Kelelahan kerja 1. Definisi Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan, kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja (Mississauga, 2012). Kelelahan adalah suatu keadaan ketika seseorang merasa lelah secara fisik dan/atau mental, yang dapat disebabkan oleh : a) Jam kerja yang panjang tanpa intervensi istirahat/periode penyembuhan b) Aktivitas fisik yang kuat dan berkelanjutan c) Usaha mental yang kuat dan berkelanjutan d) Bekerja selama beberapa atau semua waktu alami untuk tidur (sebagai akibat dari shift atau bekerja untuk waktu yang panjang) e) Tidur dan istirahat yang kurang cukup (WSHCouncil,2010)
2. Jenis-jenis kelelahan Berdasarkan proses dalam otot, kelelahan dapat dibagi dua (Budiono dkk, 2003) : a) Kelelahan otot, fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadi tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologis, yang ditunjukkan tidak hanya dengan berkurangnya tekanan fisik tetapi juga makin rendahnya gerakan. b) Kelelahan umum, adalah suatu perasaan letih yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan biasanya akan menimbulkan rasa kantuk. Menurut Workplace Safety & Health Council (WSHCouncil) (2010) tipe kelelahan dibagi menjadi : a) Kelelahan fisik (berkurangnya kemampuan untuk bekerja manual). b) Kelelahan mental (penurunan tingkat konsentrasi dan kewaspadaan).
3. Penyebab Kelelahan Beberapa penyebab yang cukup mempengaruhi kelelahan kerja, antara lain:
a) Pekerjaan yang berlebihan Kekurangan sumber daya manusia yang kompeten mengakibatkan menumpuknya pekerjaan yang seharusnya dikerjakan dengan jumlah karyawan yang lebih banyak. b) Kekurangan waktu Batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan terkadang tidak masuk akal. Pada saat karyawan hendak mendiskusikan masalah tersebut dengan atasannya, atasan bukannya memberikan solusi pemecahan namun seringkali memberikan tugas-tugas baru yang harus dikerjakan. c) Konflik peranan Konflik peranan biasanya terjadi antar karyawan dengan jenjang posisi yang berbeda, yang seringkali disebabkan oleh otoritas yang dimiliki oleh peranan atau jabatan tersebut. d) Ambigu peranan Tidak jelasnya deskripsi tugas yang harus dikerjakan seringkali membuat para karyawan mengerjakan sesuatu pekerjaan yang seharusnya tidak dikerjakan oleh karyawan tersebut kalau ditilik dari sisi keahlian maupun posisi pekerjaannya (Eraliesa, 2008).
4. Gejala-gejala kelelahan Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptom) secara subjektif dan objektif antara lain : perasaan lesu, mengantuk dan pusing, berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan rohani (Budiono dkk, 2003). Menurut Kroemer & Grandjean (2005), gejala kelelahan subjektif dan objektif, yang paling penting dibagi menjadi : a) Perasaan subjektif seperti keletihan, pusing, rasa tidak suka untuk bekerja b) Berpikir lamban c) Kewaspadaan berkurang d) Persepsi lambat dan buruk
e) Enggan untuk bekerja f) Penurunan kinerja fisik dan mental
5. Faktor-faktor individu yang dapat mempengaruhi kelelahan Beberapa faktor individu yang dapat mempengaruhi kelelahan yaitu : a) Faktor Internal 1) Usia Subjek yang berusia lebih muda mempunyai kekuatan fisik dan cadangan tenaga lebih besar daripada yang berusia tua. Akan tetapi pada subjek yang lebih tua lebih mudah melalui hambatan (Setyawati, 2010). Tenaga kerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan tenaga kerja yang relative lebih muda (Oentoro, 2004). 2) Jenis kelamin Ukuran tubuh dan kekuatan otot tenaga kerja wanita relatif kurang dibanding pria. Secara biologis wanita mengalami siklus haid, kehamilan dan menopause, dan secara sosial wanita berkedudukan sebagai ibu rumah tangga (Suma’mur, 2009). 3) Psikis Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis sangat mudah mengalami suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi psikologis adalah pekerjaan yang monoton yaitu suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar (Budiono dkk, 2003). 4) Kesehatan Kesehatan dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang dapat dilihat dari riwayat penyakit yang diderita. Beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, yaitu: a) Penyakit Jantung b) Penyakit Gangguan Ginjal
c) Penyakit Asma d) Tekanan darah rendah e) Hipertensi (Suma’mur, 2009) 5) Status perkawinan Pekerja yang sudah berkeluarga dituntut untuk memenuhi tanggung jawab tidak hanya dalam hal pekerjaan melainkan juga dalam hal urusan rumah tangga sehingga resiko mengalami kelelahan kerja juga akan bertambah (Inta, 2012). 6) Sikap kerja Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangan harus dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Hal ini akan menyebabkan kelelahan (Budiono dkk, 2003). 7) Status Gizi Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjan (Suma’mur, 2009). Menurut hasil riset Oentoro (2004) menunjukkan bahwa secara klinis terdapat hubungan antara status gizi seseorang dengan performa tubuh secara keseluruhan, orang yang berada dalam kondisi gizi yang kurang baik dalam arti intake makanan dalam tubuh kurang maupun berlebih dari normal maka akan lebih mudah mengalami kelelahan kerja.
