III adalah grade II. Lapisan endometrium normal terdiri dari sel glandular yang mensekresi mukus yang 5

berguna untuk menutrisi sel telur yang sudah difertilisasi sebelum implantasi. C. Etiologi Penyebab pasti kanker endometrium tidak diketahui. Kebanyakan kasus kanker endometrium dihubungkan dengan endometrium terpapar stimulasi estrogen secara kronis. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan pada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.7 Adanya hubungan antara pajanan estrogen dengan kanker endometrium telah diketahui selama lebih dari 50 tahun. Satu faktor risiko yang paling sering dan paling terbukti untuk adenokarsinoma uterus adalah obesitas. Jaringan adiposa memiliki enzim aromatase yang aktif. Androgen adrenal dengan cepat dikonversi menjadi estrogen di dalam jaringan adiposa pada individu yang obes. Estrogen yang baru disintesis ini juga memiliki bioavailabilitas yang sangat baik karena perubahan metabolik yang berhubungan dengan obesitas menghambat produksi globulin pengikat hormon seks oleh hati. Individu yang obes mungkin mengalami peningkatan drastis pada estrogen bioavailabel yang bersirkulasi dan pajanan ini dapat menyebabkan penumbuhan hiperplastik pada endometrium.

D. Patofisiologi Fibroblas Growth Factor Reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor tirosin kinase yang berperan dalam proses biologikal. Mutasi pada FGFR telah dilaporkan pada 10-12% dari kanker endometrium identik dengan penemuan yang didapatkan dari kelainan kraniofasial kongenital. Inhibisi pada FGFR2 diharapkan akan menjadi terapi masadepan bagi penderita kanker endometrium. Beberapa peneliti menduga terdapat dua peran FGFR2 dalam mempengaruhi endometrium, yaitu dengan menghambat proliferasi sel endometrium pada siklus menstruasi dan sebagai onkogen pada karsinoma endometrial. 7

Jukic S et al., 1995 6

Selain itu, kadar hormon sex estrogen yang tinggi juga dapat menyebabkan peningkatan masa dan jumlah sel lapisan uterus jika tidak terdapat cukup progesteron, salah satu hormon sex yang penting pada wanita. Siklus menstrual normal, rata-rata berlangsung 28 hari, terdapat 2 fase. Pada 2 minggu pertama, estrogen adalah hormon seks yang dominan. Estrogen menyebabkan lapisan sel uterus bertumbuh dan bertambah jumlahnya. Pada 14 hari selanjutnya, hormon sex yang dominan adalah progesteron. Progesteron menyebabkan kematangan sel sehingga lapisan uterus dapat menerima dan menutrisi ovum yang sudah difertilisasi. 9 Apabila tidak terdapat cukup progesteron, sel pada lapisan uterus (epitelium) akan bertumbuh dan bermultiplikasi semakin banyak. Hal ini disebut hiperplasia simpleks. Apabila situasi ini terus berlanjut, akan terbentuk kelenjar baru pada lapisan uterus. Hal ini disebut hiperplasia kompleks. Akhirnya, sel menjadi atipikal dan menunjukkan perilaku yang menyimpang. Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan pada beberapa kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama, mengkonsumsi estrogen dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen, malfungsi tiroid, penyakit hepar. Kanker endometrium mungkin berasal di area minoris (misalnya, sebuah polip endometrium) atau multifokal difus. Pertumbuhan awal dari tumor dicirikan oleh pola eksofitik yang menyebar. Pertumbuhan tumor ditandai dengan kerapuhan dan perdarahan spontan, bahkan pada tahap awal. Kemudian pertumbuhan tumor ditandai oleh invasi miometrium dan pertumbuhan menuju leher rahim.

7

E. Tanda & Gejala Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai keluhan utama.8 Gejalanya bisa berupa: 1. Perdarahan rahim yang abnormal 2. Siklus menstruasi yang abnormal 3. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami menstruasi) 4. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause 5. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas 40 tahun) 6. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul 7. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause) 8. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih

F. Pemeriksaan Diagnostik Sebagian besar kanker endometrium terdiagnosis pada stadium dini. Hal ini dikarenakan wanita menopause cenderung memeriksakan dirinya ke dokter apabila terdapat perdarahan vaginal. Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik termasuk melakukan pap smear dan pemeriksaan pelvik. Pemeriksaan pelvik merupakan langkah awal pemerikasaan fisik pada kanker endometrium. Pada pemeriksaan pelvik, dokter memeriksa daerah sepanjang kandungan apakah terdapat lesi, benjolan, atau mengetahui daerah mana yang terasa sakit jika diraba. Untuk daerah kandungan bagian atas dokter menggunakan alat spekulum. Teknik

8

Schorge JO, et al, 2008 8

pemeriksaan ini sebenarnya harus rutin dilakukan oleh wanita untuk mengetahui kondisi vaginanya. Biopsi endometrial diperlukan untuk menegakkan diagnosis kanker endometrium. Pada pemeriksaan biopsi, akan diambil sebagian kecil dari lapisan uterus (endometrium) kemudian dilihat sediaan tersebut di mikroskop. Karena kanker endometrium dimulai di dalam uterus, kelainannya tidak selalu dapat dideteksi dengan pap smear. Karena itu, sampel dari jaringan endometrium harus diambil dan dilihat dengan mikroskop untuk dideteksi apakah terdapat sel kanker atau tidak. Salah satu prosedur dibawah ini dapat dilakukan 1. Biopsi

endometrium

:

Mengambil

sebagian

kecil

jaringan

endometrium, dengan memasukkan selang yang kecil dan fleksibel melalui serviks kedalam uterus. Selang ini kemudian akan mengikis sebagian kecil jaringan endometrium sehingga kemudian didapatkan sampel jaringan. Patolog kemudian akan memeriksa sampel sel kanker di bawah mikroskop7. 2. Dilatasi dan kuretase : Caranya yaitu leher rahim dilebarkan dengan dilatator kemudian hiperplasianya dikuret. Hasil kuret lalau di PA-kan. Memasukkan kamera (endoskopi) kedalam rahim lewat vagina. Dilakukan juga pengambilan sampel untuk di PA-kan. Sampe jaringan endometrium yang didapatkan dari kuretase kemudian diperiksa di mikroskop. 7

9

Gambar diatas menunjukkan sebuah spekulum yang dimasukkan ke vagina untuk memudahkan melihat serviks. Kemudian kuret dimasukkan lewat serviks ke uterus untuk mengikis jaringan yang abnormal agar dapat diperiksa7. Tes tambahan untuk menegakkan diagnosis meliputi : 3. USG transvaginal. Transvaginal ultrasound, adalah suatu alat yang dimasukkan ke dalam rahim dan berfungsi untuk mengetahui ketebalan dinding rahim. Ketebalan dinding yang terlihat abnormal akan dicek lanjutan dengan pap smear atau biopsi. Pada pemeriksaan USG didapatkan tebal endometrium di atas 5 mm pada usia perimenopause. Pemeriksaan USG dilakukan untuk memperkuat dugaan adanya keganasan endometrium dimana terlihat adanya lesi hiperekoik di dalam kavum uteri/endometrium yang inhomogen bertepi rata dan berbatas tegas dengan ukuran 6,69 x 4,76 x 5,67 cm. Pemeriksaan USG transvaginal diyakini banyak penelitian sebagai langkah awal pemeriksaan kanker endometrium, sebelum pemeriksaan-pemeriksaan yang

invasif

seperti

biopsi

endometrial,

meskipun

tingkat

keakuratannnya yang lebih rendah, dimana angka false reading dari strip endometrial cukup tinggi. Sebuah meta-analisis melaporkan tidak terdeteksinya kanker endometrium sebanyak 4% pada penggunaan USG transvaginal saat melakukan pemeriksaan pada kasus perdarahan postmenopause, dengan angka false reading sebesar 50%. USG transvaginal dengan atau tanpa warna, digunakan sebagai tehnik skrining. Terdapat hubungan yang sangat kuat dengan ketebalan endometrium dan kelainan pada endometrium. Ketebalan rata-rata terukur 3,4±1,2 mm pada wanita dengan endometrium atrofi, 9,7±2,5 mm pada wanita dengan hiperplasia, dan 18,2±6,2mm pada wanita dengan kanker endometrium. Pada studi yang melibatkan 1.168 wanita, pada 114 wanita yang menderita kanker endometrium dan 112 wanita yang menderita hiperplasia, mempunyai tebal endometrium 5 mm.