b) Faktor Eksternal 1) Masa kerja Seseorang yang bekerja dengan masa kerja yang lama lebih banyak memiliki pengalaman dibandingkan dengan yang bekerja dengan masa kerja yang tidak terlalu lama. Orang yang
bekerja lama sudah terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukannya sehingga tidak menimbulkan kelelahan kerja bagi dirinya (Setyawati, 2010). 2) Beban kerja Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud fisik, mental atau sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka ada yang lebih cocok untuk beban fisik, mental ataupun sosial (Suma’mur, 2009). Bahkan banyak juga dijumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan (Budiono dkk, 2003). 3) Shift kerja Salah satu penyebab kelelahan adalah kekurangan waktu tidur dan terjadi gangguan pada cyrcardian rhythms akibat jet lag atau shift work. Cyrcardian rhythms berfungsi dalam mengatur tidur, kesiapan untuk bekerja, proses otonom dan vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung dan tekanan darah. Fungsi tersebut dinamakan siklus harian yang teratur (Setyawati, 2010). Cyrcardian rhythms dalam fungsi normal mengatur siklus biologi irama tidur-bangun dimana 1/3 waktu untuk tidur dan 2/3 waktu untuk bangun atau aktivitas. Cyrcardia rhythms dapat terganggu apabila mengalami pergeseran. a) Sementara (acute shift work, jet lag) b) Menetap (shift worker) Jika irama tidur cyrcardian terganggu akan terjadi perubahan pemendekan waktu tidur dan perubahan fase REM (Rosati, 2011). Tubuh manusia yang seharusnya istirahat, tetapi karena diharuskan bekerja maka keadaan ini akan memberikan beban tersendiri dalam mempengaruhi kesiagaan seorang pekerja yang dapat berkembang menjadi kelelahan karena pada malam hari semua fungsi tubuh akan menurun dan timbul rasa kantuk sehingga kelelahan relatif besar pada pekerja malam (Wijaya, 2005). 4) Penerangan Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak diperlukan. Lebih dari itu, penerangan yang memadai memberikan
kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan linkungan yang menyegarkan (Suma’mur, 2009). Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan maya dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja, keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala, kerusakan indera mata, kelelahan mental dan menimbulkan terjadinya kecelakaan (Budiono dkk, 2003). 5) Kebisingan Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan (Setiarto, 2002).
6) Iklim kerja Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan akibat menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas organorgan pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan produksi keringat meningkat (Inta, 2012).
Gejala Kelelahan Kerja atau perasaan perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitu (Suma’mur, 2009) : a. Pelemahan Kegiatan ditandai dengan gejala: perasaan berat di kepala, badan merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, ada beban padamata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil dan ingin berbaring. b. Pelemahan Motivasi ditandai dengan gejala lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, susah berfikir, cenderung untuk lupa, tidak tekun dalam pekerjaannya, kepercayaan berdiri berkurang,dan sulit mengontrol sikap. c. Pelemahan Fisik ditandai dengan gejala: sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernapasan tertekan, tremor pada anggota badan, spasmedari kelopak mata, dan merasa pening.
Akibat kelelahan kerja Efek dari kelelahan pada kesehatan dan prestasi kerja dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendek pada individu mencakup pekerjaan terganggu kinerja, seperti mengurangi kemampuan untuk: 1) Berkonsentrasi dan menghindari gangguan 2) Berpikir lateral dan analitis 3) Membuat keputusan 4) Mengingat dan mengingat peristiwa-peristiwa dan urutan mereka 5) Memelihara kewaspadaan 6) Kontrol emosi 7) Menghargai situasi yang kompleks 8) Mengenali risiko 9) Mengkoordinasikan gerakan tangan-mata, dan 10) Berkomunikasi secara efektif. Kelelahan juga dapat meningkatkan kesalahan, membuat waktu reaksi menjadi lambat, meningkatkan kemungkinan kecelakan dan cedera, serta dapat menyebabkan mikro-tidur. Efek jangka panjang pada kesehatan yang berkaitan dengan shift dan kurang tidur kronik mungkin termasuk: a) Penyakit jantung b) Diabetes c) Tekanan darah tinggi d) Gangguan pencernaan e) Depresi, dan f) Kecemasan (Work Safe Victoria, 2008).
8. Pencegahan kelelahan kerja Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar (Budiono dkk, 2003): a) Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk b) Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif c) Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi standar ergonomi d) Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja e) Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi tenaga kerja f) Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik g) Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi. Menurut Tarwaka dkk (2004) upaya agar tingkat produktivitas kerja tetap baik atau bahkan meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah pencegahan terhadap kelelahan kerja. Cara mengatasi kelelahan kerja : a) Sesuai kapasitas kerja fisik b) Sesuai kapasitas kerja mental c) Redesain stasiun kerja ergonomis d) Sikap kerja alamiah e) Kerja lebih dinamis f) Kerja lebih bervariasi g) Redesain lingkungan kerja h) Reorganisasi kerja i) Kebutuhan kalori seimbang j) Istirahat setiap 2 jam
5 Tanda Anda Mengalami Kelelahan Kerja
Kelelahan bekerja bisa menjadi level tertentu dari gangguan jiwa. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi sebagian pekerja, stres adalah hal wajar yang kerap dirasakan di tengah tekanan pekerjaan. Namun, psikolog Sherry Benton yang sudah 25 tahun berpengalaman dalam menangani kesehatan mental mengatakan ada bahaya tersembunyi yang tersimpan. Pendiri terapi daring TAO Connect itu mengatakan bahwa kelelahan bekerja bisa menjadi level tertentu dari gangguan jiwa. Hal tersebut sering tidak terdiagnosis dan menurut Benton bisa disimak dari sederet tanda-tanda berikut, dikutip dari laman Daily Mail.
Insomnia (ilustrasi) Insomnia Insomnia dan pola tidur yang terganggu merupakan sebagian tanda kelelahan kerja menurut Benton. Padahal, bekerja seharusnya membuat seseorang merasa lebih bersemangat karena karya dan apa yang dilakukannya dihargai.
Merasa sendiri Manajemen yang buruk atau kurangnya staf pendukung dapat membuat beban kerja seseorang berlebihan dan merasa kelelahan. Para pecandu kerja ini pun lebih berisiko terhadap risiko gangguan mental maupun fisik dalam jangka panjang.
Tak ada kebanggaan Merasa terpaksa dan tidak bangga dengan apa yang dijalani bisa juga menjadi tanda kelelahan kerja. Menurut Benton, penyebabnya adalah pilihan karier yang kurang sesuai dengan minat atau keinginan sang karyawan.
Perfeksionis Berusaha selalu menjadi yang sempurna justru bisa mengarah pada kelelahan kerja dan frustrasi. Benton menyarankan untuk tidak bersikap demikian sepanjang waktu karena dapat membuat konsentrasi kacau, sulit fokus, dan memori terganggu.