10

Metode non-invasif lainnya adalah sitologi namun akurasinya sangat rendah. 4. Papanicolau Test adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias Papanicolau, untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papilomavirus. Pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di periksa dengan mikroskop (PA). Cara untuk mendapatkan sampel adalah dengan aspirasi sitologi dan biopsy hisap (suction biopsy) menggunakan suatu kanul khusus. Alat yang digunakan adalah novak, serrated novak, kovorkian, explora (mylex), pipelly (uniman), probet. Pap smear tidak sensitif untuk mendiagnosa kanker endometrium. Pada pemeriksaan pap smear, 50% dari penderita kanker endometrium menunjukkan hasil yang normal. Sel endometrium yang jinak terkadang ditemukan saat pemeriksaan pap smear pada wanita diatas 40 tahun Bia sel ini ditemukan, maka resiko kanker pada wanita tersebut adalah 3-5%. Pada wanita premenopause, temuan ini kurang akurat, terutama bila hasil didapatkan saat penderita sedang haid. Pada penderita yang memakai terapi hormon, resiko keganasan berkurang (12%).7 Pada pemeriksaan kanker endometrium dapat ditemukan hiperplasia endometrium. Hiperplasia endometrium bukan kanker namun dapat berkembang menjadi kanker. Salah satu tipe hiperplasia, atypical adenomatous hyperplasia, berkembang menjadi kanker pada 1 dari 3 penderita.9

9

Schorge JO, et al, 2008 11

G. Penatalaksanaan Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan pilihan terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan staging surgical yang meliputi histerektomi simple dan pengambilan

contoh

kelenjar

getah

bening

para-aorta

adalah

penatalaksanaan umum adenokarsinoma endometrium7 1. Pembedahan Kebanyakan

penderita

akan

menjalani

histerektomi

(pengangkatan rahim). Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya.10

10

Schorge JO, et al, 2008 12

2. Radioterapi Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker endometrium menurun 2030% dibanding dengan pasien dengan operasi dan penyinaran. Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa). Stadium I dan II secara medis hanya diberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan risiko rendah (stadium IA grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi. Radiasi adjuvan diberikan kepada : a. Penderita stadium I, jika berusia diatas 60 tahun, grade III dan/atau invasi melebihi setengah miometrium. b.

Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II, III. Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri (Prawirohardjo, 2006).

Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker endometrium:

13

1) Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk mengarahkan sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama beberapa minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh. 2) Radiasi internal (AFL): digunakan sebuah selang kecil yang mengandung suatu zat radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama beberapa hari. Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit. 3. Kemoterapi Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain.

4. Terapi Hormonal Terapi primer Salah satu keunikan kanker endometrium adalah merespon terapi hormon. Progestin digunakan sebagai terapi primer wanita yang mempunyai resiko tinggi operasi. Namun terapi ini jarang dilakukan. Ini bisa saja merupakan satu-satunya pilihan terapi paliatif dalam beberapa kasus. Pada kasus yang jarang lainnya, pada adenocarcinoma stadium 1 yang sulit di operasi, intrauterine progestional dapat membantu. Namun terapi ini harus digunakan dengan hati-hati. Terapi Hormonal Adjuvan Single-agent progestin telah menunjukkan aktifitas pada penderita dengan stadium lanjut. Tamoxifen memodulasi ekspresi dari progesteron reseptor dan meningkatkan efikasi progestin. Tamoksifen dan progestin sebagai terapi adjuvan telah menunjukkan tingkat respon yang tinggi. Secara umum, toksisitas sangat rendah, kombinasi ini paling sering digunakan untuk penyakit rekuren. Terapi Pengganti Estrogen

14

Karena dugaan kelebihan estrogen sebagai penyebab perkembangan kanker endometrium, ada kekhawatiran bahwa penggunaan estrogen pada wanita dengan kanker endometrium dapat meningkatkan resiko kekambuhan atau kematian. Namun, efek seperti itu belum ada penelitiannya. Gog meneliti efek terapi pengganti estrogen secara acak pada 1236 wanita yang telah menjalani operasi kanker stadium I dan II dengan memberikan estrogen atau plasebo.