Tak ada jeda Mengambil jeda dengan menghabiskan waktu bersama keluarga atau teman di luar pekerjaan adalah hal penting untuk mencapai keseimbangan kehidupan kerja. Seseorang perlu memiliki banyak sumber kebahagiaan serupa seperti hobi dan komunitas untuk menghindarkan kelelahan kerja.
https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/18/03/04/p52010368-5-tanda-andamengalami-kelelahan-kerja
Pengertian Kebosanan Kerja Pengertian dari kata kebosanan menurut Gray (2001), yakni suatu keletihan psikologis yang memiliki ciri-ciri antara lain hilangnya minat terhadap pekerjaan, menurunnya semangat kerja, adanya ketidakpuasan di dalam bekerja, dan keinginan untuk mencapai tujuan menjadi berkurang. Penyebab utama dari terjadinya kebosanan kerja adalah karena individu tidak dapat berkonsentasi. Kebosanan di dalam pekerjaan yang secara luas diakui sebagai efek samping yang tidak diinginkan dikarenakan kebosanan dalam mengerjakan pekerjaan yang berulangulang. Dalam pengerjaannya yang berulang-ulang dapat menimbulkan kebosanan dan hilangnya konsentrasi dalam pekerjaan tersebut. Kebosanan yang terjadi dalam waktu singkat tidak akan memberikan pengaruh namun kemungkinan buruk yang terjadinya adalah bila berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat menyebabkan stres bagi pegawai yang mengakibatkan dampak pada kinerja yang akan menurun (Leksono, 2014). Beberapa dampak yang akan terjadi karena kebosanan kerja adalah para pegawai akan seringkali berbicara dengan rekan sekerjanya untuk mengurangi kebosanan di dalam bekerja, padahal hal tersebut tentu saja akan menghambat pelaksanaan pekerjaan yang sedang dilakukan. Menurut Anoraga (1998), seorang pekerja yang merasa sangat bosan atau jenuh dengan pekerjaannya akan mengakibatkan munculnya suatu ketegangan dan menjadi cepat marah. Nitisemito (1996) mengemukakan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara kebosanan kerja dengan kelelahan kerja. Hal tersebut berarti bahwa kebosanan kerja dapat menyebabkan kelelahan kerja, sebaliknya kelelahan kerja juga dapat menyebabkan kebosanan kerja. 2. Aspek-aspek Kebosanan Kerja Gray (2001) menyebutkkan bahwa terdapat beberapa aspek-aspek yang kebosanan kerja, antara lain: a. Hilangnya minat dan semangat kerja Pegawai menjadi tidak bergairah dalam bekerja sehingga semangat kerja menjadi menurun
b. Lamban dalam bekerja Pegawai menjadi lamban bekerja sehingga akan berpengaruh terhadap tujuan dalam pekerjaannya dan waktu kurang bisa dimanfaatkan secara optimal. c. Cenderung bercakap-cakap saat bekerja Karyawan sering berbicara saat bekerja untuk mengurangi rasa bosan. d. Kesalahan Kesalahan yang terjadi pada diri karyawan di tempat kerja dapat tentunya dapat menimbulkan berbagai kerusakan pada alat yang digunakan. Hal tersebut dapat mengakibatkan kecelakaan kerja yang tidak menutup kemungkinan bahwa karyawan akan mempertaruhkan nyawa pada saat melakukan pekerjaannya. Aspek-aspek kebosanan kerja selanjutnya dikemukakn oleh Nitiseminto (2001), antara lain : a. Menurunnya semangat kerja Pegawai yang akan mengakibatkan kegiatankegiatan bekerja menjadi berkurang. Kebosanan kerja yang ada juga akan menimbulkan kemalasan di dalam melaksanakan tugas-tugas sehingga pada akhirnya hal tersebut akan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja. b. Menurunnya perhatian Seseorang yang telah atau merasa bosan akan berkurang perhatiannya terhadap pekerjaannya sehingga konsentrasinya juga akan berkurang. c. Banyaknya kesalahan Perhatian yang berkurang pada akhirnya akan mengakibatkan banyak kesalahan yang dilakukan oleh pegawai di dalam melakukan pekerjaan. Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan sebelumnya, terdapat empat aspek kebosanan kerja menurut Gray (2001) yaitu hilangnya minat dan semangat kerja, lamban dalam bekerja, cenderung bercakap-cakap saat bekerja, dan kesalahan, selain itu kebosanan kerja juga mencangkup aspek lainnnya menurut Nitiseminto (2001) yaitu menurunnya semangat kerja, menurunnya perhatian, dan banyaknya kesalahan, 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebosanan Kerja
Pardede (2009) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya kebosanan kerja adalah bekerja dalam pekerjaan yang monoton dan kurangnya motivasi terhadap pegawai. Menurut Fisher (1993), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebosanan kerja, yakni sebagai berikut : a. Efek utama tugas terhadap kebosanan Ada tiga kategori tugas yang seringkali dapat menyebabkan kebosanan kerja, yaitu quantitative underload, qualitative underload, dan qualitative overload. Pada beberapa individu menyatakan bosan ketika individu tidak mengerjakan sesuatu dalam suatu periode sibuk dimana individu terbiasa dengan aktivitas yang padat. Di sisi lain, individu juga dapat merasakan bosan terhadap tugas yang sederhana, repetitif, memiliki tuntutan mental yang rendah, tidak menantang, tidak menggunakan ketrampilan yang dimiliki individu, atau membutuhkan pemantauan untuk peristiwa yang jarang. Tugas yang memiliki beban yang berlebihan secara kualitatif juga dapat menyebabkan kebosanan. Tingkat kesulitan tantangan, baik terlalu sulit maupun terlalu mudah, dibutuhkan di dalam sebuah tugas untuk mengikat dan menopang atensi. b. Efek utama lingkungan kerja terhadap kebosanan Intensitas kebosanan baik tinggi maupun rendahnya dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dua aspek lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kebosanan kerja mencakup : 1) Pengaruh orang lain Kebosanan dan sifat yang membosanankan di tempat kerja berdasarkan kajian dari literatur terdahulu berasumsi bahwa kehadiran individu lain akan meningkatkan stimulasi dan menurunkan kebosanan. Beberapa individu merasakan bosan di tempat kerja akibat rekan kerja yang tidak menarik, tidak bersahabat, dan tidak komunikatif. 2) Pengaruh organisasi Aturan-aturan organisasi yang melarang aktivitas berbincang, menentukan prosedur kerja yang kaku, atau istirahat yang terbatas dapat berkontribusi terhadap kebosanan kerja secara langsung dengan mengurangi jumlah dan variasi yang tersedia di lingkungan kerja. Secara tidak langsung, tekanan dan kontrol organisasi dapat mempengaruhi penilaian situasi sebagai
situasi yang membosankan dengan memproduksi reaksi psikologi. Pada dasarnya setiap pekerjaan memaksakan batasan tertentu pada kebebasan pemangku jabatan untuk memilih aktivitas, lokasi , dan perilaku. Hal tersebut membuat individu terbatas dalam melakukan aktivitas yang menyebabkan pekerjaan terlihat kurang menarik, lebih sulit untuk memusatkan perhatian/atensi, dan akhirnya lebih membosankan. c. Efek utama diri individu terhadap kebosanan Pendekatan ini mempertimbangkan beberapa perbedaan individu yang dapat memiliki efek utama dalam pengalaman kebosanan yang mencakup aspek kapasitas, kepribadian, dan kesehatan mental. d. Kesesuaian diri dan situasi dengan kebosanan. Individu memiliki kecenderungan untuk mengubah minat dan kebutuhan yang dimiliki, di sisi lain situasi yang tidak sesuai dengan minat dan dan kebutuhan individu akan menimbulkan kebosanan yang lebih tinggi dibandingkan jika minat dan kebutuhan tersebut dipenuhi. Situasi dapat menjadi kompleks dan memberikan stimulus secara objektif, namun tidak menjadi menarik atau bermakna pada individu tertentu di waktu tertentu. Sedangkan menurut Mael dan Jex (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi kebosanan kerja melalui tiga pendekatan, yaitu : a. Pendekatan tradisional Kebosanan kerja dalam sudut pandang tradisional menegaskan bahwa penyebab utama kebosanan adalah tingginya tingkat repetitif dan monoton suatu tugas yang membuat tujuan menjadi kabur sehingga