Hasilnya terdapat

kekambuhan yang rendah. Karena beresiko dan keamanannya belum terbukti, pasien harus diberi konseling hati-hati sebelum memulai rejimen estrogen pasca operasi. 5. Terapi adjuvan Pemakaian

postoperatif

radiasi

pada

wanita

dengan

kanker

endometrium stadium 1 masih kontroversial karena rendahnya tingkat kekambuhan pada stadium 1 dan data-data penelitian yang masih kurang. Beberapa penelitian mendukung pemberian postoperative external beam pelvic radiotherapy pada penderita stage IC, dan grade III. Sebagian besar data retrospektif, pengalaman institusim dan beberapa penelitian mendukung pemberian external beam pelvic radiation, vaginal brachytherapy pada penderita stadium II. Pada stadium III, tumor directed postoperative external beam radiation diindikasikan dengan atau tanpa kemoterapi. Kebanyakan terapi radiasi ditujukan spesifik pada penyakit pelvis namun dapat juga ditujukan ke area para aortic bila ada metastasis. Beberapa pasien dengan stadium IV radioterapi bertujuan sebagai terapi kuratif. Namun pada penyakit stadium IV B dimana metastasis intraperitoneal berada di luar jangkauan radiasi radioterapi, tidak disarankan untuk dilakukan radiasi di seluruh bagian abdomen. Oleh sebab itu, pada stadium ini radioterapi dimaksudkan sebagai terapi paliatif bukan kuratif.

15

H. Pencegahan 1. Pemeriksaan Rutin Pada awal menopause, wanita harus diberitahu mengenai resiko dan gejala awal kanker endometrium. Mereka harus didorong untung melaporkan apabila terdapat perdarahan vagina ataupun spotting ke dokter. skrining tahunan dengan sampling endometrium harus dimulai pada usia 35 tahun pada wanita berisiko tinggi untuk kanker endometrium karena HNPCC . Screening terutama harus dilakukan jika mereka memiliki anggota keluarga yang didiagnosis dengan kanker endometrium, usus besar, atau kanker ovarium. 7 2. Operasi Profilaksis Karena wanita dengan HNPCC memiliki seperti risiko tinggi terkena kanker endometrium (40 sampai 60 persen), histerektomi profilaksis adalah salah satu pilihan. Dalam stdui kohort dari 315 pembawa mutasi HNPCC, Schmeler dan rekan (2006) mengkonfirmasikan manfaat melaporkan

pengurangan

risiko

100-persen

dari

histerektomi

profilaksis ini . Secara umum, BSO juga harus dilakukan karena risiko kanker ovarium sebesar 10-12 persen pada wanita pembawa mutsi HPNCC 3. Konsumsi Fitoestrogen Kanker endometrium sebagian besar terkait dengan paparan estrogen. Phytoestrogen (yaitu, estrogen lemah yang ditemukan dalam makanan nabati) memiliki efek antiestrogenik. Peneliti mengevaluasi asosiasi antara asupan makanan dari tujuh senyawa tertentu yang mewakili tiga kelas phytoestrogen (isoflavon, coumestans, dan lignan) dan risiko kanker endometrium. Dari ketiga kelas tersebut yang tertinggi kandungan phytoestrogennya adalah isoflavon.

16

BAB III KONSEP KEPERAWATAN

Contoh Kasus Di suatu rumah sakit Ny.S Masuk dengan keluhan mengeluarkan darah melalui vagina dan berbau sejak 3 hari yang lalu dan mengalami sakit perut bagian bawah. Ia merasa tidak nyaman dengan keadaannya sulit untuk melakukan aktifitas.