mengarahkan individu kepada kebosanan yang berkelanjutan. Berdasarkan sudut pandang ini, cara utama dalam mengurangi kebosanan adalah melalui intervensi yang didesain untuk mengubah konten pekerjaan seperti pemerkayaan tugas, perluasan tugas, dan peningkatan partisipasi dalam pembuatan keputusan. Kebosanan dapat menjadi satu hal yang tak terhindarkan dan dapat diimbangi dengan memperbolehkan pegawai menggunakan berbagai macam pengalihan yang bersifat menghibur. Hal tersebut dapat mencakup mendengarkan musik (Rahayu, 2013; Riyadi, 2002) atau menambahkan stimulus visual di tempat kerja seperti poster dinding dan pewarnaan tempat kerja yang lebih variatif. Sudut pandang tradisional tidak berasumsi bahwa pegawai membawa pandangan bosan dari dunia luar ke tempat kerja, namun lebih menitikberatkan sudut pandang pegawai
sebagai korban dari sistem kerja yang ada. Pendekatan tradisional juga menekankan bahwa konten pekerjaan akan menentukan tingkat kebosanan pada pegawai. b. Pendekatan kontemporer. Pendekatan kontemporer menekankan bahwa kebosanan juga dapat dipengaruhi faktor lain selain dari karakteristik pekerjaan itu sendiri. Berdasarkan pendekatan ini, kebosanan kerja dapat disebabkan tiga faktor, yaitu (1) penggunaan teknologi informasi, (2) harapan pegawai terhadap pekerjaan, dan (3) perbedaan individu. Kebutuhan individu terhadap teknologi informasi kian tinggi dan menjadikan individu semakin sulit terpisah dengan gadget. pegawai yang sering menggunakan teknologi informasi rentan terkena kebosanan akibat terbatasnya akses yang dimiliki di tempat kerja. Selain hal tersebut, salah satu penyebab kebosanan adalah harapan yang tidak realistis bahwa seluruh pengalaman kerja dapat dan seharusnya menjadi menarik. Mikulas (Mael & Jex, 2015) menyebutkan bahwa kepasifan, yakni duduk di balik meja dan berharap dihibur oleh dunia dan hal lain, merupakan penyebab utama kebosanan. Pendekatan kontemporer menegaskan bahwa walaupun pekerjaan telah diubah untuk mengurangi kebosanan, masih terdapat kemungkinan bahwa harapan pegawai terkait kualitas dan kebermaknaan kerja melebihi perubahan aktual tersebut. Faktor terakhir penyebab kebosanan menurut pendekatan kontemporer adalah adanya kecenderungan terhadap kebosanan (boredom proneness). Ada kecenderungan terhadap kebosanan yang bersifat eksternal dan internal. Individu dengan kecenderungan bosan yang eksternal cenderung menganggap lingkungan memiliki stimulus yang rendah, sedangkan individu dengan kecenderungan bosan internal memiliki ketidakmampuan menyibukkan diri sendiri ataupun menciptakan lingkungan yang menarik dan menyenangkan. c. Pendekatan integratif Dalam model ini terdapat lima pernyataan penting yang perlu dipahami, yaitu (1) Karakteristik dari tugas pegawai, lingkungan sosial tempat kerja, dan lingkungan fisik di tempat kerja memiliki dampak langsung terhadap pengalaman kebosanan kerja, (2) pegawai yang memiliki kecenderungan kebosanan yang tinggi dan ekspektasi yang tinggi terhadap konten pekerjaan yang dimiliki akan cenderung mengalami kebosanan kerja pada tingkat yang lebih tinggi, (3) pegawai yang menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dalam penggunaan teknologi informasi cenderung lebih mudah mengalami kebosanan kerja jika dibandingkan dengan pegawai yang memiliki tingkat yang lebih rendah dalam penggunaan
teknologi informasi, (4) Hubungan antara karakteristik lingkungan kerja dimoderatori oleh karakteristik pribadi, misalnya dampak karakteristik kerja terhadap kebosanan akan lebih kuat pada individu yang memiliki kecenderungan bosan dan ekspektasi yang tinggi, dan (5) Hubungan antara karakteristik lingkungan kerja akan dimoderatori oleh penggunaan teknologi informasi, misalnya dampak karakteristik pekerjaan akan lebih kuat pada individu yang merupakan pengguna berat teknologi informasi.
Referensi : http://old.anedoc.ga/2015/05/kelelahan-dan-kebosanan-kerja.html https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10323/05%20bab%202.pdf?sequence=6 &isAllowed=y http://digilib.unila.ac.id/2288/10/BAB%20II.pdf
7 Cara Ampuh Mengatasi Kejenuhan di Tempat Kerja Keseharian yang monoton wajar dapat membuat Anda cepat bosan dan jenuh pada pekerjaan. Hampir semua pegawai pasti pernah merasakan hal yang serupa; kejenuhan yang sangat. Kejenuhan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor contohnya waktu kosong yang terlalu banyak karena telah menyelesaikan satu proyek besar, alokasi waktu yang salah, tanggung jawab dan tugas yang tidak berubah, hingga pekerjaan yang terlalu banyak yang membuat sulit fokus. Kejenuhan dapat mengganggu produktivitas dan efektivitas waktu kerja, selain itu, kejenuhan juga dapat berdampak buruk untuk kelangsungan karir Anda. Tetapi kejenuhan juga dapat dijadikan motivasi. Cobalah 7 alternatif ini untuk menghilangkan kejenuhan Anda di tempat kerja
1. Ketahui Penyebab Kebosanan Identifikasi apa penyebab kejenuhan dan carilah solusi atas hal tersebut. Jika jenuh karena pekerjaan yang monoton, Anda dapat berkonsultasi dengan atasan agar ditugaskan hal lain atau bertukar tanggung jawab dengan kolega. Jika bosan karena tanggung jawab yang terlalu banyak, Anda pun dapat berkonsultasi kepada manajer. Bicara dan ceritakan masalah Anda dengan kolega atau atasan. Dengan ini, Anda akan lebih cepat menemukan solusi dan dengan mudah terhindar dari kejenuhan yang terus menerus.
2. Belajar Hal Baru Mempelajari hal baru merupakan hal yang pasti akan didukung oleh perusahaan Anda. Salah satu contohnya, Anda dapat mengalokasikan 1 – 2 jam waktu luang Anda untuk menggunakan fasilitas pendidikan gratis online yang telah banyak saat ini.
Anda dapat mempelajari berbagai bahasa asing hingga skill baru seperti skill komputer atau skill bisnis manajemen atau accounting. Kemampuan ini akan membantu meningkatkan kualitas pekerjaan Anda, dan menghilangkan kebosanan.
3. Kembangkan Kreatifitas Manfaatkan waktu luang untuk mengembangkan kreativitas, buatlah sesuatu berdasarkan posisi Anda di pekerjaan dan kemampuan. Sebagai contoh, apabila Anda seorang manajer perusahaan, maka Anda dapat bereksperimen membuat susunan alokasi tugas dan tanggung jawab. Apabila Anda bekerja pada bidang komunikasi, tulislah blog atau bagikanlah informasi terkini melalui sosial media. Membuat sesuatu dapat mengembangkan kerja otak dan kreasi dapat bermanfaat untuk Anda dan perusahaan.
4. Eksplorasi Lingkungan Kerja Mengenali lingkungan kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara; yang pertama adalah dengan berkenalan dengan kolega hingga atasan. Gunakan waktu luang untuk membangun persahabatan antar rekan kerja. Kedua, dapat mengeksplorasi lingkungan kerja dengan mengetahui fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh perusahaan. Ketiga, Anda dapat mengunjungi divisi dan departemen lain untuk mengenal perusahaan lebih dalam. Keuntungannya, Anda dapat mengenal orang baru dan mengetahui hal-hal baru yang dapat membuat lebih betah pada pekerjaan 5. Berpikir Positif dan Bersyukur Janganlah menganggap jenuh sebagai masalah; tetaplah berpikir positif. Jenuh merupakan hal yang wajar yang akan dialami oleh semua orang khususnya pegawai yang terus bekerja. Berpikirlah positif dan ubahlah kejenuhan menjadi sesuatu yang bermakna. Bersyukur bahwa banyak orang di luar sana yang mendambakan posisi Anda; pekerjaan yang layak dan penghasilan yang memuaskan. Dengan bersyukur, Anda akan lebih menghargai waktu kerja dan menemukan semangat untuk kembali berusaha.
6. Bersantailah Memanfaatkan kejenuhan untuk mengistirahatkan otak merupakan hal yang bagus untuk peningkatan produktivitas. Jangan terlalu memikirkan hal tersebut dan bersantailah.