A. Pengkajian 1. Aktifitas/istirahat a. Malaise, letargi. b. Kelelahan/keletihan yang terus menerus. 2. Sirkulasi Takikardi. 3. Eliminasi a. Diare mungkin ada. b.

Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus.

4. Integritas ego Ansietas jelas (poritunitis). 5. Makanan atau cairan a. Anoreksia, mual/muntah. b. Haus, membran mukosa kering c.

Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis).

6. Neurosensori Sakit kepala. 7. Nyeri/ketidaknyamanan. a. Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen. b.

Nyeri abdomen bawah/uterus serta nyeri tekan.

c.

Nyeri/kekakuan abdomen.

8. Pernapasan Pernapasan cepat/dangkal (berat/pernapasan sistemik).

17

9. Keamanan a. Suhu 38 derajat celcius atau lebih terjadi jika terus-menerus, di luar 24 jam pascapartum b.

Demam ringan.

c.

Menggigil.

d. Infeksi sebelumnya. e.

Pemajanan lingkungan.

10. Seksualitas a. Pecah ketuban dini/lama, persalinan lama. b. Hemorargi pascapartum. c. Tepi insisi: kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, drainase purulen. d.

Subinvolusi uterus mungkin ada.

e. Lokhia mungkin bau busuk/tidak bau, banyak/berlebihan. 11. Interaksi sosial Status sosio ekonomi rendah.

B. Diagnosa Keperawatan Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit

C. Intervensi Keperawatan NO DIAGNOSA 1

Gangguan

rasa Status

nyaman gejala

NOC

NIC kenyamanan Peningkatan keamanan

b.d :fisik

1. Sediakan lingkungan yang tidak mengancam

terkait Di pertahankan 3 di 2. Tunjukkan ketenangan

penyakit

tingkatkan 1

Batasan

1. Kontrol

karakteristik:

3. Berada di sisi pasien dan sediakan jaminan k

terhadap 4. Fasilisitasi untuk mempertahankan kebiasaa

gejala

5. Dengarkan ketakutan keluarga pasien

1. Ansietas

2. Relaksasi otot

6. Jelaskan semua prosedur pasien/keluarga

2. Berkeluh

3. Posisi yang nyaman

7. Jawablah semua pertanyaan mengenai status

kesah 3. Gelisah

4. Perawatan

pribadi

dan kebersihan

4. Takut

18

5. Perasaan

sulit

bernfas 6. Inkontinesi urine

D. Implementasi Keperawatan NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI

EVALUASI

1

S : Pasien mengatakan lebih santai dan nyaman dan

Gangguan

Peningkatan

rasa nyaman keamanan

mulai menerima keadaan

b.d

O : Pasien tampak lebih nyaman dan rileks

gejala 1. Menyediakan

terkait

lingkungan yang A: Intervensi teratasi

penyakit

tidak

1. Menyediakan

mengancam

yang

tidak

mengancam

2. Menunjukkan ketenangan

2. Menunjukkan ketenangan

3. Berada di sisi pasien dan sediakan jaminan

3. Berada di sisi pasien

lingkungan

dan

sediakan

keamanan selama priode kecemasan 4. Memfasilisitasi

untuk

mempertahankan

kebiasaan tidur pasien

jaminan

5. Mendengarkan ketakutan keluarga pasien

keamanan

6. Menjelaskan semua prosedur pasien/keluarga

selama

priode

kecemasan 4. Memfasilisitasi

7. Menjawab semua pertanyaan mengenai status kesehatan dengan perilaku jujur. P: Pertahankan intervensi

untuk mempertahankan

19

kebiasaan

tidur

pasien 5. Mendengarkan ketakutan keluarga pasien 6. Menjelaskan semua prosedur pasien/keluarga 7. Menjawab semua pertanyaan mengenai status kesehatan dengan perilaku jujur.

20

BAB IV KESIMPULAN

Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Di seluruh dunia, setiap tahun, 142,000 perempuan terdiagnosis, dan sebanyak 42.000 perempuan meninggal karena penyakit ini. Kanker endometrium merupakan tumor ganas primer yang berasal dari endometrium. Sebagian besarnya merupakan adenokarsinoma (90%). Karsinoma endometrium terutama adalah penyakit pada wanita pascamenopause, Umur rata-rata penderita kanker endometrium adalah 55-66 tahun. Kanker endometrium adalah neoplasma yang terdiri dari tipe estrogen dependent dan tipe estrogen independen. Salah satu etiologi kanker endometrium adalah mutasi pada FGFR. Mutasi pada FGFR telah dilaporkan pada 10-12% dari kanker endometrium. Inhibisi pada FGFR2 diharapkan akan menjadi terapi masadepan bagi penderita kanker endometrium. Selain itu, kadar hormon sex estrogen yang tinggi juga dapat menyebabkan peningkatan masa dan jumlah sel lapisan uterus jika tidak terdapat cukup progesteron. Kanker endometrium dapat menyebar ke tempat lain melalui penyebaran langsung, lewat kelenjar limfe, lewat aliran darah, intrperitoneal atau melalui tuba. Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai keluhan utama. Sebagian besar kanker endometrium terdiagnosis pada stadium dini. Hal ini dikarenakan wanita menopause cenderung memeriksakan dirinya ke dokter apabila terdapat perdarahan vaginal. Pemeriksaan pelvic merupakan langkah awal pemerikasaan fisik pada kanker endometrium. Biopsi endometrial diperlukan untuk menegakkan diagnosis kanker endometrium. Serta dilakukan juga tes tambahan berupa USG Transvaginal, papanicolau Test, serta pemeriksaan untuk menentukan penyebaran (stadium) kanker

21

endometrium Cek darah lengkap , antigen kanker 125. pemeriksaan CA125, Intravenous Pyelogram untuk memeriksa fungsi ginjal, Foto roentgen, MRI, dan CT Scan. Sembilan puluh persen tumor ganas endometrium/ korpus uterus adalah

adenokarsinoma.

Sisanya

ialah

karsinoma

epidermoid,

adenoakantoma, sarcoma, dan karsino-sarkoma. Saat ini, stadium kanker endometrium ditetapkan berdasarkan surgical staging, menurut The International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) 2010. Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan pilihan terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan staging surgical yang meliputi histerektomi simple dan pengambilan

contoh

kelenjar

getah

bening

para-aorta

adalah

penatalaksanaan umum adenokarsinoma endometrium. Untuk kanker endometrium stase lanjut diberikan terapi kemoterapi. Terapi hormonal juga bermanfaat dalam mengobati kanker endometrium. Pencegahan adalah kunci utama untuk mengurangi insidensi kanker endometrium. Pencegahan utama adalah dengan pemeriksaan rutin. Operasi profilaksis juga dapat dilakukan pada wanita dengan HNPCC karena memiliki seperti risiko tinggi terkena kanker endometrium (40 sampai 60 persen). Phytoestrogen (yaitu, estrogen lemah yang ditemukan dalam makanan nabati) memiliki efek antiestrogenik sehingga apabila dikonsumsi rutin dapat menurunkan resiko terkena kanker endometrium. Terdapat tiga kelas phytoestrogen dan yang yang tertinggi kandungan phytoestrogennya adalah isoflavon. Isoflavon, sering ditemukan dalam kacang-kacangan, terutama dalam kedelai.

22

DAFTAR PUSTAKA

Anderton.C.

Uteri

Cancer

Map.

Diunduh

dari

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/ad/Corpus_uteri_cancer _world_map_-_Death_-_WHO2004.svg tanggal 10 Juni 2018

Jukic S et al. [Pathology of the female reproductive system]. Zagreb, AGM; 1995. Schorge JO, et al. Endometrial Cancer. Dalam: Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. Williams Gynecology. USA:McGraw-Hill. 2008;9.

Prawirohardjo.S. Tumor Ganas Alat Genital. Dalam : Ilmu Kandungan. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2008. halaman 390-394

23

Related Documents