Perhatikan sekitar dan anggaplah waktu jenuh sebagai sesuatu yang berharga. Mungkin tibatiba teringat hal baru atau menemukan solusi untuk permasalahan pekerjaan. 7. Carilah Pekerjaan Baru Anda telah mencoba cara-cara di atas, dan tetap saja sering mengalami kejenuhan; mungkin itu adalah tanda bahwa Anda sudah harus mencari lingkungan pekerjaan yang baru. Jangan paksa diri Anda untuk terus bertahan pada pekerjaan tersebut. Kejenuhan dapat menurunkan produktivitas, dan karir yang tidak meningkat.
https://www.cermati.com/artikel/7-cara-ampuh-mengatasi-kejenuhan-di-tempat-kerja
Latar Belakang Tidak semua perusahaan melihat kondisi pekerja sebagai suatu aset didalam bisnis perusahaan, sehingga belum banyak pekerja digolongkan menjadi "human capital", terutama pada industri yang padat karya dengan upah yang relatif minim sehingga kondisi "turn over" pada tiap periodenya menjadi tinggi. Kondisi ini umumnya dialami oleh perusahaan yang masih minim adopsi teknologi sehingga kebutuhan skill dengan performa tinggi tidak menjadi tuntutan utama dalam menyelesaikan tugas kerja. Industri pengecoran logam skala rumah tangga khususnya yang dikelola oleh industri-industri kelas menengah kebawah terdapat kondisi yang masih minim pada perhatian terhadap suatu aset perusahaan. Investasi terhadap alat pelindung diri (APD) dalam menjalankan aktifitas setiap proses kerja masih minim untuk diperhatikan. Pekerja dalam menyelesiakan proses pengecoran logam terdapat beberapa kondisi kerja yang tidak alamiah dan belum memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga secara fisiologis, pekerjaan yang dirasa ringan dapat menjadi kondisi yang lebih berat selain ditambah dengan aspek lingkungan kerja berupa debu dan panas. Kondisi lingkungan seperti adanya debu atau partikulat yang berterbangan di udara bebas dalam perusahaan perlu menjadi perhatian serius oleh manajemen perusahaan. Gangguan pernafasan adalah gangguan kesehatan akibat kondisi kerja yang berdebu, timbulnya infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), sedangkan kapasitas paru merupakan kondisi yang dapat dijadikan sebagai parameter terhadap pajanan debu atau partikulat yang dibawa oleh udara bebas. Biasanya dihitung dengan berdasarkan FEV-1 (Forced expiratori Volume-1) atau VC (Vital Capasity). Penelitian ini adalah penelitian pendahuluan yang akan faktor –faktor subjektif awal yang dirasakan oleh pekerja yang berupa kelelahan kerja, kebosanan kerja dan kepuasan kerja, dari ketiga faktor ini pada akhirnya akan menjadi dasar perbaikan kerja khususnya pengurangan dampak fisiologis kerja di industri pengecoran logam. Seminar Nasional IENACO – 2014 ISSN : 2337 - 4349 100 Kelelahan kerja merupakan kejadian in-efisiensi terhadap kapasitas kerja, dengan kata lain pekerja tidak mampu lagi menerima beban, karena telah melebihi kemampuan dan keterbatasan manusia. Perasaan kelelahan pada umumnya muncul lebih dini ketika pekerjaan dilakukan secara monoton atau berulang-ulang. Perlu adanya pengaturan waktu istirahat dan penambahan asupan energi berupa nutrisi untuk memulihkan kondisi kerja. Bila seorang pekerja tetap
meneruskan pekerjaan dalam kondisi kelelahan, maka akan terjadi kondisi otot yang tegang dan berakibat stres kerja atau kondisi cidera pada otot tubuh tertentu. Kebosanan kerja adalah suatu kondisi, situasi dengan stimulus kerja yang rendah. Kurangnya ruang komunikasi dan eksplorasi diri menyebabkan pekerja merasa tertekan dan berat untuk menyelesaikan aktifitas kerja, umumnya dialami pada pekerjaan dengan monoton atau berulangulang. Tantangan pekerjaan yang kurang memberikan motivasi, tugas kerja yang tidak jelas, lingkungan kerja yang tidak mendukung menyebabkan tambahnya kondisi kebosanan kerja. Kepuasan kerja adalah pemanfaatan kemampuan secara maksimal dari pekerja, sehingga pekerja merasa potensi diri dapat teraplikasikan dan diberikan ruang gerak yang cukup, memperoleh apresiasi yang sesuai dengan harapan. Kepuasan kerja yang tinggi berhubungan dengan motivasi kerja.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/4692/IENACO-013.pdf;sequence=1